Balas Review! :D

StrideRyuuki: Ohoho~ :V a *ditebas.* Ini udah lanjut! ^^/

I'mYaoiChan: Yah, terserah kalian... 'w'a Makasih Review-nya! :D

RosyMiranto18: Well... Yah, begitulah... .w.a Thanks for Review! :D

Note: Sepertinya aku akan memperbaiki beberapa bagian di Chapter sebelumnya jika sempat atau ingat... .w.a

Happy Reading! :D


Chapter 116: ArchivEditions


"Woy, lu ngapain bawa makanan sebanyak itu?" tanya Mathias agak kaget ketika melihat si ketua Garuchan menggotong banyak makanan dari kulkas.

"Gue laper abis bangun tidur!" balas gadis itu cuek.

"Iye sih, tapi nggak usah segitunya! Lu kan cewek, lu bisa lebih gendut dari Akai kalau makan sebanyak itu!" sembur Mathias.

"Kok gue denger Akai jadi inget Red ya? Dia kan sering pake tuh panda!" celetuk Saphire watados.

"Kayaknya itu nggak ada hubungannya deh..." gumam Daren sweatdrop.

"Lu nasehatin gitu kenapa sih? Khawatir?" tanya Girl-chan sedikit menggoda.

"Ne-nej!" Pria jabrik itu menggeleng dan buru-buru pergi dengan wajah memerah.

"Sepertinya kau senang sekali baperin Aniki..." kata Luthias yang mendatangi gadis itu.

Girl-chan hanya nyengir. "Biarin! Lagian, wajahnya cukup lucu kalau lagi baper!"

Yuk ke inti Chapter!


~Pasung~

"Aku mau pasung Kopen saja, biar dia tidak menggangguku lagi!"

Gara-gara ada yang keseringan bicara soal benda tajam, Naoto jadi terbawa suasana.

Keesokan harinya, sebagian cowok langsung diburu oleh Hikari.


~Another Pingpong Party~

Hari ini sebagian anggota Garuchan sedang berolahraga di Gelanggang Olahraga Nordic (?). Mereka pun berolahraga dengan rusuh.

Iya, rusuh!

Emy, Elwa, Giro, dan Maurice sedang bermain tenis, tapi ujung-ujungnya malah gebukin Emy yang nyeselin tingkat tinggi.

Saphire, Salem, Luthias, dan Mathias sedang bermain sepakbola, tapi hasilnya malah membuat kedua bocah spiky itu langsung cengo ketika melihat kedua saudara jabrik itu bisa menendang bola dari jauh dan masuk ke gawang.


"Wah, ada permainan pingpong nih!" celetuk Hibatur ketika melihat sebuah meja pingpong.

"Mau main?" tanya Tumma.

"Gimana kalau kita mainnya kayak di anime aja?" usul Arie.

"Aku setuju!" jawab Zen.

"Aku yang jadi wasit!" ujar Yubi.


Nah, sekarang kita lihat permainan mereka!

Hibatur dengan Zen, Arie dengan Tumma. Bola di tangan Zen.

Yubi: "Pertanyaan pertama, sebutkan nama pokemon di Alola!"

Arie: "Eh?"

Zen: "Pikipek!"

Tumma: "Rockruff!"

Hibatur: "Lunala!"

Arie: "Gue nggak tau banyak soal pokemon!"


Ronde kedua, bola masih di tangan Zen.

Yubi: "Pertanyaan kedua, sebutkan nama protagonis di anime Digimon!"

Zen: "Masaru Daimon!"

Tumma: "Taiki Kudo!"

Hibatur: "Daisuke Motomiya!"

Arie: "Apa ada pertanyaan yang lebih gampang?"

Yubi: "Ini udah yang paling gampang! Kamu-nya aja yang nggak bisa, Arie!"


~Reaksi ThunEmy terhadap Haytham~

"Oh, pacar baru Alucard? Ya syukur deh!" Thundy hanya cuek.

