Balas Review! :D
RosyMiranto18: Mungkin kau bisa mencarinya dengan kata kunci 'rainyazurehoodie'... Aku nemu di FB sih, tapi sumber gambarnya (kalau nggak salah) dari Tumblr... 'w'/
Hikari: "Bukan, dia hanya bisa bicara saja, nggak bisa berubah..."
Garu: "Karena kami ini 'another spirit' dari Author..."
Giro: "Yap..." -w-b
Sebenarnya... Kim yang ini kakaknya Iris, nama lengkapnya (kalau nggak salah) Kim Tae Yan dan dia nggak ada hubungan apa-apa sama adiknya Alucard. Coba tanya Reha di FB-nya, tapi nggak jamin akan dijawab secepatnya karena katanya dia belum ada HP baru sih... 'w'/
Mathias: "Kalau Fin mau mah, pengen sih ke sauna rame-rame..."
Rendy: =w=" "Coba bandingkan dengan Red dan dua kembarannya (Rone dan Aka), lebih parah mana?"
Monika: "Itu tidak lucu!"
Thanks for Review! :D
StrideRyuuki: Terserah... -w-
Maurice: *nahan malu.*
Ashley: "Hmm, terima kasih banyak..."
Ini udah lanjut! :D
Happy Reading! :D
Chapter 90: Deli-berry Daily
Kalau orang biasa rutinitas paginya adalah bangun tidur, mandi, dan sarapan.
Tapi khusus Mathias, rutinitas paginya adalah guling-guling gaje yang akan menumbuhkan kenistaan pagi ini!
Mathias bingung untuk mencari cara guling-guling nista hari ini, jadi dia langsung mengambil handphone dan mengirim SMS kepada seseorang.
Vience, ke kamar gue! GC! Ajak sepupu lu juga!
Beberapa menit setelah SMS barusan, ada dua orang (dengan gaya rambut sama tapi beda warna) yang memasuki kamarnya.
"Ada apa sih?" tanya Vience.
"Begini, gue naruh sesuatu di sebelah kasur gue dan pasang papan, terus salah satu dari kita harus ada yang tiduran di bagian kanan papannya, kemudian gue pasang trampolin di sebelah tuas itu dan ada yang tiduran di atasnya!" jelas Mathias.
Mereka bertiga pun menyusun seperti yang telah direncanakan.
"Lintasan antik nih! Udah pasang kamera?" tanya Vience.
"Udah kok!" balas Tartagus.
"Oke! Gue mulai!" Mathias guling-guling di kasurnya.
"BONZOOII!" Dia jatuh dari kasur ke tuas Tartagus yang sukses membuatnya terlempar.
"TIRO FINALEEE!" Tartagus mendarat tepat di trampolin Vience.
"UNIVERSEEE!" Vience terlontar dari trampolin itu dan nancep di langit-langit kamar.
Beberapa saat kemudian, Ikyo, Zen, dan Edgar memasuki kamar Mathias.
"ASTAGA KAMBING! KALAU MAU SIRKUS JANGAN DI SINI!" teriak Edgar melihat kenistaan ketiga orang itu.
"Seharusnya tadi kalian ngomong dulu dong! Soalnya gue pengen banget rekam nih!" seru Zen antusias.
"Udah, gue, rekam, tuh, di, meja, kameranya!" balas Tartagus sambil nunjuk kamera di meja dan masih lompat-lompat di trampolin.
Zen mengambil kamera tersebut, entah mau diapain sama dia.
"Sip! Udah di-upload dan sebentar lagi kalian bakalan jadi net idol!" ujar Zen happy.
"Tunggu dulu Zen, gue belum siap buat jadi net idol!" seru Vience sambil gerakin tangan dan masih nancep di langit-langit kamar.
"Berarti lu kurang beruntung!" balas Ikyo datar.
Setelah itu...
Hari ini sebagian cowok sedang melihat kumpulan foto (aib) yang dipasang Alpha pada sebuah papan di tembok dekat ruang kontrol.
"Si Kyo so sweet ya!" Vience menunjuk foto Ikyo memberikan setangkai bunga ke Adelia.
Yang bersangkutan hanya mendengus sebal.
Salem melihat foto dirinya yang berusaha kabur dari Federico berbaju banci dan hanya tertawa pahit. "Hahaha..."
