Balas Review! :D
SR: Sorry. :p Ini udah lanjut... -w-/
RosyMiranto18: Well...
Exoray: "Aku panik seketika, dan seperti yang kau tau, aku bergegas ke tempatnya."
Emy: "Yah, Kaichou pernah gambar aku pakai baju Meiko."
Lucky dan Jack itu dari sebuah game sih... 'w'/
Tumma: "Aku kenal dia baru beberapa minggu."
Dia bilang cemburu bukan berarti suka lho... .w./
Rendy: "Cari saja arti lagunya, kau akan mengerti nanti..."
Bicara soal menara, aku pernah share video tentang lagu itu... 'w'/
Raimundo: "Sebenarnya trauma yang dimaksud itu pas aku jadi korban Eudo yang mabuk waktu itu..." ._.
Daren: "Aku sudah tidak paham lagi dengan Saphire..." =w=a
Thanks for Review.
Happy Reading! :D
Chapter 188: Spring-gan Time!
Mathias pulang dalam keadaan sempoyongan karena mabuk.
"Besok pagi aku ada janji penting, tolong bangunkan jam 8 ya..." pinta pria itu sambil masuk kamar.
"Minum sebanyak apa itu?"
"Nggak denger!"
"Diusahakan."
"Kalau ada janji penting ya jangan minum!"
Mathias pun langsung tertidur pulas.
"Jadi, siapa yang bangunin?" tanya Andersen.
"Aku kan udah waktu itu." balas Luthias.
Margie menghela nafas. "Ternyata orang yang minta dibangunin tapi nggak mau bangun itu beneran ada ya."
"Ada ya orang kayak gitu?" tanya Victor.
"Itu mah kamu!" balas Andersen.
"Karena khawatir malah jadi nggak bisa tidur, pas ketiduran malah mimpi buruk." Margie menceritakan pengalamannya.
'Kalau nggak bisa bangunin gimana ya?' batin Margie cemas.
Kemudian...
"Huwaa! Maaf maaf, ketiduran!" Margie terbangun tiba-tiba. "Eh, cuma mimpi?"
"Parah juga ya." komentar Andersen.
"Terus pas dibangunin sesuai jam yang diminta malah marah, padahal dia sendiri yang minta dibangunin..." gumam Margie sedih.
"Bangun. Udah jam 7, ayo bangun." Margie berusaha membangunkan, tapi tiba-tiba tangannya ditepis dengan kasar.
Margie malah pundung setelah mengingat kejadian itu. "Waktu itu beneran janji penting, dan akhirnya malah aku yang dihukum..."
Luthias menepuk punggung Margie sebagai gestur menghibur.
"Aku juga pernah kayak gitu, ya kupukuli saja sampai bangun. Selanjutnya selalu bisa bangun kan?" Andersen menceritakan pengalamanannya.
Andersen yang kena tampar saat membangunkan langsung membalas dengan pukulan.
Kemudian Andersen melipat tangan. "Aku udah bangunin tepat waktu, ya salah sendiri kalau Aniki nggak bangun."
"Hey, udah jam 7 nih! Ayo bangun!" Andersen berusaha membangunkan, tapi sia-sia. "Pokoknya udah bangunin ya!"
Sejam kemudian...
"Kenapa nggak bangunin sih?!" omel Mathias kesal.
"Situ sendiri yang nggak bisa dibangunin." balas Andersen datar.
"Bangun di pagi hari itu soal kemauan!" seru Victor mengingat pengalamannya.
"Jam 7, ayo bangun!"
"Oh, udah lewat 5 detik!"
"Wah, udah lewat 15 detik!"
"Mau 30 detik nih!"
"Yah, udah satu menit!"
"Hentikan..." gumam Mathias sambil tutup kuping.
"Kamu menyeramkan, Bornholm!" komentar Margie risih.
"Ada sih cara yang paling bagus buat bangunin Aniki di pagi hari..." gumam Luthias tiba-tiba.
