Balas Review! :D

I'mYaoiChan: Dragon Nest yang kumaksud itu nama Dungeon di Elsword... 'v'/ Makasih Review-nya! :D

StrideRyuuki: Gue gitu lho~ :V /

Zen: "Kukira kau akan bilang 'plagiat Obito'..." .v.

Ini udah lanjut! ^^/

RosyMiranto18: Nggak apa-apa kok! ^^ Thanks for Review! :D

Happy Reading! :D


Chapter 93: Daily of Week


Seperti apa keseharian penghuni Garuchan dalam seminggu?


~Senin: Flore Sekolah?~

"Kaichou, liat Flore nggak?" tanya Teiron pada suatu Senin pagi.

"Dia pergi sekolah..." balas Girl-chan yang sedang menyikat bulu Kopen.

Teiron langsung cengo. "Hah? Sekolah? Siapa yang bayarin?"

Girl-chan melirik Teiron dengan wajah datarnya. "Bibimu, emangnya siapa lagi?"


Meanwhile...

"Nenek, apa itu sekolah?" tanya Flore ketika dituntun Bibi Rilen ke sebuah sekolah dasar.

"Sekolah adalah tempat dimana kamu bisa belajar banyak hal dan juga bertemu banyak teman." jelas Bibi Rilen.

Flore hanya ber-'oh' ria.

Mereka berdua berhenti di depan sebuah kelas.

"Nah, kamu masuk ke dalam ya."

Flore mengangguk, kemudian dia membuka pintu kelas dan mengintip sedikit.

"Ah, sepertinya teman baru kita sudah datang. Masuklah." ujar seorang guru di kelas itu.

Anak itu masuk ke dalam kelas dan sedikit menelan ludah karena agak gugup berhadapan dengan banyak orang. "Umm, namaku Flore Blanca Noir. Salam kenal."

Beberapa anak terlihat mengobrol sendiri, sepertinya sedang membicarakan anak baru di kelas mereka.

Sementara sang guru menuntun Flore ke kursinya di baris ketiga deret kedua. "Nah, kamu duduk di sini ya."

"Sekarang kita mulai pelajaran hari ini." ujar sang guru setelah kembali ke depan kelas.


Ketika sebagian kelas sedang serius mendengarkan, seorang anak yang duduk di belakang Flore penasaran melihat ekor kucing yang meliuk-liuk di depannya, kemudian menarik ekor itu.

"Kyaaaaaaah!"

Teriakan itu sukses membuat seisi kelas menengok ke arah sumbernya.

"Ma-maaf bu, abisnya saya penasaran sama ekornya." jelas anak itu.

Sang guru hanya menghela nafas. "Ya sudah, kita lanjutkan pelajaran."


Skip ke waktu istirahat.

Suasana depan sekolah yang ramai oleh anak-anak yang bermain tiba-tiba dikacaukan dengan keberadaan monster yang muncul.

Alhasil, anak-anak yang melihat itu langsung kabur ke gedung sekolah karena takut. Tapi Flore (yang entah emang berani atau hanya sekedar penasaran) mendatangi monster itu.

"Hey, kamu! Jangan dekat-dekat!"

Flore tidak mendengarkan peringatan para guru dan terus mendekati si monster yang meraung keras, kemudian dia memunculkan sepasang tangan raksasa dan...

DUAAAAK!

Meninju monster itu sampai mental entah kemana.

Flore menghilangkan tangan raksasa tadi dan mendatangi anak-anak beserta para guru sambil menepuk tangannya dengan wajah sumringah. "Nah, sudah selesai! Sekarang kita bisa main lagi!"

Mereka semua yang melihat kejadian barusan hanya terdiam, entah karena kagum atau malah ngeri.


Sorenya...

"Jadi, bagaimana sekolahmu?" tanya Lisa.

"Lumayan, Ma! Banyak teman yang asik!" jelas Flore senang, tapi entah kenapa setelah itu dia malah menunduk takut. "Walaupun ada tidak enaknya juga..."

"Hah? Apanya yang tidak enak?"

Teiron yang baru datang duduk di sebelah Lisa dan ikut menyimak.

"Tadi ada anak yang duduk di belakangku, terus dia menarik ekorku..."

"Lalu apalagi?" tanya Teiron sedikit mewanti-wanti karena merasakan sesuatu yang tidak beres.

"Saat istirahat ada monster yang muncul, jadi aku pukul saja!"

Lisa langsung sweatdrop, sementara Teiron tepuk jidat.