"SIAPA YANG NARUH FOTO GIRO PAKE BAJU MAID DI SINI?!" pekik Mathias sambil menunjuk foto yang dimaksud.
Beberapa orang segera berkerumun.
"Wadoh, cakep amat tuh!" celetuk Ikyo watados.
"Jelek ih! Masa cowok pake baju maid?" timpal Raimundo rada geli.
Fakta baru: Mundo nggak suka trap! :V
Vience nimbrung dengan seringai jahil. "Kenapa emang? Oh, bukannya lu suka sama cewek Monako itu ya? Gue liat kalian ngobrol lama waktu itu!"
"Gue nggak ada rasa sama Felicienne! Lagian, itu cuma ngobrol biasa doang!" bantah Raimundo.
"Tapi bicara soal jelek, sebenarnya lebih jelek ini sih..." Daren menunjuk foto Saphire yang berpose aneh disertai editan.
"Wanjer!" Semua orang yang melihat itu langsung ngakak guling-guling.
Tumma yang tidak ikut tertawa melihat sebuah foto di pojok papan dan memperhatikannya lebih dekat. "Ini..."
"Kenapa, Tum?" tanya Thundy yang juga tidak ikut tertawa.
Tumma menunjuk foto tadi. "Ini foto siapa ya? Kayak kenal..."
Semua orang yang mendengar itu langsung berkerumun untuk melihatnya.
Foto yang dimaksud adalah foto seorang pria berambut hitam dengan sepasang tanduk merah yang patah di kepalanya, bermata abu-abu, dan memakai jaket hoodie abu-abu sedang nyengir kecil sambil berkacak pinggang.
Vience mencolek Ikyo. "Hey, Kyo!"
"Apa?" tanya yang bersangkutan sambil nengok.
"Lu inget nggak pas kita abis gebukin Zen waktu Camp Trip?"
"Jangan bilang kalau..."
"Baru nyadar? Gue dari awal udah tau dari tanduknya, oh sama sayapnya juga!"
Emang sih di foto itu orangnya punya sayap, tapi kepotong setengah sama bingkai foto-nya.
Di saat Ikyo dan Vience baru menyadari siapa orang di foto itu, Rendy dan Salem membicarakan hal lain.
"Dare main game horror dan harus selesai kurang dari sehari?!" tanya Salem shock.
Ya iyalah dia shock! Mereka kan penakut, mana mau berhadapan dengan game horror?
Contoh simpel: Coba jejelin mereka game Five Nights at Freddy's, dipastikan mereka akan langsung banting gadget setelah beberapa menit main.
Rendy mengangguk. "Parahnya lagi, kalau kita gagal atau menolak, kita akan dapat 'neraka dunia' yang berbeda!"
"Apa maksudnya?!"
"Mau siapa dulu?"
"Lu duluan!"
"Gue disuruh cosplay jadi Thundy dan meniru sifatnya biar Emy mau 'gituin' gue... Masalahnya, gue nggak bisa pura-pura dan tuh cewek nggak bisa ditipu saking setianya! Gue udah pernah nyoba sebelumnya (Chapter 'Random Drabble Again' bagian 'Tukar Peran'), dan hasilnya gue langsung dibacok sama Emy!" jelas Rendy risih.
Salem menelan ludah. "Kalau buat gue?"
"Diarak rame-rame dalam keadaan terikat dari sini ke Tiang Jumrah yang nan jauh di sana dan dilempar ke situ..."
Keduanya langsung merinding seketika, kemudian Salem segera pergi.
"Mau kemana lu?" tanya Rendy.
"Bikin surat wasiat!" balas Salem.
Rendy langsung sweatdrop. "Emangnya lu bakalan mati?"
"Justru itu!" Salem langsung kabur.
Rendy hanya bisa facepalm mendengar alasan temannya barusan.
"Hey Ren, bisa tolo-"
CLIIIIIING!
Rendy men-summon pedang di tangannya dan...
SYUUUUNG! KRAK!
Melemparnya ke arah Federico yang hampir terkena lemparan tadi dan pedang itu tertancap di tembok tepat satu senti di sebelah lehernya.
"Nggak, makasih!" balas Rendy dengan nada dingin serta diselimuti aura hitam, kemudian langsung pergi.
Semua orang yang melihat itu langsung shock dan menelan ludah.
'Sekarang gue tau dari mana Salem belajar melempar pisau...' batin Edgar agak merinding.
