Balas Review! :D
RosyMiranto18: 'Hari Besar' itu hanya sekedar kumpul keluarga saja dan tidak ada hubungannya dengan apapun, oke? -w-/ Sebenarnya bisa saja sih, tapi kurasa itu sedikit sulit... .w.a
Luthias: "Hanya dendam pribadi yang kau tidak akan mengerti..."
Edgar: "Aku tidak benci sayuran sama sekali, hanya saja aku ingin mengerjai Salem sesekali (dan sebenarnya ulang tahunnya itu bulan Oktober)." *mendengus sebal.* (batin: "Sebenarnya aku memang berniat untuk memotong ekor si Rubah Kampret, tapi nggak jadi karena kedua bocah itu!")
Mathias: "Len itu Kagamine Len, Vil-Vil! Oh, dan jangan coba-coba mencaritahu apa yang kumaksud!"
Ikyo: "Aku hanya ingin mengerjainya, lagipula dia juga sering menjahiliku hampir setiap hari!" *menghela nafas frustasi.* "Aku tidak punya alergi dengan daging jenis apapun, tapi aku memang kesal setelah tau mereka 'membuang' udang mereka ke piringku!"
Thanks for Review.
StrideRyuuki: Nggak, terlalu beresiko! -w-/
Mathias: *terpelatuk.* "Kau bilang apa barusan?" *mulai ngasah kapak.*
Edgar: "Serah deh..." =_=a
Ini udah lanjut... 'v'/
Happy Reading! :D
Kejadian sebelumnya:
"Oh iya, minggu depan 'Hari Besar' yang ketiga lho!"
Semua anggota squad segera melirik ketua mereka.
"Hey, emang napa?" tanya Girl-chan bingung.
"Tidak ada..." balas mereka semua serentak.
Padahal sebenarnya, mereka merasa masih belum siap, apalagi Tartagus yang diwanti-wanti harus mengenalkan orangtua angkatnya pada kakeknya Iris sebelum melakukan pernikahan.
Chapter 132: The Third 'Big Day'
"GYAAAAAAAAAAAAAARGH!"
Yah, pagi ini harus diawali dengan jeritan si Cynophobian kita!
Dan ternyata dia sedang dikejar-kejar sepasang anak anjing Alaskan Malamute berkalung merah dan putih.
Dia terus berlari sambil membawa bungkusannya, sampai akhirnya tersandung kakinya sendiri dan terjatuh.
Bungkusan yang terlepas dari tangannya terbang dan ditangkap seseorang.
Teiron berusaha mendongak dan sedikit terkejut begitu melihat siapa yang berada di depan dengan bungkusan miliknya.
Seorang pria yang memiliki rambut putih panjang, bertelinga runcing, dan berpakaian layaknya seorang raja (walaupun tanpa mahkota). Ekspresinya terlihat tegas namun penuh kebijaksanaan.
Kalau boleh jujur sih, dia memang sangat mengenali pria itu.
"Estes?"
"Kau baik-baik saja?"
Teiron mengangguk dan segera berdiri, kemudian Estes menyerahkan bungkusannya dan menghampiri kedua anak anjing itu.
"Apa yang membuatmu takut dengan makhluk mungil ini?"
"Yah, karena sesuatu saja..."
"Trauma masa lalu?"
"Begitulah..."
"Apa mereka ada pemiliknya?"
"Ya, rumahnya tidak jauh dari sini!"
"Baiklah, aku akan mengembalikan mereka."
Estes pergi membawa kedua anak anjing itu, sementara Teiron segera pulang ke markas.
Di markas...
"Ra, lu kenapa nyengir aja dari tadi?"
"Gue kepikiran hal yang lucu aja!"
"Hah?"
"Gue dapet Lapu-Lapu dari Lucky Draw, padahal nggak pengen banget. Terus gue juga pernah dapet Savage pertama pas pake Miya di Brawl, padahal itu hasil nyampah. Yang dulunya lagi pas kita nge-brawl bareng, tim kita menang dengan jumlah kill yang lebih sedikit gara-gara di tim lawan ada Pharsa yang nge-ulti mulu sampai-sampai Pharsa di-ban dari Brawl." Girl-chan tertawa kecil setelah menjelaskan itu. "Keinget itu bikin ketawa mulu, sumpah deh!"
Reha memutar mata. "Entahlah..."
Di tempat lain...
"Kau masih bingung untuk memperkenalkan Kazuma-san pada mereka?"
"Ya..."
"Lalu, apa rencanamu?"
"Tidak tau... Lagipula hanya Ibu yang bisa datang, kalau Ayah masih sibuk dengan pekerjaannya sebagai pelatih atlet anggar..."
Vience menghela nafas. "Jangan terlalu dipusingkan, nanti juga kepikiran sendiri."
"Entahlah, Vieny..." Tartagus menopang dagu dan mengetuk meja dengan telunjuk. "Terkadang aku bisa nge-blank kalau sedang gugup..."
