Balas Review! :D

RosyMiranto18: Well, baiklah... .w.

Federico: "No no, aku tidak beritahu siapapun soal tempat itu. Hanya orang terdekatku yang tau."

Jangan tanya aku, tanyakan Reha. Dia yang cantumin plesetan itu... -w-/

Rendy: "Aku belum siap mengencaninya."

Thanks for Review.

Happy Reading! :D


Chapter 171: Drabble Collections (Halloween Behind the Scene)


Girl-chan yang sedang sibuk menjelajahi sebuah wikia mendapat sebuah chat dan membukanya.


Rehabilitasi: Maaf Ra, keknya Hendry bisa menunggu lebih lama lagi deh. Karena...

Rehabilitasi: (Link video Youtube.)

Rehabilitasi: Ghost Rare/Phantom udah muncul.


Dia mengangkat alis.


GaruKaichou: Dan gue nggak jamin bisa beli... -w-

Rehabilitasi: Simpen aja semua cash yang dikasih Batu Nisan, sampai muncul.

GaruKaichou: Entah kenapa gue males aja... -w-

Rehabilitasi: Yah, mungkin sekali-kali beli yang packed Ra, biar ada kesan puasnya dikit. :v

GaruKaichou: Aku masih nggak pengen... -w-a

Rehabilitasi: Ya terserah sih, tapi kalau mau yang mirip banget (pake banget karena dia Ghost), ya nunggu ini aja. Soalnya ini punya efek dia jadi nggak terlihat.


Gadis itu tidak membalasnya dan memutuskan untuk tidur.

Yah, intro yang gimana gitu deh.


Mau tau apa saja yang terlewatkan selama Chapter Halloween kemarin?

Nah, silakan disimak!


1. Harith Come to Squad

Seorang pemuda setengah kucing sedang berada di atas pagar markas.

"Jadi di sini? Baiklah." Dia melompat turun dan berjalan menuju pintu depan.


Ketika pemuda itu berjalan melewati para cowok yang lagi mabar ML di lantai dua, mereka semua langsung terkejut melihatnya.

"Hey, itu kan Harith!"

"Kok dia bisa ke sini?"

"Gue nggak tau, coeg!"

"Entah kenapa aku punya firasat buruk sama dia." celetuk Maurice was-was.

"Takut dia bakalan berantem sama Tsuchi?" tanya Teiron menebak.

Semua orang langsung menengok ke arahnya.

"Kok tau?" tanya Maurice penasaran.

Teiron menghela nafas. "Belakangan ini tuh anak lagi ngambek, dia kira ada kucing lain yang merebut Marinka, dan katanya dia Harith."

"Kalau emang beneran dia..."


Di atap markas...

Marinka mendatangi Tsuchi yang sedang melipat tangan dengan wajah sebal. "Nee Tsuchi."

Dia tidak mau menengok. "Nyaw?" (Apa?)

"Kamu masih marah sama Harith?" tanya Marinka.

Dia mendengus sebal. "Nyaw!" (Iya!)

"Bahkan jika aku yang meminta dia mengunjungimu?"

Tsuchi menengok ke arahnya.

"Aku masih suka kamu, tapi tolong berhenti bersikap begitu pada Harith. Dia tidak ada hubungan apa-apa dengan kita."

Dia kembali memalingkan wajah. "Nyaw?" (Kenapa?)

"Dia hanya ingin berteman, oke? Lagipula, cemburu buta itu tidak baik!"

Tsuchi hanya terdiam.

Jangan jangan, cemburu buta~ Jangan jangan, cemburu~

Siapapun tolong hentikan lagu itu, ada pembenci dangdut di sini!

"Kalian di sini toh!"

Mereka berdua menengok.

"Hay Harith!"

"Nyaw." (Hay.)

Marinka menyikut Tsuchi karena sapaannya yang terkesan ogah-ogahan. "Jangan gitu deh!"

"Tidak apa-apa." Harith duduk di sebelah Tsuchi. "Lagipula aku tidak ingin memaksanya berbaikan."

"Nyaaa..." Tsuchi menghela nafas. "Maaf..."

"Eh?" Kedua 'kucing' lainnya terkejut.

"Nyaw nyaw!" (Aku masih latihan berbicara!)

"Begitu ya." Harith mulai canggung. "Tapi kamu serius nih?"

