Happy Reading! :D
Chapter 183: GoOdDaYear (Ini judul paling kurang kerjaan yang pernah kubuat. -w-a)
"Tau nggak, tiap kali denger kata 'fenomena', pasti ada lagu aneh yang terngiang di kepala." keluh Thundy sambil memegangi keningnya.
"Fenomena?" Tumma nyengir jahil.
"Dududu dududududu dududududu~" Tiba-tiba Salem dan Saphire nongol di belakang sofa. "Dudu dududuu~"
Kemudian Zen berjalan di depan Tumma dan Thundy. "Mahna mahna!"
"Dudu dududuu~"
"Mahna mahna!"
"Du dudu du~"
"Mahna mahna!"
Zen pun berjalan pergi.
"Dudu dududu dududu dududu dudududududuuduuu~"
Kedua bocah spiky tadi langsung ngilang seketika.
"Lu ngajak berantem?" Thundy menatap tajam Tumma yang masih nyengir.
(Silakan cari sendiri lagu apa yang dimaksud.)
Itu saja intro-nya.
~Calling Brother~
Alexia merasa bosan.
Sebenarnya dia bisa saja ikut Hikari hang out bersama anggota perkumpulan fujo lainnya, tapi dia ogah jadi cowok sendirian di sana.
Sekarang ini dia hanya melihat-lihat menu di handphone karena kuota-nya juga sudah habis.
Sentuh sana sentuh sini, geser sana geser sini.
Ketika melihat-lihat daftar kontak, entah kenapa dia teringat sesuatu.
Ah, sepertinya Alexia merindukan sang kakak sulung yang entah dimana dan sedang apa sekarang.
Mengingat ada sedikit pulsa yang tersisa, dia pun menelepon nomor itu dan menunggu panggilannya diangkat.
"Halo?" Terdengar suara laki-laki beserta suara mobil yang melintas.
"Hay, Nii-san."
"Oh, Alexia! Bagaimana kabarmu dan Lucy sekarang?"
"Baik."
"Tumben telepon, ada apa?"
"Aku hanya bosan, dan rindu..."
Exoray tertawa kecil. "Aku juga rindu kalian, tapi aku hampir tidak punya waktu untuk berkunjung. Yah, mungkin nanti, setelah urusanku selesa-"
Tiba-tiba terdengar suara kecelakaan mobil di seberang sana dan Alexia menjatuhkan handphone-nya karena shock.
~Misunderstand~
"Oh sial! Dia pasti shock berat karena salah paham! Aku harus segera ke sana!" seru Exoray panik sambil berlari secepat yang dia bisa.
Setibanya di markas Garuchan, dia melihat Alisa yang baru keluar dan segera menghampirinya. "Hey! Kau tau dimana kamar Alexia?"
"Di lantai lima, dari eskalator pintu kedua sebelah kiri." jelas Alisa.
"Makasih!" Exoray bergegas masuk ke dalam.
"Kenapa dia buru-buru ya?" tanya Alisa bingung.
Setelah menemukan kamar yang dimaksud, dia mendapati pemuda pirang itu tergeletak di lantai dan segera menghampirinya.
"Hrmm..."
Kelopak mata-nya mulai terbuka dan manik coklat itu melihat sosok yang dikenalinya sedang mengangkat tubuhnya. "Nii-san..."
Exoray menaruh adik bungsu-nya di atas ranjang, kemudian dia duduk di tepi ranjang dan mengusap rambut pirang itu. "Aku ingin menjelaskan apa yang terjadi tadi, karena aku takut kau akan salah pa-"
Alexia segera memeluk kakaknya sambil menangis sesegukan.
Pria berambut hitam itu menghela nafas panjang dan mengusap punggungnya. "Maaf ya... Aku sudah membuatmu gelisah..."
'Untungnya Lucy sedang tidak di sini, dia bisa menangis histeris nanti.'
Bicara soal Lucy...
