Balas Review! :D

SR: Suka-sukamu.

Mathias: "Gue? Yang dikasih pesan kan si Rendy..." .w.a

Teiron: *death glare.*

Tsuchi: *menghela nafas.* "Nyaw nyaw nyaw..." (Sepertinya Papa tidak akan mengizinkannya...)

Ini udah lanjut... -w-/

RosyMiranto18: Yah, begitu deh...

Federico: "Jangan tanya aku, Alexia bukan tipe yang mudah diajak damai..." .w./

Kalau patung itu mah udah dibuang sama Reha gara-gara ngundang Ragna ke markas... -w-/

Lucy: "Si Marin yang bikin bom-nya!"

Coba lihat lagi presentase toleran Edgar pada bagian 'Coffee and Drunk' di beberapa Chapter sebelumnya... 'w'/

Zen: "Bentuknya sih seperti katana, cuma dibuat dari bahan khusus..."

Thanks for Review.

Happy Reading! :D


Chapter 153: Drabble Collections (Idiotic Sections)


Kalau dilihat dari judulnya, bisa dibilang seperti itulah... -w-/


1. Prank Card

"Arta! Ini kartu ucapan buat kamu! Dibaca ya!" Vivi menyerahkan sebuah amplop pada Tartagus dan segera pergi.

'Ucapan apa ya? Perasaan ultahku tanggal sepuluh deh.' batin Tartagus kebingungan sambil membuka amplop itu dan membaca surat di dalamnya.


Kapan kamu sama Iris bikin anak? :v


Dia langsung emosi dan segera mengejar Vivi.


Setelah sebuah kejar-kejaran kemudian...

"Ahahahaha! Puas banget bisa ngerjain Arta!" Vivi mengusap ujung matanya yang basah dengan jari karena terlalu banyak tertawa.

"Kamu nggak takut digebukin ya?" tanya Musket risih.

"Tapi jujur saja, seharusnya kita kasih sesuatu yang lebih 'meriah'." Vivi berpikir sejenak. "Tapi apa ya?"

Musket merasa dapat ide. "Ah, bagaimana kalau begini saja? Kita siapkan kue setinggi dua meter dengan diameter satu meter, lalu Giro loncat dari dalam kue itu pake bikini dayo~"

"Kenapa aku juga yang dibawa-bawa?! Lakukan sendiri!" protes Giro yang sudah berada di dekat mereka sejak tadi.


2. Kasur

"Kaichou. Kalau ada yang nyari gue, bilangin gue tidur di rumah Emy minggu ini." ujar Thundy yang berniat pergi.

"Hah?" Girl-chan yang mendengar itu langsung terheran-heran dan menengok ke arahnya. "Bentar deh, bukannya kalian biasanya tidur di sini ya? Kalian takut direkam para makhluk mesum atau apa?"

"Ka-kasur kamar gue jebol kemaren... Tanya saja cewek bego itu..." jelas Thundy malu.

Si ketua squad langsung mangap lebar mendengarnya. 'Emyyyyy!'


3. Creepy Child Singing

Ney dan Flore sedang latihan bernyanyi untuk paduan suara.

"Cicak, cicak di dinding."

"Kurang besar!"

"Buaya, buaya di dinding."

"Kurang besar!"

"T-rex..."

"Maksudnya suara kamu yang kurang besar!" ralat Flore sweatdrop.


4. Cloning

"Coba lihat ini deh. Ada profil FB Tsuchi lho, banyak pula." ujar Federico yang sedang mengecek handphone.

"Serius?" tanya Salem yang ikut melihat. "Lha? Ini mah beda orang, Tsuchi kita kan setengah kucing."

"Iya sih... Tapi kalau dipikir... Alih-alih akun kloningan, jangan-jangan malah Tsuchi-nya sendiri yang kloningan." komentar Federico curiga.

"Lu kebanyakan mikir, Federic..." gumam Salem sweatdrop.


5. Lethal Chef Strike Again

Wiona terheran-heran melihat sepiring nasi goreng di atas meja dapur. "Ini buatan siapa?"

"Buatanku, Kak Wiona." jawab Jean yang sedang membereskan peralatan masak.

"Aroma-nya enak lho. Aku makan ya." pinta Wiona.

"Boleh boleh!" balas Jean senang.

Wiona pun mencoba sesendok dan...


Di tempat lain...

"Hah? Wiona koma? Gara-gara masakan Jean? Yang benar saja?" tanya Elwa sweatdrop saat ditelepon Lucy. 'Alpha pasti akan ngamuk kalau tau ini.' (Kebetulan saat itu Alpha sedang pergi dengan ayahnya selama dua minggu.)