Kemudian suasana mulai hening.
"Hey, Arta."
"Ya?"
Vience menepuk pundaknya dengan senyum tipis. "Jangan gugup, hanya itu saranku."
Tartagus hanya menghela nafas. "Baiklah..."
Pada hari H-nya...
Sekarang beberapa orang yang merupakan keluarga dari para anggota squad sudah berkumpul di markas. Ada yang mengobrol, ada yang menyiapkan makanan, dan ada juga yang sedang bermain.
"Dari tadi aku tidak melihat Arta, kemana dia?" tanya Rhea (bibi dari para Andreas) kebingungan ketika mendapati keponakannya hanya bertiga.
"Hmm..."
"Senang bisa melihat Ibu datang."
Rupanya yang bersangkutan sedang menjemput ibu angkatnya di bandara.
"Maaf Arta, hanya Ibu yang bisa datang. Ayahmu masih sibuk."
"Aku tau."
Kemudian mereka pergi ke markas.
Tapi ketika sampai...
'Kenapa dia ke sini?!' batin Tartagus sambil menelan ludah.
Ternyata ada seseorang yang sudah berdiri di depan markas.
Alhasil, dia langsung ngumpet ke dalam tong sampah besar di dekat mereka.
"Lho, Arta?" Miena terkejut melihat kelakuan anak angkatnya, kemudian dia dihampiri seorang pria.
"Maaf, apa kau ibunya Arta?" tanya pria itu.
Miena menengok. "Ya, ada apa?"
Kemudian mereka mengobrol sesaat dan Tartagus hanya mengintip dari dalam tong sampah dengan wajah takut.
Vience yang baru keluar langsung kebingungan. "Lho, Bibi Miena? Mana Arta?"
Miena hanya menunjuk tong sampah, dan Vience langsung facepalm melihat Tartagus di dalamnya.
"Bitch Please! Lu masih takut sama Kazuma-san?" tanya Vience sambil melipat tangan.
Tartagus hanya memalingkan wajah. "Ma-maaf..."
Setelah itu...
"Sejauh ini Arta dan Seon berhubungan baik. Walaupun dia sedikit bermasalah, tapi dia bisa menutupi itu dengan kesetiaannya. Dia juga pernah menceritakan masa lalunya pada Seon."
"Iris juga cerita banyak tentang keluarganya. Perjuangan anda untuk merawat kedua cucu memang cukup berat."
Tartagus yang sedang gugup tiba-tiba disikut Vience. "Kenapa?"
"Mandi dulu sana! Bau sampah!" usul Vience sambil menutup hidung. "Jangan malu-maluin calon mertua lu dong!"
Dia hanya mengangguk dan berjalan pergi.
Sebenarnya itu hanya cara pengalihan yang dilakukan Vience agar 'sepupu'-nya bisa berpikir jernih dan menghilangkan kegugupannya.
Miena yang melihat itu merasa tidak nyaman. "Maafkan Arta, dia mudah gugup."
Kazuma menggeleng. "Tidak apa-apa, sepertinya dia butuh waktu untuk sendiri."
Kemudian mereka kembali membicarakan hubungan Tartagus dan Iris serta rencana pernikahan mereka.
Yah, 'Hari Besar' Ketiga ini tidak ada yang istimewa sih...
Bonus:
"Seharusnya dia sudah di sini sekarang..." Thundy melirik jam tangannya. Dia memakai kaos biru tertutup Lightning Robe-nya yang tidak dikancing, sarung tangan hitam, celana abu-abu cerah, ikat pinggang coklat, dan sepatu boot coklat.
"Iya, kenapa dia lama sekali ya?" tanya Teiron bingung. Dia memakai kaos putih tertutup jaket coklat terang yang tidak dikancing, celana coklat tua, dan sepatu kets putih.
Sekarang mereka berdua sedang menunggu teman di depan gerbang markas pada jam lima pagi.
"Haaah... Maaf terlambat ya!"
Mereka berdua menengok ke belakang dan langsung terkejut begitu mendapati...
Seorang pemuda berambut hitam dengan kunciran kecil di belakangnya, bermata amethyst, memakai sweater kuning terang dengan gambar kucing tertutup jaket putih yang tidak dikancing, celana biru, dan sepatu boot coklat sedang menggaruk kepala dengan wajah setengah mengantuk sambil menghampiri mereka.
"Oh ayolah, kenapa kita harus pergi sepagi ini? Aku mengantuk karena harus begadang membantu Zen dengan pekerjaan kecilnya..." Kemudian dia kebingungan melihat ekspresi kedua orang itu. "Kenapa kalian menatapku seperti itu?"
To Be Continue, bukan Tree Blanket Clover (?)...
Yah, kucoba selesaikan sebisanya... 'w'a
Nah, silakan tebak siapa dan apa yang terjadi padanya! 'v'/
Review! :D