Jangan tanya kenapa Rendy melakukan itu ke Federico, hanya Tuhan dan dia yang tau!
Di tempat lain...
"Yubi-san, mau main Xiangqi?" tawar Zhunei yang sedang berkunjung.
"Boleh saja!" balas Yubi.
Kemudian mereka pergi ke lantai atas.
Beberapa babak kemudian...
"Kuakui ini cukup menyenangkan, walaupun aku baru pertama kali mencoba yang seperti ini! Kau tau, sejujurnya aku belum pernah memainkan yang sejenis Shougi!" ujar Yubi setelah selesai bermain dengan Zhunei.
"Sudah selesai main?"
Mereka berdua menengok dan mendapati Tumma yang entah sejak kapan udah ada di situ.
"Oh, Tumma-kun! Ya, aku sudah selesai kok!" balas Yubi.
"Baguslah, ayo turun!" Tumma berjalan pergi.
"Dadah, Zhunei-san!" Yubi mengikuti Tumma sambil melambaikan tangan ke Zhunei.
Zhunei ikut melambaikan tangan, walaupun dia sempat merasakan aura cemburu pada Tumma.
'Ah, sepertinya hanya perasaanku saja...' batin Zhunei sambil menggelengkan kepala.
Meanwhile...
"Kali ini mau kerjain siapa lagi?" tanya Zen.
SR nyengir lebar sambil menunjuk Luthias yang sedang baca buku tidak jauh dari mereka.
"Ayo kita cari Giro dan kejutkan dia!" usul SR.
Zen mengangguk dan mereka segera keluar dari perpus.
"Oh Giro~" panggil Zen sambil gedor-gedor pintu kamar Giro.
Yang bersangkutan membuka pintu kamarnya dengan wajah jutek. "Ada apa, Zen-pyon?"
Zen nyengir lebar. "Boleh minta bantuan nggak? Bentar aja!"
'Pasti ada yang nggak beres!' batin Giro curiga. "Ya udah, apaan?"
Kemudian SR muncul di belakang Zen sambil membawa...
'Sudah kuduga! Pasti 'itu' lagi!' batin Giro dengan wajah datar karena...
Dia disodorkan baju maid warna hitam.
"Pakai ini dong!" pinta SR watados.
"Terserah..." Giro mengambil baju itu dan menutup pintu kamarnya untuk ganti baju.
Setelah itu...
"Errr... Luthias-pyon..."
Yang bersangkutan mendongak dari buku bacaannya dan langsung cengo begitu melihat...
Giro yang memakai baju maid hitam dengan wajah merah padam.
"Ba-baju dari mana itu?" tanya Luthias yang mulai merona.
Giro menunduk dengan wajah yang semakin merah. "Itu... Hm, tidak penting! Tapi... Hmm... Aku... Ingin melayanimu... Malam ini..."
"Se-serius?"
Mereka tidak tau kalau di belakang terdapat Zen dan SR yang cekikikan sambil merekam kejadian itu.
'Lumayan buat di-share ke grup fujodan!'
Di sisi lain...
"Jadi kau ingin menunjukkannya?" tanya Girl-chan sedikit terkejut begitu mendengar anggota terbaru squad-nya ingin menunjukkan sesuatu.
Mira hanya mengangguk.
Girl-chan berpikir sesaat. "Baiklah... Tapi jangan terlalu memaksakan diri, aku tidak ingin kakakmu khawatir jika sampai kondisimu nge-drop nanti..."
"Aku akan berusaha."
Sekarang Girl-chan dan Mira sedang berada di halaman depan markas.
"Ada apa ini?" tanya Reha yang datang bersama Yamagi.
Si ketua Garuchan menengok ke arah mereka dengan wajah datarnya. "Mira ingin menunjukkan kemampuannya sedikit..."
Gadis yang bersangkutan menengadahkan tangan kanannya, kemudian cahaya muncul membentuk sebuah palu besar di genggamannya.
"Itu... Heavenly Hammer?"
"Berarti dia... Nephilim?"
Girl-chan hanya terdiam melihat itu.