"Hasyiuh!"
"Kenapa, Lucy?" tanya Hikari.
Lucy mengusap hidungnya. "Nggak apa-apa. Oh iya, aku pesan es krim vanilla dengan choco chip dong!"
Rupanya dia dan Garcia ikut hang out dengan Hikari bersama perkumpulan fujo di toko es krim.
~Ordering~
"Aku mau Sundae tiga rasa!" seru Emy sambil memegangi perutnya yang buncit karena sedang hamil. "Lagi ngidam soalnya, ehehe..."
"Aku pesan burrito kembang kapas dengan isian es krim cokelat, oh jangan lupa tolong tambahkan sirup cokelat di dalamnya. Lalu, aku juga pesan milkshake cokelat dengan es krim di atasnya." ujar Iris.
"Hu-huapah!?" Semua cewek di sana (kecuali Garcia) langsung shock mendengar itu.
"Oh iya! Kamu nggak pesan apa-apa nih, Garcia?" tanya Lucy. "Nanti aku bayarin deh!"
Garcia mengangguk kecil. "Tolong berikan semangkuk Banana Split."
Setelah pesanan datang kemudian...
"Ris, nggak takut melar apa? Itu kan..." Emy kurang yakin dengan apa yang dipesan Iris.
"Udahlah nggak apa-apa, aku lagi pengen." balas Iris seadanya.
"Kamu lagi dapet (baca: menstruasi)?" tanya Hikari curiga.
"Hoo-" Hidung Iris mendadak gatal. "Sebentar..."
Bersin yang cukup kuat pun terjadi.
"Ya ampun, ada yang bawa celana sama pembalut tambahan nggak?"
"Bo-bocor?"
Iris mengangguk. Terri langsung menyodorkan sebuah pembalut emergency dari dalam tasnya, dan mereka berdua segera pergi ke toilet toko itu.
"Ngomong-ngomong, Garcia-chan suka Banana Split ya?" tanya Mikami.
"Iya. Dulu Garcian dan Alexian sering memakannya bersama setiap akhir pekan." jelas Garcia datar.
"Oooh, ternyata kalian pasangan romantis ya?"
"Bicara soal Otou-chan, entah kenapa aku pengen cepat-cepat pulang." Lucy menopang dagu.
"Emang kenapa?" tanya Hikari sambil memakan es krim pesanannya.
"Yah, takutnya dia kenapa-napa..." Lucy mengibaskan tangan. "Coba Nii-chan gabung squad, aku kan nggak harus khawatir begini! Lagipula kalau ada dia, pasti lebih seru!"
"Serah deh..."
Sepertinya dia tidak tau kejutan apa yang akan menunggunya.
~Mercowlya Siblings Berkumpul Kembali~
Setelah ketiga gadis itu pulang dari hang out...
"Lho, Nii-chan?"
"Ssssh!" Exoray meminta mereka untuk diam, rupanya Alexia sedang tertidur pulas.
"Lebih baik kita biarkan mereka." Hikari mendorong Garcia pergi meninggalkan ketiga orang itu.
Setelah sebuah penjelasan kemudian...
"Jadi..."
"Yah, mungkin akan kubicarakan dengan gadis itu."
Setelah itu...
"Hooh... Begitu." Si ketua squad manggut-manggut. "Baik, kau diterima. Jaga adik-adikmu ya, mereka sangat membutuhkanmu."
"Terima kasih!"
~Crazy Assemble~
Sejak Exoray memutuskan untuk tinggal di markas Garuchan, mereka bertiga (kadang ditambah Hikari/Federico dan Garcia) sering melakukan hal gila bersama. Misalnya...
(Lucy) Aku wo kechirasu yuusha no ken wa? (Nai, nai, nai nai nai nai)
Ano ko wo mamoru mahou no tate wa? (Nai, nai, nai nai nai nai)
Oozora wo kakeru sora tobu fune wa? (Nai, nai, nai nai nai nai)
Sekai wo sukuu tabi ni deru ki wa? (Nai, nai, nai nai nai nai)
(Exoray) Yami ni somare! Keegerushuraibaa!
