Balas Review! :D
StrideRyuuki: Jangan dianggap serius! ^^'
Flore: "Oh ayolah, aku tidak hamil! Itu kan hanya lelucon!"
Tsuchi: "Nyaw nyaw nyaw..." (Tapi itu menimbulkan salah paham...)
Ini udah lanjut! ^^/
RosyMiranto18: Yah, aku tidak begitu berminat membuat bagian itu... -w-/
Hikari: *angkat bahu.* "Terserah padamu..."
Flore: *cembungin pipi.* "Ikan lebih enak daripada sayur!"
Bibi Rilen: "Tapi kamu harus tetap makan sayur! Kamu jangan seperti Ikyo yang hanya makan daging!"
Ikyo: "Kenapa harus aku sih, Bibi?" =w="
Lihat saja nanti! ^^/ Thanks for Review! :D
Happy Reading! :D
Chapter 84: Trouble with Little Sister
Ikyo hanya bisa mangap melihat Adelia memakai gaun maid, telinga rubah, dan ekor lebat berwarna abu-abu. (Note: Sebenarnya itu Maid Dress, Gumiho Ears, dan Fenrir Tail.)
"Ada yang bisa kubantu, Ikyo-sama?" tanya Adelia sambil tersenyum manis.
Ikyo masih mangap. "Kau habis makan apa hari ini?"
Ups, lupakan intro barusan! Mari lanjut ke inti Chapter ini!
Flore sedang lari-lari di sekitar taman dan tak sengaja menabrak punggung seorang gadis. "Aduh, maaf Kak!"
Yang bersangkutan menengok. "Yah, tidak apa-apa..."
Flore melihat sebuah foto yang tergeletak di dekat kaki gadis itu dan mengambilnya, kemudian dia memiringkan kepala. "Kakak siapanya Paman Musket?"
"Kamu kenal dia?" tanya gadis itu.
Flore mengangguk. "Iya, memangnya kenapa?"
"Dia kakakku..." jawab gadis itu. "Oh, bisa kamu antarkan aku ke tempat tinggalnya sekarang?"
"Boleh!"
Di markas...
"Ini foto siapa?" tanya Rendy yang menemukan sebuah foto di kamar Musket saat bersih-bersih.
Tanpa diduga sang pemilik kamar masuk dan merebut foto itu dengan wajah masam.
"Tu-tunggu dulu, aku bisa je-"
"Pergi!"
'Kenapa dia?' batin Rendy bingung.
Tapi karena teringat kejadian yang dialami Teiron di kamar Salem (fic 'The Long Lost Big Sister'), Rendy memilih untuk menurut dan keluar.
Musket menutup pintu kamar dan bersender di pintu, kemudian dia memeluk lutut dan menangis sesegukan.
Di luar markas...
"Dia tinggal di sini?" tanya gadis itu.
"Iya, soalnya kami anggota Garuchan Squad!" jawab Flore.
"Ah, squad yang katanya punya ketua perempuan itu ya?" tanya gadis itu.
Flore mengangguk, kemudian membuka pintu dan masuk ke dalam markas diikuti gadis itu.
Mereka berjalan keliling markas, tapi gadis itu sempat melihat seseorang yang bersembunyi di balik tembok.
"Dia siapa? Kenapa bersembunyi?" tanya gadis itu.
Flore menengok dan mengetahui siapa yang dimaksud. "Oooh, itu Paman Tumma, dia selalu begitu kalau melihat orang baru karena penampilannya agak menakutkan bagi kebanyakan orang..."
Gadis itu hanya ber-'oh' ria. "Ngomong-ngomong, bagaimana kamu bisa punya telinga dan ekor kucing?"
"Aku ini aslinya kucing, tapi agak panjang ceritanya..." Flore mengibaskan tangan.
Kemudian mereka terus berjalan, sampai akhirnya berhenti di depan sebuah kamar.
"Nah, kamarnya di sini, Kak!" Flore mengetuk pintu kamar itu. "Paman Musket, ada yang mencari Paman!"
"Hmm, sebentar..."
Musket membuka pintu dan langsung terbelalak begitu melihat gadis yang bersama Flore.
"Mi-Mira..."
Yang bersangkutan tersenyum manis. "Hisashiburi, nii-chan..."
