Balas Review! :D

RosyMiranto18: Sebenarnya, aku ingin mengganti posisi Rina dan Yubi biar nggak kelihatan nonsense... Mungkin akan kucoba publish di note FB... .w.a

Giro: "Terserah..." =w=

Maaf, tapi yang benar itu 'Kekkai Sensen'. .w./ Oh, Thanks for Review! :D

Note: Ada beberapa bagian yang agak nonsense, jadi aku bingung mau gimana lagi balasnya... .w.a

StrideRyuuki: Terserah padamu... -w-/

Edgar: "No!" *angkat papan dengan tanda silang.*

Ini udah lanjut... -w-/

I'mYaoiChan: Ya ya ya... -w-a Makasih Review-nya... -w-/

Happy Reading! :D


Chapter 113: Tei-kun Overworking Staff


"Aku menerima undangan dari seseorang untuk datang ke Hellsalem's Lot dan akan segera ke sana besok, kemungkinan lamanya sekitar sebulan..." Girl-chan menjelaskan hal penting tersebut. "Jadi, aku ingin ada yang menggantikanku untuk sementara... Kau yakin sanggup untuk ini, Tei? Soalnya Mathias sibuk dengan tugas negaranya dan hanya kau yang bisa kuandalkan mengingat kau adalah wakil squad ini."

Teiron berpikir sejenak. "Kurasa bisa saja..."

Girl-chan hanya menghela nafas. "Ya baik-"

SYUUUNG! PRANG! BRAK! DUAK! TOWEWEWEW!

"Apaan tuh?" tanya Teiron yang segera keluar.

'Asal kau tidak terlalu memaksakan diri sampai sakit-sakitan...' batin gadis itu dan segera menyusul.


Pada beberapa menit sebelumnya...

"WOY SAOS TARTAR GILA! SINGKIRKAN PISAU ITU!"

"TARTAGUS, NYADAR WOY! LU MAU BUNUH IKYO?!"

"Oh, jadi kamu mau kusembelih sebagai gantinya, Pak Kambing? Baiklah~ Dengan senang hati pak, jadi bersiaplah~ Kolkolkolkolkol~"

"Lha bujug, nih orang beneran kerasukan Russia?"

"OBAT BIUS MANA OBAT BIUS?!"

SYUUUNG! PRANG! BRAK! DUAK! TOWEWEWEW!

Kalian sudah tau apa yang terjadi?

Tidak tau? Baiklah!

Semuanya terjadi hanya karena Tartagus nggak diajak liburan oleh ketiga sepupunya.

Sekarang dia sedang ditahan Edgar dan Raimundo agar tidak membunuh Ikyo dan Mathias.

"Alexia, kapan mereka akan kembali? Keadaannya sudah sangat kacau!" tanya Paman Grayson khawatir.

"Entahlah..." balas Alexia risih.

"Ada apa ini?" tanya Girl-chan yang baru tiba bareng Teiron.

"Menurutmu?" Alexia menunjuk kerumunan nista itu.

Tartagus berhasil melepaskan diri dan segera mengejar kedua mangsanya yang sudah kabur duluan.

"Apa kalian bisa menghentikannya?" pinta Paman Grayson.

"Hmm, baiklah..."

Teiron men-summon sebuah batu bata dan mulai membidik, kemudian segera melemparnya ke Tartagus dan tepat mengenai tengkuk sampai membuat sang korban pingsan.

"Yah, setidaknya hanya itu yang bisa kulakukan..." gumam Teiron seadanya.

Kemudian Tartagus segera digotong ke kamar.


Di depan markas, ketiga orang yang baru balik itu segera menutup pintu dan bergegas mencari sepupu mereka saat mendengar suara bel pintu.

Ketika pintu dibuka lagi, mereka sudah menjadi 'keset dadakan' berkat gerombolan para cewek Reha Squad yang menyerbu masuk.


