Balas Review! :D
StrideRyuuki: Nggak tau harus komentar apalagi, ini udah lanjut... ^^/
RosyMiranto18: Yah, begitulah... .w.a
Luthias: "Penampilanmu terlihat terlalu dewasa..." ._.
Thanks for Review! :D
Happy Reading! :D
Chapter 103: New Beginner for Chill(a) Romance
"Sap, lu curiga nggak? Belakangan ini Salem jadi lebih ceria dari biasanya!"
"Iya juga sih... Kayaknya dia udah dapet cewek deh, Al..."
"Nggak mungkin!"
"Tapi bisa aja kan?"
"Ayo stalking dia!" ajak Rendy yang memakai kacamata hitam muncul dari bawah meja dan sukses mengagetkan Alpha dan Saphire.
Di taman...
"Chilla mau ke rumah Salem!"
"Eeeeeh? Kau serius?"
Chilla mengangguk.
"Bukannya aku tidak mau... Tapi bagaimana ya?" Salem menggaruk kepala. "Masalahnya aku tidak tinggal sendiri... Apa kau tau apa itu squad?"
Chilla berpikir sejenak. "Hmm, sekumpulan orang yang tinggal di satu tempat?"
"Begitulah..." Salem menghela nafas. "Aku tinggal bersama sebuah squad yang pemimpinnya seorang anak perempuan dan kebanyakan temanku itu sifatnya... Bisa dibilang, kurang waras... Pokoknya jarang sekali ada hari normal dan kau bisa berubah jadi gila kalau tinggal cukup lama di sana..."
'Nyindirnya begitu amat...' batin ketiga makhluk penguping (yang ngumpet di semak-semak) itu sweatdrop.
Entah kenapa, wajah ceria Chilla langsung berubah serius.
"Ada apa?" tanya Salem bingung begitu melihat perubahan ekspresi Chilla.
Gadis itu celingukan sesaat. "Chilla merasa ada yang menguping di sekitar sini!"
Salem mengangkat alis. "Dimana?"
Chilla menunjuk sebuah semak-semak. Salem mengeluarkan sebuah pisau plastik dari saku celana dan langsung melemparkannya ke sana.
Ketiga makhluk yang bersembunyi di sana langsung melompat keluar untuk menghindari pisau itu, tapi malah ketahuan.
"Kalian ngapain nguping?"
Setelah itu...
"Chilla, Chilla Yorukami! Salam kenal!" ujar gadis itu ramah.
"Bagaimana kau bisa ketemu anak ini?" tanya Rendy.
Salem memutar mata. "Ceritanya panjang..."
Setelah obrolan kecil, Chilla mengikuti mereka ke markas.
"Lapaaar~ Yang lain pada pergi semua!" keluh Saphire.
"Ehmm, Chilla, kamu bisa masak?" tanya Alpha.
"Chilla tidak bisa memasak, tapi Chilla akan mencobanya!" Gadis itu segera ke dapur.
Beberapa menit kemudian, Chilla kembali dengan sepiring makanan yang mengeluarkan asap ungu.
'Astaga, satu lagi pembuat Mystery Food X!' batin Alpha dan Saphire yang shock melihat masakan Chilla.
Salem menelan ludah dan memberanikan diri untuk mencobanya.
Wajahnya mulai memucat, tapi dia berusaha untuk tersenyum. "Ughm, tidak buruk... Tapi lain kali aku akan mengajarimu memasak..."
"Benarkah?!" tanya Chilla antusias dan mendapat sebuah anggukan sebagai jawaban. "Terima kasih!"
"Aku mau ke dapur untuk mengambil minuman..." Salem berjalan pergi.
Chilla terlihat puas dan pergi ke tempat lain. Alpha dan Saphire saling berpandangan dan mengangguk, kemudian segera menyusul Salem...
Yang ternyata sudah muntah di wastafel dapur.