"Eh, uke baru Alucard? Kok mirip Thun-kun?" Emy memasang wajah bingung.

Singkat amat ya!


~Old~

"Umm, Luthias-pyon... Boleh aku bertanya sesuatu?"

"Ada apa, Giro? Tumben sekali! Mungkin aku bisa menjawabnya!"

"Mmm... Kalau seandainya wajah dan tubuhku menjadi tua karena usia, apa kau masih mau mencintaiku?"

Senyum kecil mengembang di wajah pemuda Greenland itu. "Pertanyaan yang lucu! Walaupun kau tua dan tubuhmu renta, kenapa aku harus berhenti mencintaimu? Kaulah yang pertama kali memperlihatkan perasaan cinta itu dan aku harus berhenti mencintaimu karena fisik? Sampai kapanpun, perasaan cintaku masih bertahan meski fisikmu berubah! Kau juga kan?"

"I-iya, terima kasih jawabannya... Ich liebe dich, Grönland..."

"Asavakkit, Giro..."


~Sial~

Pada pagi hari, Salem kejedot pintu, kepeleset dari tangga, dipukul Giro di kamar mandi, dan dikejar-kejar hantu nyasar.

Pada siang hari, bajunya ketumpahan minyak, rambutnya nyaris dicukur Rendy, pulangnya diomelin Edgar, disuruh bantuin cuci mobil sama Mathias, dan dipaksa ngerjain misi bareng Ashley ke sebuah goa.

Pada malam hari, dia nggak dapat jatah makan malam karena telat pulang, diomelin lagi, kepeleset di lantai, pulang-pulang dicakar kucing liar pas keluar markas buat beli mangga, dan mimpi buruk di tengah malam.

Salem Morihayashi Al-Jumrah, ngenes banget kalau udah hari sialnya.


~The Leader's Visit in Hospital~

"Hey Al, Teiron belum pulang dari rumah sakit?"

"Ya, begitulah."

"Antar aku sekarang."

"Eh, serius?"

"Yap dan yap!"

"Oke..."


Kemudian...

"Ka-Kaichou?!" Teiron langsung shock begitu mendapati siapa yang menjenguknya kali ini.

Gadis itu melipat tangan. "Nggak usah segitunya! Aku kemari karena mengkhawatirkanmu, dan kau tidak menghubungiku!"

Pemuda merah itu menunduk malu. "Ya maaf..."

Girl-chan menghela nafas. "Ya sudah, yang penting kau harus istirahat agar bisa lebih cepat pulang nanti."

"Baiklah..."


~Garcia dan 'Panda'~

"Apa Alexian mau mendengarkan sebuah cerita?" tanya Garcia.

Alexia angkat bahu. "Yah, terserah. Memangnya mau cerita apa?"

"Kemarin Garcian bertemu seekor panda, panda itu bisa bicara dan juga bisa bertarung dengan sebatang bambu. Panda itu juga sangat gemuk, tapi saat Garcian mengatakan itu padanya, dia bilang begini: 'aku tidak gemuk, tapi aku chubby'."

"Entah kenapa aku merasa sangat familiar dengan panda itu..." gumam Alexia sweatdrop.


~Public Kiss~

Kemudian mereka didatangi Musket dan Saphire.

"Lex, Garcia tuh beneran temen lu atau apaan? Kok kayaknya deket banget?" tanya Saphire.

"Cuma temen doang kok..." jawab Alexia.

"Beneran, dayo?" tanya Musket.

"Iyalah!" balas Alexia nyolot.

"Alexian?" panggil Garcia.

"A-apa?" tanya Alexia agak gelagapan.

"Apa Garcian boleh ceritakan tentang-"

"Jangan jelaskan itu! Ini perintah!" potong Alexia.

Saphire dan Musket mulai curiga dengan gelagat pemuda pirang itu.