~Selasa: Unlucky Gacha in Real Life~

Pada Selasa siang, Alpha dan Saphire sedang menonton sebuah konser di amusement park.

"Yap, lagu selanjutnya kami menerima request dari pengunjung!" kata penyanyi di panggung itu.

"Saya mau request!" ujar Alpha sambil angkat tangan dan menghampiri para pemain di panggung itu. "Jadi teman saya, bla bla bla bla..."

"Baiklah! Lagu ini merupakan lagu penyemangat bagi Saphire untuk... Gahta? Gacha? Iya, gacha-nya!" ujar sang penyanyi.

"Hah?" Saphire hanya bingung mendengar itu dan ketika musik diputar...

"Judi! ("Judi!") Menjanjikan kekuataaan..."

'Kemenangan bego, bukan kekuatan!' batin salah satu personil di panggung itu mengoreksi.

"Ngoahahahaha..." Alpha hanya tertawa mendengarnya.

"Kampret..." umpat Saphire pelan. "Eh, tapi kok gue dapet SSR ya?"


Setelah itu, mereka berdua pergi ke sebuah rumah hantu.

"Al, kita balik aja yuk! Takut nih!" pinta Saphire ketakutan. "Mana itu hantunya kayak beneran semua lagi..."

"Halah, ngapain takut? Orang nggak ada seremnya juga! Gue nggak takut tuh!" balas Alpha datar.

"Beli saya..."

"Su-suara apa itu?" tanya Saphire merinding.

"Bentar, kok gue kayak kenal nih suara?" tanya Alpha bingung.

Ketika didatangi, ternyata adalah...

"GYAAAAAAAAAARGH! HANTU GEM GACHA!" teriak Saphire sambil ngacir.

"TOLOOOONG! DOMPET GUE UDAH NGGAK KUAAAAT!" pekik Alpha ikutan ngacir.

"Beli saya..."

"Ayo Gacha Premium..."

"SSR menunggumu..."


~Rabu: Tumma Breakdance?~

Semua orang pernah kepergok melakukan sesuatu yang tidak terduga, misalnya saat Edgar ketauan mencium pohon sama Naya. :V *ditendang yang bersangkutan.*

Percaya atau tidak, hal itu juga pernah terjadi pada Tumma.


Kejadiannya begini:

Tumma sedang latihan breakdance pada Rabu pagi di halaman belakang markas, tapi dia tidak tau kalau ada yang memperhatikannya dan baru menyadarinya begitu selesai latihan.

"SEJAK KAPAN KALIAN DI SINI?!"

BLETAAAAAAK!

Tumma melempari Alisa dan Monika dengan sepatu boot (yang entah dapat dari mana), kemudian langsung kabur karena kelewat malu.


"Ternyata dia punya rasa malu juga kalau ketauan..." gumam Ikyo di atas pohon yang letaknya tidak jauh dari tempat Tumma latihan.

Anehnya, baik Tumma maupun Alisa dan Monika, tidak ada yang menyadari keberadaan si rubah, padahal dia udah ada di situ sejak tadi pagi.


"Ayolah, buka pintunya!" Arie mengetuk pintu kamar berkali-kali.

"Ada apa, Rie?" tanya Luthias.

"Kamar dikunci dari dalam, terus kuncinya dipegang sama Tumma!" jelas Arie. "Tum, ini tidak lucu! Biarkan aku masuk!"

Luthias langsung sweatdrop setelah menyimpulkan apa yang terjadi. "Sepertinya dia sedang malu karena suatu hal sampai mengunci diri seperti itu!"


~Kamis: Pocong~

Di suatu Kamis malam, ada empat cowok yang sedang menonton film horror tentang pocong.

Salem menutup mata, Edgar merinding, Rendy udah pingsan duluan, sementara Edward malah biasa aja.


Edgar yang melihat ekspresi adiknya langsung bingung. 'Eh? Apa dia suka film hantu? Atau jangan-jangan...'

"Keeereeeeen! Kak Edgar, aku mau sleeping bag kayak gitu dong!" seru Edward.

"Woy!" sembur Salem shock.

'Sudah kuduga...' batin Edgar sweatdrop.


~Jumat: Tragedi Cewek Mabuk~

Pada Jumat siang, terjadi sebuah kehebohan.