(Hikari) Yakiagero! Shuvuarutsuvuarutoburouto!
(Lucy) Ippai hiyase! Reizouko!
(Alexia) Kore ga ore no saidai ougi, infiniti inpakuto (Infinity Impact)!
(Hikari) Ha?
(Exoray) Haa?
(Lucy) Haaaaaaaaaa?
(Alexia) Omaeraaaaaaaaaaaa!
(Lucy) Sekai no hate no sono mukou de
Moshimo maou wo taoshitara
Endorooru (End Roll) ga nagaretara
Bokura no ashita wa doko ni?
(Exoray, Alexia) Yappari yada yada boku ga sentou da
Saisho no machi kara susumanai (haihai!)
(Lucy, Hikari) 1 × 4 Ga 0(zero)-miman
Mou 1-nen ga sugita
Uwooooooooo!
(All) Sore demo ii ka na waruku wa nai na
Taikutsu shinogi ni wa naru mon na (haihai!)
Isshou tabi shite itai kara
Kimi to yofukashite ar-pi-ji (RPG)
'Karaoke-nya heboh banget...' batin Ashley sweatdrop.
Atau yang lebih parah kayak gini...
"Nah, saatnya rolling! Yang kalah jadi tukang bersih-bersih sebulan!" ujar Lucy dengan Dessert Eagle-nya.
Di depannya ada Alexia dengan Revolver-nya, Hikari dengan AK-47, dan Exoray dengan shotgun.
"Oke!" balas mereka bertiga.
"Seperti biasa, Garcia jaga di luar ya!"
"Baik."
Kemudian terdengar suara tembakan di gudang itu. (Masih ingat cerita Alexia tentang gudang rahasia milik Federico di scene 'Pocky Kiss'?)
"Mereka lagi sibuk ya?" tanya Daren yang sweatdrop melihat kekacauan di sana.
"Apa Daren mau menitipkan pesan? Nanti akan Garcian sampaikan pada mereka." balas Garcia.
~Pr(ank)egnant~
"Oh ya ampun!"
Exoray bergegas ke toilet tempat suara itu berasal. Di sana terlihat Mathias yang sedang memperhatikan sesuatu.
"Siapa sih yang membuang benda itu di sini?"
"Ada apa?"
Mathias menengok.
"Oh, kamu toh." Dia menunjukkan apa yang ditemukannya. "Seseorang baru saja membuang sesuatu di sini."
"Memangnya itu apa? Stik es krim? Kenapa warnanya pink?"
Webek webek...
"Ini bukan stik es krim." jawab Mathias sweatdrop. "Ini namanya test pack, biasa dipakai perempuan untuk memeriksa kehamilan."
"Memangnya ada yang buruk dari benda itu?"
"Kalau ada dua garis di sini." Mathias menunjukkan letak garis yang dimaksud. "Tandanya positif hamil."
"Terus kenapa dibuang ya?"
"Nggak ada cewek yang mau ketauan hamil sebelum nikah, jadi ya begitu deh." jelas Mathias. "Oh, coba kau periksa adikmu atau teman dekatnya. Mungkin ada yang membuang ini."
Exoray pun berjalan pergi dan Mathias hanya cekikikan.
"Gampang banget ditipu. Orang ini test pack bekas yang gue minta dari Emy."
Setelah itu...
"Hay Exo-"
BUK!
Tiba-tiba perut Hikari dipukul Exoray.
"Huargh!" Hikari jatuh berlutut di lantai sambil memegangi perutnya. "What the fuck?!"
"Kau adalah teman terbaik adikku dan aku tidak bisa berdiam diri melihatmu membuang hidupmu seperti ini. Kau terlalu muda! Kau terlalu cantik!"
