Balas Review! :D

RosyMiranto18: Well... 'w'

Vivi: *terima bukunya.* "Vieny tidak akan senang jika Jero jadi manusia..."

Thanks for Review! :D

SR: Hmm, oke... .w. Ini udah lanjut! ^^/

Happy Reading! :D


Chapter 97: Random Theme


Simak saja ya! -w-/


~Doujin Laknat (lagi)~

"A-ah... Mmnh... Lebih cepat... La- Ah!"

"Kau sangat manis. Aku tidak mau membuatmu bermain dengan siapapun."

"A-apa maksudmu? Mmnh... Ah! Ah!"

"Tidak ada. Aku hanya ingin mengurungmu di sini dan bermain hanya denganku. Bahkan teman baikmu tidak boleh bertemu denganmu..."

"U-uh, apa ada yang terjadi hari i- AH! Mmmh!"

"Oh, hanya jengkel saja saat mereka mulai membicarakan tentang kedekatanmu dengan gadis lain."

"Ah, ja-jangan bilang kau cemburu... Nn!"

"Mmh, mungkin."

Dan sejak malam itu, si pemuda spiky dipastikan tidak bisa bangun sampai besok sore dan itu membuat kekasihnya tidak bisa pergi kemana-mana karena khawatir, meskipun dia juga senang bisa seharian dengan sang kekasih berambut spiky-nya.


'Siapa lagi yang bikin ini sih?!' batin si spiky yang mengeluarkan aura hitam setelah menemukan sebuah buku yang memasangkannya dengan si 'Kepala Buntung' (lagi) di perpus.

Tidak jauh dari situ, terdapat dua makhluk pirang yang cekikikan di balik rak buku.

"Sebaiknya aku ke taman saja..." gumamnya sambil menaruh buku yang dipegangnya di atas meja dan berjalan keluar.


~ML?~

Kedua makhluk pirang tadi keluar dari persembunyian mereka dan duduk di meja tempat buku itu diletakkan.

"Kau tau, membicarakan ML sama dengan terlibat bencana alam!" celetuk salah satu dari mereka sambil membaca buku itu.

"ML? Mobile Legend, Lex?" tanya temannya.

"Yang gue maksud itu si Musket, Federic bego!" sembur Alexia sewot sambil menabok kepala Federico dengan buku doujin yang dibacanya.

"Ehmm, tolong jangan bicarakan kakakku..."

Keduanya menengok dan mendapati Mira di dekat mereka, sepertinya mereka lupa kalau Musket punya adik.

"Ma-maaf..." balas mereka berdua tidak enak hati.

Mira hanya mengangguk dan pergi.


~Bekal Jean~

"Lelah..." gumam Maurice yang duduknya semakin merosot.

"Kenapa sih?" tanya Emy yang sebenarnya bukan karena khawatir, tapi karena Maurice terus menggumamkan kata yang sama berkali-kali di dekatnya.

"Aku capek... Baru pulang setelah tiga hari pergi misi..." gumam Maurice lesu.

"Aku juga pernah sampai lima minggu..." timpal Elwa sambil minum teh.

BRAK!

Pintu perpus didobrak seenak pantatnya oleh seseorang.

"Boleh minta bantuan nggak?" tanya Jean sang pedobrak barusan.

"Soal apa?" Elwa nanya balik.

"Begini, tadi aku pergi misi bawa bekal." Jean menunjukkan kotak makannya. "Tapi aku lupa kalau bawa bekal dan beli makanan dalam perjalanan pulang tadi. Ada yang belum makan?"

"Emang isi bekalnya apaan?" tanya Giro.

Jean membuka tutup kotak makannya, bekalnya langsung mengeluarkan asap berwarna ungu dan bentuknya tidak dapat dijelaskan.

Semua orang yang melihat itu langsung menelan ludah.

"A-aku sudah makan!" ujar Maurice dengan keringat dingin mengalir di wajahnya.

