Balas Review! :D
RosyMiranto18: Aku memang sengaja menghukumnya seperti itu, biar greget! *nyengir.*
Mathias: "Jangan tanya aku..." -w-/
Thundy: *memalingkan wajah.* "Nggak sudi!"
Thanks for Review.
Happy Reading! :D
Chapter 144: Remixable Draft
"Coba baca ini." Daren menyodorkan sebuah surat pada Girl-chan yang baru masuk markas. "Aku menemukannya di kebun saat menyiram tanaman, mungkin isinya cukup penting."
Dia mengambil surat itu dan membaca isinya.
Siapapun yang membaca surat ini, tolong bantu aku!
Aku melarikan diri dari squad lamaku karena ketuanya menyiksaku, kemungkinan mereka akan segera menangkapku.
Aku sedang di tengah hutan, cepat datanglah sebelum mereka menemukanku!
Sang ketua squad melipat kembali surat itu dan mengantunginya, kemudian segera meninggalkan Daren.
Well, langsung ke inti Chapter!
~Meet The Thief~
"Hey, boleh duduk di sini?" tanya seorang pria saat menghampiri Monika yang sedang duduk di bangku taman.
"Ya, tentu." balas gadis itu tanpa menengok sama sekali.
Pria itu duduk dengan gaya serampangan di sebelahnya dan Monika baru menengok untuk melihat siapa yang berada di sampingnya. "Hmm... Bukannya kau pencuri terkenal itu? Yang berhasil mencuri sebuah senjata dari laboratorium dengan keamanan tingkat tinggi?"
"Aku? Pencuri? No no no, aku hanya meminjamnya."
Monika hanya memberi oh singkat dengan wajah datar.
'Pencuri manapun nggak bakalan mau ngaku kalau ada yang udah tau dirinya, dasar bodoh.' batinnya. "Aku dengar kau punya partner."
"Ada rumor gila yang mengatakan kalau partner-ku seorang gadis cantik." Pria itu menghela nafas. "Maka dari itu, biarkan aku memperkenalkan partner-ku, Dexter."
Kemudian seekor monyet muncul dari belakang dan duduk di antara mereka.
"Hooo, menarik."
Mereka berdua pun mengobrol tentang banyak hal.
Di markas...
"Kau dari mana, Nona?" tanya Figaro yang terbang ke arah Monika dan bertengger di pundaknya.
"Yah, hanya jalan-jalan biasa dan bertemu pria yang cukup menarik." jawab Monika datar.
Figaro mulai curiga. "Kau tidak selingkuh dari Maurice kan?"
Gadis itu langsung blushing. "Bo-bodoh! Aku bilang pria itu menarik bukan berarti mau berpaling dari bocah serigala itu!"
"Berpaling dari siapa?"
"Defak!" Monika yang kaget segera berbalik, rupanya Maurice sudah berada di belakangnya sejak tadi.
"Maurice~" Figaro langsung terbang ke arahnya dan hinggap di kepalanya. "Nona Monika bilang dia bertemu pria yang cukup menarik, sepertinya dia suka padanya."
"Figaro!"
"Hm?" Maurice hanya memiringkan kepala. "Benarkah?"
"Aku tidak menyukai pria itu! Dia itu hanya seorang pencuri dengan partner seekor monyet! Jangan bilang kau tidak percaya padaku!" seru Monika gelagapan.
"Begitu." balas Maurice singkat. "Aku mengerti."
Monika menghela nafas lega.
"Tapi ngomong-ngomong, apa kita bisa menemuinya lagi?"
"Entahlah, aku tidak yakin."
~Never Ever do Yaoi Thing or She will Explode~
Elwa yang sedang jalan-jalan di kebun markas sambil minum smoothie tak sengaja melihat dua cowok yang familiar tidak jauh darinya.
"Ih, jangan di sini deh! Malu kalau ada yang lihat!"
"Hmm, ayolah! Sekali ini saja!"
"Dih, nggak usah segitunya deh! Siapa tau aja ada yang li-"
Chu!
Krek!
DUAAAAAAAAAAAR!
Keduanya segera melirik sumber suara dan menyadari kalau mereka baru saja membuat gadis homophobic itu meledak.
Di sisi lain kebun...
"Apaan tuh?" tanya Alexia.
Daren mengendus sesaat. "Kayak bau kebakaran."
Back to Elwa...
"Bego! Gara-gara lu nih Elwa-pyon jadi meledak!"
"Lha? Kita aja baru tau dia di situ!"
"Tanggung jawab!"
