Balas Review! :D

StrideRyuuki: Kalau punya duit banyak mah bisa aja belanja box gacha banyak-banyak... -w-/

Teiron: "Namanya juga orang mabuk, apa aja pasti diumbar..." *risih sendiri.*

Flore: "Ehmm, maksudnya 'triangle love' itu apa ya?" *bingung.*

Teiron: "Abaikan saja, kau tidak perlu tau!" *menuntun Flore pergi.*

Sebenarnya akan ada penjelasan tersendiri tentang Salem dan si 'Kepala Buntung'... :V / *langsung kabur dikejar-kejar Salem.*

Mathias: *memalingkan wajah.* "Nggak juga tuh!"

Luthias: *cekikikan gaje.*

Mathias: *menengok dengan wajah bete.* "Mau apa kau, Greeny?"

Luthias: *nyengir tanpa dosa.* "Nggak ada..."

Ini udah lanjut! ^^/

RosyMiranto18: Aku bisa saja bikin fic Persona versi sendiri, tapi tau sendiri deh... .w./

Arie: "Sejujurnya, aku sebagai teman baik Tumma cukup terkejut melihat sisi lain darinya..." ._.a

Zen: "Hanya taruhan yang nggak penting, jadi aku tidak bisa menjelaskan lengkapnya..." 'v'/

Sejauh ini belum ada anggota baru sih... ^^a Thanks for Review! :D

Happy Reading! :D


Chapter 94: Miracle of Ladybug


Yubi tampak sibuk melukis sesuatu.

Agak aneh juga sih, karena biasanya dia keluyuran keliling markas untuk menyapa semua orang.

Tidak biasanya dia diam seperti itu, bahkan Tumma yang merupakan kekasihnya juga tidak bisa menjelaskan hal ini.

Singkatnya, gadis berambut biru itu adem ayem melukis di atas kanvas tanpa suara sedikitpun. Bahkan dia sampai merahasiakan lukisannya.

"Aneh..." gumam Salem.

Primarin yang berada di sebelahnya menengok. "Aneh kenapa?"

Salem menghela nafas dan menunjuk ke arah Yubi. "Yubi dari tadi sibuk melukis tanpa suara, aku heran kenapa dia mendadak jadi diam begitu!"

Primarin hanya angkat bahu.

"Ah, mending kita tanya saja sama Tumma!" usul Arie.

"Ah iya, ide bagus!" balas Salem.

Mereka berjalan menghampiri Tumma yang sibuk baca buku.

"Umm... Tum, kami ingin bertanya sesuatu!" panggil Salem.

Tumma langsung menengok. "Memangnya kenapa?"

"Kenapa Yubi mendadak bersikap aneh begitu? Biasanya dia selalu ceria kan?" tanya Zen yang entah sejak kapan berada di antara gerombolan itu.

Jangankan kalian, gue juga kaget kenapa dia bisa berada di situ! *plak!*

"Nggak tau! Dia mengerjakan lukisannya dari kemarin!" jawab Tumma agak kesal.

Mereka yang mendengar itu mulai berpikir kalau dia sedang cemburu.

"Oh..." balas Arie singkat.

Akhirnya mereka memutuskan untuk kembali ke urusan masing-masing.

Tiba-tiba Edgar datang sambil membanting pintu perpus disertai aura hitam yang cukup meyakinkan semua orang kalau dia sedang kesal.

"Maaf terlambat! Tadi macet di jalan, jadi aku terpaksa menunggu sampai macetnya selesai! Tapi karena nggak sabar, aku bilang ke pengendara mobil di depanku untuk bergerak maju atau aku akan membunuhnya, tapi entah kenapa dia malah kabur!" jelas Edgar panjang lebar.

"Ya iyalah dia kabur, aura-mu kan mengintimidasi..." gumam Hikari.

Edgar langsung menengok ke arah Hikari. "Kau bilang apa tadi?"

Aura hitam kembali menyelimuti ruangan itu dan Hikari hanya menggeleng.

"Berisik! Aku sedang mencoba menyelesaikan lukisanku!"