"Benarkah?" (Margie)
"Oh iya?" (Andersen)
"Apa itu?" (Victor)
Keesokan paginya...
Mathias sedang ngorok di kasurnya ketika...
"Eh? Udah jam setengah 11 ya? Oh iya, Aniki kan minta bangunin jam 8."
Dia langsung terbangun dan panik seketika.
"Aaaaaah! Kenapa nggak bangunin?! Aku bisa telat! Aduh!" Mathias malah terjatuh setelah berlari beberapa langkah dari pintu kamar.
"Lihat? Dia pasti akan tertipu." ujar Luthias menunjuk kejadian itu.
"Lu bangunin kita cuma buat liat itu?!" omel Victor.
"Ngantuk..." (Margie)
"Zzz..." (Andersen)
Setelah melihat Danish Family, mari kita berpindah ke markas Garuchan.
"Hey Ash, bebek apa yang kakinya dua?" tanya Vivi.
Ashley berpikir. "Bebek apa yang kakinya dua?"
Dia terus menggumamkan kalimat itu sepanjang hari di markas dan sukses membuat beberapa orang yang melihatnya kebingungan, bahkan sampai ada yang bertanya "Kamu sehat, mbak?" padanya.
Pada akhirnya dia menyadari sesuatu. "Lho? Bebek kan kakinya memang dua."
"Emang!" Vivi langsung tertawa, sementara Ashley hanya terdiam.
Di sisi lain...
"Jean~" panggil Rina. "Kamu mau lihat foto-foto sepupunya Tumma nggak?"
"Heeh? Kau mau aku memperlihatkannya pada dia?" tanya Tumma yang membawa sebuah album foto.
"Tidak, terima kasih. Aku tidak tertarik. (Lagipula untuk apa aku melihatnya?)" balas Jean cuek.
"Heeeh? Kau tidak mau melihatnya?" (Tumma)
"Tidak." (Jean)
"Dia hanya terlalu malu untuk mengatakannya! 'Nee, aku mau melihat foto imut Steve dong~' atau semacamnya. Iya kan, iya kan?" (Rina)
Jean memalingkan wajah. "Huh, baiklah! Tapi hanya satu saja! (Bukan berarti aku mau melihatnya. Aku hanya penasaran saja. Hanya itu.)"
Kedua orang lainnya hanya tersenyum miris.
'Dia sangat sulit ditebak...' (Tumma)
'Aku jadi merasa bersalah telah menggodanya.' (Rina)
Jean mengambil sebuah foto dan ketika dilihat, terdapat gambar Steve yang nungging.
"I-ini tidak buruk kok. (Serius deh, foto apaan ini?!)" komentar Jean dengan senyum skeptis dan aura suram.
"Maaf. Aku tak sengaja mengambil gambar itu setelah Stella mengerjainya dengan 'kutukan seribu tahun'." jelas Tumma risih.
Di tempat lain...
"Kau tau apa yang kuinginkan sekarang? Teh yang enak." ujar Vience.
"Aku juga! Kita harus pergi bersama!" seru Tartagus.
"Tidak! Jangan lagi! Tidak akan pernah!" pekik Vience tidak terima.
"Umm Vience, ada apa denganmu?" tanya Raimundo.
"Dia menipuku untuk meminum kotoran gajah! Aku tidak akan tertipu lagi!" jelas Vience kesal.
"Saat kau membunuh banyak monster dungeon, semuanya baik-baik saja! Tapi menipu temanmu untuk meminum kotoran hewan sekali-"
"KAU MENGAKUI KALAU KAU MENIPUKU!" potong Vience emosi.
Sementara itu...
'Dasar Alisa kampret! Disuruh nunggu malah ditinggalin! Berak kan cuma bentar doang! Tapi lumayan sih dapet makan gratis.'
'Tapi aku disuruh pakai baju ginian sama Nenek, kan naik motor jadi susah!'