Kemudian datanglah Daren yang membawa selang air dan dia segera menyiram Elwa. "Ganti baju sana."
Gadis itu memilih untuk menurut dan segera pergi.
Setelah itu...
"Emangnya dia sering banget meledak kalau liat sepasang cowok bermesraan?" tanya Hikari.
Lisa mengangguk. "Yap! Dan salah satunya seperti ini..."
-Flashback-
BRAK!
"Elwa-chan mau ngapain?" tanya Iris saat melihat Elwa baru datang sambil mendobrak pintu kamarnya.
"Gue ma-"
Entah kenapa, Elwa langsung terdiam ketika tak sengaja melihat ke arah rak buku Iris yang berisi koleksi Yaoi-nya, poster Yaoi yang terpampang di tembok, serta dakimakura Iris yang bergambarkan laki-laki seksi.
DUAAAAAR!
"Elwa-chan meledak!" teriak Iris sambil berseringai.
"NINO, NINO, NINO, NINO~"
"BEEDO, BEEDO, BEEDO, BEEDO~"
"Awas, petugas rumah sakit/pemadam kebakaran datang!" seru Silica, Adelia, Rina, Amelia, Marisa, dan Lisa bersamaan.
Silica membawa kotak obat, Amelia membawa tandu, Marisa bawa dua handphone pengganti lampu sirine ambulan ditambah suara ambulan, Adelia bawa selang air, Rina bawa tongkat pel, Lisa bawa dua handphone pengganti lampu sirine.
"Iris-chan, minggir!" ujar Adelia yang segera menyemprot Elwa yang barusan meledak.
BRUUUUUSH!
"Aduh! Hei! Hentikan!" sahut Elwa yang baru sadar.
"Misi pemadam selesai!" seru Rina sambil memberikan tongkat pel pada Iris.
"Misi, petugas ambulan mau lewat!" Silica membuka kotak obatnya dan melempar sebuah handuk ke Elwa, kemudian Elwa diangkat dengan tandu.
"Misi selesai! Ayo kita kabur!" seru Amelia.
"NINO, NINO, NINO, NINO~"
"BEEDO, BEEDO, BEEDO, BEEDO~"
Mereka berenam segera membawa (baca: menyeret) Elwa keluar dari kamar Iris.
-Flashback End-
Hikari mengangkat alis. "Segitunya?"
"Ada lagi sih, waktu dia nggak sengaja nemu enskripsi doujin Iris yang terlempar ke markas." timpal Emy.
-Flashback-
Sebuah patung Gangrim muncul dari langit-langit dan memuntahkan sesuatu sebelum akhirnya menghilang.
"Apa ini?" Elwa memunggut benda itu di lantai dan mengamatinya sesaat, ketika dia melihat isinya...
DUAAAAAAAAAAR!
"Ada yang meledak!"
"Air! Cepat ambil air!"
Mathias datang dengan seember air dan menuangkan isinya di atas Elwa.
"Permisi, ada yang lihat enskripsi doujin jatuh di sekitar sini?"
Mereka semua segera melirik ke sumber suara, ternyata berasal dari Lectro.
Elwa segera melempar enskripsi yang dipegangnya ke arah Lectro. "Ambil tuh! Kesel gue bacanya!"
-Flashback End-
Hikari mulai risih dengan cerita itu. "Ookeee..."
~Wanna Play AoV?~
"Dek, mending lu main AoV aja deh! Nggak beda jauh sama ML kok!" usul Ipan suatu hari saat mengunjungi adiknya. "Tab lu kayaknya bisa tuh buat main, nggak bakalan lag deh!"
Girl-chan hanya manggut-manggut, padahal dalam hati bilang begini: 'Dih, nggak usah deh Bang! Main ML aja udah noob parah, apalagi AoV! Entar yang ada malah dibacotin lagi!'
~Yanny or Laurel?~ (Tren-nya udah lama sih, tapi kayaknya boleh juga jadi ide fic.)
"Guys, dengerin deh!" Alpha menunjukkan handphone-nya pada beberapa cowok di ruang tengah. "Menurut kalian, ini bunyinya apa?"
Kemudian dia memutar sebuah rekaman dan mendapat satu jawaban yang sama.
"Yanny."
Tapi...
"Laurel."
Webek, webek...
Sriiiiiiiiiiiing!
"Hah?" Saphire langsung bingung dengan serbuan tatapan tajam yang mengarah padanya.
"HAJAR DIA!"
Saphire pun langsung diburu para cowok lainnya.
~What Kind of Mimi?~
Saat ini Flore sedang menonton sebuah video dengan tablet pemberian Alpha di dalam kotak kardusnya.
