Balas Review! :D
StrideRyuuki: Mereka baik-baik saja kok, ini udah lanjut... -v-/
RosyMiranto18: Yah, aku juga berpikir begitu dari awal... .w.a
Grayson: "Aku ingin meralat ini, tapi aku tidak tau dari mana Elwa belajar mengeluarkan Amaterasu..." *mijit kening.*
Hendry: "Lelucon apa?" '-'a
Sejujurnya Nana hanya numpang tinggal, mungkin aku akan publish daftar lengkap para anggotaku... .w.a
Garcia: "Terima kasih, Garcian akan memakainya suatu saat."
Ilia: "Semoga..." ._.
Thanks for Review! :D
JustReha: Cuma Hikari yang punya tombak, itupun Odin Spear evo... -w-a
Alexia: "Terserah..." =w=/
Makasih Review-nya! :D
Happy Reading! :D
Chapter 130: RepaiRelaxatioNeed
Ada dua orang tamu yang datang ke markas Garuchan karena suatu alasan.
"Lho, kok kosong?" tanya Aki begitu mendapati seisi markas sepi tanpa penghuni.
"Sejak kejadian korslet dadakan kemarin, semua orang di markas mengungsi ke tempat lain." jawab Cyclops yang menghampiri mereka bersama Akai.
"Mengungsi dimana?" tanya Zhunei.
"Mereka berpencar ke dua tempat. Yang perempuan ke rumah Adelia, yang laki-laki ke rumah Edgar." jelas Akai. "Ngomong-ngomong, kalian siapa ya?"
"Kami hanya tukang reparasi kok."
"Baiklah... Kai, yuk main sama Mino dan yang lain." ajak Cyclops.
"Oke!" balas Akai.
Dan kedua makhluk itu langsung keluar markas, sementara kedua orang tadi naik ke lantai atas.
Mari kita lihat situasi di rumah Edgar.
Ting tong!
Ketika Edgar membuka pintu depan...
"Kenapa lu pada mesti ngungsi dimari sih?!" protes Edgar ketika mendapati kerumunan yang ternyata adalah para laki-laki yang mengungsi ke rumahnya.
"Ya mau gimana lagi? Markas lagi korslet soalnya!" jelas Mathias watados.
Kita beralih ke rumah Adelia.
"Kucing-kucingmu kemana, Hika?" tanya Primarin.
"Kutitip ke Luthias, soalnya di sini ada anjing!" jawab Hikari datar.
Mereka semua langsung terdiam dan Hikari mengangkat alis. "Kenapa?"
"Hika, lu nggak tau ya? Para cowok kan ngungsi ke rumah Edgar."
"Terus?"
"Nah, yang punya rumah tuh nggak suka kucing! Ortu sama adeknya emang terbiasa sama kucing, tapi dia sendiri nggak!"
"Terus lu mikir dia bakalan ngusir gitu?"
Back to the boys...
Edgar menghela nafas. "Sebenarnya aku bukan tidak ingin menerima kalian, tapi ada tiga alasan kenapa aku tidak senang ada banyak orang di sini!"
Satu jari. "Pertama, aku tidak mau ada kerusuhan yang membuat seisi rumah berantakan! Ayahku bisa membunuhku jika itu sampai terjadi!"
"Oke oke, kita nggak akan rusuh!"
Dua jari. "Kedua, aku tidak mau menanggung nafsu makan kalian yang rata-rata seperti orang-orang terlantar, apalagi si bocah merah itu!"
"Teiron lagi keluar beli cupcake, entar juga balik!"
"Dan ketiga, SIAPA YANG BAWA KUCING KE SINI?!" Edgar menunjuk Naoto dan anak kucingnya di pojok ruang tengah.
"Hikari nitip, soalnya di rumah Adelia ada anjing..." jelas Luthias datar.
Edgar hanya bisa mijit kening, kemudian pergi sambil menggerutu.
"Hey, bicara soal anjing, kudengar Red adopsi dua anjing baru lho!" celetuk Saphire tiba-tiba.
Alpha terbelalak kaget. "Serius?! Wah, gaswat tuh!"
"Kenapa?" tanya Salem bingung.
"Si Teiron! Cepat susulin dia!"