Musket mundur selangkah dan segera membanting pintu.
"Lho, Paman, kenapa ditutup lagi?" tanya Flore.
"Pergilah, aku tidak mau kembali!"
Mira menunduk sedih. "Nii-chan..."
"Kak, memangnya ada apa dengan Kakak dan Paman Musket?" tanya Flore penasaran.
"Soal i-"
"Flore, kamu bawa siapa itu?" tanya Girl-chan yang menghampiri mereka.
Gadis kucing itu langsung kaget. "Muwaaa! Kaichou!"
"Sebaiknya kamu ikut aku sebentar..." Girl-chan segera menarik Mira pergi diikuti Flore.
Di kamar ketua Garuchan...
"Jadi kau adiknya Musket?"
Dia mengangguk. "Namaku Mira Liferpoint. Aku sedang mencari kakakku yang pergi dari rumah saat aku mengalami koma karena kecelakaan, kira-kira sekitar sepuluh bulan yang lalu..."
"Kenapa Paman Musket pergi dari rumah?" tanya Flore.
Mira mengangkat bahu. "Aku juga tidak tau..."
"Sepertinya dia menjauhimu karena suatu alasan..." ujar Girl-chan. "Apa kau tau kalau dia punya kutukan?"
Mira memutar mata sejenak. "Yang kuingat, dulu dia mendapat ramalan dari kakek buyut kami... Tapi aku tidak tau kalau ramalan untuk nii-chan... Berasa seperti kutukan baginya..."
"Aku yakin saat dia melihatmu mengalami kecelakaan, dia menganggap itu sebagai kesalahannya sendiri dan memilih untuk pergi karena tidak ingin melukaimu lagi..." Si ketua Garuchan menengadah ke langit-langit kamarnya sesaat, kemudian kembali menatap Mira. "Setidaknya itu yang bisa kusimpulkan..."
Mira menunduk sedih. "Mungkin ada benarnya juga..."
Girl-chan melipat tangan. "Sekarang yang harus kita lakukan adalah mencari cara agar bisa bicara baik-baik dengan Musket, sepertinya dia akan sulit dibujuk dalam kondisi seperti ini!"
Meanwhile...
PRANG!
"Suara apa itu?"
"Nyaw nyaw, nyaw nyaw!" (Sepertinya dari dapur, ayo kita lihat!)
Mereka berdua segera ke dapur dan mendapati pemandangan mengejutkan.
"Nyaw, nyaw nyaw nyaw nyaw, nyaw nyaw nyaw nyaw!" (Nigou, panggil seseorang untuk menenangkannya, aku akan panggil Kaichou!)
"Baik!"
Nigou segera melesat ke ruang tengah, sementara Tsuchi ke kamar si ketua Garuchan.
"Paman, Paman! Tolong!" seru Nigou ke Alexia dan Daren yang sedang duduk di sofa.
"Kenapa, Nigou?" tanya Daren bingung.
"Ada yang mengamuk di dapur!" jelas Nigou panik.
"What?!" pekik Alexia kaget.
"Sebaiknya kita lihat dulu!" usul Daren sambil berdiri dan segera pergi.
Alexia ikut berdiri dan menyusul temannya.
BRAK!
"Nyaw, nyaw!" seru Tsuchi yang mendobrak pintu kamar Girl-chan.
"Kenapa, Kak Tsuchi?" tanya Flore.
"Nyaw nyaw nyaw nyaw nyaw!" jelas Tsuchi panik.
"Hah?!" Flore langsung kaget mendengarnya.
"Dia bilang apa?" tanya Mira.
Flore hanya menelan ludah sebelum menjawab pertanyaan Mira.
"Pa-Paman Musket... Mengamuk di dapur..."
Back to the kitchen...
"Hentikan, Musket!"
"Seharusnya kau bicarakan dulu kalau ada masalah!"
Alexia dan Daren berusaha menahan Musket agar tidak memecahkan lebih banyak piring dan gelas.
Tsuchi, Flore, Girl-chan, dan Mira langsung tiba di TKP.
"Sekarang bagaimana?" tanya Nigou kepada mereka yang baru sampai.
Girl-chan menggertakkan tangan dan mendekati mereka.
