Balas Review! :D
I'mYaoiChan: Ahaha... :V *dilempar bumerang.* *ditembak Beta.*
Alpha: "Teiron nggak mau ikut mabar sih, dia kan user Tanker (lebih spesifik ke Grock sebenernya)!"
Teiron: "Ogah gue mabar sama lu! Entar malah dikatain lagi!"
Vience: "Pengen banget ya?" =w=
Maurice: "Ehm... Kalau dilihat dari story-nya, Roger terkena kutukan Werewolf setelah menghabisi pemimpin mereka."
Makasih Review-nya.
RosyMiranto18: Nope, jangan memintaku melakukannya!
Alexia: "Aku lebih suka tiramisu..."
Maurice: "Yah, seperti yang dijelaskan Alucard, yang dimaksud itu Roger. Hanya saja, aku tidak mengerti kenapa dia lebih sering disebut Fighter daripada Marksman, padahal senjatanya senapan (walaupun dia juga bisa berubah jadi serigala sih)..." .w.a "Lagipula, Paman Grayson (satu-satunya) manusia di keluargaku..."
Untuk jawaban di fic sebelah:
Tartagus dan Vience: "Salahkan pacar kami..." =w=
Emy: "Sudah pasti Thun-kun lha! Aku kan cuma komentar!"
Thanks for Review.
StrideRyuuki: Yah, biarlah... -w-' Ini udah lanjut... -w-/
Happy Reading! :D
Chapter 126: Randomos Absurdos
Yah, silakan simak saja... -v-/
~Private Maid~
"Nama saya Donnabella Maidgic, salam kenal." Gadis berbaju maid itu membungkuk sopan.
"Don-chan akan tinggal di sini sebagai pelayan pribadiku. Well..." Girl-chan menggaruk pipi dengan telunjuk. "Sebenarnya dia sendiri yang meminta jadi pelayan, bukan aku."
"Lebih tepatnya, seseorang yang meminta saya menjadi pelayan pribadi anda."
"Eh? Maksudnya?"
"Jadi..."
-Flashback-
"Apa yang membuatmu sedih?" tanya seseorang berambut putih dengan telinga runcing dan membawa sebuah gulungan.
"Saya diusir karena sesuatu dan sekarang saya tidak tau harus bekerja dimana lagi."
"Aku tau orang yang mau menerimamu."
"Benarkah?"
Orang itu mengangguk. "Aku akan mengirim surat untuknya. Jika dia menerimamu, pergilah menemuinya."
"Baiklah. Terima kasih."
"Love others as love yourself." Orang itu langsung menghilang.
-Flashback End-
"Entah kenapa aku merasa familiar dengan orang yang kau maksud..." gumam Akai.
"Benarkah?" tanya Donna.
Akai menggeleng. "Tidak, hanya sekedar firasat."
'Tapi kalau memang benar itu dia... Untuk apa?'
Kemudian...
"Apa kau tidak keberatan menjadi pelayan pribadi Kaichou?" tanya Primarin.
Donna memiringkan kepala. "Memangnya kenapa?"
Primarin berdecak. "Begini, biar kujelaskan. Kaichou itu sedikit pemalas, dia hanya mau bersih-bersih jika berniat melakukannya. Selain itu, dia juga tomboi dan tidak suka fashion, jadi jangan heran kenapa dia hampir tidak pernah memakai rok atau gaun, sering memakai baju yang sudah pernah dipakai beberapa hari yang lalu, dan tidak tertarik untuk berbelanja baju baru di mall."
"Tidak semua wanita menyukai fashion dan juga berbelanja di mall. Kita semua memiliki ketertarikan yang berbeda." ujar Donna bijak.
Primarin hanya menghela nafas dan geleng-geleng kepala. "Terserah padamu..."
~Spare Part Maintenance~
"Aku sangat khawatir padamu, Garcia. Karena aku tidak tau bagaimana memeriksa 'spare part'-mu, dan aku tidak yakin apa di sini ada yang tau soal mesin." keluh Alexia. "Lagipula, kalau kau harus kembali ke Profesor Qinary, jarak rumahnya cukup jauh."
"Apa kita perlu tanyakan Profesor?"
"Aku ragu dengan itu, tapi baiklah..."
Kemudian...