Garcia hanya berkedip dua kali karena sama sekali tidak mengerti. "Memangnya kenapa? Apa Garcian perlu melakukannya lagi?"

"Tu-tu-"

Sebelum Alexia sempat mencegahnya, bibir mereka sudah bersentuhan dalam sebuah ciuman.

Yang lebih parah, bukan hanya Saphire dan Musket yang cengo melihatnya, tapi juga semua orang di sekitar mereka.

"What the?!"

"Wew, ternyata dia bukan jomblo!"

"Anjer, ciuman depan umum!"

"Cieeeeeee~"

Setelah ciuman itu, Alexia yang sudah terlanjur malu langsung kabur dengan wajah memerah sambil menjerit frustasi. Kemudian Lucy dan Hikari mendatangi Garcia.

"Tidak kusangka dia akan seperti itu..." gumam Hikari risih.

"Garcia, aku sarankan jangan lakukan itu lagi. Ini perintah." nasihat Lucy.

Garcia hanya mengangguk. "Baiklah, Lucian."


Setelah itu...

"Jadi, Lex, kau sudah pacaran ya?"

Alexia langsung menyemburkan milkshake dari hidung setelah mendengar pertanyaan itu, dia langsung memasang wajah sebal dan menengok ke belakang dimana ternyata ada si ketua Garuchan yang nyengir. "Dih, pertanyaan apaan tuh?!"

"Tapi itu bener kan?"

"Nggak usah sok-"

"Itu memang benar." timpal Garcia yang udah nongol di sebelah Alexia.

Pemuda pirang itu langsung memerah. "O-oy, jangan nyahut seenaknya!"

Gadis itu terkekeh ria. "Selamat ya!"

Alexia berniat mengejar Girl-chan yang sudah kabur duluan, tapi dicegat Garcia.

"Biarkan dia."

Alexia hanya menghela nafas pasrah, kemudian menggenggam erat tangan Garcia. "Jangan pernah melakukannya lagi... Itu memalukan..."

Gadis itu mengangguk. "Garcian mengerti."


~Jampi-Jampi~

Suatu hari, Lammermoor bersaudara sedang naik mobil.

"Hmm... Djeeta." (DJ33T4)

"Hmmmm... B-Boiboi." (B-B01B01)

"Lu lagi jampi-jampi apaan sih?" tanya Edgar skeptis.

"Darius (D4121U5). Oh, maaf Kak. Aku kebiasaan baca plat nomor di depan kalau lagi bosan." jelas Edward sambil menunjuk salah satu plat bertuliskan F1233D0M. "Nah, yang itu tulisannya 'Freedom'."


~Give Name for Naoto's Kittens~

Naoto melahirkan lima anak kucing. Mereka semua berbulu hitam, putih, abu-abu, coklat, dan belang tiga.

"Kenapa tidak ada yang berbulu biru seperti ibunya ya?" tanya Luthias yang berjongkok sambil memperhatikan para anak kucing yang menyusu pada ibunya.

Hikari angkat bahu. "Aku juga kurang tau..."

"Aku butuh bantuan untuk nama mereka..." gumam Naoto.

"Aku akan cari Flore, mungkin dia bisa membantu." Luthias segera keluar dari kamar Hikari.


Ketika dia sedang berjalan di koridor lantai lima, dia bertemu Teiron yang baru pulang dari rumah sakit.

"Lho, Teiron? Dari mana aja? Kok baru keliatan?" tanya Luthias.

Teiron menggaruk kepala. "Ehmm, ceritanya panjang..."

Luthias teringat tujuan awalnya. "Oh iya, Flore sudah pulang?"

"Belum, kenapa?" tanya Teiron bingung.

"Naoto melahirkan kemarin dan dia butuh bantuan untuk memberi nama anak-anaknya." jelas Luthias.

"Sebaiknya kau tunggu saja di depan, mungkin dia akan pulang sebentar lagi." usul Teiron.