Mereka semua langsung menengok ke arah Yubi. Gadis yang biasanya ceria itu tampak gusar. Entah salah liat atau hanya imajinasi mereka, seluruh orang di ruangan itu (bahkan Edgar) merasakan aura membunuh yang memancar dari tubuhnya.

Daripada dikuliti hidup-hidup, mereka lebih memilih untuk keluar dari ruangan itu. Entah mau pergi ke dapur atau duduk-duduk di halaman, yang penting menjauh dari ruangan itu beserta Yubi di dalamnya.

Yubi hanya bisa menghela nafas.

"Haah... Padahal lukisan ini untuk ultah Tumma-kun yang tinggal seminggu lagi, tapi aku selalu gagal membuatnya..." gumam Yubi sedih.

Dia melihat lukisan yang sudah dibuatnya. Warnanya kurang hidup dan objeknya pun juga kurang sempurna.

Yubi meletakkan kuas dan palet-nya dan bangkit untuk membuka jendela. Dia terlalu capek melukis dan membutuhkan udara segar.

Entah kenapa, seekor kepik masuk ke dalam dan mata coklat Yubi terpaku melihat kepik itu. Dia teringat kepercayaan di suatu tempat. Konon kalau ada seekor kepik memasuki sebuah ruangan, maka pemilik ruangan itu atau orang yang berada di ruangan itu akan beruntung.

"Baiklah! Aku harus mencoba melukis lagi!" seru Yubi bersemangat.

Dia buru-buru duduk dan menyiapkan kanvas baru.


Saat pintu terbuka, Yubi masih fokus dengan kanvas-nya dan tidak sadar kalau ada orang yang berdiri di sebelahnya.

"Yes, selesai!" seru Yubi setelah beberapa lama. "Hasilnya lumayan juga, jauh lebih baik dari yang sebelumnya!"

"Bagus sekali lukisanmu!"

Yubi langsung terdiam mendengar suara di sebelahnya, dia pun menengok ke sebelah dengan ragu-ragu dan mata coklatnya berhadapan dengan manik amethyst Tumma.

"Huwaaa! Tumma-kun? Sejak kapan kau di sini?" tanya Yubi kaget.

Tumma tersenyum kecil dan mencubit pipi gadis itu dengan gemas. "Jadi kau tidak mau bicara denganku dan mengurung diri di kamar semalaman hanya karena melukis ini? Tapi tidak apa-apa, aku menyukainya kok!"

Yubi meringis kesakitan sambil memegangi pipinya karena dicubiti, kemudian tersenyum manis.

"Ngomong-ngomong, untuk apa lukisan ini?" tanya Tumma penasaran.

Wajah Yubi langsung memerah, kemudian menunduk malu. "Umm... Ultahmu kan seminggu lagi, jadi aku melukis ini untukmu karena ingin membuatmu kagum dan mencintaiku..."

Pemuda hijau itu sedikit terkejut sebelum akhirnya tersenyum lembut. "Tidak perlu menunggu ultahku untuk memberikan lukisan ini! Aku akan selalu mencintaimu!"

Tumma mengangkat wajah Yubi dan mencium bibir si gadis yang sedikit kaget dengan itu, tapi dia senang dan langsung membalasnya. Setelah agak lama, mereka melepaskan ciuman.

Kepik tadi terbang keluar karena tugasnya membawa kebahagiaan bagi Yubi sudah selesai.


Special Bonus: Salem yang Terlanjur Jadian dengan 'Kepala Buntung' :V *langsung kabur sebelum dilempar pisau.*

"Huff... Kenapa harus mimpi yang aneh-aneh lagi?" keluh Salem sambil duduk di sofa ruang tengah.

"Emangnya lu mimpi apalagi?" tanya Edgar.

"Ada anak kecil manggil gue Mama, terus dia mirip Alfred dan manggil dia Ayah! Kan nggak enak pake banget! Masa gue punya anak dari si 'Kepala Buntung' itu sih?! Udah gitu mimpi gue rata-rata jadi kenyataan mulu!" jelas Salem panjang lebar sambil mengacak-acak rambut dengan tampang frustasi.

"Oh, soal anak kecil, pasti rambut merah muda ya?" tanya Edgar lagi.