"Aku juga sudah bareng Elwa tadi!" timpal Emy diikuti anggukan dari Elwa.

"Aku sudah tadi!" sahut Giro.

Dan semua orang di sana mengatakan sudah makan.

Jean menghela nafas dengan kecewa. "Mubazir dong!"

"Oh, aku tau siapa yang belum makan!" Emy segera berdiri dari kursinya dan pergi keluar perpus.


Beberapa menit kemudian, Emy kembali sambil menarik Musket.

"Dia belum makan!" Emy mendorong Musket di depan Jean.

"Kak Musket belum makan?" tanya Jean.

"Errr... Belum sih dayo..." jawab Musket ragu.

Jean membuka tutup bekalnya. "Mau makan bekalku?"

Ketika Musket membuka mulut untuk bicara, Jean memasukkan sesuap bekal ke dalam mulutnya dan dia langsung tepar di lantai.

"2,419580763 detik!" Emy mematikan stopwatch-nya. (Banyak banget angkanya!)

Suasana langsung heboh dan beberapa cowok segera mengangkat Musket ke rumah sakit terdekat.


Di rumah sakit...

"Nii-chan kenapa?" tanya Mira.

"Err, lebih baik kamu tidak perlu tau..." jawab Daren dengan kepala dililit perban karena headbang setelah mengetahui perbuatan Jean.

"Dia belum mati kan?" tanya Mira yang hampir nangis.

"Tenang saja, dia belum mati..." balas Alexia datar, padahal di dalam hatinya malah bilang 'mati aja lu!' ke Musket.

"Lu abis diapain sama 'makhluk' polos itu?!" tanya Saphire mendramatisir.

"Oy, nggak usah lebay!" seru Daren.

"Musket, aku akan selalu mengenangmu..." Alpha menarik selimut yang dipakai Musket untuk menutupi seluruh tubuhnya sampai kepala.

"Woy! Dia belum mati, keles!" sembur Alexia.

Mira yang sudah terbawa suasana langsung menangis histeris dan ditenangkan Luthias.


Sementara itu, Jean sedang dinasehati Paman Grayson.


~Tumma dan Receh~

Tumma suka tertawa dengan hal-hal yang receh atau aneh.

Misalnya...

"Hey, aku punya tebakan! Ilusi apa yang sangat imut?" tanya Teiron suatu hari.

'Hah? Emangnya ada ya?' batin Thundy dan Tumma bingung.

"Nggak tau?" tanya Teiron lagi dan kedua temannya menggeleng. "Jawabannya adalaaah... FataMORGANA~"

Thundy langsung sweatdrop, sementara Tumma berusaha keras menahan tawanya agar tidak keluar.

"Se-sebentar, pffft, aku mau keluar dulu!" Tumma segera keluar ruangan.

Kemudian terdengar tawa menggelegar dari luar.

"Kalau mau ketawa nggak usah ditahan kali, Tum!" seru Teiron.

'Serius, selera humornya gaje banget!' batin Thundy double sweatdrop.


Atau seperti ini...

"Tumma-kun, kamu nggak apa-apa makan sayuran hijau?" tanya Yubi sambil menopang dagu.

Tumma yang sedang makan salad brokoli mengangkat alis dengan wajah bingung. "Hm, memangnya kenapa?"

"Kamu kan kulitnya hijau! Kalau kamu makan sayuran hijau, berarti kamu kanibal dong!"

Webek, webek...

"Bwahahahahaha!" Tumma langsung tertawa keras mendengarnya dan mencubiti pipi Yubi dengan gemas. "Kamu mah ada-ada aja deh, Yubi!"

Beberapa orang yang melihat kejadian itu malah sweatdrop berjamaah.


~Catatan Sang Adik~

Orang bodoh macam apa yang mau pacaran dengan laki-laki? Apalagi kalau dia hantu berkepala buntung setinggi tiang listrik dengan ekspresi sedatar papan triplek.