"Hik! Pokoknya Tei-kun yang paling -hik- top deh~ Udah manis -hik- ramah -hik- contoh kepala keluarga terbaik~ Dia juga -hik- masak sarapan setiap pagi dan selalu -hik- membantuku~"

"Cih, cuma -hik- sebegitu doang! Tumma-kun dong, jago masak -hik- terus sangat baik! Bisa memancing -hik- dan pinter nawar harga barang! Nggak boros kayak -hik- cowokmu yang nggak berguna itu!"

"Hik! Tei-kun nggak boros kok! Jangan -hik- salahin dia kalau -hik- si hijau itu emang bokek dari sononya!"

"KAU BILANG APA BARUSAN?!"

"Wah wah, Yu-chan! Perlukah -hik- aku ulangi sekali lagi? Bukan salahku kalau kau -hik- punya pacar bokek kayak Tum-Tum!"

"TARIK KATA-KATAMU BARUSAN! TUMMA-KUN EMANG BOKEK, TAPI GITU-GITU DIA PERHATIAN! CINTA LEBIH BERHARGA DARIPADA DUIT TAU!"


Para penghuni perpus hanya bisa menatap cengo kedua gadis yang kini sudah siap saling mencekik satu sama lain dengan wajah yang sudah lebih merah dan lebih ganas dari wajah Mathias yang ditenggelamkan di dalam kolam bir, menurut penuturan Vience yang pernah iseng melakukannya karena sebuah taruhan dengan Zen yang berakhir dengan...

Ah, sudahlah! Mari kita kembali ke topik!

Sungguh menakjubkan dengan apa yang dilakukan sake berkadar alkohol 20 persen yang awalnya ingin Raimundo berikan untuk Red.


Semuanya berawal ketika Raimundo menaruh botol-botol minuman keras itu di atas meja perpus, kemudian pergi ngobrol dengan Desmand dan meninggalkan botol-botol sake itu sendirian di atas meja tanpa ada yang menjaganya.

Lisa dan Yubi (yang saat itu masuk ke ruangan dengan terengah-engah dan juga kehausan) melihat botol berisi cairan bening yang tampak sangat segar. Mereka tidak bertanya dan langsung meneguknya. Tidak tanggung-tanggung, hampir satu botol sekali minum.

Hasilnya, begitu selesai ngobrol, Raimundo terkejut mendapati botol sake-nya sudah nyaris tak berisi dan yang lebih mengejutkan, dia mendapati Lisa berubah menjadi enigma bermuka dua (atau istilah lebih mudahnya, yandere), sementara Yubi berubah menjadi tsundere akut yang siap menyalak ke siapa saja.

Yang semakin membuat cengo para penghuni perpus (termasuk Raimundo yang sudah siap seppuku di tempat), kedua gadis yang berganti kepribadian itu entah kenapa malah saling membandingkan kekasih/caretaker/guardian/babysitter atau apapun yang bisa dipakai untuk mendeskripsikan peran Teiron dan Tumma (yang notabene memang mengurus kedua gadis mendadak sarap itu) tanpa alasan yang jelas.

Terus terang, hal itu semakin lama akan menimbulkan sugesti macam-macam.


"Haah~ Tapi kebaikan hati semata -hik- nggak bakalan bisa bikin kenyang lho, Yu-chan~ Tei-kun dong! Walaupun agak kagok soal merayu, tapi begitu sudah waktunya bertindak, waow~ Nggak bakalan kelihatan deh kalau dia abis baca buku panduan~ Dan -hik- kamu belum pernah lihat wajah Tei-kun kalau ngajak aku kencan kan? Blushing-nya manis banget lho~ Ah udah deh, akui aja kalau -hik- Tei-kun emang paling top~"

"Sampai Flore dan Nigou pacaran pun aku nggak bakalan ngakuin! Dari segi manapun -hik- Tumma-kun jelas lebih top daripada cowok merahmu itu! Walaupun nggak punya duit -hik- dia tetep kasih aku bunga yang ditanamnya sendiri! Dan -hik- dia selalu masakin makanan walaupun sehari-hari dia cuma sanggup makan kacang saat keuangannya lagi sekarat! Dan kamu nggak tau ya -hik- wajahnya kalau lagi demam gara-gara kehujanan? Mmm -hik- so rapeable!"


Raimundo melihat ke sudut ruangan dimana terdapat sepasang makhluk yang tengah meringkuk memeluk lutut seperti siap bunuh diri kapan saja.

"Li-Lisa, tak kusangka kau... Aku sudah salah apa?" Tampaknya Teiron tinggal sejengkal lagi merangkak ke dalam lubang dan mati sambil memeluk buku-bukunya.