Tsuchi mengangguk. "Nyaw nyaw nyaw nyaw, nyaw nyaw nyaw nyaw nyaw." (Soalnya kalau cemburu buta terus, nanti ada yang muter lagu dangdut lagi.)

Harith langsung gagal paham, sementara Marinka hanya memasang wajah skeptis.


Tapi mereka tidak menyadari sesuatu.

"Lha, nggak jadi berantem?"

"Tapi syukur aja deh, kalau berantem beneran mah bisa runyam nanti!"

"Tapi ngapain coba Tsuchi pake bawa-bawa lagu dangdut?"

"Jangan bahas di sini, ada Reviewer pembenci dangdut soalnya."


2. Growing Pumpkin with Arta and Belerick

Di depan mereka terdapat bibit labu.

"Oke, Belerick. Kita hanya punya waktu satu bulan, jadi kita harus bekerja keras."

"Baik."

Mereka berdua mulai berjuang dengan sungguh-sungguh untuk merawat bibit itu. Mulai dari menyiram, memberi pupuk, mengusir hama, bahkan sampai mengamati pertumbuhan bibit di tengah hujan.


Sampai akhirnya, pada hari sebelum malam Halloween, labu itu sudah bertumbuh cukup besar.

"Untuk apa kau menanam labu sebesar itu?" tanya Raimundo.

Tartagus nyengir. "Aku mau mengajari Belerick memahat labu."

GUBRAK!

Yah, setidaknya perjuangan mereka tidak sia-sia.


3. Relation Break

Inilah yang terjadi dua bulan sebelum 'kencan' Zen dan Molf.

"Kita putus saja."

"Hee?"

"Aku dijodohkan orangtuaku, rencananya aku akan menikah di luar kota."

"Aku bisa menerimanya kok."

"Hah?"

"Lagipula kita tidak akan bisa bersatu lho." Zen menurunkan tudungnya.

Meila langsung terbelalak setelah melihat sepasang tanduk patah itu, dia pun langsung menangis dan segera pergi. Zen yang melihat itu hanya tersenyum pahit.

"Terima kasih, Meila, dan selamat tinggal."


4. Sister and Stress

Sebenarnya Teiron senang punya adik, apalagi adik kembar.

Yah, walaupun dia perempuan dan tampangnya nggak mirip sama sekali, dia tidak pernah membenci hal itu.

Tapi masalahnya, sifat manja dan kelewat polos yang dimiliki Teira sering membuatnya pusing tujuh keliling.

Kalau mereka masih tinggal satu rumah sih nggak masalah, hanya saja Teiron tidak suka adiknya kelewat sering menginap di markasnya seolah melupakan keberadaan ibu mereka (dan juga tidak menyadari kesibukannya). Bahkan dia terpaksa harus mengantar Teira pulang atau menghubungi ibu mereka untuk menjemputnya (itu pun kalau adiknya bisa dibujuk).


Bibi Rilen pun berusaha menjadi penengah karena dia tidak ingin Teiron sampai sakit karena stress berat.

"Kamu tidak kasihan dengan ibu kamu? Hampir setiap hari kamu menginap di sini, kakakmu sampai stress lho."

Teira hanya kebingungan, entah kenapa dia salah mengartikan hal itu.


"Teiron-nii benci padaku ya?"

Dia tidak menyangka akan ditanya seperti itu. "Ha-hah? Kenapa kau bertanya seperti itu?"

Teira hanya memainkan jari. "Yah... Soalnya Bibi bilang aku bikin Teiron-nii stress."

Dia mulai merasa bersalah mendengar itu dan menghela nafas panjang. "Siapa yang benci kamu? Stress sih iya, tapi nggak benar-benar benci kok."

Kemudian tangan Teiron memegangi kedua pipi adiknya. "Ini juga salahku, seharusnya aku mengajarimu cara menghargai 'personal space' orang lain."

Setelah pipinya dilepaskan, gadis pirang itu tersenyum. "Begitu ya. Baiklah, aku akan belajar untuk lebih menghargai waktu Teiron-nii."

Teiron menepuk pelan kepala adiknya, kemudian teringat sesuatu. "Oh iya, aku punya lelucon untukmu."

"Apa itu?"

"Jika kita bisa membuat balon berbentuk kepala Luna Rose, kita akan menyebutnya 'BalLuna'!"

Webek webek...

Kemudian terdengar suara tawa menggelegar di belakang mereka.