"Mana Tarta-kun? Pengen gue iket!" seru Iris sang pemimpin gerombolan.

Webek, webek...

"Telat mbak, orangnya udah diurusin..." balas Mathias sweatdrop.

"Lho, kalian kenapa?" tanya Raimundo begitu mendapati ketiga makhluk yang baru datang dengan kondisi babak belur.

"Abis dijadiin 'keset' sama cewek-cewek beringasan ini!" gerutu Daren sebal sambil menunjuk para gerombolan yang malah nyengir berjamaah.

"Kalian langsung ke kamar saja buat urusin dia!" usul Edgar.


Setelah itu...

"Haaah... Sebenarnya aku ingin berlibur dengan tenang tanpanya, tapi masalah ini benar-benar merepotkan!" gerutu Vience setelah mendengar cerita Alexia, kemudian hanya menghela nafas panjang. "Aku akan mengawasinya untuk memastikan tidak ada kekacauan lagi, ini saja sudah cukup!"


Keesokan harinya...

Suasana di squad masih tenang seperti biasanya, kecuali dengan tidak adanya si ketua Garuchan yang sudah berangkat ke Hellsalem's Lot sejak tadi pagi.

Teiron baru pulang dari misi dan berniat melakukan sesuatu. Dia segera pergi ke dapur dan melihat piring yang menumpuk di wastafel.

'Mumpung Bibi Rilen belum pulang, aku kerjakan saja deh.' batinnya sambil menggulung lengan baju.

"Tei-kun, kau sedang apa?"

Teiron langsung kaget begitu mendapati Lisa sudah berada di belakangnya dan mulai gelagapan. "Ha-hanya ingin mencuci piring saja..."

"Tapi, kau kan baru pulang. Istirahatlah, kau pasti lelah." nasihat Lisa.

"Tidak, aku tidak terlalu lelah!" bantah Teiron.

Lisa hanya memiringkan kepala. "Baiklah... Tapi apa kau yakin ingin mencuci piring sebanyak itu sendirian?"

Teiron menggaruk kepala. "Yah, mau gimana lagi?"

"Mau kubantu?"

"Ti-tidak usah!"

"Ayolah. Jangan terlalu memaksakan diri."

Teiron hanya menghela nafas pasrah. "Baiklah..."

Mereka berdua pun mencuci piring bersama.


Sementara itu, Luthias sedang pergi ke markas Reha dengan menggunakan 'Ice Rush' (skill weapon Skadi).

Tapi karena terlalu banyak pikiran di jalan, dia tak melihat ada orang di depannya dan...

"Gyaaaah! Awas!"

BRAAAAAK!

Ada tiga orang yang keluar dari markas Reha dan melihat Luthias sedang memperhatikan sebuah patung es yang sepertinya itu...

"Inferno!?"

"Aku tidak sengaja menabraknya dan dia berubah jadi es..." jelas Luthias khawatir.

"Tenang saja, dia akan baik-baik saja, tapi..."

Es yang menyelimuti Inferno mulai meleleh karena panas tubuhnya yang meningkat. Tapi sayangnya, membekukan Inferno sama saja dengan membuatnya menjadi...

"Ayo! Bekukan aku lagi! Aku menikmati setiap hawa dingin dari es yang menusuk tulang! Bekukan aku lagi!" pinta Inferno dengan air liur di mulutnya, mata nggak fokus, pipi memerah, dan nafas terengah-engah.

"Di-dia kenapa?"

Kemudian seekor burung phoenix muncul. "Fetish dari Tuan Besar Inferno adalah hawa dingin, jadi... Lihat celananya."

Mereka semua langsung melirik ke arah celana Inferno yang terlihat menonjol di bagian 'anu'-nya.

"Bekukan aku lagi!" pinta Inferno.

"Ja-jangan turuti dia."


Kemudian...

"Aku kira tenis biasa, ternyata..." Luthias hanya bisa sweatdrop ketika bermain tenis dengan Jacob karena...