Sementara itu, Chilla tak sengaja bertabrakan dengan Naya saat celingukan di sekitar markas.
"Maaf, Chilla tidak lihat!"
"Tidak apa-apa." Naya berbalik dan sedikit bingung melihat Chilla. "Kamu siapa ya? Orang baru?"
"Chilla ikut Salem ke sini!"
"Oh begitu. Namaku Naya. Ah iya, aku harus pergi. Senang mengenalmu, Chilla." Naya bergegas meninggalkan Chilla.
Chilla hanya memiringkan kepala dengan bingung, kemudian pergi ke tempat lain.
"Ini anak dari mana?" tanya Girl-chan bingung ketika mendapati Chilla sedang bermain dengan Kopen di pojok ruang tengah.
"Entahlah..." Luthias angkat bahu.
"Kucingnya bagus, Chilla mau pelihara!"
Luthias mendekati gadis itu dan berdehem sedikit untuk mengalihkan perhatiannya. "Ehem! Itu kucingku."
"Oh, maaf! Ini!" Chilla menyerahkan Kopen.
"Kaichou..."
Gadis itu menengok begitu mendapati Salem mencolek pundaknya, kemudian membisikkan sesuatu padanya.
"Yang bener aja lu?!" pekik Girl-chan sewot.
"Emang itu yang terjadi..." balas Salem datar.
Kemudian Chilla datang menghampiri mereka dan sedikit bingung dengan Girl-chan, Salem yang menyadari kebingungannya segera menjelaskan. "Dia ketua sini, panggil saja Kaichou..."
"Ehehehe..." Girl-chan terkekeh dengan nada canggung. "Salam kenal Chilla..."
"Hmm, nama asli?"
Glek!
"Hoooh... Ehmm..." Si ketua Garuchan itu mulai bimbang, kemudian menggaruk kepalanya dengan tidak yakin. "Sebaiknya kita bicarakan secara pribadi nanti, oke?"
"Baiklah..."
Beberapa menit kemudian di taman kota...
"Kau yakin ingin pulang sendiri? Apa tidak takut tersesat?"
"Tidak, Chilla berani pulang sendiri!"
"Yah, baiklah. Hati-hati di jalan."
Kemudian mereka berpisah.
"Anak itu mandiri juga ya..." gumam Rendy yang mengintip dari balik pohon di dekat temannyai.
Salem hanya menyahuti dengan sebuah anggukan.
Tiga hari kemudian...
Salem yang baru bangun tidur menerima pesan.
Chilla: Salem, orangtua Chilla ingin bertemu. Chilla boleh bawa ke sana?
Salem: Yah, tentu. Atur saja waktunya.
Siangnya...
"Katanya dia mau membawa orangtuanya ke sini?"
Salem mengangguk untuk menjawab pertanyaan kakaknya.
"Kau yakin ingin memulai hubungan dengannya? Bagaimana dengan Alfred?"
"Aku bisa membicarakannya nanti..."
Naya menghela nafas. "Yah, tergantung padamu..."
Ting tong!
"Aku akan periksa, semoga saja Tumma tidak menyambutnya duluan..." Salem segera pergi ke bawah.
"Kenapa pundung di sini? Tidak ada yang takut kok!"
Salem hanya terdiam melihat Chilla sedang memperhatikan Tumma yang pundung karena takut (lagi) beserta sepasang paruh baya (pria berambut pirang bermata merah dan wanita berambut abu-abu bermata jingga) di depan pintu.
"Ehmm..."
Pasangan paruh baya itu menengok.
"Oh, apa kamu Salem?" tanya si wanita.
"Iya, apa yang terjadi?"
Wanita itu menunjuk Tumma. "Kami tidak mengerti kenapa dia memojokkan diri seperti itu..."
"Dia selalu begitu karena penampilannya..." jelas Salem risih. "Hey, sudahlah Tum! Tidak ada yang perlu ditakutkan!"