"Apaan sih yang kau bicarakan?"
"Aku bicara soal bayi yang tumbuh di dalam perutmu saat ini."
Hikari terdiam sesaat. "Aku tidak hamil!"
"Yah, tidak setelah pukulan itu, ehehe... Aku sempat belajar Muay Thai." Exoray menggaruk kepala.
"Aku tidak pernah hamil, Exoray!"
Exoray terdiam sesaat. "Ehmm, apa kau yakin?"
"Ya, aku sangat yakin!" balas Hikari tegas.
"Maaf, tapi kenapa sih kalian teriak-teriak di sini?" tanya Alexia yang muncul entah dari mana.
"Oh, aku menemukan test pack positif ini dan-"
DUAK!
Alexia menendang perut Hikari yang membuat gadis itu langsung tersungkur di lantai.
"Argh! Motherfu-"
Setelah sebuah penjelasan kemudian...
"Yakin nih? Entar tau-tau malah ditipu lho."
"Bentar, emang siapa yang ngasih tau soal test pack itu?"
"Aku nggak nanya nama, tapi dia punya rambut pirang jabrik dengan mata biru dan baju merah."
Webek webek...
Exoray hanya bisa speechless ketika melihat kedua anak pirang itu langsung mengeluarkan aura hitam.
Dan setelah itu, Mathias langsung diburu Alexia dan Hikari.
"WOY, KAMBING SIALAN! BERANINYA LU NIPU ABANG GUE!"
"HEH, KAMBING! GUE SEMBELIH MAMPUS LU!"
'Gue lupa kalau dia bakalan ngasih tau Alexia yang nggak bisa ditipu...' batin Mathias ngenes sambil sembunyi di dalam lemari bekas di gudang.
(Easter Egg: Kalau kalian baca fic 'The Long Lost Big Sister', seharusnya Exoray sudah kenal Mathias. Apa mungkin dia udah lupa ya?)
~Never Pull That String!~
"Nii-san, temenin ke squad sebelah yuk! Ada sesuatu yang harus kulakukan di sana!"
"Oh, baiklah."
Kemudian...
"Tunggu sini." Alexia meninggalkan kakaknya di depan perpustakaan markas Reha.
Karena merasa bosan dan tidak mau menunggu lama, Exoray masuk ke dalam perpustakaan dan berkeliling, sampai dia melihat Alfred dengan 'anak'-nya.
Tapi yang membuatnya penasaran bukan soal anak itu, melainkan karena benang di lehernya.
Dia mendekatinya perlahan dan berniat menarik benang itu, tapi sebuah tangan sudah mencegahnya duluan.
"Tolong jangan tarik benang itu, oke?" pinta Eris dengan wajah datar.
"Ba-baiklah..." Exoray melepaskan tangannya. "Tapi kenapa?"
"Karena..."
-Flashback-
Alisa melihat sebuah benang yang terjuntai di leher Alfred, dia penasaran dan ingin menarik benang itu. "Ini benang apa?"
Alfred dan Eris langsung panik ketika melihat Alisa menarik benang di leher Alfred.
"Alisa! Jangan tarik!"
Syuut!
Pluk!
"GYAAAAA! KEPALA BUNTUNG!"
Apa yang terjadi?
Kepala Alfred terlepas dari badannya dan menggelinding di lantai, hal itu sukses menyebabkan kepanikan massal.
Rendy dan Salem pingsan dengan mulut berbusa, Alisa bengong di tempat, Mathias kayang di lantai, Teiron jejerit ala perempuan dengan suara cemprengnya, Alpha merayap ke pintu terdekat, Luthias sudah jantungan duluan, Edgar menutupi mata suci Edward dan juga matanya, Vience mencakari tembok terdekat, Thundy jungkir balik, Rina nangis di tempat, Lucy kejang-kejang, Maurice sudah pingsan sambil kejang-kejang duluan, sementara sisanya hanya teriak dan sweatdrop berjamaah.