"Kenapa pemukulnya malah pakai penggorengan dan bolanya pakai bola baseball!?"

"Terima ini!" seru Jacob sambil memukul bola baseball itu.

"Eh!? Wait!"

Abaikan saja mereka.


Di sisi lain, ada seseorang yang mendapat panggilan telepon.

"Ay? Siapa?"

"Salem, bagaimana keadaanmu?" tanya seorang wanita di seberang telepon.

"Salma? Kau kah itu?" Salem nanya balik.

"Salma siapa, Salem?" tanya Chilla.

"Ah, apa itu suara Chilla? Aku ingin berbicara dengannya." pinta Salma.

"Salma, aku tidak yakin-"

"Ayolah! Aku ingin berbicara dengannya, Alfred bilang dia pacarmu."

"Salma!"

"Salem~ Ayolah~"

"Terserah!" Salem memberikan handphone-nya pada Chilla.

"Ha-halo?"

"Halo Chilla, bagaimana dengan Salem?"

"Ya, Salem baik-baik saja. Ngomong-ngomong, Salma ini siapanya Salem ya?" tanya Chilla penasaran.

"Aku... Aku ini Salem..."

"Umm... Salem?"

"Salem versi wanita, aku dari dunia lain."

"Ooh... Lalu, bagaimana dengan Chilla di sana? Apa Chilla berubah jadi laki-laki?"

GUBRAK!

"Suara apa itu?"

"Salem jatuh. Jadi, bagaimana Chilla di sana?" tanya Chilla lagi.

"Entahlah, aku belum bertemu denganmu di sini, makanya aku penasaran denganmu." jawab Salma miris.

"Lalu, Salma pacaran dengan siapa?"

"Aku bukan pacaran lagi, tapi sudah berkeluarga dan punya satu anak." jawab Salma datar.

"Salma menikah dengan siapa? Apa Chilla bisa mengetahuinya?" tanya Chilla polos dan Salem hanya bisa facepalm.

"Aku menikah dengan Alfred dan punya satu anak bernama Alfa, Chilla... Aku harap kau tidak kaget jika nanti kau bertemu seorang anak yang memanggil Salem 'Mama'." jelas Salma sambil menggigit bibir karena takut Chilla akan curiga soal hubungan Alfred dan Salem.

"Alfred? Hantu temannya Salem itu?"

"I-iya, tapi dia hidup di duniaku dan dia sangat baik." jawab Salma.

"Iya, Alfred baik! Alfred membelikan Chilla banyak makanan saat pergi bersama Salem dan Alfred sering mentraktir." jelas Chilla.

Salem dan Salma langsung menghela nafas lega.

"Chilla mau bertemu Salma boleh?"

"Eh? Umm... Boleh. Aku juga sedang di squad Alfred duniamu, karena Alfa ingin bertemu dengan Alfred di dunia ini dan juga mamanya."

"Baiklah, dimana bisa bertemu?"

"Mau ke mall?"

"Oke."

Telepon ditutup dan Chilla langsung memberikan handphone pada Salem. "Salem, Chilla mau ketemu Salma boleh kan?"

"Boleh boleh."

"Yee! Chilla siap-siap dulu."


Oke, mari kita pindah tempat.

"Kemana dia?" tanya Arie yang celingukan di ruang tengah.

"Yo!"

Begitu dia menengok ke belakang...

"KODOK LOMPAT!"

"Itu siapa yang teri-"

Hendry langsung bengong begitu melihat Arie yang nemplok di lampu gantung beserta sepasang 'kodok raksasa' di bawahnya.

Kedua 'kodok' itu membuka topeng mereka dan rupanya...

"Sialan, ternyata ini ulah kalian!" umpat Arie setelah mendapati bahwa pelakunya adalah Hibatur dan Zen yang malah nyengir.