Tapi mau bagaimana lagi? Aku sudah terlalu lelah untuk mengejar cinta perempuan.

Lagipula aku juga tidak punya pilihan setelah bertemu seorang anak dari dunia lain yang memanggilku 'Mama'.

Sepertinya hidupku sudah dibuat jungkir balik sejak menetap di squad ini.


Naya tertawa geli setelah membaca catatan yang ditemukannya di dalam laci meja Salem saat sedang membersihkan kamar mereka.


~Tingkat Keahlian~ (Sedikit nyambung ke Chapter 55 fic Reha Squad)

"Aku dengar kau bertarung dengan Eris. Benarkah itu, Zhunei?" tanya Edgar.

Zhunei mengangguk. "Ya. Dan harus kuakui, kemampuannya cukup menakjubkan. Oh, ngomong-ngomong, apa Edward juga bisa bertarung seperti Eris-san? Karena kulihat dia juga punya sarung tangan yang sama."

Edgar memutar mata. "Dia tidak sehebat Eris. Bisa dibilang, Edward itu masih 'newbie' jika dibandingkan dengan Eris yang lebih 'expert'."

"Ada penjelasan untuk itu, Edgar-san?" tanya Zhunei penasaran.

"Yang kuingat, terakhir dia menggunakan sarung tangannya saat pertama kali ke markas. Waktu itu dia nyasar ke markas Kyou Squad dan begitu sampai di markas kami, dia malah mendarat di badan Vience." jelas Edgar sambil mijit kening.

Zhunei hanya ber-'oh' ria dengan wajah risih.

Ting tong!

"Biar kubuka pintunya!" Edgar berjalan menuju pintu.


~Hubungan~

Begitu sampai di depan pintu...

"Ehmm, apa yang terjadi padanya?" tanya Edgar begitu mendapati...

Alfred menggendong Salem dengan bridal style.

"Tadi dia terpeleset di tangga taman dan terluka, jadi kuantar pulang..." jawab Alfred datar.

Tanpa disadari, antek-antek cowok jahil sedang menertawakan mereka dari kejauhan.


Setelah itu...

"Nay, bagaimana menurutmu tentang hubungan Salem dan Alfred?" tanya Edgar selagi Naya mengobati luka di lutut Salem.

"Hey!" protes Salem sebal.

Sepertinya dia tidak suka jika ada yang membahas 'kedekatan'-nya dengan Alfred.

Naya yang baru selesai mengobati luka adiknya berpikir sejenak. "Siapapun yang menjadi pasangannya, aku akan menghargai itu dan merestui mereka sampai ke hubungan yang lebih serius."

Entah kenapa, Salem dan Edgar malah memasang ekspresi suram setelah mendengar perkataan Naya barusan.

'Apa (Kak) Naya baru saja terkontaminasi oleh para gadis fujo itu?' batin mereka berdua.


~New Member in Fujodan Forum~

Fudan-kun: Ris, Hikari mau masuk forum lu, boleh nggak?

Airisuisu: Ya udah! Entar gue suruh Emy-chan invite, lu kasih tau aja nickname dia! Oh, entar sekalian gue bilang ke Terri!

Fudan-kun: Ya sudah!


Keesokan harinya...

Tsubame

Halo! Aku Hikari, anggota baru! Tolong bantuannya! :D

Terryaki is Food Selamat datang, Hikari-chan! :D

Mikamichan1 Ini siapa ya?

Fudan-kun Temen gue.

Tofu Master Temen atau pacar?

Fudan-kun Cuma temen, bego! Gue mah udah punya pacar!

Yuyumimirara Kenalin dong ke kita-kita!

Emy Cutie Ini kenapa malah jadi bahas pacar Alexia sih? -w-"

Airisuisu Au dah! :V


Hikari memutuskan untuk menutup laptop-nya dan pergi tidur.

