Happy Reading! :D


Special Chapter: Hidden Screen Part 4


Some Hidden Screen from this story... -w-/


Screen 16: EdNay's Honeymoon (Sebelum 'Camp Trip Gaje')

Di saat teman-temannya sedang Camp Trip, Edgar sedang bulan madu dengan Naya di sebuah vila kecil milik kakek buyut keluarga Lammermoor.


Walaupun awalnya sempat diwarnai sedikit insiden...

"Kak Edgar, aku ikut dong!"

"Hah? Jangan ngaco ya! Entar ngerecokin lagi! Nggak boleh!"

Edward langsung manyun, Edgar sendiri berpikir sejenak untuk mencari jalan keluar, sampai akhirnya dia teringat sesuatu dan memanggil seseorang. "Oy Sal, sini!"

Yang bersangkutan menghampiri. "Apaan?"

"Lu mau Camp Trip kan? Ajakin Edward aja sekalian, biar dia nggak gangguin acara bulan madu gue sama kakak lu!" Edgar menunjuk adiknya dengan jari tengah.

Salem langsung sweatdrop. "Serah deh..."


Sesampainya di vila, mereka membuka amplop dari teman-teman yang lain, tapi...

"Tuan Edgar, ada yang memberikan amplop berisi lotion anti nyamuk dan uang lima ratus perak." kata Naya yang membuka salah satu amplop.

"Dari siapa?" tanya Edgar.

"Dari Ethan, katanya biar malam pertama kita nggak digigit nyamuk." jawab Naya.

"Kampret tuh anak!" umpat Edgar. "Terus duit lima ratusnya buat apaan?"

Naya memiringkan kepala. "Katanya itu uang kembalian lotion tadi."

"Hadeh..." Edgar hanya facepalm.


Screen 17: Pada Jam Delapan Pagi... (Chapter 'Camp Trip Gaje')

"Kukuruyuk!"

Terdengar suara ayam berkokok dari salah satu tenda.

Eh bukan deng! Itu bukan suara ayam berkokok, melainkan alarm milik Luthias.

Tidak disangka! Rupanya orang paling kalem di Garuchan juga punya selera humor!

"Ah, selamat pagi dunia!" kata Tumma sambil keluar dari tendanya.

"Gimana caranya bangunin tiga kebo ini?" tanya Ikyo sambil menunjuk ke arah Tartagus, Mathias, dan Raimundo yang masih ngorok di luar tenda.

"Teriakin yang kenceng!" usul Daren datar.

"Ah, idemu bagus juga!" balas Thundy sambil menarik nafas dalam-dalam dan...

"WOY, BANGUN NGGAK?! KALAU NGGAK BANGUN JUGA, GUE JATUHIN LU BERTIGA DARI ATAP MARKAS DAN GUE BAKALAN BUKA BAJU LU SEMUA!"

Ancaman barusan sukses membuat sebagian cowok yang udah bangun hanya bisa sweatdrop mendengar kata 'buka baju' serta membangunkan Mathias dan Raimundo.

Sementara Tartagus? Dia malah balik badan dan melanjutkan tidurnya.

"Ish, si kebo yang satu ini susah banget bangunnya!" sindir Thundy sambil berpikir untuk mencari cara membangunkan Tartagus.

"Gimana kalau kita siram dia pake air cabe (?) tambah cuka (?) tambah saus (?) tambah lada (?) tambah merica (?) tambah garam (?) tambah gula (?) tambah pasir (?) tambah kemiri (?) tambah sabun (?) tambah terigu (?)?" usul Rendy sambil membawa ember berisi air yang entah dapat dari mana dan telah dicampur bahan-bahan yang disebutkan.

"Ah, ide yang bagus!" balas Vience sambil mengambil (baca: merebut) ember itu dari tangan Rendy dan segera menuangkan air berisi zat-zat berbahaya (?) tersebut ke tubuh sepupunya.