Hendry sendiri hanya bisa sweatdrop melihat kejadian itu.


Saat Monika sedang bermain catur dengan Elwa, dia mendengar serangkaian suara yang agak ambigu dari perpus.

"Rice, lu salah masukin tuh!"

"Dimana sih lubangnya?"

"Di situ tuh!"

"Ah!"

"Lu nggak apa-apa, Rice?"

"Ah, itunya keluar!"

Takut ketiga makhluk gaje itu ber-threesome ria, Monika langsung mendobrak pintu tanpa mendengar peringatan dari Elwa.

BRAK!

"Heh, lu pada ngapa- in?"

Monika langsung cengo saat melihat kejadian di depannya dan ternyata...

KETIGANYA LAGI MASANG RESLETING DI CELANA?! *plak!* *caps jebol!*

"Oy Nik, jangan salah sangka dulu! Kita mau bantuin Maurice jahitin resleting di celananya!" jelas Alisa sweatdrop.

"Terus, yang keluar itu apaan?" tanya Monika jawdrop.

"Darahnya! Dia habis ketusuk jarum gara-gara meleng nusuk jarum ke resletingnya!" jawab Alpha cuek sambil memasang plester pada jari Maurice yang ketusuk jarum barusan.

GUBRAK!

Monika langsung tepar mendengarnya, sementara Elwa hanya bisa sweatdrop melihat kejadian barusan.


Sekarang Salem dan Chilla sedang berada di mall.

"Salem, sebelah sini!"

Ketika menengok, terlihat seorang wanita berambut pirang sedang melambaikan tangan ke arah mereka bersama seorang anak kecil berambut merah muda di depan sebuah tempat makan.

"Salem, apa itu Salma dan Alfa?"

"Ya, ayo ke sana!"

Mereka berdua segera pergi ke sana.


"Oh, jadi dia Chilla?" tanya Salma.

"Ya." balas Salem singkat.

"Jadi, bagaimana Salem dan Salma bertemu?" tanya Chilla penasaran.

"Ehmm..."


-Flashback-

"Halo Salem, senang bertemu denganmu."

"I-iya, senang bertemu d-denganmu, Salma." balas Salem canggung.

'Wow, ternyata aku cantik juga! Ebuset! Jangan berpikiran seperti itu, Salem! Masa lu suka sama diri lu sendiri sih?! Jones jones!'

"Terima kasih ya kau mau menerima Alfa saat kami bertengkar. Kami sungguh khawatir saat dia hilang." ujar Salma sambil tersenyum.

"Ya tak apa, mana Alfred?"

"Sedang di luar. Oh, kau yakin ingin melihatnya? Kata Kak Naya kau akan pingsan ketika melihat orang yang sama atau anak kembar."

JLEB!

"KAK NAYA, JANGAN CERITAKAN ITU!" pekik Salem.

"Maaf Salem, dia yang bertanya seperti apa dia di sini!" balas Naya yang berada di dapur.

"Oke, lupakan itu." gumam Salem lemas.

Salma tertawa kecil. "Hihihi, tak apa..."

-Flashback End-


"Begitulah..." Salem hanya garuk-garuk pipi.


Oke, mari kita kembali ke Teiron.

"Papa, bisa bantu aku mengerjakan PR?" tanya Flore yang baru pulang sekolah.

Teiron mendongak sebentar dari buku bacaannya. "Bisa, sebaiknya kau ke kamar dulu ya!"

"Baik!" Flore segera pergi.


Di kamar Teiron...

"Jadi tinggal gunakan saja rumusnya."

"Baiklah." Flore mulai menyadari sesuatu yang salah dari 'papa'-nya. "Hmm, Papa?"

"Ya?"

"Wajah Papa terlihat pucat, Papa sakit?"

"Tidak, aku hanya sedikit kelelahan. Jangan khawatir." Teiron mengusap kepala Flore dengan senyum tipis.

