Happy Reading! :D


Kejadian sebelumnya:

"Gue pulang duluan ya, ada urusan!" Girl-chan segera pergi meninggalkan kedua pemuda itu.


Mau tau kenapa dia tiba-tiba pergi?

Jika kita memeriksa handphone-nya, ternyata dia mendapat sebuah pesan berupa...

Kaichou, cepatan balik! Salem mau bundir gara-gara digangguin Alfred!

-Rendy-


Chapter 101: SuiciDepression


Beberapa menit sebelumnya...

Salem dan Rendy yang sedang jalan-jalan didatangi Alfred, dan yang terjadi selanjutnya sangat buruk!

"Jangan pernah mendatangiku lagi, Kepala Buntung! Aku sudah muak denganmu! Lebih baik aku mati daripada bersamamu!"

Pemuda spiky itu segera pergi meninggalkan si 'Kepala Buntung'.

"Tidak kusangka dia sangat membenci Alfred sampai seperti itu... Aku takut dia akan bunuh diri setelah ini..." Rendy segera menyusul temannya, sebelumnya dia sempat mengirimkan pesan untuk si ketua Garuchan.


Di markas...

"Nao, kau terlihat lemas, ada apa?" tanya Greif bingung ketika menghampiri si kucing biru yang terbaring lesu di pojok perpus.

"Tak apa, Greif... Aku hanya capek..." balas Naoto seadanya.


Sementara itu, entah karena lagi kuker (kurang kerjaan) atau yang lainnya, sebagian cowok di sana lagi jadi tukang rumpi.

"Dancing Game ala Persona, jadi nggak sabar nunggu rilisnya!" (Alpha)

"Tapi gue malesnya nama official buat protagonist P3, nama Makoto Yuki kan terdengar kayak banci!" (Saphire)

"Iya sih... Tapi nama official buat protagonist P5 lebih nggak elit lagi, masa Ren Amamiya? Itu kan campuran antara Ren Kylo dan Mamamia..."

"Untung Tumma lagi pergi keluar, soalnya dia bakalan ngakak dengernya dan kalau dia udah ngakak pasti susah berhentinya! Gue nggak nyangka dia bisa punya kepribadian aneh kayak gitu!"

"Sama! Arie yang udah temenan sama dia sejak TK aja bingung, apalagi kita yang baru kenal dia pas masuk squad..."

"Kita kan lagi bahas game Persona, kok malah jadi ngomongin Tumma?"

"Auh dah!"

"Warrend udah bisa ngomong lagi lho!" (Tartagus)

"Serius?!" (Mathias)

"Iye! Gue liat sendiri pas kencan sama Iris, emang kenapa?"

"Nggak, gue cuma kaget..."

"Kudengar dia gagal nembak anak squad sebelah, dan ternyata tuh cewek malah jadian sama orang yang bantuin dia deketin..." (Daren)

"Anjer, apes amat tuh orang!" (Alexia)

Tunggu! Kayaknya yang terakhir tertuju pada...

BRAK!

Pintu ruangan itu dibanting oleh si pirang spiky yang memasang wajah bete disertai aura suram.

"Sal, kalau mau masuk mah nggak usah banting pintu..."

Dia malah mengabaikannya dan langsung pergi.

'Kenapa dia?' batin mereka semua bingung.


Di dapur, dia mengambil sebuah pisau di atas meja dan hanya memperhatikannya sesaat.

"Kau mau apa dengan pisau itu?"

Dia tidak menengok, di belakangnya terdapat Ikyo yang sedang bersender pada tembok di dekat pintu.

"Hanya ingin memotong sesuatu..."

"Bukan untuk memotong tanganmu sendiri kan?"

Syuuung! Krak!

Pisau itu dilemparkan dan menancap pada tembok di samping kepala si rubah.

"Bukan urusanmu..." Dia pergi dari dapur.

Ikyo hanya menghela nafas panjang. "Aku takut dia akan melakukan hal yang sama dengan Warrend..."


Dia memutuskan untuk keluar markas dan pergi tanpa pamit.

"Kenapa aku selalu sial?! Nggak masalah biasa, nggak masalah cinta, pasti dapetnya yang nggak normal!"

Sekarang dia sedang duduk di bawah sebuah pohon di taman kota sambil mengacak-acak rambut dengan tampang frustasi.

Kita abaikan dia sejenak!


Di tempat lain...

"Nay, kau lihat Salem?" tanya Rendy.

Naya langsung bingung. "Hah? Tidak, memangnya kenapa?"