"AAAAAAAAH! PEDAS, PEDAS, PEDAS! HUUWAAAAA, BASAH, BASAH, BASAH! HA-HA-HACHIUU! UHUK, UHUK!" jerit Tartagus dengan hebohnya dan sukses membuat kawan-kawannya langsung ngakak guling-guling.


Screen 18: Flore yang penasaran dengan Moku... (Ex'Flore'ing Diary)

Seseorang tak sengaja melihat sebuah buku di atas sofa. Dia bertanya-tanya dalam hati siapa pemilik buku itu, kemudian mengambilnya dan membuka beberapa halaman.


~Bagian 20: Kak Moku~

Ada seseorang yang sangat mirip Papa, namanya Moku. Bahkan saking miripnya, aku tidak bisa membedakannya.

Aku sedang tidur ketika merasakan ada yang mengangkat kardusku dan aku menyembulkan kepala dari dalam kardus. "Papa ngapain?"

Dia langsung terdiam dan memasang senyum tipis. "Maaf nak, tapi aku bukan Teiron..."

"Oooh..."

"Aku akan pergi, lanjutkan saja tidurmu ya!" Dia mundur perlahan dan pergi.

Kemudian terdengar sebuah teriakan yang membuatku bingung.


Sejauh ini aku masih penasaran dengannya, terutama kalau teringat saat pertama kali bertemu.

Saat itu aku sedang bermain dengan Kak Tsuchi di teras ketika melihat sebuah lubang muncul di semak-semak.

"Yak, sudah sampai, woof!" Terlihat Hato yang keluar dari lubang itu bersama empat orang yang aku tidak kenal.

"Jadi ini tempatnya? Lumayan..." komentar seseorang berambut biru muda sambil melihat sekeliling.

Kak Tsuchi berdiri dan menghampiri mereka. 'Kak Hato!'

"Tsuchiii~" Hato langsung memeluk Kak Tsuchi dengan erat.

"Nyaaaaaaa!" Kak Tsuchi menjerit karena sesak dipeluk olehnya.

"Maaf..." Dia melepaskannya.

Kak Tsuchi terlihat bingung karena melihat seseorang yang mirip Papa. 'Papa, kok tidak seperti biasanya?'

"Eeh... Dia ngomong apa? Kok kayak ngeong sih?" tanya orang itu.

"Dia bilang 'Papa, kok tidak seperti biasanya?'." jawab Hato yang memeluk Kak Tsuchi dari belakang.

"Papa? Emm... Maaf nak, sepertinya kau salah orang deh... Tapi, kenapa Pa-"

"Tsuchi, ada ap-"

Kemudian Papa datang dan...

"Teiron~" Hato mendekati Papa dan memeluknya erat-erat.

"GYAAAAA! LEPASIN GUE! KENAPA LU KE SINI LAGI SIH?! DAN KENAPA ADA GUE JUGA DI SITU!?" teriak Papa sambil berusaha melepaskan diri.

"Teiwoof, kenalkan mereka temannya Master Red. Yang mirip kamu itu namanya Moku."

"HOI! TOLONGIN GUE LEPAS DARI MAKHLUK INI! GYAAA!" Papa masih berusaha melepaskan diri dari Hato.

"Maaf, gue nggak yakin sih, tapi coba deh..." 'Kembaran Papa' mendekati Hato sambil mengusap bagian belakang telinga anjingnya dan hal itu membuat Hato langsung tiduran di tanah sambil menggeliat keenakan.

"Woof! Hnn... Teruskan, woof! Ah~ Ya di situ woof!"

Papa segera menjauhi Hato dan mendekati 'kembaran'-nya. "Oke, huff... Makasih ya udah nolongin gue dari dia."

"Sama-sama." Dia tersenyum dan membenarkan kacamatanya.

Aku berniat menyapanya dengan muncul di dekat kakinya. 'Halo!'

Tapi...

"HYAAAAAAAAAAAAAH!"

Dia malah loncat ke pohon kelapa terdekat.


"Ini Papa atau Kak Moku?"

Orang itu langsung jantungan seketika saat mendapati Flore sudah berada di depannya bersama seekor tikus kecil berwarna putih di kepalanya.