"Hmm." Salem mengangguk.

"Tuh!" Edgar menunjuk ke belakang.

Salem menengok ke belakang dan seorang anak yang dimaksud langsung menerjangnya dari atas sofa. "MAMA! KETEMU!"

"OMG HELLOWW! SALEM PUNYA ANAK! SALEM JADI IBU!" teriak Alpha lebay.

"DIEM LU!" sembur Salem sebal.

Kemudian tangannya ditarik anak itu. "Mama, ayo ke taman bermain!"

"SEKARANG?!"

"IYA! AYO!"

WUUUSSSH!

Mereka pun melesat pergi.

"Wah, cepet banget ya..." gumam Eudo yang sweatdrop melihat kejadian itu.


Salem agak canggung dan takut karena harus jalan di sebelah Alfred, apalagi...

Mereka. Saling. Bergandengan. Tangan.

Terkesan awkward ya?

"Ehmm... Alfred?"

"Ya?"

"Apa tidak masalah kalau kita... Ehmm..." Salem melirik anak itu berjalan di depan mereka dan menengok ke arah Alfred. "Beneran jadi orangtua untuk Alfa?"

"Ya." jawab Alfred singkat.

Pemuda spiky itu hanya menghela nafas. "Baiklah... Mau bagaimana lagi? Aku tidak bisa menolaknya sih..."

"Apa ini berarti kita jadian?"

Salem memalingkan wajah. "Kalau itu menurutmu ya sudah..."

"Ayah! Mama! Ayo cepat!" seru Alfa sambil melambaikan tangan jauh di depan mereka.

Mereka berdua segera menyusul Alfa.


Di taman bermain...

"Jadi, aku yang tentukan kita bakalan mengunjungi wahana apa dulu nih?" tanya Alfa sambil membuka peta taman bermain di tangannya.

"Ya, kau yang mengajak, kau yang tentukan." jawab Alfred yang sedang memeluk Salem.

"Dia benar, kau yang tentukan." sambung Salem.

Alfa melihat peta dan menatap sekitar.

"Ah, kita ke sana dulu." Dia menunjuk sebuah wahana yang akan mereka kunjungi pertama kali.

Tapi sayangnya, wahana itu adalah hal yang paling dibenci oleh Salem: Rumah Hantu.

"Tidak! Kita tidak akan ke- Alfred!"

Salem berusaha memberontak dari pelukan Alfred, tapi karena Alfred lebih kuat darinya, jadi dia hanya bisa pasrah dan mengikuti keinginan Alfa yang ingin masuk ke rumah hantu.


Dua menit kemudian, mereka keluar dengan selamat.

Alfred tetap memasang ekspresi datarnya, sementara Alfa kebingungan melihat Salem yang sedang memeluk Alfred dengan erat, gemetaran, dan nangis.

"Mama takut dengan hantu?"

"Yap dan yap..."


Setelah itu...

"Hei, bagaimana? Apa kau senang di sana?" tanya Eris ketika melihat mereka bertiga telah kembali dari taman bermain.

"Ya! Mama ketakutan saat kami menaiki Rollercoaster dan Rumah Hantu!" jawab Alfa watados.

Salem hanya bisa facepalm mendengar itu.

"Oh, itu sudah biasa kok." balas Eris yang sebenarnya ingin tertawa, tapi takut ngakak (?).

"Ehehe... Ah, aku mau ke toilet lagi. Mama, anterin, aku nggak tau dimana toilet sini!" pinta Alfa.

Salem menghela nafas. "Baiklah, ayo Mama antarkan."

Mereka berdua pergi meninggalkan Eris dan Alfred.

Eris menyenggol pundak kakaknya dan tersenyum sebagai tanda untuk meminta Alfred menceritakan apa yang sudah mereka lakukan di sana.

Alfred menghela nafas dan menatap Eris. "Yah, tak ada yang baru kok..."

"Kau bohong kan?"

Alfred diam saja.

"Ayolah, pasti ada yang kau sembunyikan."

"Baiklah, kau menang... Aku... Jadian..."

"SAMA SALEM?!" teriak Eris yang sukses membuat orang-orang sekitar langsung menengok ke arah mereka.