Teira hanya kebingungan, sementara Teiron terdiam seketika karena dia tidak menyadari keberadaan Tumma di dekat mereka.


5. Cosplay

"Saphire!" panggil Tartagus yang sedang bersandar di sofa sambil melipat tangan di belakang kepala.

"Ya?" balas yang bersangkutan selagi main game.

"Enaknya cosplay apa ya buat Halloween?" tanya Tartagus meminta saran.

"Apa aja sih terserah, yang penting serem." usul Saphire seadanya.

Tartagus berpikir sejenak. "Hmm, yang serem ya..."


Kemudian...

"Saphire! Kamu jangan main game mulu!" seru Tartagus yang cosplay jadi Vience dengan rambut dicat dan pakai softlens.

"Bwahahahahahahahaha!" Saphire langsung tertawa melihat dandanan 'sepupu'-nya.

"Hey, kalian jangan beri-"

Tartagus menelan ludah karena ternyata Vience yang asli langsung nongol.

"NGGAK ADA JATAH MAKAN MALAM BUAT KALIAN BERDUA!" omel Vience setelah memukuli Tartagus dan Saphire sampai kepala mereka benjol.


6. Costume Conflict

Vivi hanya terheran-heran melihat Vience yang dari tadi manyun. "Vieny, kamu kok dari tadi ma-"

Daren menarik Vivi menjauhi Vience. "Jangan ditanya dulu. Frerè lagi badmood gara-gara kemarin Arta cosplay jadi dia."

Vivi hanya sweatdrop.


"Masih badmood?"

"Hmm."

"Ya maaf Vieny, aku kan hanya bercanda." hibur Tartagus merasa tidak nyaman.

Vience menghela nafas pasrah. "Ya sudah. Kalau lu memang pengen cosplay jadi gue buat Halloween, silakan saja."

"Benarkah?"

"Lagipula gue juga nggak pengen lama-lama badmood sama lu, ujung-ujungnya malah kayak si 'pak tua' rubah itu."

"Heeeh?"


At Avelon Mansion...

SREEEEEEEEEEEEEET!

"Umm... Kyo..." Adelia hanya speechless melihat suaminya merobek selimut yang akan disiapkan untuk kelahiran anak mereka nanti.

Ikyo menghela nafas frustasi. "Maaf. Aku merasa ada seseorang yang membicarakan hal buruk tentangku di suatu tempat."

'Siapapun itu, sepertinya aku harus menghajar mereka dengan gada berduri saat Halloween nanti.'


Sementara itu...

Rendy sedang membaca buku ketika Thundy mendatangi kamarnya dan menaruh baju yang biasa dia pakai di atas tempat tidur. "Nih."

Rendy mengerutkan kening. "Ada angin apaan nih?"

"Lu nggak ada ide buat kostum kan? Pake aja tuh, mumpung gue lagi baik."

"Serius?"

"Ya iyalah!"

"Miapa? Enelan?"

"Gue setrum juga lu entar!"

"Iye iye, maaf!"

"Oh ya, hampir lupa. Minggu depan jangan lupa balikin."

Thundy langsung pergi dari kamar Rendy.

Rendy hanya menghela nafas. "Dia kesambet apaan coba?"

"Untuk apa dia meminjamkan bajunya padamu?" tanya Hendry yang sedang menggendong Miss Mist.

Rendy angkat bahu. "Makanya itu aku juga bingung."


Di luar markas...

"Estes nanti ikut Halloween nggak?" tanya Nana penasaran.

"Entahlah."

Diggie teringat sesuatu. "Bukannya kau punya skin yang bagus, kalau nggak salah 'Galaxy Dominator' kan?"

"Mungkin aku akan memikirkannya nanti."


Di tempat lain...

"Ron, lu pengen pakein kostum apa buat mereka?" tanya Alpha.

Teiron berpikir sejenak. "Mungkin Black Panther buat Flore kali ya?"

"Jangan Black Panther atuh, itu mah bagusan buat Tsuchi!" balas Alpha. "Lagian, Flore itu kan cewek, mending kostum 'Panther' yang satunya aja!"

Teiron hanya bengong. "Hah? 'Panther' yang satunya?"

"Itu tuh, kostum Phantom Thief-nya Ann Takamaki."

Teiron langsung emosi setelah mengetahui maksudnya. "Heh, lu gila ya?! Itu terlalu seksi buat Flore!"