"Ha-hay... A-aku Moku..."

"Kakak baca diary-ku ya?" tanya Flore polos.

"Yah, walaupun sebagian..." Moku menyerahkan buku diary Flore dan segera pergi.

Flore hanya memiringkan kepala karena kebingungan dengan tingkah Moku, kemudian dia berjalan pergi sambil membawa bukunya.


Screen 19: Balada Ikan Mentah (Chapter 'Flore Daily with Others')

Teiron celingukan di pasar swalayan karena Flore mendadak hilang saat mengikutinya pergi belanja.

Dia terus saja mondar-mandir di sekitar tempat itu, sampai...

"Mas, mas!"

Merasa dipanggil, dia segera menengok ke belakang dan mendapati seorang pedagang. "Hah? Saya?"

"Iya, mas yang rambut merah! Anaknya tolong dijaga, dia makanin dagangan saya nih!" Si pedagang menunjuk seorang anak kecil yang ternyata adalah Flore yang sedang memakan ikan mentah dagangannya.

Teiron langsung ber-'gubrak' ria melihat itu.


Flore yang baru selesai makan menengok ke belakang dan langsung terkejut begitu mendapati sang 'Papa' sudah menghampiri dengan aura hitam di tubuhnya.

"Ma-maaf, Papa..." gumam Flore ketakutan.

Teiron hanya menghela nafas pasrah. "Saya akan bayar ganti rugi, sekalian bungkusin beberapa buat dia!"


Setelah selesai membayar, akhirnya mereka pulang.

"Ugh, sial... Terpaksa harus ganti rugi..." keluh Teiron sambil menuntun Flore yang membawa sekantong ikan mentah.


Di markas...

"Flore kemana, Bibi?" tanya Lisa.

"Dia ikut Teiron pergi belan- Oh, sepertinya mereka sudah pulang!" Bibi Rilen yang melihat mereka berniat menyambut, tapi malah memasang wajah skeptis setelah melihat bungkusan di tangan Flore. "Kenapa kamu belikan dia ikan mentah?"

"Abisnya dia main makan dagangan orang sih..." jawab Teiron risih sambil melirik Flore yang sedang asik menyantap ikan mentah (lagi).

Kedua orang yang mendengarnya langsung sweatdrop.


Screen 20: After the Arguing... (Setelah bagian terakhir dari Chapter 'Jealous Everywhere')

"Thun-kun!" Emy segera mengejar pemuda biru itu.

Sementara Alucard... Sepertinya dia sangat terpukul dengan kalimat barusan.


"Jangan mendekatiku!" bentak Thundy ketika mereka tiba di tepi hutan.

"Thun-kun..."

Pemuda biru itu terlihat gemetar.

"Kalau seandainya aku tidak bertemu dia... Semua ini tidak akan terjadi..."

"Jangan seperti itu..." Emy menghampiri dan memeluknya dari belakang. "Aku juga tidak mengerti kenapa dia menyukaimu, tapi... Yang terjadi biarlah terjadi..."

Thundy hanya menghela nafas. "Kau benar... Maafkan aku..."

Gadis itu tersenyum tipis. "Ayo pulang..."

Mereka pun kembali ke markas.


Bonus:

Alexia menerima sebuah surat misterius.


Halo Fudan-kun!

Aku salah satu fans-mu lho!

Boleh ketemuan nggak? Soalnya pas aku cek rumahmu, katanya kamu udah pindah.

Oh, sekalian cari squad juga sih, ehehe...

Tsubame


'Dafuq, mampus dah gue!'


To Be Continue, bukan Temporary Brave Captain (?)...


Random Fact Today:

Flore manggil 'Kakak' pada tiga orang: Tsuchi, Natsuko, dan Moku.


Ah sudahlah, mau gimana lagi... -w-/

Chapter depan akan ada anggota baru, dan aku mau ngasih kejutan buat Rosy-san karena dua Reviewer lainnya udah kukasih tau lewat game, jadi hanya dia yang nggak tau! :V / *laknat amat, mbak!*

Review! :D