Flore tetap cemas dengan kondisi 'papa'-nya, tapi dia lebih memilih untuk diam dan kembali mengerjakan PR.


Seminggu kemudian...

"Entah kenapa aku jadi bete kalau dia nggak ada di sini..."

Luthias yang sedang baca buku sambil mengelus Kopen di pangkuan melirik kakaknya yang sedang merenung di jendela kamar mereka. "Kenapa Aniki, suka?"

"Nej, siapa yang suka?!" bantah Mathias.


Di Hellsalem's Lot...

"Leo, apa kau tau dimana tempat untuk menelpon?" tanya Girl-chan yang sedang makan di Dianne's Dinner bersama Leo dan Duo Z (Zapp dan Zed).

"Untuk apa?" Leo nanya balik.

"Aku hanya ingin menghubungi temanku di sana, mungkin saja ada yang kangen..."

"Hmm, baiklah... Akan kuantarkan setelah ini..."


Back to Garuchan...

"Tei, si Flore belum balik?" tanya Alpha yang sedang bermain game pada temannya yang baru kembali dari misi.

Teiron angkat bahu. "Entahlah. Biasanya jam segini sudah pulang sekolah."

Alpha mengira-ngira kemana biasanya gadis kucing itu pergi saat pulang sekolah. "Mungkin dia mampir ke pasar lagi, atau nggak main sama Nigou di markas Reha."

Teiron berpikir sejenak. "Hmm, sepertinya aku akan menjemputnya sekarang."

Alpha mengangkat alis. "Serius? Kau baru saja kembali dari misi dan wajahmu terlihat pucat."

"Aku tidak terlalu lelah kok, tenang saja." Teiron tersenyum tipis dan pergi lagi.

"Aku khawatir kau akan memaksakan diri lagi seperti dulu, soalnya staminamu yang paling lemah di sini..." gumam Alpha cemas.


Giro sedang berselancar di dunia maya ketika mendapat video call. "Hmm?"

Dia mengangkat panggilan itu dan terkejut melihat siapa yang menghubunginya. "Hah? Kaichou?"

"Hay!" Gadis itu melambaikan tangan di layar laptop-nya.

"Ini baru seminggu dan kau sudah menghubungi kami, ada apa emangnya?" tanya Giro.

"Hanya kangen saja..." balas Girl-chan watados. "Oh, apa saja yang terjadi selama aku pergi?"

Giro berpikir sejenak. "Hmm, tidak banyak. Chilla-pyon bercerita soal Salma-pyon, Zen-pyon dan Hibatur-pyon mengerjai Arie-pyon dengan kostum kodok, Luthias-pyon dikejar-kejar orang aneh yang minta dibekuin, lalu-"

"Bagaimana dengan Teiron?" potong gadis itu.

Giro mengerutkan kening. "Teiron-pyon? Kenapa kau menanyakannya?"

Girl-chan menghela nafas kecil. "Aku hanya khawatir dia akan memaksakan diri selama aku pergi. Dia memang pekerja keras, tapi staminanya sangat terbatas."

Giro memutar mata. "Ya, dia selalu mengerjakan banyak hal belakangan ini. Yang kudengar dari Tumma-pyon, dia hanya tidur kurang dari dua jam sehari."

"KURANG DARI DUA JAM?! ITU KELEWATAN!" pekik gadis itu kaget.

"Oy, jangan teriak di sini!" seru seseorang di belakang gadis itu.

"Maaf, Zapp!" balas Girl-chan pada orang itu. "Giro, kau harus paksa dia istirahat, apapun caranya!"

"Ta-tapi-"

Tiba-tiba koneksi langsung diputus.

Giro hanya melipat tangan dan menerawang ke langit-langit kamarnya. "Bagaimana cara memaksanya ya?"

Kemudian dia segera keluar kamar.


"Dia sudah keluar dari tadi."

"Kemana, Alpha-pyon?"