"Ahaha, aku sudah menduga pertanyaan itu akan terdengar di telingaku." kata Profesor Qinary dari layar hologram yang terhubung dengan telapak tangan Garcia. "Tapi tenang saja, di squad kalian ada orang yang tau soal mesin."
"Siapa?" tanya Alexia bingung.
Profesor Qinary menunjukkan sebuah foto dimana terdapat seorang pria berambut pirang bersama seorang anak berambut beige.
Alexia mengerutkan kening, sepertinya dia mengenali anak di foto itu. "Wait, bukannya itu Alpha?"
"Yap! Aku mengenalnya saat dia mengikuti ayahnya ke lab tempat kerjaku dulu. Orangtuanya adalah pasangan engineer, mereka tewas dalam kecelakaan dan meninggalkan anak tunggal mereka sebelum akhirnya dia diadopsi oleh pasangan ilmuwan dari keluarga Kikuni." jelas Profesor Qinary. "Sebaiknya kau tanyakan saja dia, mungkin dia bisa membantu."
Setelah itu...
Alexia mengetuk pintu kamar Alpha dan tidak ada jawaban, tapi terdengar musik dengan volume full bass di dalam.
"Aku yakin dia pasti sedang main game." Alexia mencoba membuka pintu, tapi tidak bisa. "Sial, malah dikunci!"
Garcia memiringkan kepala. "Mungkin kita bisa tanyakan dia lain kali saja."
"Tunggu sebentar!" Alexia mundur sedikit dari pintu dan...
BRAAAAAAAAAK!
"Hey, aku baru saja mengganti engsel pintu itu setelah dirusak Teiron minggu lalu!" bentak Alpha sebal.
Ternyata Alexia baru saja mendobrak pintu kamarnya sampai jebol.
"GELUT AJA KUY!"
"AYO!"
Setelah sebuah perkelahian kemudian...
"Hah? Memeriksa 'spare part' Garcia?" tanya Alpha bingung.
"Well..." Alexia menggaruk kepala. "Biasanya Garcia diurus Profesor Qinary, tapi karena dia tinggal di sini dan jarak rumah Profesor sangat jauh, aku bingung bagaimana mengurusnya. Aku tidak tau apa-apa soal mesin."
Alpha berpikir sejenak. "Sebenarnya bisa saja sih... Kau tau, aku mewarisi keahlian engineer keluarga Scalion bukan tanpa alasan. Dulu orangtuaku dikenal sebagai engineer terbaik di lab tempat kerja mereka. Aku dibesarkan untuk mengenal mesin dan segala hal yang berhubungan dengan teknologi. Bisa dibilang, keluargaku terlahir untuk memahami semua itu."
"Alexian, Garcian mendapat panggilan dari Profesor." ujar Garcia tiba-tiba, kemudian dia melebarkan telapak tangannya yang mulai bersinar dan memunculkan sebuah hologram.
"Ah, lama tidak jumpa, putra tunggal Scalion." sapa Profesor Qinary.
"Jadi... Kau memintaku untuk membantu merawat Garcia?" tanya Alpha.
"Yap!" Profesor Qinary mengangguk. "Aku mempercayaimu seperti orangtuamu mempercayaiku dulu, aku berharap kau bisa melakukannya."
Kemudian hologram mulai padam.
"Kurasa tidak ada salahnya mencoba." Alpha tersenyum. "Jadi Garcia, kapan biasanya Profesor memeriksamu?"
"Setiap sebulan sekali pada hari Rabu di minggu kedua." jelas Garcia.
Alexia memeriksa kalender di kamar Alpha. "Ini sudah Rabu minggu kedua. Mau dimulai sekarang?"
Garcia mengangguk. "Tentu saja."
"Kurasa ruang rahasia itu bisa digunakan." Alpha tersenyum penuh arti.
"Ruang rahasia?" tanya Alexia dan Garcia bingung.
Alpha langsung nyengir dan diam-diam menekan sebuah tombol tersembunyi.
Tiba-tiba isi kamarnya langsung berubah menjadi sebuah laboratorium yang dipenuhi berbagai macam benda-benda canggih.
Alexia langsung mangap lebar melihat itu.
"Aku sudah lama membuat ini, hanya saja aku tidak terlalu sering menggunakannya." jelas Alpha. "Baiklah, bisa kita mulai, Garcia?"
Garcia mengangguk. "Tentu saja."