Alfred mengangguk.

"What? Alfred? Jadian, sama Salem?!" pekik Iris.

"Serius?" (Emy)

"Cius? Miapah?" (Hanny)

"Salem harus diintrogasi!" (Rendy)

"WTF?!" (Edgar)

"Salem jadian dengan Alfred... Oh, baguslah." (Naya)

"Wow, awkward..." (Red)

"Cinta dua dunia..." (Teiron)

"OOOOOOOOOOOOHHHHHHHH MMMMMMYYYYYYY GOOOOOOOOOODDDD!" (Reha)

"Bah, kuat juga dia..." (Girl-chan)


Beberapa menit kemudian...

"Kenapa kalian melihatku seperti itu?" tanya Salem bingung ketika suasana ruangan berubah agak sepi dan semua orang menatap ke arahnya.

"Ehm... Jadi, untuk orang yang baru aja jadian... SIAP-SIAP PJ!" teriak Ethan.

Dan mereka semua langsung ngebut ke arah Salem. Ada yang lari, ada yang loncat indah, ada yang teleport, bahkan ada yang sleding ala Kak Seto (?).

"GYAAAAAAAAAAAAAAAA!" Salem langsung ngibrit entah kemana dikejar-kejar mereka semua dengan tatapan 'Minta PJ'.

"Mama kenapa?"

"Biarkan, ini sudah sering terjadi kok."


"Iye, iye, please jangan PJ kek! Dompet gue tekor nih soalnya!" jerit Salem yang diikat di kursi.

"Ya udah, kapan-kapan lu traktir semarkas ye!" ujar Girl-chan.

"Nggak se-"

"Oke, dua squad!"

"NGGAK!"


Keesokan harinya...

"Baiklah, aku akan buka portal- Eh, apa?!"

Sebuah portal terbuka dan Eris kaget ketika melihat seorang pria berambut ungu dengan beberapa bagian yang memutih di bagian depan keluar dari portal itu.

"Kau?!"

"Kau, diriku yang satu lagi?" tanya pria itu bingung.

"Kau juga Eris Lanceford?" tanya Eris balik.

"Yap, namaku Eris Lanceford, berarti kita sama." jawab Eris dari dunia lain itu. "Oh, kau di sini, Alfa. Mereka sangat khawatir karena kau kabur dari rumah."

"Maafkan aku, Paman..." gumam Alfa pelan.

Eris (yang AU) melihat sekitar dan menyadari keberadaan pasangan baru (?) di belakang Alfa.

"Oh, apa Kak Alfred, hidup di sini?"

"Tidak, dia sudah mati, dua tahun yang lalu."

"Dan sepertinya... Pfftt..." Eris (AU) menahan tawa.

Eris langsung bingung. "Kenapa?"

"Tidak! Tapi, Salma menjadi seorang pria."

"Salma?"

"Itu, pria yang menjadi pasangan Kak Alfred di dunia ini. Kalau di duniaku, dia perempuan, namanya Salma." jelas Eris (AU).

GUBRAK!

"What the?! Pantesan Alfa manggil gue 'Mama'!" sembur Salem yang baru saja bangun dari pose terjatuhnya.

"Dan lu udah terlanjur jadian sama Alfred." ujar Girl-chan dan Reha bersamaan.

"Argh! Gue emang orang tersial yang pernah ada!" jerit Salem sambil lari memutari markas.

Sekian dulu ya! :V / *langsung kabur dikejar-kejar Salem.*


To Be Continue, bukan Typic But Cloud (?)...


Hmm, sedikit fluffy, tapi biarlah... ^^a

Sebenarnya Tumma ultah tanggal 18 Desember, bisa dibilang cukup telat ya... .w.a

Jangan tanyakan bagian bonus-nya, itu terlalu 'menakjubkan'~ :V / *ditebas.*

Salem: "Demen amat bikin gue sengsara!"

Me: "Napa? Nggak suka? Lu emang pantes dibikin sengsara!" :V

Salem: "Au dah!" *langsung pergi dengan wajah sebal.*

Pokoknya begitulah~ :V /

Review! :D