Lima hari kemudian...

"Serius deh, kamu nggak tau ya kalau Jean nggak bisa masak? (Tapi nyalimu besar juga lho.)" tanya Elwa mengingat kejadian sebelumnya.

Wiona yang baru pulang dari UGD hanya menunduk malu. "Yah... Soalnya aroma masakan dia enak banget sih... Kupikir bisa dimakan..."

"Jean pernah bikin 'Kue Merah'. Bahannya tuh: Nasi merah, bawang merah, cabe merah, gula merah, dan terakhir... Tanah merah!" jelas Elwa.

"... Apa kalian sudah mencoba mengajarinya memasak?" tanya Wiona.

"Pernah sih, tapi sayangnya percuma karena hasilnya sama saja." jawab Elwa seadanya. "Tapi jangan sampai Alpha tau ini ya, dia bisa ngamuk nanti."


6. Visual Pun

"Aku tak habis pikir, foto sederhana saja bisa dapat ribuan like." celetuk Rina bingung selagi memainkan handphone-nya.

"Memangnya foto apa yang kamu maksud?" tanya Naya.

"Ini." Rina menunjukkan foto sebuah bola voli yang diberi syal.

"Oooh..." Naya hanya terdiam melihatnya.


7. Lame Pun

Tumma yang sedang bosan merasa dapat ide. "Aku punya tebakan!"

Yubi mulai penasaran. "Oh ya? Apa itu?"

"Apa nama kota di Amerika Serikat yang sering dikunjungi turis Jepang?" tanya Tumma.

Entah kenapa Yubi langsung tau jawabannya. "Ohio. Karena saat bangun pagi di hotel, dia akan ngomong 'Ohayou, Ohio'. Garing ah!"

"Uhuhu... Hiks..." Tumma langsung pundung dan nangis karena sakit hati dengan perkataan Yubi barusan.

"Tum-Tum... Maaf... Tebakan itu nggak garing kok." hibur Yubi merasa bersalah.


8. Bagai Sultan

"Kak Marin, kartunnya mau mulai nih!" koor Chilla, Edward, dan Mira.

"Tunggu dulu ya, drama-nya belum selesai."


Keesokan harinya...

"Marin, aku mau nonton Anime, gantian dong!" seru Zen.

"Bukannya kau biasa nonton di laptop?"


Hari berikutnya...

"Marin, pertandingan bola-nya bentar lagi." ujar Arie.

"Bola mah tiap hari juga ada, aku mau selesaiin drama dulu!"


Tanpa disadari, Primarin telah menjadi 'sultan' yang menguasai TV markas.


9. Leg

"Kyo, gue minta minum dong!" seru Vience yang berkunjung ke rumah Adelia.

"Ambil aja di kulkas." balas Ikyo yang sedang sibuk main game di handphone-nya.

"Makasih!" balas Vience.

"Ya." Begitu Ikyo menengok, dia langsung terdiam ketika mendapati...

"Ebuset! Kaki lu kenapa tuh?! Leg Day?!" tanya Ikyo kaget.

Dia melihat kaki Vience yang berotot di bagian betis. (Note: Vience pake celana pendek selutut warna hijau.)

"Bukan..." balas Vience risih. "Ini gara-gara kemaren gue berdiri selama dua jam buat antri beli tiket konser, udah gitu antriannya panjang banget pula..."


10. PoGo

"Yo!" sapa Mathias yang baru pulang.

"Ya, dari mana saja?" tanya Luthias yang sedang baca buku.

"Cuma jalan-jalan di taman, sambil main Pokemon Go." jelas Mathias.

"Dapet pokemon bagus nggak?" tanya Luthias lagi.

"Nggak." jawab Mathias singkat, kemudian nyengir lebar. "Tapi aku berhasil bikin kerusuhan dengan teriak 'Hore, gue nemu Pikachu!'."

Luthias langsung sweatdrop mendengarnya. 'Anikiiiii!'


11. Ampas Kopi

"Bleh! Pahit banget nih, mana gula-nya?" tanya Raimundo yang sedang minum kopi.

"Maaf Mundo, gula-nya cuma tinggal satu sendok terakhir." jawab Edgar datar.

"Nggak apa deh, yang penting kopi-nya nggak ada ampas. Gue nggak suka kopi yang ada sisa ampas soalnya." balas Raimundo seadanya.

Edgar melipat tangan. "Gue sih minum ampasnya juga, sampai habis."