"Katanya mau jemput Flore."

"Susul dia sekarang! Takutnya entar malah pingsan di tengah jalan!"

Giro dan Alpha segera pergi menyusul Teiron.


Di markas Reha...

"Jadi kalau wanita sedang hamil, dia akan punya perut sebesar itu ya?" tanya Flore polos sambil memperhatikan Yuki.

Yuki hanya tertawa kecil. "Ya, itu benar."

"Apa perut Bibi Adelia juga akan seperti itu nanti?"

Takano dan Ryuuga langsung melirik gadis kucing itu. "Adelia?"

"Paman Ikyo bilang dia baru hamil dua bulan."

Mereka bertiga ber-'oh' ria.

"Hmm, sebaiknya aku pulang saja." Flore berdiri dari kursinya dan berniat pergi. "Takutnya Papa menyusulku nanti."

"Hati-hati di jalan ya."


"Lho, kalian sedang apa di sini?" tanya Flore bingung saat bertemu Giro dan Alpha di tengah jalan.

"Flore? Kamu nggak bareng papamu?" Alpha nanya balik.

Gadis kucing itu menggeleng.

"CEPAT KE PASAR SEKARANG!" seru Giro tiba-tiba.

Flore langsung bingung. "Eh? Kenapa?"

"Kamu pulang dulu, nanti kuceritakan!"

Mereka berdua segera pergi meninggalkan Flore.


Dia terbangun di sebuah ruangan berwarna putih disertai bau obat-obatan. (Kok rada deja vu ya? *plak!*)

"Oh, sudah bangun?"

Manik kehijauannya mulai melirik seorang dokter wanita yang membawa buku biru di sebelahnya. Dia berusaha untuk bangun, tapi badannya terlalu lemas untuk bergerak.

"Jangan memaksakan diri. Beristirahatlah, itu tidak akan membunuhmu kok."

Dia hanya mendengus sebal dan dokter itu malah tertawa kecil. "Kau mengingatkanku pada adik iparku."

"Hah?"


Di markas...

"Kalau sampai yang lain tau, pasti bakalan runyam!"

"Sekarang bagaimana?"

"Makanya itu aku juga bingung."

"Mau cari lagi?"

"Nggak deh, entar tau-tau kayak Salem waktu itu."

"Iya juga sih..."


"Ini benar-benar gawat!" Gadis itu mulai cemas setelah mendengar cerita Giro. "Mungkin memang sulit, tapi kalian harus mencarinya."

"Kita sudah cari ke seluruh tempat yang biasa dia kunjungi, tapi nggak ketemu juga." balas Alpha.

Girl-chan berpikir sejenak dan mencoba mengira-ngira tempat yang tak pernah mereka telusuri. "Sudah cek rumah sakit?"

"Rumah sakit?"

"Bukannya Chilla pernah bilang dia ketemu Salem di rumah sakit? Coba tanya mereka di rumah sakit mana, mungkin dia ada di sana."

"Tanpa menyinggung Teiron?"

"Tanpa menyinggung Teiron sama sekali." ulang Girl-chan yang segera menutup panggilan.


Back to Hospital...

Dokter itu tertawa kecil melihat reaksi terkejut pemuda merah itu. "Namaku Izca Mavikirja, tapi itu nama gadisku. Sekarang namaku menjadi Izca Scorcas."

Manik kehijauannya mulai menerawang, dia mencoba mengingat-ingat siapa yang punya nama lengkap 'Scorcas' di squad.

Tunggu...

"Kau punya hubungan dengan Emy?" tanya Teiron menyimpulkan.

Izca mengangguk. "Aku menikahi kakak laki-lakinya, Albert Scorcas. Oh, aku mau keluar sebentar, mereka pasti sudah ke sini."

Teiron hanya menatap kepergian sang dokter yang keluar dari ruangannya.

"Kok Emy nggak cerita kalau dia punya kakak ipar?"


