Balas Review! :D

SR: Terserah...

Alexia: "Masbuloh gitu?"

Ini udah lanjut... -w-/

RosyMiranto18: Nope, si 'pucuk' nggak ada hubungannya dengan kejadian itu...

Thundy: *tetesin cairan itu lagi.* "Nambah kerjaan aja deh!"

Jean: "Bukan siapa-siapa..." ._.

Molf: "Kurasa tidak..." *nggak ngerti.*

Zen: "Tenang saja, aku kuat kok!" *makan sebungkus cabe rawit.*

Rata-rata orang sini lebih suka pakai kuota sendiri atau minjem punya orang, jarang kepikiran pakai wifi umum.

Exoray: "Aku berada di pinggir jalan saat itu, dan kebetulan ada kecelakaan di perempatan, jadi aku langsung panik karena dia bisa salah paham mendengarnya. Ngomong-ngomong, aku hanya sibuk menjelajahi kota."

Hikari: "Memang." -w-'

Kalau itu sudah lama sekali sih. 'w'a

Lucy: "Kayaknya bagian nama negara itu udah pernah dibahas deh..." -_-'

Alexia: "Perlukah dijelaskan?"

Sebenarnya aku mau bilang 'Stella-rite' (dari nama skill weapon Researcher), tapi aku malah lupa... -w-a

Adelia: "Dia marah karena foto di paketnya."

Ilia: "Jangan ditanya, kakakku itu aneh." -w-/

Yah, itu alasan pribadi... (Sebenarnya buat nge-pun sih. *plak!*) Thanks for Review.

Happy Reading! :D


Kejadian sebelumnya:

Pada pagi itu, saat dia terbangun...

"Pagi, Kak! Sarapannya sudah siap!"

"Ne-Ney?!"

Dia mendapati sesuatu yang mengejutkan.


Chapter 184: Adult Ney-chan


"Ada apa, Kak?"

Ney yang dilihatnya sekarang sangat berbeda.

Tubuhnya berubah jadi dewasa. Rambutnya yang semula twintail sekarang diikat ponytail ditambah penjepit rambut. Bajunya pun juga sangat terbuka.

"A-anu..." Zen hanya speechless saking bingungnya. "Aku harus mandi."

"Oh, baiklah. Aku tunggu ya, Kak." Ney berjalan pergi.


Di kamar mandi, Zen hanya melamun memikirkan apa yang baru saja terjadi di tengah guyuran shower.

'Bagaimana bisa dia berubah dalam semalam?'

Tiba-tiba pikirannya mulai melenceng dan malah membayangkan hal yang tidak-tidak.

"AAAAAAAAAAH! SADARLAH, ZEN! SEHARUSNYA KAU TIDAK MEMIKIRKAN ITU DARI ADIKMU!"

"Kakak kenapa teriak?" tanya Ney di depan pintu kamar mandi.

"Kamu juga ngapain di situ?! Cepat keluar!" seru Zen.

"I-iya, Kak!" Ney langsung pergi.


Suasana sarapan pagi ini agak sepi karena hanya ada Zen dan Ney di ruang makan. Arie dan orangtuanya sedang menjalani misi khusus, sementara Yima sedang pergi belanja.

Zen merasa canggung karena dia bingung bagaimana cara mengobrol dengan Ney yang sudah menjadi gadis dewasa.

'Duh, aku harus ngomong apa ya?' Zen melirik sesuatu dari Ney. 'Ya ampun, dia masih pakai alat makan warna pink.'

"Ada apa, Kak?"

"Eh? Nggak apa-apa kok!"

"Kak, aku mau cuci piring setelah makan."

'Tidak usah, mbak! Biar saya saja!' seru Zen dalam hati. "O-oh, a-aku akan membantumu."

'Aaaaaaaaaah! Apa yang baru saja kukatakan?!'


Pada waktu yang sama di tempat yang berbeda...

Naya yang baru selesai mandi hanya kebingungan karena pakaiannya tidak ada di lemari (kecuali celana dalam dan bra), tapi dia hanya mendapati sebuah note.


Pakaiannya kubawa ke laundry, baru bisa diambil besok.

-Salem-


Dia pun memikirkan sesuatu.

Dia tidak mungkin meminjam baju ibunya Edgar. Edgar sendiri juga tidak akan mau meminjamkan bajunya.

Tapi dia teringat satu hal.


Kemudian...

"Selamat pagi, Tuan Edgar. Mau makan apa?" sapa Naya (yang hanya memakai pakaian dalam dan bagian depan tubuhnya tertutup apron) sedang memasak di dapur. "Tadi orangtua-mu baru saja pergi karena ada urusan, jadi mereka memintaku memasak sarapan."