"Aku takut dia melakukan sesuatu yang tidak diinginkan... Kau tau, depresi berkepanjangan pada seseorang bisa membuatnya ingin mencoba bunuh diri... Dulu dia pernah mencoba melompat dari jurang karena depresi berat saat kehilanganmu, bahkan hampir menusuk jantungnya sendiri..." Rendy menghela nafas panjang. "Dengar, aku sudah berteman dengannya selama dua tahun dan kalau dia terus mengalami depresi berkepanjangan seperti ini, kemungkinan dia akan mencoba bunuh diri lagi..."

Naya menunduk sedih. "Rendy... Kalau memang itu benar... Kita harus mencarinya."

Pemuda itu mengangguk setuju. "Aku sudah menghubungi Kaichou, mungkin dia akan kembali sebentar lagi..."

"Tapi apa yang membuatnya depresi kali ini?"

"Alfred."

"Alfred?"

"Salem masih benci dengan Alfred, bahkan menolak keras hubungan mereka walaupun sudah jadian..."


Sekarang kita lihat kondisi orang yang dibicarakan dimana dia sedang mengalami depresi yang amat sangat besar.

Dia sedang duduk di atas sebuah gedung tinggi dan menatap pemandangan di bawahnya dengan mata kosong.

"Aku ingin melupakan semuanya... Tapi, bagaimana caranya?"

Wajahnya menengadah ke arah langit.

"Mungkin hanya ada satu cara untuk menjawabnya..."

Dia mulai berdiri dan menghela nafas panjang, kemudian kembali melihat ke bawah.

"Selamat tinggal..."

Dia pun melompat ke bawah.


Kembali ke markas...

BRAK!

"Mana Rendy?" tanya Girl-chan yang baru saja membanting pintu perpus setelah pulang.

"Ke kamar Edgar!" seru beberapa orang dan gadis itu segera tancap gas.


"Depresi karena cinta? Itu konyol!"

"Kau sama sekali tidak memahami perasaannya, Gar! 'Hopeless Romance' bukanlah hal yang bisa dipandang sebelah mata!"

"Rendy benar, Tuan Edgar! Aku takut Salem benar-benar akan bunuh diri karena hal ini!"

BRAK!

"Hey, aku baru saja mengganti engsel pintu itu setelah kemarin dirusak Salem!" bentak Edgar setelah melihat pintu kamarnya didobrak sang ketua Garuchan.

"Masih ada yang lebih penting daripada mengganti engsel pintumu, Gar!" balas Girl-chan sengit. "Sekarang aku tugaskan kau dan Rendy mencari Salem ke seluruh kota sampai ketemu!"

Edgar mengerutkan kening. "Kenapa kau tidak minta bantuan Alfred saja? Dia kan penyebab dari semua ini!"

Gadis itu melipat tangan sambil memasang wajah datar. "Aku tidak mau memanggilnya secara pribadi! Lagipula, seharusnya kau lebih perduli dengan adik iparmu!"

Edgar menghela nafas pasrah. "Baik baik, aku akan mencarinya! Tapi kau harus membantu juga!"

Girl-chan tersenyum tipis. "Tenang saja, itu bisa diatur!"


"Lu mau ngapain minjem Greif?" tanya Thundy sambil mengangkat alis.

"Hanya untuk menjelajah saja, tidak lebih..." Girl-chan menengadah sesaat. "Setidaknya untuk beberapa hari..."

"Terserah..."


Kemudian...

"Apa kau punya alasan lain untuk meminta bantuanku, Kaichou-sama?" tanya Greif (dalam wujud besar) yang terbang di atas kota bersama Girl-chan yang menduduki punggungnya.

Gadis itu hanya menghela nafas. "Aku tidak bisa menjelaskannya sekarang..."


Sudah lebih dari seminggu dia menghilang dan beberapa orang mengira dia sudah bunuh diri. Tapi apakah dia masih hidup, atau sudah mati?

Mungkin itu akan terungkap nanti...


Bonus: (Chapter 58 fic Reha Squad)

"Hmm... Mau masak apa ya?" gumam Bibi Rilen sambil memasang pose berpikir.

"Hei, ada apa saja di kulkas ini?" tanya Warrend sambil membuka kulkas dan mengambil jus jeruk.

Bibi Rilen menengok dan sedikit terkejut. "Lho, Warrend? Bukankah kau-"

"Sedang bertarung dengan Aki di atap? Ya, aku memang sedang bertarung dan juga sedang minum jus jeruk di depanmu." jawab Warrend sambil membuka jus yang dipegangnya.

Bibi Rilen mulai bingung dengan perkataan Warrend, tapi saat melihat ke bawah, dia baru menyadari sesuatu. "Mana bayangan-"

"Dia sedang bertarung dengan Aki di sana."