"Itu kan cuma kebuka dada-nya doang, nggak apa-apa kali!"

"Sama aja parahnya!"


7. How to Create Cactus Costume with Ney

Pertama, Ney menyiapkan kain warna hijau dan kumpulan jarum pentul.

Kedua, kain hijau dibentangkan.

Ketiga, jarum-jarum ditanamkan pada kain.

Keempat, gabungkan dua ujung kain dengan ujung tajam jarum yang menghadap keluar.

Kelima, pasang kain panjang di bagian atas untuk penyangga di bagian pundak.

Dan kostum pun sudah siap dipakai.

Yah, silakan bayangkan sendiri caranya...


8. Costume List

Dua hari menjelang Halloween, sang ketua Garuchan sibuk mengabsen kostum apa saja yang akan dipakai oleh anak buahnya.

"Jadi... Tsuchi jadi Black Panther dan Flore jadi 'Panther'-nya Phantom Thief." Girl-chan menaikkan alis dengan apa yang tertulis di buku catatan kecilnya. "Teiron, lu nggak ada ide kostum yang lebih... 'Ramah anak-anak' gitu? Masalahnya ini Flore lho, dia masih kecil."

Teiron menghela nafas. "Sebenarnya pengen sih ganti jadi Nanako, tapi si 'pucuk kampret' itu (baca: Alpha) ngotot banget pengen Flore pake kostum Ann!"

"Oke..." Girl-chan melirik daftarnya lagi. "Terus... Kau dan adikmu jadi si kembar Macbeth dari Kekkai Sensen. Nggak apa-apa nih cuma cosplay 'tak lengkap' (alias cuma bajunya doang)?"

Teiron mijit kening. "Sebenarnya gue ogah ikutan, tapi kasihan Teira nanti. Gue nggak mau buang-buang duit buat beli wig, tapi urusan gaya rambut untuk Teira bisa diatur sih."

"Ya ya ya..." Gadis itu kembali melirik daftar. "Tahun ini Edgar dan Naya nggak ikutan karena bulan madu untuk yang kesekian kalinya (sampe sekarang gue masih heran kenapa si Naya masih belum hamil juga). Mathy juga nggak mau ikutan (mungkin masih trauma sama kostum putri duyung itu), padahal dia bisa aja cosplay jadi Spark dari Pokemon Go (atau nggak jadi bajak laut lagi kayak waktu dia ikut pesta Halloween-nya America). Tapi Luthias lagi mood buat ikutan, karena itu dia cosplay jadi kakaknya (mengingat penampilan mereka rada mirip). Si Kyo harus rawat Adel karena kandungannya mau sembilan bulan dan dia takut istrinya akan melahirkan tiba-tiba. Ney bikin kostum sendiri katanya, Zen jadi Kankuro (gue nggak mau bayangin bagian cat wajahnya), Elwa jadi Yukiko, terus ada beberapa orang yang kostumnya sama kayak tahun lalu (Alpha jadi Yosuke, Arie jadi ARIEsato, Giro jadi Ronan). Gue sendiri bakalan ikutan cosplay jadi Maya Amano."

Dia membalik halaman berikutnya. "Si Rendy cosplay jadi Thundy kayak dulu-dulu (entah si Thundy kesambet apaan sampe mau pinjemin bajunya), Salem dan Saphire jadi Mario dan Luigi, Chilla jadi Putri Peach, si Thundy dipaksa jadi Bowser gara-gara istrinya jadi Bowsette (emang dasar si Emy itu!), Daren jadi France (aku no comment untuk ini), Alexia jadi McCree (jangan tanya alasannya), Maurice kena HWS lagi jadi nggak perlu cosplay (gue juga bingung sih mau kasih kostum apa buat tuh anak), Marin jadi salah satu Virtual Youtuber (kalau nggak salah namanya Kizuna Ai), Yubi jadi Freya versi lawas (padahal dia lebih cocok jadi Naoto), Tumma jadi Persona si detektif AG-"

"AG itu apa ya? Aku Ganteng?"

Webek webek...

"Bukan, maksudku itu Akechi Goro..." ralat Girl-chan sweatdrop sambil melirik...

Hibatur yang nongol entah dari mana dan dia hanya ber-'oh' ria, kemudian pergi entah kemana.

Sang ketua Garuchan hanya geleng-geleng kepala dan memeriksa ulang daftarnya. "Yah, itu baru sebagian. Masih ada yang belum kudata, jadi aku perlu menanyakan yang lain."