-Flashback End-
Exoray hanya berkeringat dingin. "O-oke..."
"Nii-san!" Alexia mendatangi mereka. "Dari tadi dicariin malah di sini! Ayo pulang!"
"Baiklah."
Setelah mereka berdua pergi, Eris hanya speechless. "Mereka saudara?"
~Best Girl~
"Well, Garcia." Lucy menopang dagu sambil menatap Garcia di sebelahnya dengan senyum manis. "Setiap kali teringat pertemuan pertama kita, saat itu kamu sangat menggemaskan lho!"
Garcia berkedip dua kali. "Benarkah?"
"Ya! Mau tau?"
"Tentu."
"Jadi..."
-Flashback-
Garcia (yang dulu masih merupakan manusia) sedang berada di depan rumah Alexia dan melihat pemuda pirang itu bersama seorang gadis yang tidak dikenalnya.
Dia tidak berani mendekati mereka, entah karena malu atau cemburu. Dan ketika gadis itu berniat pergi...
"Hey!"
Dia menengok dan mendapati gadis tadi mendatanginya.
"Kamu pasti Garcia kan?"
"Iya."
"Aku Lucia, kakaknya Alexia." Dia menjabat tangan Garcia. "Saat adikku cerita soal kamu, kupikir kamu gadis yang imut, ternyata memang benar!"
Garcia tersipu. "Umm... Terima kasih."
"Best girl untuk Otou-chan!" Lucy membentuk hati dengan tangannya di atas kepala.
"Eh?" Garcia hanya kebingungan.
"Kak, aku masih di sini tau!" seru Alexia sebal.
-Flashback End-
"Serius deh, kamu memang menggemaskan!" Lucy memegangi pipi Garcia dengan gemas.
"Kak, please deh..." gumam Alexia yang (entah sejak kapan) berada di belakang mereka dengan wajah risih.
~Self-Explosion~
'Aku penasaran, untuk apa kegunaan core di dada-nya?' batin Exoray yang sedang berpikir ketika sedang jalan-jalan di luar markas dengan Garcia, kemudian dia menekan core itu.
Klik!
"Memulai peledakan sendiri dalam sepuluh detik." Mata gadis android itu menyala merah. "Satu... Dua... Tiga... Empat..."
"Tunggu, apa?! Dia akan meledak?!" pekik Exoray panik.
"Lima... Enam... Tujuh..."
"Aku harus sembunyi!" Exoray langsung masuk ke dalam tempat sampah terdekat.
"Delapan... Sembilan... Sepuluh." Garcia menepuk tangannya sambil tertawa (dengan nada monoton tentunya). "Huahahaha. Garcian telah menghancurkan dunia."
"Oh, maaf. Itu hanya lelucon. Garcian baru saja mempelajari humor baru dari internet." jelas Garcia dengan senyum tipis. "Apa Exoray menyukainya?"
"Yah... Sangat." balas Exoray risih.
~Password~
"Lu ngapain?" tanya Hikari yang melihat Alexia sedang mengutak-atik handphone sambil menggerutu.
"Pasang password hotspot HP abang gue!" balas Alexia yang sepertinya sedang kesal. "Gue kesel gara-gara disalahin ngabisin kuota dia, padahal hotspot dia nggak dikasih password dan yang pake nggak cuma gue doang!"
"Abang sendiri juga! (Tapi si Exoray emang bego sih.)" komentar Hikari sweatdrop. "Terus, lu kasih password apaan?"
"Liat aja sendiri!" Alexia menyodorkan handphone yang dipegangnya.
Dan ternyata password yang dimasukkan adalah 'terhina2kali'.
"Tuh password maksudnya apaan?" tanya Hikari skeptis.
"Lu nggak usah tau!" balas Alexia sinis.