"Kau tidak ke sana?"

"Ini mau kembali lagi, terima kasih untuk jusnya ya." Warrend berjalan pergi.


Di atap markas, (bayangan) Warrend dan Aki bertarung dengan serius.

Saat (bayangan) Warrend terpojok, Warrend membuka pintu dan melihatnya bersama beberapa orang di sana.

"Warrend? Lha, itu si-"

"Ssht... Jangan berisik." Warrend hanya tersenyum sambil menutup mulut Alisa.


Kemudian ketika Aki menodongkan senjata pada lawannya, Warrend mulai mendekatinya diam-diam.

"Sudah menyerah? Aku menang lho!" ujar Aki.

"Hei, coba tengok ke belakang deh." ujar (bayangan) Warrend sambil menyeringai.

Aki menengok ke belakang dan...

"Hei..." Warrend memukulnya sekuat tenaga sampai Aki terjatuh dan mengambil pisaunya yang terjatuh, kemudian menancapkannya di tanah samping kepala Aki. "Kau kalah..."

"Kapan kau!?"

"Seharusnya ketika kau bertarung denganku, jangan diamkan aku walaupun di depan matamu sendiri lebih dari 10 detik, atau kau lihat sendiri." jelas Warrend sambil menolongnya berdiri.

"Dompetku sekarat dah nambah satu orang." keluh Aki.

"Aku tidak ikut, aku mau ke kota." balas Warrend.


Setelah itu...

"Yeay, makan-makan!" seru Tartagus kegirangan (dia ikut karena diajak Iris).

"Sayang banget Alexia nggak mau ikut!" keluh Iris.

"Iye! Padahal gue bisa swap jadi cowok biar dia nggak sendirian, tapi dia tetap ogah!" timpal Hikari.

"Hah?" Seisi anggota forum fujodan (selain Emy) langsung bingung mendengar itu.

"Begini, dia tuh bisa berubah gender!" jelas Emy sambil menepuk pundak Hikari. "Tunjukin aja!"

Poooooof!

Asap langsung keluar dan setelah menghilang, Hikari sudah swap jadi Federico.

"Nah, yang kalian lihat ini versi cowoknya! Panggil aja Federic!" ujar Federico.

Tartagus malah tepuk tangan.

Kemudian mereka makan-makan.


Special Bonus: Drabble-ling Daily

Sejuta kenistaan akan terus ada di Garuchan tanpa memandang hari...


~Lukisan~

"Tei, lu lagi ngapain?" tanya Daren yang tiba-tiba nongol di belakang Teiron yang sibuk dengan sesuatu.

"Paling lagi bikin lukisan buat dipajang di fine art room!" balas Zen yang ikut nyelonong.

"Heeeh? Tau dari mana lu?" tanya Teiron curiga.

"Dari mana kek yang enak, gue kan pencinta seni!" jawab Zen santai, kemudian nyengir jahil. "Oh iya, lukisan yang gue suka tuh pas nunjukin seorang gadis pirang yang duduk di air mancur!"

Teiron langsung blushing. "O-oy! Jangan ngomong kenceng-kenceng juga kali!"

"Heehee! Apa perlu gue jadi dukun cinta lu?" tanya Zen jahil.

"Aaaargh! Udah napa! Hush hush!" Teiron yang makin blushing mengusir cowok bertudung itu, tapi Zen malah nggak pergi juga.

"Hmmm, apa perlu gue kasih tau orangnya aja ya?" tanya Zen menggoda.

"Lu mau nyari mati ya?!" Teiron yang udah ngamuk langsung mengejar Zen.

"Sudahlah, Zen!" perintah Mathias yang entah sejak kapan sudah berada di depan pintu perpus, kemudian Zen dan Teiron langsung berhenti di tempat.


Sementara itu...

"Lu mau nyari mati ya?!"

"Siapa itu? Tei-kun?" tanya Lisa. (Eh cie! Ternyata mereka nyambung! XD)

"Mungkin, kayaknya dia lagi ribut sama Zen..." jawab Alisa sambil membuka sebungkus keripik balado dan menyodorkannya pada Lisa. "Mau?"

Lisa hanya menggeleng dan pergi keluar.


~If We have Persona...~

"Kalau seandainya kita punya Persona, akan seperti apa ya?" tanya Alpha suatu hari.

"Kalau aku sih yang dewi percintaan, aku suka Lovers Arcana!" seru Emy senang.

"Ya ya, mungkin kau pantas jadi Hera... Bedanya, dia cemburuan kalau Zeus deket sama wanita lain, kau cemburuan kalau nggak bisa lovey-dovey sama Thundy..." gumam Alpha setengah meledek.