Di tempat lain...

"Lu mau cosplay apa buat Halloween?" tanya Monika.

Alisa angkat bahu. "Gue nggak tau, soalnya nggak ada karakter rambut pink yang cocok buat gue. Lu sendiri?"

"Gue udah nyiapin kostum skin Starlight Karina dari bulan la-"

"Bentar! Nik, mending lu cek lemari baju dulu deh!"

Monika segera memeriksa lemari bajunya dan...

"Kenapa jadi seragam sekolah cowok?!"

"Gue punya firasat ada yang nuker saat lu pergi tadi pagi."

Monika langsung menyadari sesuatu.

Hanya ada satu orang yang berani menyelinap ke dalam kamarnya dan mengobrak-abrik barang-barangnya.

"ALPHAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!"


Beberapa menit kemudian...

"Terus ini gimana?! Gue nggak punya kostum cadangan!" gerutu Monika frustasi sambil mengacak-acak rambut di pojok kamar.

Alisa menghela nafas. "Nggak ada waktu buat nyiapin kostum lain, Nik. Dua hari lagi Halloween, jadi sebaiknya terima saja."

"Lho, ada apa ini?" tanya Girl-chan yang baru nongol.

"Biasa, kerjaan si 'pucuk kampret'." Alisa mengeluarkan sesuatu dari dalam lemari pakaian Monika.

Sebuah seragam sekolah berupa kemeja putih, jaket hitam dengan garis putih, dasi ungu, dan celana hitam.

Girl-chan hanya kicep. "Seragam sekolah Tatsuya ya? Oke... Aku akan memasukkannya ke dalam daftar, jangan marah ya?"

Gadis itu mulai menulis di buku catatannya. "Kau sendiri, Alisa?"

Alisa memutar mata. "Aku rasa aku tidak akan ikutan, aku tidak punya ide untuk cosplay."

"Baiklah..." Gadis itu masih mencatat. "Kurasa itu saja, aku harus menanyakan yang lain."

Dan sang ketua squad pun pergi.


9. Another People, Another Costume

Pesta Halloween di markas Garuchan berlangsung meriah.

"Wah, tumben Rendy mau cosplay jadi Thundy. Padahal dulu-dulu harus dipaksa lho." celetuk Eris.

"Orangnya aja yang mau pinjemin bajunya ke gue, jadi ya mau nggak mau pake aja..." balas Rendy seadanya.


"Permisi, apa ini markas Garuchan?"

"AAAAAAAAAAAAARGH!"

Kemunculan seorang badut wanita sukses membuat Duo Bloodrone langsung kabur.

'Dia bukannya Karrie ya?' batin para makhluk ML yang mengenali orang itu.

"Itu skin baru-mu buat Halloween?" tanya Layla.

"Iya." jawab Karrie singkat.

"Kok kamu ke sini?" tanya Miya.

"Diundang Luthias." balas Karrie to the point.

Para makhluk ML dari markas Reha langsung kaget. 'Sejak kapan mereka temenan?'

"Karrie, sebelah sini!" Seorang pemuda berambut pirang jabrik (yang ternyata adalah Luthias) melambaikan tangan dari kejauhan.

Karrie pun menghampirinya. "Kenapa rambutmu jadi pirang?"

"Oh ini? Aku sedang cosplay jadi kakakku, jadi aku mengecat rambut dan pakai softlens." jelas Luthias sambil menggaruk kepala.

Karrie hanya ber-'oh' ria.


Di tempat lain...

"Oh, Teto kw hijau ya?" komentar Elwa setelah melihat kostum Wiona.

"Ada yang salah dengan ini?" tanya Wiona.

Elwa menggeleng. "Tidak, hanya saja itu sedikit lebih baik daripada aku. Lihat saja, aku jadi Yukiko yang 'terlalu merah'."

"Tapi menurutku itu tidak terlalu buruk." balas Wiona yang (sepertinya) mencoba menghibur.

Elwa angkat bahu. "Terserah padamu."


"Aku tidak mengerti, Sap. Kenapa aku harus jadi Mario dan kau jadi Luigi?"

"Aku juga tidak tau, Sal. Tapi setidaknya bagianmu enak lho."

"Kenapa?"

"Si Chilla jadi Putri Peach noh!" Saphire menunjuk Chilla dan Yubi yang berada tak jauh dari mereka. "Mario dan Peach kan pasangan."

