Balas Review! :D
StrideRyuuki: Yah, gitu deh... Ini udah lanjut... -w-/
JustReha: Terserah.
Zen: *nyengir dan mengeluarkan dua jari.* "Peace..."
Makasih Review-nya.
RosyMiranto18: Aku nggak paham... -w-a
Tartagus: "Aku masih takut dengannya karena sifat protektifnya masih ada..." ._.
Oh, aku lupa soal itu. Maaf Mathy.
Mathias: "Untuk apa?"
Me: "Nanti kujelaskan..."
Aku perlu membicarakannya dengan Reha, kalau dia mau... 'w'a
Tumma: "Tidak juga, hanya rambut dan kulitku yang kembali seperti semula."
Thanks for Review.
Happy Reading! :D
Chapter 134: Sweety Tooth Restriction
Teiron sedang makan Waffle dan terdapat Luthias yang duduk di depannya.
"Ada banyak Waffle..." gumam Luthias.
"Kau memakan semua Waffle?" tanya Maurice yang muncul di sebelah Luthias.
"Ya." jawab Teiron singkat.
"Kau bisa bertanya apakah kami menginginkannya." ujar Maurice.
"Tidak! Jika aku memberimu Waffle, aku tidak akan mendapatkannya lagi!" balas Teiron.
"Maurice, apa kau suka Waffle?" tanya Luthias.
"Tidak ada lagi Waffle! Aku sudah memakan semuanya!" seru Teiron.
"Aku tau. Itu hanya sebuah contoh." balas Luthias.
"Aku rasa aku ingin dua Waffle." timpal Maurice.
"Kau tidak bi- Kau ingin dua?!" tanya Teiron tidak senang.
"Jadi jika Maurice mendapat dua Waffle, dan aku mendapat dua Waffle, berarti masih menyisakan delapan Waffle untukmu." jelas Luthias.
"Aku tidak ingin delapan Waffle! Aku ingin dua belas, dua belas Waffle!" seru Teiron.
"Jika kau benar-benar ingin memakan semua Waffle itu, aku akan secara pribadi mengantarmu ke toko untuk membeli lebih banyak lagi." usul Luthias.
"Aku tidak tau kenapa kalian mendapatkan semua Waffle."
"Kau masih memiliki lebih banyak Waffle daripada milikku dan Luthias jika digabungkan." celetuk Maurice.
"Semuanya milikku! Aku mengambilnya dari freezer dan meletakkannya di piringku!"
Luthias dan Maurice memalingkan wajah, mereka sudah lelah menghadapi kelakuan anak itu.
"Kalian egois!"
"Oke, jadi..." Edgar melipat tangan. "Kita harus mencari cara untuk menghentikan kelakuan bocah merah itu sebelum dia benar-benar terkena diabetes, dengan cara apapun!"
"Kecuali melarangnya memakan makanan manis." timpal Thundy yang dihadiahi tatapan bingung dari beberapa orang.
"Memangnya kenapa kalau dia dilarang?" tanya Federico.
"Hasilnya cukup buruk, bung!" seru Mathias. "Dia malah tidak mau makan apa-apa dan mengurung diri di kamar seharian sampai akhirnya jatuh sakit dan harus istirahat sebulan penuh, bahkan kami tidak punya pilihan selain membiarkannya memakan apapun yang dia mau karena dia tidak akan mau makan sampai kami berhenti melarangnya makan makanan manis."
Di pojok perpus...
"Kekanakan banget ya!" celetuk Hendry.
"Dia memang ingin diperlakukan seperti anak-anak, tapi aku tidak tau kenapa." balas Rendy.
"Bagaimana ceritanya?"
"Ehmm... Itu terjadi sudah lama sekali..."
"Kamu ingat kan kata dokter? Jangan makan manis dulu ya!"
"Iya, Bibi..." Teiron terpaksa memakan sup sayur buatan Bibi Rilen.
Setelah makan, dia memutuskan untuk masuk kamar dan mengunci pintu.
Tok tok!
"Teiron, tidak mau sarapan?"
"Aku sedang malas makan..."
"Oh ayolah, kau bisa sakit kalau tidak makan."
"Aku tidak perduli..."
"Ya sudah." Thundy berjalan pergi.
"Ada apa?" tanya Mathias begitu mendapati sang ketua squad yang kebingungan.
"Beberapa berkas misi kita hilang."
"Hah?! Serius?!"
"Ya, dan Teiron juga menghilang."
"Tunggu, kalau dugaanku benar..."
Mereka segera bergegas pergi.
"Ada yang terjadi padanya?" tanya Luthias terkejut setelah melihat kakaknya menggotong si pemuda merah yang pingsan.