"Setidaknya aku bisa mendalami ilmu fujo-ku..."


Meanwhile...

"Kenapa malah bahas pacar?!" gerutu Alexia frustasi.

Sabar ya Lex, jadi cowok fudan sendirian itu emang berat lho!


~Protective Ghost~

"Apa aku boleh jadi pacarmu?" tanya seorang gadis ke Salem pada suatu hari.

"Ehmm, boleh aja si-"

Tiba-tiba Salem dipeluk dari belakang oleh Alfred yang langsung mengeluarkan aura hitam dan memasang tatapan 'dia milikku!' ke arah gadis itu.

"E-eh, kirain nggak punya pacar... Ma-maaf ya..." Gadis itu langsung kabur.

Suasana langsung hening sesaat.

"KEPALA BUNTUNG KAMPRET! BISA NGGAK BIARIN GUE PUNYA PASANGAN NORMAL DULU?!"

"Tidak."

Salem berusaha keras melepaskan diri dari Alfred, tapi tidak berhasil. Alfred membalikkan badan Salem dan mendekatkan wajahnya ke pemuda spiky itu untuk berci-

"Kak Salem!"

Salem langsung mendorong wajah Alfred menjauh darinya dan berhasil melepaskan diri tepat saat Edward datang.

"Oh, Edward! Kebetulan! Anterin pulang ya! Nggak bawa ongkos nih!" pinta Salem watados.

"Ehmm, baiklah..."

Edward membuka portal dan Salem segera masuk ke dalam. Edward ikut masuk dan portal itu mulai menghilang meninggalkan Alfred sendirian.


Di markas...

"HUWAAAAAAAAAAARGH!"

"Itu si Salem kenapa nangis di kamar mandi?" tanya Raimundo bingung.

"Depresi, pengen ditembak cewek malah digangguin Alfred..." jelas Rendy datar.

Raimundo langsung sweatdrop mendengar itu.


~Sakamoto~

"Hey Arie, kamu tau nggak apa persamaan dan perbedaan kedua orang ini?" tanya Zen sambil menunjukkan dua gambar.

Gambar pertama cowok berkacamata, sementara gambar kedua cowok berambut pirang.

"Nggak tau, emang apaan?" Arie nanya balik.

"Mereka sama-sama punya nama 'Sakamoto' dan juga anak SMA. Tapi bedanya, yang pertama 'Cool, Cooler, Coolest', sementara yang kedua 'anak bermasalah dengan persona bajak laut'." jelas Zen.

"Ehmm, iya juga sih..." Arie hanya manggut-manggut.


~Ide Sableng~

"Dia dari tadi tidur aja..." gumam Vience dengan pose berpikir sambil memperhatikan Ikyo yang tidur tengkurep di sofa.

"Hey Vieny, aku punya ide!" seru Tartagus yang langsung membisikkan sesuatu ke sepupunya.

Vience langsung menyeringai licik. "Hoooh, boleh juga..."


Kemudian...

"Siap?"

Tartagus mengangguk dan segera berlari ke arah Vience, kemudian melompat dengan tumpuan tangan sepupunya dan mendarat di...

"AAAAAAAAAAAAAAAAARGH!"

Kalian udah tau sendiri kan?

"Kabur coeg!" Kedua makhluk sableng itu langsung ngacir menghindari amukan si rubah.

"Jangan lari kalian!" seru Ikyo kesal.


~Keasinan~

Suatu hari di kediaman keluarga Chairone...

Teiron menaruh sepiring nasi goreng di atas meja makan. "Ini makanannya..."

"Wah, makasih Teiron-nii!" seru adiknya senang.

Tapi kemudian...

"Bleh, asin banget!"

Ternyata nasi goreng yang dimakan Teira keasinan.

"Mungkin kakakmu ingin segera menikah, Teira." ujar Carlina.