Salem hanya terdiam. "Serah deh."


"Umm... Apa Chilla terlihat cantik dengan ini?" tanya Chilla yang rambutnya tergerai dan memakai kostum Putri Peach.

"Kamu cantik kok!" balas Yubi yang memakai kostum Freya versi lawas. (Iya, versi lawas. Soalnya yang versi sekarang kan rambutnya pirang)

Tapi entah kenapa dia merasa malu. "Salem akan suka tidak ya?"

"Dia pasti suka kok!" Yubi menuntun Chilla ke arah Duo Spiky.

Yubi dan Saphire mendorong Chilla dan Salem untuk membuat mereka berdua saling berhadapan.

Awkward moment pun terjadi dan mereka hanya blushing.

"Umm... Salem?"

"Ya?"

Chilla menunduk malu. "Bagaimana menurut Salem? Apa Chilla cantik?"

Salem tersenyum canggung. "Y-ya, kamu cantik. Tidak kurang tidak lebih. Aku suka itu."

Sementara kedua orang yang mendorong mereka sibuk 'cie cie'-in dari belakang.


Sementara itu...

"Rice, gue butuh bantuan lu."

"Kenapa, Ali-chan?"

"Si Monika nggak mau keluar kamar gara-gara si 'pucuk kampret' itu menukar kostumnya, dan masalahnya dia nggak mau buka eyepatch. Bisa tolong bujuk dia?"

"Hmm... Baiklah."

Maurice pun pergi ke kamar Monika.


Tok tok tok!

"Nik, boleh aku masuk?"

"Buka saja, tidak dikunci."

Maurice membuka pintu kamar dan mendapati Monika yang cemberut karena kostum yang dipakainya.

"Kau mau apa?" tanya gadis itu ketus.

"Nik, lepas saja eyepatch-nya."

"Apa Alisa yang memintamu?"

Maurice hanya mengangguk.

"Aku tidak mau membukanya."

"Memangnya ada yang salah dengan mata kirimu?"

"..." Monika terdiam.

"Kau menyembunyikan sesuatu?"

Monika masih diam.

"Jangan ada rahasia di antara kita, aku perlu tau apa yang ada dibalik eyepatch itu."

Monika menghela nafas. "Baik. Tapi hanya untuk hari ini saja, dan jangan coba-coba tertawa!"

Dia pun berbalik dan melepaskan eyepatch-nya, kemudian menghadap Maurice sambil menutup mata kirinya dengan tangan. Maurice menurunkan tangan Monika perlahan untuk memperlihatkan mata kirinya yang ternyata berwarna coklat kemerahan.

"Sebenarnya aku punya heterochrome, tapi aku tidak mau menunjukkannya."

"Hah? Kenapa? Menurutku itu indah."

"Kau tidak berca-"

"Tidak sama sekali." Maurice tersenyum lembut.

Monika hanya blushing. "Terima kasih."

"Ayo keluar." ajak Maurice.

Dan mereka berdua keluar kamar dan pergi ke tempat pesta untuk bergabung dengan yang lainnya.


"Nee Vi, kostumnya bagus juga. Kamu jadi Dimension Witch?" tanya Rina yang memakai kostum Angela kagum. (Jangan tanya aku bagaimana reaksi Angela yang asli dengan ini.)

"Ehehe, iya dong~" balas Vivi bangga.

Begitu ada pasangan sejoli yang menghampiri, mereka langsung kaget.

"Lho, Nik, mata kirimu..."

"Kirain cuma Hikari doang yang heterochrome."

Monika memalingkan wajah. "Aku tidak mau menjelaskannya."


"Kamu serius nih? Emang dia nggak marah?" tanya Iris agak risih setelah mendapati Tartagus benar-benar cosplay jadi Vience.

Vience yang baru datang hanya menghela nafas. "Gue emang marah soal itu, tapi kalau itu mau-nya dia ya nggak apa sih."

Tartagus sendiri hanya menggaruk kepala.

"Ngomong-ngomong, itu si Ikyo ngapain dateng-dateng pake bawa-bawa begituan?" Iris menunjuk seseorang yang membawa gada berduri.

"Waduh!" Tartagus dan Vience langsung shock.

Ikyo menghampiri mereka dengan aura hitam di tubuhnya. "Sekarang beritahu padaku, siapa di antara kalian berdua yang menyebutku 'pak tua'?!"