"Ma-makan kamu- Eh bukan! Ke-kenapa pake naked apron sih?!" tanya Edgar gelagapan saking shock-nya. 'Kok mereka pergi mendadak begini?! Nggak biasanya!'

"Kemarin ayahmu bilang kamu suka naked apron, lalu dia juga memberiku note ini." Naya menunjukkan kertas bertuliskan 'Pakai dalam keadaan darurat ya. :D -Eugene-' dengan senyum malu-malu.

"Bapak gue sesat anjir! Mau aja lu dengerin dia- NGGAK USAH SENYUM-SENYUM!" pekik Edgar dengan wajah merah padam.

Maaf, itu hanya selingan.


Ney sedang asik memainkan laptop di ruang tengah.

Sejak kapan Arie punya laptop?

Oh, sebenarnya itu laptop-nya Mathias.

Ceritanya begini, tahun lalu Tumma membawa kabur laptop Mathias dan menyembunyikannya di rumah Arie dengan alasan 'rencana jahil di hari ulang tahun si jabrik Denmark'.

Karena Mathias menyerah mencari laptop-nya dan memutuskan untuk membeli laptop baru, jadi mau tidak mau Arie terpaksa menyimpannya. Yah, walaupun yang pakai cuma Tumma sih, itu pun saat dia berkunjung doang.

Ney sendiri pernah diajarkan memakai laptop itu, jadi dia sudah tau caranya, walaupun hanya sekedar main game seperti 'Jigsaw' (game puzzle) atau 'Mad Caps' (bagi yang nggak tau, itu game membalikkan tutup botol #seringmaininsoalnya *plak!*).

Karena sudah bosan main game offline, Ney memutuskan untuk menjelajahi internet (dengan wifi tetangga *heh!*).

Zen yang baru pulang setelah olahraga pagi melihat Ney sibuk dengan laptop dan dia pun melihat apa yang dilakukan gadis itu.

Layar laptop-nya menampilkan halaman utama sebuah situs gambar.

Dan di kolom pencariannya terdapat tulisan 'devil R-18'.

Zen pun buru-buru menutup layar laptop karena panik (dan kesampingkan laptop-nya akan rusak, Zen sendiri sudah jerit-jerit dalam hati saat melakukan itu demi melindungi kepolosan Ney).

"Kenapa ditutup, Kak?" tanya Ney bingung.

Zen menatapnya dengan wajah menahan amarah. "Kamu masih terlalu polos untuk melihat itu!"

Ney pun memilih untuk menurut karena dia tidak ingin melihat kakaknya marah.


Tumma mengunjungi Lucky Guy, teman barunya, dan sekarang dia sedang mengobrak-abrik lemari baju si pemilik rumah.

"Apa kau harus mengacak-acak rumah orang setiap kali bertamu?" tanya Lucky yang bersender di pintu kamar sambil melipat tangan.

"Memang apa masalahmu?" balas Tumma datar, kemudian menatap skeptis koleksi baju Lucky. "Aku tidak mengerti kenapa kau punya banyak baju dengan model yang sama tapi beda warna."

"Perlukah kau mempertanyakan itu?"

Tumma menggeser baju-baju itu dan menemukan sesuatu. "Hah? Sejak kapan kau punya gaun maid?"

"A-aku bisa jelaskan..."

Hening sesaat.

Kemudian Tumma memasang seringai jahil dan Lucky langsung menyadari sesuatu.

"Tumma no!"

"Tumma yes!"

Kita kembali ke topik utama.


"Akhirnya pulang juga." gumam Arie di depan pintu rumahnya.

Ketika dia membuka pintu...

"Kak Arie sudah pulang!"

"Kau siapa?"

Gadis itu langsung bete. "Aku Ney, Kak!"

'Hah?! Apa?! Kok bisa?!'

Ketika Arie melihat Zen yang menghampiri mereka, dia langsung menatap ke arahnya seolah meminta penjelasan.

"Aku juga tidak tau bagaimana dia bisa berubah seperti itu."

Mereka berdua menatap Ney yang hanya kebingungan, kemudian kembali bertatapan.

"Kita tunggu orangtua-ku kembali, mereka ada urusan tambahan dan baru bisa pulang besok."


Keesokan harinya...

"Tenang saja, ini hanya sementara kok. Mungkin sehari dua hari akan kembali seperti semula."

Penjelasan itu membuat mereka berdua lega.


To Be Continue, bukan Two Bringer Chef (?)...


Kepikiran aja sih... -w-/

Review! :D