(Aku tau ini dosa, tapi emang kenyataan. Mamaku nyalahin aku ngabisin kuota ayahku karena pake hotspot dari handphone-nya, padahal tuh hotspot nggak dikasih password. Walaupun ortu sendiri juga aku merasa terhina karenanya, jadinya kubuat password begitu di hotspot handphone ayahku. -w-/)
~Complicate Consult~
Dia meringkuk di tempat tidur karena kakinya masih kram setelah dihukum akibat kelakuan bodohnya beberapa hari yang lalu. Dia memutuskan untuk curhat pada teman baiknya lewat chat.
Arta: Toby...
Toby: Ada apa, Arta? Tumben nge-chat.
Arta: Boleh curhat nggak? Tapi ini panjang banget.
Toby: Tentu. Katakan saja semuanya.
Kemudian dia mengirim lima chat dengan selisih beberapa menit.
Arta: Setiap kali dihukum karena melakukan hal bodoh (terakhir kali aku melakukan itu, aku dihukum lari 25 putaran dan kakiku masih sakit sampai sekarang), pada malamnya aku bermimpi buruk tentang masa lalu dimana kakekku yang dulu menyiksaku saat masih kecil.
Arta: Aku masih takut. Bukan tidak mungkin aku akan disiksa lagi oleh orang yang berbeda. Ini hanya masalah waktu.
Arta: Apa aku masih pantas di sini? Apa aku belum pantas mendapat kasih sayang? Apa aku memang pantas menderita? Aku tidak tau.
Arta: Aku merasa tidak bisa hidup di lingkungan yang keras. Mungkin aku memang pantas disebut cengeng, tapi tidak ada yang tau rahasia terdalam seseorang kan?
Arta: Jangan kasih tau siapa-siapa ya?
Setelah mengirim chat terakhir, dia sempat terisak sesaat ketika ingin tidur.
~Tebak-Tebakan Unfaedah~
"Ngapain ngajakin ke taman sih? Ke event apaan kek." tanya Vivi.
"Duitku abis, jadi jalan-jalan aja deh. Daripada gabut di markas." balas Rina. "Gimana kalau aku kasih tebakan? Kamu pasti nggak bisa jawab!"
Vivi angkat bahu. "Well... Ya sudah."
"Penyakit apa yang wibu?" tanya Rina.
Vivi berpikir sejenak. "Hmm... Apa ya? Nyerah deh."
"Diabe-desu!" balas Rina tanpa dosa.
'Bukan temen gue! Bukan temen gue!' sembur Vivi dalam hati.
~Short Moment~
Alpha sedang bernyanyi sambil membersihkan kamarnya. "Hello darkness my old friend~"
"Hello." balas Wiona yang membantu di dekatnya.
Alpha yang mendengar itu hanya terdiam sesaat, kemudian dia langsung memeluk Wiona. "You are my sunshine! (My only sunshine.)"
~Meat Bun~
"Hey Chilla, kamu mau bakpau?" tanya Naya yang baru pulang belanja sambil menyodorkan sebuah bakpau.
"Ah, terima kasih!"
Chilla yang baru pertama kali makan bakpau merasa kalau ukuran bakpau itu lebih besar dari mulutnya.
"Ini enak, Kak Naya!"
Naya hanya terdiam melihat Chilla yang pipi kirinya penuh bakpau.
~Idol Fans~ (Timeline: The Third Twins.)
"Tempat Sepupu keren ya, banyak fasilitasnya!" ujar Stella kagum ketika mereka bertiga sedang berada di perpustakaan.
Tumma yang mengambil sebuah buku hanya tertawa kecil. "Ya begitu deh."
Kemudian dia duduk di salah satu kursi yang ada dan mengeluarkan kacamatanya.
"Kenapa pakai kacamata?" tanya Steve.
"Oh, aku punya sedikit rabun, jadi pakai ini."
Steve hanya manggut-manggut.