'Kok dia bisa tau perkataan Vieny/gue waktu itu?!'


Teiron yang sedang berada di balkon lantai dua terheran-heran ketika melihat sesuatu. "Lha? Kukira dia nggak bakalan dateng."

Semua orang yang berada di lantai dua ikut melihat ke bawah dimana terdapat Ikyo yang sedang kejar-kejaran dengan Vience dan Tartagus sambil membawa gada berduri.

Si Iris? Dia malah menonton kejar-kejaran itu sambil duduk di atas labu raksasa berukiran wajah hasil pahatan Belerick.


10. Trick or Treat with Three Children

Flore yang melihat 'seekor burung' sedang berdiri di depan rumah Arie berniat mengejutkannya.

"Raaaaaawr!"

"Huwaaaah!"

Dan begitu 'si burung' berbalik, ternyata dia adalah Nigou yang memakai kostum Chocobos dan Flore langsung menertawakannya.

"Apa-apaan sih kamu?!" sembur Nigou.

Flore malah memeletkan lidah. "Ehehe, maaf maaf. Tapi, kok kamu jadi burung? Bukannya kamu nggak suka burung ya?"

Nigou mencembungkan pipi. "Aku dihukum Ayah!"

Flore ber-'oh' ria.

"Kamu sendiri kok pake kostum begituan?" tanya Nigou yang merasa risih dengan kostum Flore yang terbuka di bagian dada.

"Ini dari Paman Alpha soalnya." jelas Flore singkat.

"Nigou! Flore!"

Mereka menengok ke sumber suara.

"Kenapa lama?" tanya Nigou pada Ney yang baru datang.

"Maaf ya! Tadi aku dibagi lolipop. Nih!" Ney menunjukkan lolipop yang dipegangnya.

"Kakakmu mana?" tanya Flore.

Ney hanya angkat bahu. "Katanya masih belum siap. Mending duluan aja yuk!"

Mereka bertiga pun pergi berburu permen.


Di depan sebuah rumah...

Tok tok tok!

"Trick or Treat?"

Pintu rumah itu terbuka dan...

"Waaah~ Anak-anak imut~"

Ternyata pemiliknya adalah Hibatur.

"Ayo ayo, satu pelukan dapat permen!"

Flore menjadi pemeluk pertama. "Paman punya permen rasa ikan nggak?"

'Kostumnya nggak nahan...' batin Hibatur yang nyaris mimisan. "Oh ya!"

Hibatur menaruh sejumlah permen plus sekaleng sarden ke dalam ember permen Flore. "Itu bonus buat kamu!"

"Makasih Paman!" Flore pun beranjak pergi.

Ney sang pemeluk kedua segera melingkarkan tangan di tubuh Hibatur seerat-eratnya. "Selamat Halloween!"

"Ugh... Ya." Hibatur berusaha menahan sakit akibat tusukan jarum dari kostum Ney, kemudian menaruh beberapa permen dan sebungkus keripik balado ke dalam ember permen Ney. "Nah, ini untukmu. Zen bilang kamu suka keripik balado."

"Hehe, makasih!" Ney bergegas menyusul Flore.

Nigou yang menjadi pemeluk terakhir melakukannya dengan ogah-ogahan.

"Awww~ Jangan cemberut gitu dong! Kamu burung yang imut kok!"

DUAK!

"Nigou, tadi kamu ngapa-"

"Nggak apa-apa, lanjut aja yuk." potong Nigou cuek.

Mereka bertiga pun pergi meninggalkan Hibatur yang meringis kesakitan sambil memegangi 'masa depan'-nya yang baru saja ditendang Nigou.


Special Bonus: Chatty Groupie

Pada suatu hari di chat grup squad...

Adelia: Ada kabar gembira untuk kalian.

Adelia: Aku sudah melahirkan tanggal 12 lalu.

Adelia: (Foto bayi berambut ungu dengan telinga rubah.)

Adelia: Dia perempuan.

Emy: Woah! Congrats Adel!

Vivi: Kok nggak kasih tau dulu sih?

Adelia: Aku istirahat dulu di rumah sakit, jadi nggak sempat kasih kabar.

Rina: Adel, nama bayi-nya siapa?

Adelia: Neo Avelon.

Alpha: Entah kenapa nama itu lucu sekali!

Lisa: Kak Al, itu tidak baik.