~Balada Ultah di Akhir Bulan~ (Bodoh amat telat, yang penting bikin dah... -w-/)
Pada akhir bulan lalu, sebagian cowok Garuchan sedang kelabakan karena suatu alasan.
Mereka ingin menyiapkan kejutan untuk teman mereka yang berulang tahun, tapi sayangnya, dompet mereka sedang kosong melompong. Jangankan untuk beli kado, beli bahan untuk bikin kue ultah aja nggak sanggup.
Karena itulah mereka sangat sengsara.
"Sekarang gimana? Kalau sampe si bocah merah itu nangis karena nggak ada kue, kita juga yang gempor!" gerutu Edgar.
Oh, teman mereka yang satu ini paling senang makan kue, baik saat ultah sendiri maupun ultah teman. Tapi kalau dia nggak dapet kue, bisa-bisa gempa bumi lokal akan melanda sekitarnya.
Contohnya saat ulang tahun Saphire. Dia sengaja tidak mengundang teman-temannya karena 'urusan keluarga'. Tapi tanpa diduga, anak itu datang diam-diam dan menghabiskan semua kue yang tersedia. Begitu Saphire menyadari keberadaan anak itu, dia langsung mengusirnya dan hal itu malah membuatnya nangis kejer sampai menyebabkan gempa bumi lokal di rumah keluarga Andreas. Alhasil, Saphire hanya bisa pasrah dan membiarkan anak itu memakan semua kue yang ada.
Karena kejadian itu, mereka semua harus berpikir dua kali sebelum mengundangnya. Diundang entar ngabisin kue, nggak diundang malah nangis kejer. Simalakama emang.
Ah, sebaiknya abaikan saja mereka!
Di sisi lain, Chilla mengajak Salem dan Alfred ke sebuah toko kue.
"Hey, mumpung lagi di sini, aku jadi ingin beli kue untuk ultah seseorang."
"Ultah siapa, Salem?" tanya Chilla penasaran.
Pemuda spiky itu membisikkan sesuatu pada Chilla dan gadis itu mengangguk paham.
Hmm, bagaimana kalau kita lihat yang sedang ultah sekarang?
"Haaah... Melelahkan sekali... Aku berharap bisa makan kue saat pulang nanti..." keluh Teiron yang baru pulang, kemudian dia teringat sesuatu. "Oh iya, bicara soal kue, sekarang kan tanggal 30, berarti..."
Dia buru-buru masuk markas dan berharap mendapat kejutan.
Para cowok yang melihat anak itu memasuki markas lewat CCTV di ruang kontrol langsung kabur mencari tempat persembunyian.
Teiron kebingungan dengan suasana markas yang kosong. "Kemana mereka?"
Dia terus mencari ke seluruh tempat di markas, tapi sayangnya, teman-temannya sudah pergi diam-diam untuk mengungsi ke squad sebelah.
Merasa mereka tidak mau menyiapkan kejutan untuknya, dia jatuh terduduk dan mulai terisak.
"Salem."
"Ya?"
"Kenapa markas terlihat seperti terkena gempa bumi?" Chilla menunjuk markas mereka yang bergetar hebat.
Salem langsung terbelalak. "Jangan-jangan-"
Mereka segera bergegas ke sana, dan begitu mereka masuk...
"Teiron!" Salem segera menghampiri si rambut merah yang sedang menangis.
"Hiks..." Manik kehijauannya mulai menatap pemuda spiky itu. "Sa-Salem?"
"Jangan menangis." Salem menepuk pundak anak itu. "Oh ya, aku bawakan kue untukmu."
"Hiks..." Teiron menghapus air matanya. "Benarkah?"
Alfred menghampiri mereka sambil membawa sebuah kotak, kemudian menyerahkannya pada Teiron.
Teiron mengambil kotak itu dan membuka tutupnya, ternyata berisi sekumpulan donat. "Untukku?"
"Yap!" Salem mengangguk. "Selamat ulang tahun ya!"
"Te-terima kasih..."
Meanwhile...
"Jadi kalian ngungsi ke sini cuma gara-gara Teiron?" tanya Rone skeptis.
"Ya abisnya, kami nggak punya duit buat beliin dia kue."
Girl-chan geleng-geleng kepala. "Justru kalian biarin dia nangis malah bikin markas hancur. Kalian kan tau sendiri dia tuh kayak gimana kalau udah nangis kejer."
"Maaf Kaichou..."
Tiba-tiba handphone seseorang berbunyi.