Mathias tidak menjawab dan membawa anak itu ke kamarnya.
"Jangan memaksakan diri, oke?"
Setelah sang ketua squad pergi, dia mengambil mangkuk sup yang ditaruh gadis itu di atas meja dan membuangnya keluar jendela.
Bibi Rilen menghela nafas dengan kelakuan keponakannya. "Sebenarnya apa yang kau inginkan? Kenapa kau menolak untuk makan?"
Anak itu tidak mau menjawab, dan bibinya memilih untuk keluar kamar.
Ketika Tumma datang menjenguk ketika anak itu tertidur, dia sempat mendengar sesuatu.
"Manis... Butuh manis... Pancake... Macaron pistachio... Muffin..."
Ternyata anak itu mengigau.
'Yah, sekarang aku tau penyebabnya!'
Alpha menggaruk kepala. "Aku tidak mengerti! Dia tidak mau makan hanya karena tidak boleh makan manis?"
"Sebenarnya..."
Mereka semua melirik sang 'bibi'.
"Dokter bilang dia hanya harus mengurangi makanan manis, dan katanya dia punya metabolisme yang tidak biasa. Tapi..."
"Sepertinya dia salah paham dan menganggapnya tidak boleh makan manis sama sekali." lanjut Maurice menyimpulkan.
Sang ketua squad yang sedang berpikir tiba-tiba menjentikkan jari. "Aku punya ide!"
"Makanlah, semuanya untukmu!"
Anak itu segera melahap semua makanan manis di depannya dengan perasaan senang, dan semua orang yang melihatnya hanya tersenyum miris.
"Tapi mau bagaimanapun..."
Di sudut lain perpus, orang yang mereka bicarakan sekarang sedang menyantap makanan kesukaannya dengan wajah sumringah.
Rendy yang melihat itu hanya tersenyum tipis. "Setidaknya biarkan dia seperti itu."
Bonus:
Digger dan Cyclops tak sengaja mendengar percakapan dari para komplotan fujodan tentang pairing ketika mereka sedang mangkal di depan markas.
"Diggie, kalau aku boleh jujur... Aku merasa tidak nyaman saat mendengar Valir dipasangkan dengan (mantan) gurunya."
"Yang lebih nggak enak lagi dari pembicaraan mereka... Lesley tidak akan senang jika seandainya Harley dipasangkan denganmu, Cyclops. Kau tau, posesif seorang kakak pada adiknya, walaupun mereka saudara angkat sih..."
"Apa maksud kalian... Nama komet yang melintasi bumi setiap 75 tahun sekali?"
Webek, webek...
"Itu... Komet Halley. Double 'L', bukan 'R' dan 'L'." ralat Cyclops sweatdrop.
Jean memiringkan kepala. "Dari mana kau tau soal itu?"
"Aku sering menjelajahi galaksi, jadi aku tau banyak nama-nama benda langit." jelas Cyclops.
Jean hanya ber-'oh' ria.
Di tempat lain...
"Hey, Chilla."
"Ya, Salem?"
"Ehmm... Terkadang aku berpikir kalau Chilla... Seimut Chin-Chilla..."
Suasana langsung hening seketika.
"Benarkah?" tanya Chilla antusias dengan mata berbinar.
"Ya (kurasa)." jawab Salem singkat. "Hey, mau jalan-jalan?"
"Tentu! Oh, apa kita bisa ajak Alfred?"
"Sepertinya tidak perlu, hanya berdua saja."
"Oke!"
"Aku tidak yakin apa dia sedang menggombal atau sedang melucu..." gumam Edgar skeptis. "Yah, untungnya Tumma sedang tidak berada di sini... Sekali denger pun pasti langsung ngakak."
Tsuchi yang sedang menunggu adiknya keluar pada jam pulang sekolah tak sengaja melihat seseorang yang mengawasinya seperti bayangan.
"Kak Tsuchi, ada apa?"
Dia tersentak setelah mendengar suara Flore, kemudian menggeleng cepat. "Nyaw, nyaw nyaw." (Tidak, tidak ada apa-apa.)
Sepanjang perjalanan pulang, dia masih bertanya-tanya siapakah sosok itu.
'Siapa dia? Kenapa aku merasa mengenalinya?'
To Be Continue, bukan Thorn Beam Cetera (?)...
Yah, bagian awal Chapter ini dari video 'Waffles' di YT. Oh, dan percaya atau tidak, pembuatnya adalah orang yang sama dengan pembuat video 'Malk', Julian Smith. Mungkin aku akan menggunakan video lainnya untuk referensi fic, kalau menarik sih... ^^a
Entah kenapa lebih banyak flashback di sini, tapi... Yah, gimana ya? .w.a
Review! :D