Ketika Stella melihat Primarin masuk ke perpus, dia langsung terbelalak. "Itu kan... Marin-senpai!"
Yang bersangkutan menengok ketika Stella menghampirinya. "Oh, ada fans rupanya."
"Nggak nyangka bisa ketemu Senpai di sini! Kalau aku sudah dewasa, aku mau jadi Idol kayak Marin-senpai, dan aku akan dikenal sebagai 'Stella-rian'!"
"Pffffft!" Tumma langsung menutup wajahnya dengan buku untuk menahan tawa.
"Kenapa, Sepupu? Memangnya ada yang lucu?" tanya Steve bingung.
"Pun joke detected, saved to memory."
"Woy!"
Kalau yang itu jangan tanya siapa.
~Behind The Screen: The Package~
"Hey, sekarang kan tanggal 1 Februari! Kasih kado buat Kyo yuk!" seru Teiron.
"Eh, iya juga! Ini kan ultah nikah dia sama Adel! Ayo aja deh!" balas Luthias.
"Tapi gimana ngundang orangnya? Dia mah nggak bakalan mau ke sini!" timpal Giro.
"Gampang! Bungkus aja kado-nya jadi paket, terus tinggal dikirim deh!" usul Mathias.
"Boleh juga!" ujar beberapa orang lainnya.
"Urusan paketin kado-nya serahkan padaku!" Alpha memasang seringai nista.
Setelah itu...
"Gimana, Al? Udah siap?"
"Tinggal dikirim aja!"
"Lihat dong paketnya kayak gimana!" Teiron melihat paket yang disiapkan Alpha dan...
"Bahahahahahaha! Serius nih lu pasang foto itu?"
"Ya iya dong! Biar nanti yang ngirim gampang nemu penerimanya!"
Keesokan harinya...
"Aku kangen mereka. Mumpung Neo sedang tidur, aku cek group chat dulu deh." Adelia mengambil handphone dan membuka group chat.
Maurice: Aku penasaran seperti apa reaksi Kyo saat menerima paket itu.
Maurice: Mungkin saja dia akan marah.
Teiron: Kalau itu sih pasti.
Teiron: Secara dia gampang emosian.
Alpha: Apalagi foto di paketnya rada aib.
Alpha: Bayangin aja lu tidur di sofa terus ditibanin kucing.
Adelia tertawa kecil.
Adelia: Jadi begitu ya.
Adelia: Pantas saja Kyo marah-marah.
Teiron: Hay Adel! Bagaimana kado-nya?
Adelia: Makasih ya kado-nya.
Adelia: Neo pasti akan senang nanti.
Teiron: Sama-sama! :D
Alpha: Apa sih yang nggak buat teman?
Alpha: Kita semua patungan lho!
Teiron: Nggak semua sih...
Maurice: Patungan nggak ajak-ajak!
Maurice: Emang kado-nya apaan?
Teiron: Mainan bayi.
'Ya elah... Pantesan...' batin Maurice sweatdrop.
~ArtAngry~
Walaupun terlihat ramah, tapi ada saat-saat tertentu dimana dia bisa marah.
"Saphire! Rapikan tempat tidurmu! Dilihat Vieny bisa dimarahi kamu!"
"Kalian jangan macam-macam di kebunku ya! Nanti kugantung kalian di pohon kelapa pakai sulur!"
"SIAPA YANG MAKAN ROTI MELON SIMPANAN GUE DI KULKAS?!"
"Jadi cuma tiga hal itu doang yang bisa bikin Sepupu marah." ujar Saphire.
"Nggak penting, Sap." balas Alexia datar.
"Gue heran deh, dia tuh udah kayak Dary kalau soal kebun."
"Gue malah lebih heran dengan seberapa suka-nya dia sama roti melon. Sesuka-sukanya gue sama tiramisu, gue jarang marah kalau ada yang iseng makan saat gue tinggalin di kulkas."