Dia mengayunkan palu itu ke depan, kemudian lingkaran cahaya muncul beberapa meter darinya. Setelah itu dia langsung teleport ke lingkaran cahaya tadi dan begitu berada di tengah lingkaran, tubuhnya berubah dua kali lebih besar. (Yah, sebenarnya agak susah jelasin kayak gimana D Hold-nya... .w.a)
"Bagaimana?" tanya Mira sambil berjalan keluar dari lingkaran cahaya itu dan ukurannya kembali seperti semula.
"Hmm, lumayan..." balas Girl-chan seadanya.
Special Bonus: Balada Bahasa Bunga
Saat ini Duo Spiky (Salem-Saphire) sedang berada di kebun bunga.
"Hey, mumpung kita lagi di antara bunga-bunga, gimana kalau ngomongin soal bahasa bunga?" tawar Saphire sambil mengeluarkan handphone.
Salem berpikir sejenak. "Boleh juga sih..."
"Oke..." Saphire membuka sesuatu di handphone-nya, kemudian menahan tawa karena apa yang dibacanya. "Sepertinya kau lebih cocok diberi Bachelor's Buttons!"
Salem mengangkat alis. "Maksud lu gue cocok banget jadi jomblo gitu?"
"Lu kan dari dulu udah jones!" ledek Saphire.
"Sialan!" umpat Salem.
"Atau bisa juga Carnation, tapi yang umum!" sela Saphire.
"Emang gue punya ikatan kasih sayang?" tanya Salem bingung.
"Bukan, ada arti lainnya lho!" Saphire menunjukkan handphone-nya yang ternyata sedang membuka sebuah artikel tentang bahasa bunga.
Salem langsung shock membaca bagian yang dimaksud. "What the?! 'Kasihannya hatiku yang malang'?!"
Kemudian dia menggertakkan tangan dengan wajah sebal. "Masih untung itu yang umum! Kalau yang warna kuning, gue udah bejek muka lu gara-gara hina orang!"
Saphire yang merasakan bahaya besar segera menenangkan Salem yang mulai emosi. "Slow aja, bro!"
Salem berusaha menenangkan diri dan mengelus dada, sementara Saphire men-scroll artikel itu. "Hey, bagaimana kalau kita kasih Ice Plant buat ultah Tumma? Cocok tuh buat dia, 'penampilanmu menakutiku'!"
Salem menggeleng. "Zen bilang Arie ngerti bahasa bunga, lu bisa digebukin kalau dia sampai tau itu!"
Saphire langsung merinding. "Nggak jadi deh!"
Kemudian dia men-scroll artikel itu lagi. "Narcissus cocok kali ya buat Alpha! Dia kan lebih suka diri sendiri!"
"Lu kali lebih pantes buat bunga itu! Daren pernah curhat kalau lu terlalu narsis dan sok 'Hero'!" ejek Salem.
Saphire langsung manyun, sementara Salem nyengir lebar. "Satu sama!"
Saphire kembali men-scroll. "Sekarang gue tau kenapa Lisa suka ngasih bunga Peony ke Teiron, mereka sama-sama pemalu!"
Salem menopang dagu. "Entahlah soal itu..."
Saphire nyengir jahil setelah menemukan sesuatu. "Hey Sal! Coba lu kasih Spiderflower ke Alfred, kali aja dia mau!"
Webek, webek...
Salem hanya bisa sweatdrop. "Lu abis terkontaminasi sama Alexia ya? Itu kan artinya ngajak kawin lari!"
Saphire kembali nyengir.
To Be Continue, bukan The Boxer Cat (?)...
Mira Liferpoint (Nephilim): Adik perempuan Musket. Pernah mengalami koma selama sepuluh bulan karena kecelakaan dan sekarang sudah pulih. Selama masa perawatan, dia berteman dengan seorang dokter yang juga merupakan seorang penyihir. Gadis yang memiliki keinginan kuat untuk membantu kakaknya yang sedang berusaha menghilangkan kutukannya.
Beneran pake Nephilim buat Mira walaupun belum resmi juga sih, oh well... -w-a
Judulnya agak absurd karena kurang ide, tapi biarlah... -w-/
Foto Zen yang dimaksud bisa dilihat di FB-ku pada album 'random digiart'... 'w'/
Bagian bonus itu kepikiran setelah nemu sebuah artikel tentang bahasa bunga di TL FB yang di-share oleh 'seseorang', pokoknya jangan tanya siapa!
Chapter depan akan ada ke-OOC-an lagi, tapi... Jangan terlalu serius ya nantinya! ^^/
Review! :D