Emy langsung manyun, sementara Thundy yang kebetulan berada tidak jauh dari situ berusaha mengabaikannya.

Alpha melirik seorang cowok pirang di pojokan. "Hey Lex, bagaimana denganmu?"

Alexia mulai menggambar sesuatu di sebuah papan. Begitu sudah selesai dan diperlihatkan, ternyata yang digambar malah sesosok centaur yang memakai baju koboi di bagian atas tubuhnya dengan ekor yang memiliki belati di ujungnya dan di tangannya terdapat sepasang gatling gun.

"Serius Lex, sepertinya kau kebanyakan baca buku tentang si alien biru itu deh..." gumam Alpha speechless.


~Hero Soul~

"Dapetin Basic Soul dari Time Gate susah banget sekarang..." gumam Girl-chan yang lagi jalan berdua bareng Reha. "Punya gue udah tinggal satu biji (awalnya 36) gara-gara buat dapetin Nephilim! Waktu itu kebetulan banget dapet Hero Soul (lupa Hero apa) 20 biji dari Soul Gacha di Attendant, di-convert dapet 18, ditambah 46 jadi 65, langsung deh dipake!"

"Gue juga lagi ngumpulin soul buat Soul Master dan Zhao Yun..." balas Reha. "Enaknya yang mana menurut lu? Buat Yuki atau buat Zilong?"

"Ehm, itu sih tergantung maumu..." jawab Girl-chan seadanya sambil menggaruk kepala. "Aku sendiri juga bingung sih, mau masukin orang baru, tapi entah siapa... Entah pake Galaxy, atau Gatotkaca, atau Strider..."

"Wait, Strider?" Reha langsung menengok ke arah gadis itu. "Emangnya udah dapet berapa soul?"

Si ketua Garuchan itu memutar mata sesaat. "Enam empat..."

Reha manggut-manggut. "Kalau gue, Mephis baru 31 dan JSS 49! Kalau mau ngumpulin yang lain sih, mungkin Researcher..."


~Tusbol Parade~

"Zen, tusbolin orang yuk!" ajak Hibatur dalam kunjungannya kali ini.

"Hoooh, oke~"

Kemudian kedua makhluk jahil itu mulai mendekati Mathias yang sibuk menata buku di perpus.

Zen berjongkok di belakang Mathias dan membentuk tangannya seperti pistol, kemudian...

JLEB!

"AAAAAAARGH!"

Mathias langsung tumbang dalam keadaan nungging.


Kemudian mereka mencari korban baru dan mendapati Teiron sedang mencari sesuatu di bawah meja.

Kali ini giliran Hibatur yang mendekatinya dan...

"GYAAAAAAARGH!"

Hal yang sama kembali terjadi.


Saat mereka mencari korban lain, Arie diam-diam membuntuti.

Mereka melihat Tumma sedang menyiram tanaman di halaman depan dan berniat mendekatinya. Arie dengan sigap melemparkan sesuatu ke arah mereka dan...

"HUWAAAAAAAH!"

Tumma yang mendengar teriakan itu langsung menengok dan mendapati...

Zen yang nemplok di atas pohon dengan wajah ketakutan, Hibatur yang tepar dengan bekas jejak kaki di kepalanya akibat diinjak Zen yang menggunakan kepalanya sebagai tumpuan sebelum melompat ke atas pohon, beserta sebuah ular mainan di depan Hibatur.

'Mereka ngapain sih?' batin Tumma bingung.


~Salah Kirim~

Pada suatu hari, Daren berniat mengirim pesan.

Lex, katanya punya pacar, kapan-kapan bawa ke markas dong!


Beberapa menit kemudian...

Hah? Ngomong apa lu? Gue kan udah nikah sama Silica.

Daren langsung memeriksa nomor yang menerima pesan tadi dan ternyata...

SALAH KIRIM, KAMPRET!

Alex yang membaca pesan itu langsung sweatdrop.


Keesokan harinya...

"Dih, bisa aja lu salah kirim!"

"Ya sorry, gue lupa kalau nomor lu dikasih nama Alex juga..."


To Be Continue, bukan Tabel Bahasa Cetak (?)...


Random Fact Today:

1. Lukisan yang dimaksud Zen itu pernah dibuat Teiron di fic 'Shiki no Monogatari'.

2. Sebenarnya desain centaur yang digambar Alexia merupakan expy dari Andalite, sejenis alien dari buku 'Animorphs'.


Aku tau judulnya sedikit absurd, tapi biarlah... -w-/

Review! :D