~Another Nickname~
Ting tong!
"Ya?" Rendy membukakan pintu.
"Apa ini markas Garuchan?" tanya seorang tukang pos.
"Benar, ada apa ya?"
"Apa ada yang bernama Ilin di sini?"
"Hah?" Rendy kebingungan. "Kayaknya nggak ada de-"
"Permisi bentar!" Ilia langsung mendorong Rendy sampai nyungsep ke semak-semak terdekat. "Ada apa ya?"
"Ada surat untukmu." Tukang pos itu menyerahkan sebuah amplop dan pergi.
Ilia membuka amplop yang diterimanya untuk membaca isi surat di dalamnya. "Oh..."
"Urgh..." Rendy menghampiri gadis itu dengan tampang berantakan serta penuh dedaunan di rambut dan bajunya. "Itu nama typo atau gimana?"
"Nggak. Ini dari kakakku, dia biasa memanggilku Ilin." jelas Ilia risih. "Dia mau nikah bulan depan."
"Oh, selamat ya." Rendy yang berniat pergi ditahan Ilia. "Kenapa lagi?"
"Jangan kasih tau siapa-siapa soal nama itu, yang tau cuma kamu sama Yubi dan Tumma." pinta Ilia memelas.
"Ya ya ya." Rendy pun berjalan pergi.
Note: Ini kejadian nyata pas ada teman mamaku yang ngundang nikahan anaknya, tapi dia manggil mamaku Marhamah padahal nama aslinya tuh Nihamah.
~Dad Problem~
"Lho, si Tei kenapa?" tanya Tumma kebingungan saat melihat Teiron yang manyun dengan kondisi babak belur.
"Dia abis baku hantam sama Moku. Terus ada yang salah paham ngira Jason itu bapaknya Teiron, padahal itu bapaknya Moku." jelas Alpha datar.
"Heee?" Tumma hanya speechless mendengarnya.
Setelah itu...
Teiron: Oy, Pohon!
Moku: Mau apa lu?
Teiron: Lu enak ya masih punya bapak!
Teiron: Lha gue, dari masih orok sampe sekarang nggak pernah liat bapak sendiri!
Teiron: Hidup gue nggak adil banget ini!
Moku hanya terdiam membaca chat Teiron barusan.
Moku: Hidup gue malah lebih nggak adil.
Moku: Setidaknya lu lebih enak jadi anak sulung.
Moku: Daripada gue, anak bontot.
Dan mereka pun terus berdebat di chat sampai tengah malam.
~Potong Rambut~
"Yakin nih mau potong sekarang?"
"Udah potong aja, rambutku cepat panjang soalnya."
Niat awal Mathias memang ingin memotong rambut si ketua squad, tapi dia malah menata rambut gadis itu dengan berbagai macam style.
Pada akhirnya, pria itu hanya menutupi wajahnya yang memerah.
"Kayaknya nggak usah dipotong dulu deh, kamu have fun banget soalnya." ujar Girl-chan dengan senyum miris.
Bonus:
Pada pagi itu, saat dia terbangun...
"Pagi, Kak! Sarapannya sudah siap!"
"Ne-Ney?!"
Dia mendapati sesuatu yang mengejutkan.
To Be Continue, bukan Tawar Berkas Coblos (?)...
Exoray Mercowlya (Gargoyle): Anak sulung keluarga Mercowlya. Tampangnya lumayan cakep, tapi rada bloon.
Ya ya, terserah deh... 'w'/
Sebenarnya aku mau pake Exorcist buat si sulung ini, tapi karena Hero Premium udah nggak dijual lagi (dan gue juga rada nyesel karena nggak bisa beli pas ada diskon gara-gara nggak ada duit buat beli cash), jadinya kupilih Gargoyle saja... Yah, kalau bisa sih pake gear set Exorcist, sayangnya cuma punya trinket-nya doang (itu pun costume)... -w-a
Review! :D