"... Gue pernah denger kalimat 'lelaki sejati minum kopi yang ada ampasnya', tapi kalau lu mah kebangetan." komentar Raimundo sweatdrop.


12. Missile?

"Sumpah! Gue kesel banget sama kecoak! Susah banget ngusirnya! Ugh!" gerutu Hikari.

Alexia berpikir sesaat. "Hmm... Kalau saja ada teknologi Homing Missile rumahan..."


Dia malah membayangkan Hikari memakai armor merah tua dan bersenjatakan sepasang meriam (anggap saja Patriot).


"Please deh! Lu kira gue Garcia apa?!" sembur Hikari tidak terima.

"Tapi kalau beneran bakalan keren tuh." balas Alexia datar.


13. Tertawa?

"Aku jadi penasaran!" celetuk Donna.

Monika menengok ke arahnya. "Soal apa?"

"Si Alisa tidak pernah tertawa ya?" tanya Donna.

"Siapa bilang?" balas Monika. "Dulu kami pernah pergi nonton stand up comedy."

Donna mulai penasaran. "Lalu, dia tertawa?"

"Dia menertawakan si pelawak yang sama sekali nggak bisa bikin penonton ketawa, jadinya kami diusir." jelas Monika dengan wajah memerah karena malu menceritakan hal itu, dan Donna langsung sweatdrop mendengarnya.


14. Bubble Wrap Jockstrap

Daren yang baru masuk kamar mendapati Saphire sedang membuka sesuatu. "Lagi buka paket?"

"Yoi, baru tiba tadi!" balas Saphire.

Daren sedikit heran dengan kumpulan lembaran plastik bergelembung di atas lantai. "Bubble wrap-nya banyak amat."

"Yah, kan demi keamanan barang di dalamnya. Fungsinya untuk meredam benturan yang bisa merusak barangnya." Tapi entah kenapa, Saphire merasa dapat ide. "Gue mau coba bikin bubble wrap jockstrap!"

"Lu yakin itu ide bagus?" tanya Daren ragu.


Setengah jam kemudian...

"Oke, gue siap!" seru Saphire yang sudah memakai jockstrap bubble wrap-nya yang berbentuk seperti popok bayi. "Ayo, tendang selangkangan gue sekuat tenaga!"

"Lu yang minta ya." Daren mengambil ancang-ancang untuk menendang dan...


Wiiibu! Wiiiibu! Wiiiiibu!

Jangan tanya untuk apa mobil ambulans tadi datang.


15. Drives like Crazy

Lisa, Maurice, Ashley, Ilia, Rendy, dan Hendry akan pergi ke rumah Teiron naik taksi.

"Pak, bisa pakai GPS? Tolong antar kami ke lokasi ini ya!" pinta Lisa yang berada di kursi depan sambil menunjukkan GPS.

"Oh, bisa. Malah berguna sekali." balas si pengemudi. "Ngomong-ngomong, nona ingin saya menyetir dengan gaya apa? Gaya Rio Haryanto atau gaya Dominic Toretto? Dijamin seru lho!"

"Gaya Rio- Hah?" Lisa langsung bingung.

"Oke, gaya Rio ya? Pegangan!" Si pengemudi langsung tancap gas.


Satu setengah jam kemudian...

"Nah, sudah sampai!"

Kemudian mereka berenam turun di depan sebuah rumah kecil.

"Kamu yakin di sini?" tanya Ashley.

"Di GPS-nya sih begitu..." jawab Lisa seadanya.

"Rumahnya boleh juga sih..." komentar Maurice.

Rendy sedang muntah di belakang mereka bertiga, sementara Ilia dan Hendry hanya menepuk punggungnya.


Ting tong!

Kemudian pintu terbuka dan keluarlah sang tuan rumah yang terheran-heran melihat mereka. "Kalian ngapain ke sini? Berenam pula."

"Berenam?" tanya Maurice dan Lisa kebingungan.

Sepertinya Rendy lupa bilang kalau saudaranya ikut.

"Kita nggak dikasih masuk nih?" tanya Ilia.

"Ya udah deh, masuk aja."


Lanjutannya silakan pikirkan sendiri, males soalnya. *kabur.*


To Be Continue, bukan Tepung Bubur Colek (?)...


Huhuhu, rasanya makin absurd ya... -w-a

Cuma sang 'Paman' dan 'Bibi' yang nggak ada, aku males masukin mereka. *kabur.*

Ah biarlah, setidaknya aku bisa lanjutkan ini... -w-/

Review! :D