'Duh, kena tilang nggak ya? Di sini kan rawan polisi. Udah gitu duit cuma buat beli bensin doang lagi! Ini kan udah pake helm, surat juga lengkap, tapi...'
'Ah gampang, pura-pura mati aja deh!'
Rupanya Monika sedang menaiki motor gede dengan memakai gaun panjang dan helm. Pengguna jalan lain yang melihat itu hanya terdiam.
Setelah itu...
"Maaf ya lama. Tadi nyusul ke sini gara-gara pas lagi berak ditinggal sama Alisa."
Maurice blushing berat melihat gadis itu.
"Maurice, kamu nggak apa-apa?"
"Nggak apa-apa kok."
Tapi Maurice malah mimisan. 'Demi apa dia cantik begini? Kok bisa? Ini beneran dia kan? Manisnya! Aku jadi diabetes nih! Mau meluk tapi banyak orang! Pengen nikahin dia sekarang! Mau punya anak tiga! Tapi, dia sukanya cincin emas atau perak ya? Eh, tapi kan dia tomboi, kayaknya nggak suka aksesoris cewek.'
"Apanya yang nggak apa-apa?! Itu malah mimisan!"
Zen yang baru pulang mendapati seseorang yang dikenalinya berada di depan rumah Arie.
"Lho, Molf? Kok di sini?" tanya Zen bingung.
"Lady Zela memintaku membawakan sesuatu yang penting, jadi aku kemari untuk menyampaikannya." jelas Molf.
Zen ber-'oh' ria. "Ya udah, masuk aja yuk!"
Di dalam...
"Jadi, apa hal penting itu?" tanya Arie sambil menaruh secangkir teh untuk Molf di atas meja.
Molf mengeluarkan sebuah amplop. "Aku diminta mengantarkan surat ini untuk ketua kalian."
"Untuk apa?" tanya Zen penasaran.
"Aku tidak ta-" Tiba-tiba hidung Molf merasa gatal dan...
"HACIUH!"
BREEEEET!
Webek webek...
Arie dan Zen berusaha keras menahan tawa mereka.
Sementara Molf, dia hanya kebingungan melihatnya. 'Mereka kenapa ya?'
Note: Ini kejadian nyata pas aku bersin dan kentut di saat yang bersamaan, udah gitu nyaring banget pula. :v a
Akhirnya setelah beberapa menit, mereka berhasil mengendalikan diri untuk tidak tertawa karena kejadian barusan.
"Lalu isi suratnya apa?"
"Lady Zela bilang kita tidak boleh melihat isinya sampai gadis itu membacanya."
"Ya sudah, kita langsung ke sana saja!"
Kita kembali ke markas.
"Kau tau, Thundy."
"Hmm?"
"Emy kan mau lahiran dua bulan lagi."
"Terus?"
"Kalau misalnya cewek lu minta bikin anak lagi pas anak lu umurnya baru tiga tahun ke bawah, jangan pernah turutin!"
"Emang napa?"
"Gini aja ya. Abang gue tuh punya dua anak cewek, umurnya beda dua tahun dua bulan. Gue keselnya pas mereka berdua main bareng, pasti ujung-ujungnya bakalan rebutan sampe ada yang nangis." Girl-chan memijit kening. "Karena itu gue bersumpah nggak bakalan mau nikah dan punya anak, itu pun kalau ortu ngerti."
Thundy hanya manggut-manggut.
"Kaichou." Seseorang mencolek pundaknya.
Dia menengok. "Oh, kalian. Ada apa?"
"Ada hal penting yang ingin kami sampaikan."
"Ya sudah, kita bicarakan di ruanganku."
Kemudian...
"Hmm..." Si ketua Garuchan membaca isi surat itu dan tersenyum tipis. "Aku punya kabar penting untuk kalian."
To Be Continue, bukan Tree Bloom Cricket (?)...
Yah, aku mulai pusing dengan ini... -w-/
Review! :D