"Ah, itu dia!" Albert melambaikan tangan setelah melihat keberadaan Izca yang mendatangi mereka di koridor.

"Nee-chan, aku nunggu lama banget lho!" keluh Emy manyun.

Izca hanya tertawa kecil. "Tadi aku sedang menjaga pasien yang baru datang setengah jam yang lalu. Dia baru saja siuman."

"Seperti apa? Emangnya dia spesial?"

"Kamu pasti kenal anak berambut merah dengan mata hijau dan kacamata kan?"

Emy langsung terbelalak, dia kenal betul siapa yang punya ciri-ciri seperti itu. "Aku ingin melihatnya!"

"Tunggu. Jangan buru-buru, nanti dia bisa shock." Izca mencegah adik iparnya untuk tidak menyelonong pergi.

"Memangnya apa yang terjadi padanya?" tanya Albert penasaran.

Izca menggeleng. "Aku kurang tau. Menurut laporan yang kubaca, dia ditemukan pingsan di tengah sebuah pasar."

Emy baru ingat satu hal. "Nee-chan, boleh kuberitahu sesuatu?"

"Ya, apa itu?"

"Teiron itu pekerja keras, tapi staminanya sangat terbatas. Dia pasti memaksakan diri mengerjakan banyak hal dan kurang istirahat. Apalagi dia menggantikan ketua kami yang sedang pergi dan baru kembali bulan depan." jelas Emy sedikit tidak nyaman.

Izca menghela nafas. "Aku sedikit bingung untuk bilang apa, tapi kurasa dia perlu beristirahat penuh tanpa mengerjakan apapun."

"Lho, Emy-pyon? Kok bisa di sini?"

Mereka bertiga langsung menengok begitu mendapati Giro dan Alpha yang baru datang.

"Kalian sendiri untuk apa ke sini?" tanya Emy.

"Kita hanya pengen tau apa dia di sini, itu saja." jelas Alpha seadanya.

"Kenapa kalian tidak lihat saja di sa-"

Izca baru mau menunjuk ruangan tempat Teiron dirawat ketika mendapati anak itu baru saja keluar dari ruangannya.

"Teiron(-pyon)!"

Dia berniat kabur, tapi terjatuh karena kakinya mendadak lemas. Mereka berlima segera menghampirinya dan membawa pemuda itu kembali ke ruangannya.


"Jangan membuat kami panik, bodoh!" sembur Alpha.

"Tei, sebenarnya apa masalahmu sampai seperti ini?" tanya Emy.

Dia tidak mau bicara.

"Ceritakan saja, tidak akan ada yang marah." pinta Izca.

Dia hanya menghela nafas pasrah.


-Flashback-

Saat itu dia sedang mencari buku bacaan ketika mendengar seseorang berbicara seperti ini:

"Kau tau, kau tidak akan disebut staff yang baik jika tidak bisa mengerjakan semua hal dalam sehari..."

-Flashback End-


"Hanya itu?" tanya Giro.

Dia mengangguk kecil.

"Sebaiknya kamu istirahat untuk sementara." nasihat Izca.

"Tapi-"

Alpha melipat tangan. "Tei, kesehatanmu lebih penting daripada tugas, itu bisa dikerjakan lain kali. Jadi jangan beranggapan kau akan mati jika dipaksa istirahat. Memangnya ada orang yang akan meracunimu?"

Dia pun terpaksa menurut.


To Be Continue, bukan Teh Botol Cafétaria (?)...


Aku berusaha untuk mengerjakan ini sih, oh well... .w.a

Yah, sebenarnya bagian awalnya berhubungan dengan dua orang yang muncul di dua Chapter sebelumnya... .w./

Aku ngidam Terra ticket pada event minggu ini buat ambil weapon biar bisa GD kapak Denmark, tapi kayaknya nggak ada yang mau gift... TwT *curcol.*

Review! :D