Alpha: Apa? Bukan hanya aku yang tertawa.

Alpha: Sebentar, aku mau merekam dulu.

Vience: Itu kuping nurun dari bapaknya?

Arta: Vieny, kurasa kau harus belajar lagi tentang biologi.

Arta: Itu lho, tentang Hukum Mendel.

Teiron: Hukum Mendel ya...

Teiron: Bisa tolong ajari Flore?

Teiron: Dia ada tugas tentang Hukum Mendel.

Arta: o_o Hah?

Arta: Sejak kapan ada materi Hukum Mendel di pelajaran biologi anak SD?

Arta: Perasaan itu untuk SMP deh.

Teiron: Nggak tau, gue kan bukan gurunya.

Alexia: Aku punya firasat kalau Tumma akan tertawa dengan nama itu.

Alexia: Tau sendiri kan seberapa parah selera humor-nya.

Alexia: Setidaknya Garcia sedang tidak di sini.

Alexia: Bisa-bisa dia bakalan bikin lelucon dari nama itu.

Teiron: Lelucon seperti 'Neo itu singkatan dari nama es krim'?

Vience: Nama es krim?

Arta: Mungkin yang dia maksud itu 'Neopolitan'.

Alexia: DAMN YOU, RED HEAD!

Alexia: Gara-gara lu si Garcia langsung nongol di sebelah gue!

Teiron: Hah? o.o

Adelia: Itu memang lucu sih, tapi Kyo menamainya begitu karena 'Neo' artinya sesuatu yang baru. :)

Vience: Jadi si Rubah Kampret itu tau filosofi ya...

Arta: Ngomong-ngomong, gimana jadinya kalau Ikyo tau ini?

Teiron: Antara marah atau malu, entahlah.

Adelia: Aku akan melihat kondisi Kyo sebentar.

Alpha: Sorry ya lama, gue mau nunjukin ini.

Alpha: (Video rekaman Tumma sedang tertawa beberapa menit yang lalu.)

Alexia: Sudah kuduga. -_-

Lisa: Kenapa chat-nya jadi didominasi para cowok coba?

Vivi: Tau nih! =.=a

Alpha: Ya maaf!

Alpha: Kita kan juga pengen ngomongin bayi-nya Adel sama Kyo.

Alpha: Tapi malah melenceng begini.


At Avelon Mansion...

Rupanya Ikyo sudah pundung duluan. "Aku sudah menduga itu akan terjadi..."

Adelia hanya menepuk punggung suaminya sebagai gestur menghibur.


Back to group chat...

Adelia: Dia pundung.

Adelia: Sebaiknya kita biarkan dia dulu sampai mood-nya membaik.

Alpha: Ngomong-ngomong, pindah ke group chat sebelah yuk!

Alpha: Si Pyro nyebar video Frost nonton Dora.

Alexia: What?! Serius?!

Alexia: Berarti dia MKKB dong!

Arta: Bicara soal MKKB...

Vience: Lu berani nyebar video itu...

Vience: Gue tahan jatah makan lu sebulan!

Vience: Biar lu makan daun aja kayak si Belerick!

Arta: Ampun, Vieny. T^T

Vivi: Maksudnya yang video kamu sama Arta nyanyi lagu Heli si anjing kecil tapi diparodiin pake nama Jero?

Vience: What?! Kamu tau dari mana?!

Vivi: Si Saphire nyebar di group chat sebelah.

Vience: Tunggu sini!

Vience: Gue mau labrak tuh anak dulu!


'Waduh, mampus! Vivi kasih tau Vie-nii!' batin Saphire panik setelah membaca group chat.

"SAPHIIIIIIIIIIREEEE!"


Vivi: Sepertinya Saphire bakalan dihajar Vieny sekarang.

Vivi: Teriakannya kedengeran sampe kamarku lho.

Alpha: Gue juga denger kok.

Arta: Mumpung Vieny nggak di sini...

Arta: (Video yang dimaksud Vivi)

Arta: Aku mau kabur dulu.

Arta: Karena kalau Vieny tau...

Arta: Aku terpaksa makan daun.


Yah, begitulah absurd-nya group chat squad...


To Be Continue, bukan Trick Bandage Candle (?)...


Yah, aku bersusah payah membuat ini... -w-/

Bagian intro itu dari percakapan di FB, well... Entah kenapa pengen aja cantumin.

Review! :D