"Yu-bi... Tolong, jangan beberkan aibku lebih dari ini..." Tumma seperti ingin sekali untuk menenggelamkan diri ke sungai terdekat dan hanyut sampai ke Greenland, kalau perlu sampai ke Kutub Selatan.

Di samping kedua cowok putus asa itu, Alpha dan Arie ikut berjongkok sambil menepuk punggung teman baik mereka dan menggumamkan belasungkawa atas tercabiknya harga diri mereka.


Sementara kedua gadis sakaw itu masih dengan sakaw-nya berceloteh dan membeberkan aib pasangan mereka.

"Tei-kun nomor satu pokoknya! Cowok tersejati di antara pria sejati lainnya!"

"Tumma-kun yang nomor satu pokoknya! Satu-satunya cowok ter-fleksibel sejagad raya!"

"Ah, ciuman hangat nan romantis bareng Tei-kun berasa kue~"

"Ih, ciuman apaan tuh, Jorok! Gue dong! Ciuman kental manis berasa sirup! Kamu tau nggak? Dia paling jago ciuman lho!"

"Tei-kun juga jago nyium kok!"

"Tapi masih jauh kalau dibandingkan dengan Tumma-kun! Kayak bekicot sama cheetah gitu!"

"Ih, kamu mah nggak nyambung! Ya sudah! Mari kita buktikan, siapa yang bisa ngasih ciuman paling memuaskan~"

"Oke, setuju!"

Raimundo hampir yakin kalau dia mendengar detak jantung dua orang yang berhenti berdetak selama beberapa saat. Bahkan dia berspekulasi bahwa lebih dari ini, mungkin Teiron dan Tumma akan lebih memilih untuk kawin lari satu sama lain daripada harus menghadapi ke-OOC-an pasangan mereka yang di luar akal sehat.

Kedua pasang mata kehijauan dan amethyst itu melebar ngeri ketika dua pasang kuning dan coklat itu berbalik menatap mereka dengan dibayangi nafsu yang tak mereka sangka ada di dalam kedua gadis itu.

Tak disangka, mereka akan melihat pasangan mereka begitu... buas.

"Tei-kun!"

"Tumma-kun!"

Kedua gadis itu langsung menerjang, Alpha dan Arie udah ngacir entah kemana, Teiron dan Tumma saling memeluk satu sama lain sambil komat-kamit mengucapkan doa memohon pengampunan dosa.

"Kalian berdua, maafkan aku..."

Teiron dan Tumma yang masih terpaku dalam posisi saling memeluk langsung cengo ketika kedua gadis yang tinggal sejengkal lagi meraep mereka tiba-tiba berhenti dan rubuh di lantai.

Di depan mereka sekarang terdapat Raimundo yang berdiri sambil menggenggam tongkat kayu yang tadi dia gunakan untuk memukul pingsan kedua gadis sakaw itu.

Kalau tidak ada yang cepat bertindak, bisa-bisa seisi perpus akan diraep oleh Lisa dan Yubi (tidak selebay itu juga sih, tapi setidaknya dia hanya bisa berharap).

"Mu-Mundo?"

Yang bersangkutan hanya melempar tongkat kayu tadi ke sembarang arah, kemudian menatap kedua cowok itu tanpa ekspresi.

"Tei, Tum! Aku minta maaf karena harus menggunakan kekerasan, tapi bisakah kalian berdua mengamankan mereka agar tidak membahayakan orang sekitar?" pinta Raimundo.

Kedua cowok itu mengangguk mengerti dan segera berdiri, kemudian membisikkan terima kasih sekilas sebelum mengangkat pasangan mereka dengan hati-hati dan menggendongnya dengan gaya bridal style, setelah itu bergegas keluar dari perpus.

Raimundo menatap kepergian kedua orang itu dan menghela nafas panjang.

Untuk sementara bencana bisa dihindari, dia hanya bisa berharap Teiron dan Tumma cukup pintar untuk menahan Lisa dan Yubi sampai efek sake-nya memudar. Sekarang masalahnya tinggal...

Tubuhnya menegang ketika sebuah tangan menepuk punggungnya, dia pun berbalik dan mendapati seorang gadis yang merupakan sang ketua Garuchan.

"A-ada apa, Kaichou?" tanya Raimundo agak takut.

Gadis itu mengerutkan kening dengan bingung, tapi hanya sesaat. "Aku mau minta tolong, Mundo! Sake-mu diminum sama Eudo, bisa tolong buat dia pingsan juga?"