Alexia yang melihat itu langsung curiga. "Tunggu dulu, Kaichou! Jangan bilang kalau kau-"
PLAK!
Satu tamparan mendarat di pipi Musket.
"Ka-Kaichou..."
Girl-chan menepuk tangan dengan wajah datar. "Kita bicarakan ini baik-baik, oke?"
"Kami akan membersihkan sisa pecahannya!" ujar Flore yang entah sejak kapan sudah memegang sapu.
Setelah itu...
"Hoooh, begitu..." Alexia dan Daren manggut-manggut setelah mendengar penjelasan Girl-chan.
Girl-chan melirik Mira. "Sekarang kau bisa bicara dengannya, Mira!"
Mira mengangguk, kemudian mendekati Musket yang sedang meringkuk di pojok kamar si ketua Garuchan.
"Nii-chan..." Mira mencoba mengulurkan tangan untuk meraba wajah kakaknya, tapi malah ditepis dengan kasar.
"Aku tidak mau pulang! Aku hanya pembawa petaka! Kutukan yang membawa bencana! Tinggalkan aku sendiri! Pergi dariku!"
JEGEEEEEEEER!
Terdengar suara petir yang menandakan munculnya badai di luar markas.
Alexia langsung kaget begitu mendengar suara barusan. "Ba-badai?!"
"Se-sepertinya dia sangat depresi sekarang! Kita harus buat dia pingsan!" usul Daren.
"Hey, yang benar saja?!"
"Daren benar, Lex, kita tidak punya pilihan! Dia akan semakin mengamuk jika dibiarkan!" timpal Girl-chan.
"Baiklah..."
Alexia mengeluarkan Revolver-nya dan mengisi salah satu lubang peluru dengan peluru bius.
Musket mulai berdiri, kemudian berniat memukuli orang di depannya dan Alexia segera membidik ke arahnya.
"Maaf kawan..."
Satu tembakan dilepaskan dan sukses mengenai bagian leher yang membuat anak itu langsung ambruk, kemudian badai di luar markas pun mereda.
"Apa dia baik-baik saja?" tanya Mira khawatir.
Alexia mengangguk. "Yap! Aku hanya menembaknya dengan peluru bius, mungkin dia akan terbangun dalam sejam..."
"Hmm, boleh aku pinjam pulpen dan kertas?" pinta Mira.
"Untuk apa?" tanya ketiga orang lainnya penasaran.
Musket terbangun begitu mendapati dia sudah berada di kamarnya dan menemukan sebuah surat di sebelah tempat tidurnya.
Maafkan aku, nii-chan...
Sebenarnya aku masih belum siuman dari koma, yang tadi itu hanya rohku yang sedang mencarimu...
Aku merindukan nii-chan...
Aku ingin kita kembali bersama seperti dulu lagi...
Kumohon, nii-chan...
Aku ingin nii-chan mengunjungiku sekali saja...
Hanya itu yang kuminta darimu...
Mira
Air mata mengaliri manik biru itu, kemudian dia meremas surat itu dan memeluk lutut sambil menangis sesegukan.
Special Bonus: Spoiler Trailer (Wow, sungguh berima! :V *plak!*)
"Senja esok hari kau takkan terlihat lagi. Kakimu akan terbelenggu bumi dan terperangkap sepi. Jatuh ke kedalaman, jatuh ke kegelapan."
"Baiklah. Selamat malam para hadirin yang terhormat. Hari ini kita akan membahas tentang ramalan seorang dukun tentang masa depan Alexia."
"Tapi kalau boleh... Aku ingin minta satu permintaan terakhir..."
"Aku tidak percaya Paman Alexia akan meninggal hari ini..."
"Lho, Kak Alexia kok masih hidup? Ini kan sudah lewat senja!"
To Be Continue, bukan Think Bless Chemical (?)...
Hmm, mau gimana lagi ya? Sebenarnya pengen masukin dia ke squad, tapi aku bingung mau pake Hero apa (kemungkinan sih pake Nephilim)... .w.a
Oh, sepertinya aku baru saja membuat 'plot twist' di bagian akhir... Tapi agak baper sih... 'w'/
Silakan tebak maksud dari bagian 'Spoiler Trailer'! :V /
Review! :D