"Baiklah..."


Ketika Luthias membuka pintu depan markas, dia malah disambut dengan...

"Oh, mau apa kau, Batu Nisan?" tanya Luthias datar.

Hibatur nyengir kuda laut. "Katanya Naoto melahirkan, jadi aku ke sini bawa hadiah!"

Luthias mengangkat alis. "Masa?"

"Tuh!" Hibatur menunjuk dua truk berisi kumpulan susu botol.

Luthias hanya sweatdrop melihat itu. "Baiklah..."


Setelah itu...

"Mereka baru lahir seminggu, jadi butuh nama..."

"Hmm..." Flore berpikir sejenak. "Bagaimana ya? Aku tidak punya ide. Kak Tsuchi ada ide?"

Tsuchi menggeleng.

Teiron angkat bahu. "Yah, kurasa kita harus tanyakan Kaichou, kalau saja dia tidak sedang berpikir yang aneh-aneh..."


Kemudian...

"Hoooh..." Girl-chan manggut-manggut setelah mendengar cerita Hikari. "Mungkin aku bisa membantu, tapi..."

"Kenapa?"

Gadis itu melipat tangan dan menengadah ke arah langit-langit. "Yah... Aku sedang banyak pikiran saat ini, jadi agak pusing untuk memikirkannya... Tapi kalau ada orang lain yang menyarankan nama untukmu, sebaiknya pikirkan baik-baik."


Bonus:

"Ada apa dengannya?" tanya Rendy bingung begitu melihat Vience ngakak guling-guling di pojok ruang tengah.

"Oh, itu? Katanya dia abis denger cerita Tartagus yang baru pulang dari liburannya ke Kyoto bareng Iris." jelas Tumma.

Rendy mengerutkan kening. "Terus apanya yang lucu?"

"Dia ketawa gara-gara liat Tartagus bonyok digebukin kakeknya Iris..." balas Tumma datar.

"Oke..." Rendy langsung sweatdrop mendengar itu. "Sebaiknya aku cari Hendry, dia pasti di perpus sekarang."


"Ada apa dengannya?" tanya Hendry saat melihat Zen yang nungging dengan tidak elitnya di pojok perpus.

Dia hanya guling-guling dengan nistanya. "Lagu Akad... Intro sepuluh jam... Seruling lagu Titanic... Memenuhi kepalaku... Aaaaarrgh! Ear rape-nya parah banget! Salem benar-benar telah membunuh telingaku!"

Hendry hanya terdiam melihat itu, sepertinya dia tidak tau harus berbuat apa.

"Oh, kau di sini, Hendry. Ayo pergi." ajak Rendy.

Hendry hanya mengangguk dan pergi mengikuti saudaranya sekaligus meninggalkan Zen yang masih guling-guling saking sengsaranya karena menjadi korban 'ear rape'.


Di sisi lain...

"Iris, kami perlu memberitahumu sesuatu..." ujar Hikari sambil melipat tangan.

Iris mengangkat alis. "Apa itu?"

"Begini... Daren bilang padaku kalau Tartagus... Sudah masuk tahap phobia terhadap kakekmu..." jelas Alexia.

"Emangnya apa yang terjadi antara kakekmu dan Tartagus?" tanya Emy penasaran.

"Soal itu..." Tiba-tiba wajah Iris memerah karena mengingat kejadian memalukan itu dan buru-buru menggeleng. "Maaf, aku tak bisa cerita..."

Ketiga orang itu hanya saling berpandangan dengan wajah bingung.


To Be Continue, bukan Tv Bella Cinema (?)...


Question of The Day:

Q: Kenapa Akai disebut? Lu udah mulai main ML?

A: Bukan! Ini gara-gara Reha dan abang gue yang main ML, jadinya kebawa suasana!


Syukuri aja apa yang bisa kutulis, yang penting update... -w-/

Review! :D