~Sabtu: Balada Malam Minggu Nista Salem~

Ada seseorang yang sedang menopang dagu di meja perpus pada Sabtu malam.

"Malam minggu sendirian lagi..." keluh Salem.

"Ah, masa? Bukannya lu udah ada Alfred?" timpal Emy jahil.

"Siapa juga yang mau sama si 'Kepala Buntung' itu?" tanya Salem nggak terima.

"Kalian kan udah jadian~" ujar Emy watados.

Salem langsung jijik. "Ih, najis tralala! Mending gue mati sebagai perjaka daripada jadi pacarnya!"

Emy hanya tersenyum miris sambil angkat bahu. "Ya udah sih..."

"Sal, mau jalan-jalan denganku?" tanya Alfred yang nongol entah dari mana.

"NGGAK, MAKASIH! MENDING GUE DI KAMAR AJA!" pekik Salem sambil ngacir dari perpus.

"Kenapa dia?" tanya Alfred bingung.

"Biarin Fred, dia emang gitu!" jawab Emy yang berusaha menahan tawa.


Tapi ternyata...

"Sal, lu jangan bunuh diri dulu! Entar kasihan kakak lu ditinggal mati!"

"Bener tuh kata Edgar! Kalau mau galau mah nggak usah segitunya juga! Ingat, dunia tuh nggak selebar taplak meja!"

"Lu mau ngelawak ya?! Mathias bungee jumping dari atas Airplane (nama map di LS) pake gesper juga tau kalau dunia nggak selebar taplak meja!"

"Gue nggak ngelawak, itu cuma perumpamaan doang!"

"Zen, perumpamaan mah boleh aja, tapi kenapa harus taplak meja?"

"Karena daun kelor terlalu mainstream, Arie!"

Webek, webek...

"Ini kenapa malah ngomongin perumpamaan sih?!" sembur Edgar sebal.

"Biar nggak dikira ngelawak!" balas Zen sambil nyengir tanpa dosa dan sukses membuat para pendengar yang berada di kamar Salem sweatdrop.

"Udah ah, capek gue!" Salem langsung melompat keluar jendela tanpa bisa dicegah lagi.

"JANGAN!"

Ketika dia sudah melompat keluar jendela, rupanya Rendy ikut melompat dengan selimut yang diikat pada tali di tubuhnya. Dia berhasil menangkap temannya di udara dan selimut yang terikat langsung mengembang. Alhasil, mereka berdua terbang terbawa angin.

Ane namakan jurus itu, 'Terbang Gaya Ubur-Ubur'! :V *ini bukan 'Sakamoto Desu Ga' dodol!*

Tapi entah kenapa, Rendy dengan kejamnya malah melempar Salem sampai kepentok pohon terdekat dan dia sendiri mendarat dengan tenang.

Alhasil, pemandangan tidak elit itu sukses membuat para penonton yang melihatnya dari jendela langsung sweatdrop.


~Minggu: Edgar in Yo Dawg Dream~

Di kediaman keluarga Lammermoor pada Minggu pagi, sinar matahari yang terang memasuki kamar Edgar. Tapi bukan sinar matahari yang membangunkannya, melainkan suara 'gedebuk' dari kamar sebelah (yang diketahui berasal dari Mathias yang nginep di rumahnya dan guling-guling dari kasur).

Edgar bangun dengan cara normal, tapi sambil salto karena libur dari misi. Tapi saat berhenti, tiba-tiba Edgar terkena encok dan dia pun dengan susah payah mengambil alat pijat refleksi.

"Ah, leganya..." gumam Edgar setelah melakukan pemijatan.

Edgar membuka pintu kamar dan melihat Salem dan Edward sedang main kejar-kejaran di depan kamarnya. Tapi naasnya, pintu kamar yang sudah terbuka ditutup paksa oleh Salem dan Edgar pun nemplok di tembok.


Edgar kembali membuka pintu kamar sambil melihat kanan-kiri dan setelah merasa aman, barulah dia menuruni tangga. Sialnya, dia menginjak kulit pisang dan jatuh dari tangga dengan cara berguling.

"Lu ngapain guling-guling di tangga, Gar?" tanya Mathias.

"Gue mau tau aja karena katanya gue bisa mati kalau guling-guling di tangga!" jawab Edgar ngasal.

"Ya elah!" balas Mathias sweatdrop, kemudian berjalan pergi.


Setelah kejadian itu, Edgar menghabiskan sarapannya dan keluar untuk jalan-jalan.

Sayangnya, dia terkena air jemuran dari tetangga sebelah. "Kampret!"