Tumma mulai menengok ke arah mereka. "Maaf..."
Setelah itu...
"Tempat ini besar juga... Aku penasaran seperti apa pemiliknya..."
"Akan kutunjukkan ruangannya..."
Ketika sampai di ruangan pribadi Girl-chan, Salem mengetuk pintu. "Kaichou!"
"Bentar bentar!"
Pintu terbuka dan sang pemilik kamar sedang dalam keadaan kacau dengan rambut berantakan dan wajah setengah mengantuk.
"A-ah, maaf ya! Sebenarnya aku sudah bangun dari tadi, tapi terlalu malas untuk turun dari kasur. Ehehe..." jelas gadis itu dengan cengiran tanpa dosa, kemudian berniat menutup pintu. "A-aku mau mandi dulu, jadi tunggu sebentar!"
"Dia ketuanya?"
Salem mengangguk. "Yap! Memang aneh karena masih remaja, tapi begitulah..."
Wanita itu baru menyadari sesuatu yang hilang. "Ngomong-ngomong, Chilla, kemana ayahmu?"
"Tadi Ayah sibuk melihat rubah ekor sembilan yang tidur di sofa!" jawab Chilla watados.
Kedua orang yang mendengarnya langsung sweatdrop.
Setengah jam kemudian...
"Jadi kalian orangtua Chilla?"
"Iya, benar sekali. Chilla bilang dia ingin tinggal di sini, apa boleh?"
"Ehmm... Yah, boleh saja sih... Selama dia bisa menjaga diri."
"Jadi Chilla boleh tinggal di sini?"
Girl-chan hanya mengangguk.
"Besok kami akan membawakan barang-barangnya ke sini, jadi kami titip dia dulu ya."
"Oh, oke oke!"
"Jadi dia mau tinggal di sini?" tanya Naya setelah mendengar kabar Chilla akan tinggal di markas mereka sebagai anggota baru.
Salem mengangguk. "Yap..."
"Kau serius ingin memacarinya?"
"Iya..."
"Lalu hubunganmu dengan Alfred bagaimana?"
"Kak Naya, aku kan sudah bilang akan membicarakannya nanti..."
"Baiklah..."
Bonus:
Berlawanan dengan pemikiran Edgar dan Rendy, ini semua bukan kencan.
Ini hanya acara makan siang biasa di RestoCafè Citadel, semuanya terjadi seminggu setelah Chilla menjadi anggota squad.
Memangnya kenapa kalau tempat itu adalah dating spot terbaik di kalangan para pasangan? Tidak ada hubungannya dengan mereka.
Memangnya kenapa kalau dia menghabiskan waktu sepuluh menit hanya untuk memilih baju yang akan dipakai? Salem hanya ingin tampil trendy.
Memangnya kenapa kalau dia rela menghabiskan waktu hampir sejam hanya untuk menunggu?
Memangnya kenapa kalau dia berencana mentraktir gadis itu tanpa alasan?
Memangnya kenapa kalau dia mencoba untuk bersikap stay cool?
Sekali lagi, ini hanyalah acara makan siang biasa, bukan 'misi kencan untuk mendapatkan hati pujaan' seperti yang dituduhkan kedua orang itu.
"Terima kasih ya, Salem! Hari ini Chilla senang sekali!"
"Hmm!"
'Mission complete!'
To Be Continue, bukan Tuesday Bell Cupid (?)...
Chilla Yorukami (Magic Swordman): Gadis misterius yang menolong Salem keluar dari masa depresi. Ceria dan kekanakan. Lebih senang menggunakan nama daripada kata ganti saat berbicara, baik untuk dirinya sendiri ataupun untuk orang lain. Dia takut dimarahi atau diintimidasi, tapi anehnya tidak takut hantu.
Biarlah, yang penting Chapter ini selesai (tapi nggak yakin mau ngerjain yang lain *hush!*)... -w-/
Review! :D