"Coba kalian baca ini." Eris menunjukkan pesan yang masuk.
From: Salem
Sebaiknya kalian pulang! Aku sudah mengurus anak itu!
"Ya udahlah, yuk balik!"
Setelah tiba di markas, mereka mendapati Teiron sedang asik makan donat di ruang tengah. Rupanya Salem dan Alfred sudah membeli sepuluh kotak donat untuknya.
'Yah, biarkan saja dia seperti itu...' batin mereka semua dengan senyum miris.
~Tail Bite and Meat~
Pada suatu malam, Ikyo jatuh tertidur di sofa karena kelelahan. Adelia yang tak sengaja lewat melihat suaminya tertidur pulas dengan posisi tengkurap dan menghampiri si rubah.
Dia mengelus rambut salju itu, kemudian mengalihkan tangannya ke arah ekor Ikyo. Tapi tiba-tiba dia mencengkeram salah satu ekor itu dan...
KRAAUUUK!
"GYAAAAAH!" Ikyo langsung bangun dan menjauh dari sofa sambil mengelus ekornya yang tergigit barusan. "A-apa yang baru saja kau lakukan?!"
"Menggigitmu, aku sedang ngidam..." jawab Adelia kelewat jujur.
"Ngidam sih boleh, tapi kenapa harus gigit ekor?!" sembur Ikyo agak emosi.
Adelia menunduk sedih. "Maaf..."
Ikyo hanya menghela nafas frustasi, kemudian berkacak pinggang. "Kalau mau gigit-gigitan, gigit saja bantal di sofa! Aku mau tidur di atap!"
Adelia hanya bisa menatap kepergian pria itu dengan wajah murung.
Sabar ya Del! Punya suami seekor Gumiho itu rada berat, apalagi yang gampang emosian cuma gara-gara ekornya digigit!
Dan ketika pulang ke markas...
"Kyo, istri lu gimana kabarnya?" tanya Mathias.
"Adelia ngidam gigit ekorku sepanjang malam, itu membuatku tidak bisa tidur dengan nyaman dan terpaksa harus pindah ke atap rumah untuk mengalihkan objek gigitannya dengan bantal di sofa..." jelas Ikyo sambil mijit kening, kemudian menghela nafas dan memasang tampang serius. "Dan yang terpenting, kalian harus ingat satu hal... Entah kapan dia akan lahiran, semoga saja tidak di tanggal 29 Februari..."
"Emangnya kenapa?" tanya Edgar penasaran.
"Emangnya lu nggak kasihan ngeliat anak lu ngerayain ultah cuma tiap empat tahun sekali?"
Webek, webek...
"Iya juga sih..."
Ah, sudah lama kita tidak melihat pasangan sejoli itu! Mau yang lain?
"Kyo, daging di atas meja makan mana ya?"
"Hmm, baru saja kumakan!"
"Padahal itu untuk pakan Cerberus lho..."
"Emangnya perlu banget diberi makan?"
"Kyo..."
"Baik, baik! Aku akan ganti, tapi singkirkan dulu pisau itu!"
Karena situasi yang mulai horror, Eiuron dan Jioru langsung mengungsikan Ikyo ke tempat aman sebelum Adelia benar-benar memotong ekornya.
~I Wanna Marry Her Right Now!~
"Ehm... Iris..."
"Ya, Tarta-kun?"
"Aku... Ingin... Melamarmu sih... Tapi... Soal kakekmu..."
Di tempat lain...
"Aku ingin melamarnya..."
"Ya udah lamar aja! Gitu aja kok repot?"
"Dih! Masalahnya gue bingung gimana ngomongnya, Van!"
"Thun, lu cinta Emy kan?"
"Iya sih..."
"Nyatain aja lha! Tunjukin kalau lu mau dia jadi pasangan hidup lu!"
"Ya udah, entar gue coba... Oh iya, lu sendiri kapan nikah sama Red?"
"Dih! Inget aja lu yang itu!"
To Be Continue, bukan Tarantella Balet Capoeira (?)...
Donnabella Maidgic (Archanist): Gadis muda yang menjadi pelayan pribadi sang ketua squad karena saran dari seseorang yang pernah ditemuinya.
HAPPY THREE HUNDRED REVIEWS! MUAHAHAHAHAHA! :V
Aneh kan? Aneh kan? :V /
Review! :D