"Kalau jalan liat dulu dong!" kata ibu-ibu tetangga sebelah.

"Mau minta dibunuh ya?!" tantang Edgar sewot dan ibu-ibu itu langsung ngacir setelah melihatnya mengeluarkan senjata.

"Cih! Ngacir aja deh!" ujar Edgar sambil berjalan melewati Kantor Bupati (?) untuk mencari Kera Sakti (?). (Malah nyanyi!)


Edgar tak sengaja melihat kucing di dalam kotak yang mengambang di sungai. Dia tak merasa kalau itu kucing beneran, tapi...

"Meong, meong!"

Dia berusaha menyelamatkan kucing itu. Tapi setelah diselamatkan, ternyata itu kucing mainan bersuara.

"I AM IN MANGA!" teriak Edgar sambil berlari ke arah rel kereta api, kemudian tertabrak kereta dan mati.


"AAAAAAH! MIMPI YANG MENGERIKAN!"

"Gue bangun?" tanya Edgar bingung sambil mencubit pipinya dan langsung meringis kesakitan.

"Yes, udah bangun!" ujar Edgar kegirangan.


Dia membuka pintu kamar dan tak sengaja melihat pintu kamar Edward yang terbuka, kemudian dia mengintip dari celah pintu dan ternyata...

ADIK KANDUNG DAN ADIK IPARNYA SEDANG 'BEGITUAN'!

"AAAAAAAAAAAAH, ADEK GUE KENAPA?!"


"AAAAAAH! A DREAM AGAIN! OKE, EDGAR! A DREAM CAN'T HURT YOU, YOUR DREAM CAN'T HURT YOU!" pekik Edgar panik.

Edgar melihat ke arah jendela dan melihat darah.

Ternyata di luar sana terdapat kepala ayahnya yang terpenggal, ibunya yang tertusuk, adiknya yang terbelah menjadi dua, dan tubuh istrinya yang terpotong-potong.

"AAAAAAAAAAAAAAH!"


"SHIT, I AM IN YO DAWG!"

Edgar kembali melihat jendela dan ternyata udah malam.

Tunggu dulu! Ini bukan malam, tapi dia berada di luar angkasa dan dekat dengan black hole.

"AAAAAAAAAAAAAH! I AM SO CLOSE TO BLACK HOLE! AAAAAAAAH!"


"AAAAAAAAAAH!"

"Gue udah bangun nih?" tanya Edgar bingung sambil mencubit pipi.

"Ugh!" Dia hanya bisa meringis kesakitan setelah melakukannya. Ternyata bukan mimpi!

"Gue kasihan banget sama Edgar, dari tadi nggak bangun-bangun!"

Edgar langsung menengok ke arah suara itu.

Ternyata Ikyo, Vience, Tartagus, Mathias, Rendy, dan Salem lagi ngumpul di pojok kamarnya sambil main poker.

"Apa?" tanya Edgar datar.

Rendy yang nyadar duluan langsung kaget. "Eh? Udah bangun?"

"Masih tidur!" jawab Edgar dengan tampang 'You don't say'.

"Hebat lu, Gar! Tidur dari jam 9 malam sampe jam 7 malam!" puji Tartagus kagum.

Pantesan aja dari tadi mimpinya yo dawg terus!


Bonus:

"Gue balik ye!"

"Iye, kalau perlu nggak usah balik lagi!"

"Galak amat sih, mbak! Udah ya, dadah!"

Girl-chan melambaikan tangan ke rombongan Reha Squad yang pulang ke markas mereka.

"Reha udah balik?" tanya Mathias yang baru datang.

Gadis itu mengangguk dengan senyum tipis, kemudian memasang wajah sedih. "Cuma, aku agak kasihan sama Warrend... Kenapa dia nekat begitu?"

"Mungkin depresi..."

"Bisa aja sih..."

"Lu kasihan kayak gitu suka sama dia?"

"Ih, kata siapa? Lu cemburu?"

"Kagak!"

"Ngaku aja lu! Waktu itu kan lu yang paling shock pas Arie nggak sengaja ngelamar gue!"

'Inget aja dia...' Mathias menghela nafas pasrah. "Iya deh, lu menang! Gue cuma cemburu dikit sih!"

Girl-chan hanya geleng-geleng kepala, kemudian mereka berdua masuk ke dalam markas.


To Be Continue, bukan Toy Beat Chill (?)...


Well yeah, ini absurd, tapi biarlah... -w-a

Review! :D