Teiron sedang berjalan ke rumah Edgar sambil membawa dua bungkus makanan kesukaannya, tapi dia langsung membatu di tempat ketika melihat...
"Teiwoof~"
"GYAAAAAAAAAAAAAH!"
Meanwhile at the girls...
"Kandunganmu udah berapa bulan, Del?" (Lisa)
"Mau tiga bulan." (Adelia)
"Nay, kapan punya anak?" (Yubi)
"Ehmm... Aku tidak tau, Tuan Edgar tidak mau membicarakannya." (Naya)
"Red dan Revan udah mau nikah, Arta dan Iris juga, Emy dan Thundy juga mau nikah." (Lucy)
"Rame juga yang mau nikah! Aku sama Vieny kapan ya?" (Vivi)
Yah, ini masih normal sih...
Jika dibandingkan dengan apa yang terjadi pada Teiron...
"Teiwoof, ayo kenalan sama adik baruku woof!"
"NGGAK MAU!"
Dan lihatlah, Hato dan dua adik barunya telah membuat Teiron nemplok di atas lampu jalan.
"Sudah kuduga..." gumam Alpha datar setelah melihat itu.
Setelah menurunkan seorang Cynophobian kemudian...
"Tei, sekali-kali cobalah akrab dengan anjing!"
"Nggak mau!" Teiron langsung pergi setelah memunggut bungkusannya yang terjatuh.
Alpha hanya menghela nafas dan berjalan mengikutinya.
Keesokan harinya...
"Listriknya sudah diperbaiki, lain kali jangan sampai terjadi lagi."
"Baiklah, terima kasih ya!"
Setelah mereka pergi, sang ketua squad menghubungi para anggotanya untuk kembali ke markas.
"Ah, akhirnya balik juga!"
"Oh iya, minggu depan 'Hari Besar' yang ketiga lho!"
Semua anggota squad segera melirik ketua mereka.
"Hey, emang napa?" tanya Girl-chan bingung.
"Tidak ada..." balas mereka semua serentak.
Padahal sebenarnya, mereka merasa masih belum siap, apalagi Tartagus yang diwanti-wanti harus mengenalkan orangtua angkatnya pada kakeknya Iris sebelum melakukan pernikahan.
Dua hari kemudian...
Siang ini Estes datang ke markas Garuchan untuk sekedar berkunjung, kemudian dia minum teh bersama sang ketua squad di taman belakang markas.
Mathias diam-diam memperhatikan mereka dari balik semak-semak yang agak jauh dari mereka. Dia terus menggerutu dan mengumpat-umpat pada Estes tanpa menyadari keberadaan Miya yang berada di belakangnya dan dalam posisi siap menembakkan panah ke arahnya.
Di dalam markas, Luthias sedang mengobrol dengan Alucard.
"Apa kau tau kalau Estes sering berkunjung ke sini?" tanya Luthias yang sedang baca buku.
"Si raja elf itu?" tanya Alucard memastikan dan Luthias membenarkan dengan sebuah anggukan. "Memang ada apa dengannya?"
"Kakakku punya dendam pribadi padanya, padahal dia dan ketua kami tidak punya hubungan apa-apa." Luthias membalikkan halaman bukunya. "Dan aku yakin dia pasti akan berurusan dengan Miya dan berakhir dengan beberapa anak panah menancap di kepalanya."
Alucard mengangkat alis. "Bagaimana kau bisa tau?"
Luthias memutar mata. "Insting."
BRAK!
Ketika mereka menengok ke arah pintu yang dibanting...
"Oh, baru saja berurusan dengan Miya lagi?" tanya Luthias datar setelah melihat kondisi kakaknya yang mengenaskan dengan sejumlah anak panah menancap di kepalanya.
"Jangan ditanya..." Mathias segera meninggalkan mereka.
"Hey, apa dia baik-baik saja dengan kondisi seperti itu?" tanya Alucard yang merasa sedikit suram dengan keadaan Mathias.
Luthias menaikkan sedikit kacamatanya dan kembali menekuni bukunya. "Tenang saja, Aniki itu immortal, jadi dia tidak apa-apa..."
To Be Continue, bukan Tiama Bialang Ceros (?)...
Yah, ini rada singkat, tapi biarlah... -w-/
Review! :D