Padahal yang sebenarnya terjadi adalah...

'Mentang-mentang dapet SSR 10 biji, si Alpha kampret pake main nge-tag seenaknya!' umpat Teiron dalam hati sambil menaburkan banyak garam ke dalam nasi goreng yang dimasaknya.


~Cat Relation~

Kopen melihat Naoto sedang berjalan tidak jauh darinya dan membuntuti sampai keluar markas.


"Mau apa kau mengikutiku?" tanya Naoto saat mendapati Kopen di belakangnya.

"Meong meong!"

Naoto menghela nafas. "Sebaiknya kita mencari tempat untuk duduk..."


Kemudian kedua kucing itu duduk di bawah sebuah pohon.

"Bulumu lebat, kau ini kucing jenis apa?" tanya Naoto.

"Meong!"

Naoto mengerutkan kening. "Norwegian Forest? Kukira Anggora."

"Meong! Meong meong?"

"Mungkin Prussian Blue, tapi entahlah... Bulu biru sangat tidak biasa di kalangan kucing."

Kopen mendekati Naoto dan mendengkur manja di lehernya.

"Mmhm... Jangan dekat-dekat..." Naoto mulai bergerak menjauhi Kopen.

Kopen langsung bingung dan malah semakin mendekati Naoto. "Meong? Meong meong?"

Naoto mendesah ketika kucing berbulu lebat itu mulai menjilati lehernya. "Ahn, hentikan..."

"Meong..." Kopen menaiki tubuh kucing biru itu. "Meong, meong meong, meong?"

Naoto hanya bisa pasrah. "Ba-baiklah... Lagipula aku sudah tidak bisa menahannya, kau boleh melakukannya padaku..."

Dan sisanya silakan bayangkan sendiri...


~A Call from Best Friend~ (Sebelum kejadian di Chapter sebelumnya)

Kriiiiiing!

Girl-chan mengangkat telpon.

"Yo Garu, apa kabar?"

"Manggilnya Rara aja, kalau Garu mah nama skill angin di Persona (dan juga nama kakaknya Giro)!"

"Sori sori!"

"Tumben nelpon, biasanya lu mampir ke sini sekalian ngerjain orang bareng Zen!"

"Cuma pengen aja! Lagian kemaren pas gue ke sini nggak ada orangnya, kata Arie lagi pulang dulu! Oh iya, gimana kabar Warrend?"

"Entahlah, aku kurang tau... Sebenarnya aku mau jenguk dia, tapi... Belakangan ini si Mathias agak sensian..."

"Cemburu kali!"

"Makanya itu!"

"Oh iya, kapan-kapan ngumpul bertiga lagi yuk bareng Reha!"

"Ya udah sih, lu tentuin aja jadwalnya..."

"Oke, bye!"

Girl-chan menutup telpon.

"Dari siapa?" tanya Luthias.

"Temen..." balas gadis itu singkat. "Aku mau ke atap dulu!"


Di atap...

"Hey Thun, ada wak-"

JEGEEEEEER!

Jangan tanya apa yang terjadi barusan...


~Korslet?~

Sehari setelah insiden kesamber petir...

"Ehmm..." Teiron sedikit risih dengan apa yang dibacanya.

"Kenapa?" tanya Mathias bingung dengan penyangga di lehernya (entah apa namanya). (Note: Dia masih mengalami patah tulang karena kejadian di Chapter sebelumnya.)

"Nih, liat aja sendiri..." Teiron ngasih kertas yang dipegangnya ke Mathias.

Mathias membaca kertas itu dan langsung sweatdrop.

'Jangan bilang Kaichou lagi korslet karena petir yang kemaren...'


To Be Continue, bukan Torso Birds Cell (?)...


Entah kenapa beberapa bagian rada 'nganu' gitu ya... .w.a

Mau gimana lagi? Aku hanya bisa membuat apa yang ada di pikiran... -w-/

Review! :D