Beli? Nggak, Alpha yang rancang sendiri kok dan dia sudah lama membuatnya. Tablet itu hanya diisi dengan game edukasi dan video lagu anak-anak.
Di video berjudul 'Mimi's Song' itu, terdapat Mimi yang berupa sesosok makhluk berwarna merah dengan empat kaki dan sepasang mata kecil.
"Aku jadi penasaran." gumam Flore. "Mimi itu jenis hewan apa ya?"
~Uncle Jokes~
"Ada yang bertanya padaku 'bagaimana kau ingin steak-mu dimasak?', dan aku menjawab 'di atas kompor'. Haha!"
Rendy yang mendengar itu menurunkan buku bacaannya dan mengerutkan kening. "Kenapa kau selalu senang dengan lelucon murahan seperti itu?"
Hendry mendengus geli. "Karena itu memang lucu."
"Hendry, aku serius!" seru Rendy sebal.
"Hay Serius, aku Hendry." Hendry malah nyengir.
Rendy yang mendengar itu hanya sweatdrop. "Oh man, kau sama tidak lucunya dengan Edgar!"
Tiba-tiba Edgar mendobrak pintu kamar mereka. "Hey! Aku lucu, tau!"
"Yang bisa kau lakukan hanya membuat 'Uncle Jokes'." balas Rendy.
"Aku tidak pernah membuat Uncle Jokes!" bantah Edgar.
"Benarkah?" Rendy mulai mengingat kejadian sebelumnya.
-Flashback-
Screen pertama:
"Oh man, aku lapar." gumam Rendy sambil mengusap perut ketika Edgar mendatanginya.
"Salam kenal Lapar, aku Edgar." Dia menarik nafas. "Boom!"
Screen kedua:
Edgar menghampiri Salem yang ingin ke toilet. "Hey Salem, kenapa kau tidak bisa mendengar pterodactyl pergi ke kamar mandi? Karena 'P'-nya diam! Boom!"
-Flashback End-
Hendry terkikik geli. "Karena 'P'-nya diam. Itu sungguh lucu."
Rendy memutar mata dan melipat tangan. "Dude, 'Uncle Jokes' itu sangat menyebalkan, dan tidak akan pernah lucu! Seharusnya kau tau itu, Paman!"
Edgar langsung meninggalkan mereka sambil menggerutu.
Di perpustakaan, ada Hendry, Rendy, Salem, dan Ilia yang sibuk dengan urusan masing-masing ketika Edgar memasuki ruangan.
"Aku hanya bertanya-tanya, apa yang kalian sebut sapi tanpa kaki? Ground Beef! Boom!" Kemudian dia memainkan gitar udara.
Hendry yang mendengar itu tertawa pelan, sementara ketiga orang lainnya terlihat tidak senang.
"Oh ya, lucu sekali, Paman." balas Ilia datar.
Salem dan Rendy langsung tertawa mendengarnya. "Edgar baru saja 'dipamankan'!"
Tiba-tiba musik muncul di ruangan itu.
(Rendy) She called you uncle 'cause your jokes are lame!
And you're far from funny; it's a crying shame!
When you hear them crickets, you're the one to blame!
(Jangkrik) Krik, krik
(Rendy) Ha-ha-ha-ha
(Ilia) It is not the cool if you ask me.
You're acting like a glibnort, do you see?
(Rendy) It's the U to the N the C-L-E!
Uncle jokes are bad for you and me!
You know them uncle jokes are just not funny!
(Rendy,Salem) Them uncle jokes are just not funny!
(Rendy, Salem, Ilia) Them uncle jokes are just not funny!
(Ilia) Don't tell them uncle jokes no more.
(Rendy) You heard that one he told yesterday?! Oh man! That was horrible!
(Ilia) Don't, don't, don't, don't tell them uncle jokes no more.
(Salem) Man, those uncle jokes are crunchy!
Ketiga anak itu langsung high five satu sama lain, sementara Edgar langsung pergi dan membanting pintu.
"Apa itu tidak keterlaluan?" tanya Ashley sedikit risih.
"Aku juga tidak yakin sih..." balas Hendry pelan.
Bonus:
"Terima kasih telah menolongku."
"Tidak masalah."
"Ngomong-ngomong, di squad mana kau tinggal?"
"Oh, itu? Yah, biar kuantarkan ke sana. Kau bisa tinggal jika kau mau."
"Terima kasih banyak."
To Be Continue, bukan Trip Bay Come (?)...
Well, new member again and I'm not sure to create better thing for next Chapter... -w-a
Review! :D
