Balas Review! :D

RosyMiranto18: Kau tau sendiri kan aku kadang suka ngambil beberapa bagian di fic Reha, jadi kau bisa bingung dengan beberapa bagian (kayak saat kau tak kenal kedua anaknya James tadi).

Arta: "Ceritanya cukup panjang... Dan aku tak bisa menolak usul nama dari Kakek."

Aku pernah baca sebuah buku kalau Lance Armstrong itu seorang pesepeda. 'w'a

Thundy: "Schwester itu untuk kakak perempuan. Aku agak malu memanggil Izca begitu..." *blushing.*

Thanks for Review.

Happy Reading! :D


Chapter 195: Drabble Collections (Many Type of People Part 5)


"..." Federico hanya terdiam melihat apa yang ada di depannya. "Emangnya mereka ngerti main gituan?"

Luthias menghela nafas pasrah. "Ya gitu deh."

Rupanya dia dan Teiron sedang main kartu dengan Kopen dan para anak kucing.

Itu saja intro-nya.


Ada lebih banyak tipe orang di dunia ini.


1. Saat Diminta Menyajikan Minuman pada Tamu

Tipe normal:

Ilia mengunjungi rumah Chilla.

"Ibu, bawain minum dong!" pinta Chilla.


Ibunya membawa teh beserta biskuit.

"Makasih ya buat biskuitnya!" ujar Chilla senang.

"Sama-sama." balas ibunya.


Tipe maunya sendiri:

Revan berkunjung ke rumah Emy.

"Bisa bawakan minuman ke sini? Ada tamu nih." ujar Thundy pada Albert.


Tapi tak taunya, Albert malah meminum teh yang dia bawa sendiri.

"Napa jadi lu yang minum sendiri sih?!" Thundy mengejar Albert dengan penuh amarah.

"Gue juga haus tong!" balas Albert risih.


Tipe gagal paham:

Ada seorang gadis berambut abu-abu dengan mata coklat yang datang ke rumah Arie.

"Zen, tolong bawakan minuman. Ada tamu di sini." perintah Arie.


Tapi Zen malah membawa sepiring tahu bulat.

"Siapa yang minta tahu bulat hah?!" Arie langsung menonjok Zen sampai mental.


2. Ketika Minta Diajarin

Tipe normal:

"Apha, sepertinya itu menyenangkan." Wiona menunjuk orang yang berselancar. "Bisa ajari aku?"

Alpha pun mengajarinya dengan memegangi papan yang dipakai Wiona. "Nah, sekarang sesuaikan arah arusnya."


Tipe gagal paham (atau egois?):

"Hey, main itu kayaknya asik! Ajarin dong!" pinta Alexia.


Tapi Exoray malah berselancar sendiri.

"Woy, napa gue ditinggalin sih?! Ajak gue kampret!" umpat Alexia kesal.


Tipe 'ah sudahlah':

"Ajarin! Mau main itu!" seru Ney pada Zen.


Nggak taunya...

"Yeay!"

Zen malah jadi papan selancarnya.


3. Gacha

Tipe hoki dapat dari gratisan:

"Wah, dapat gratisan nih. Cobain ah."

Ketika dibuka...

Dia dapat hasil yang cukup bagus.

"Waaah..."


Tipe beli banyak tapi dapat ampas:

"Oke, udah kebeli. Saatnya gacha."

Tapi...

Hasil gacha-nya tidak bagus semua.

Dan handphone pun terbang keluar jendela.


4. Alasan Pemakan Pedas yang Jarang Diketahui

Tipe memaksakan diri jika bersama teman penyuka pedas:

"Kalau kau tidak kuat ya jangan dipaksa."

Dia hanya terdiam menahan pedas di mulutnya.

Serius, Zen masih tau diri untuk memesan makanan dengan tingkat kepedasan yang sewajarnya.

Tapi masalahnya, Molf yang tidak kuat pedas malah memesan makanan dengan level kepedasan yang tinggi.

"Sebaiknya kau berhenti saja, nanti kau bisa sembelit jika diteruskan."

"Tapi-"

"Kita bisa bungkus ini nanti, aku akan menghabiskannya di rumah."

Pada akhirnya dia terpaksa menurut.


Tipe korban salah paham:

"Bang, bakso satu. Sambelnya campur terus dibungkus."

"Mas suka pedes ya?"

"Ini buat temen, bang!"

"Abis rambutnya merah sih."

Teiron mulai gondok tapi ditahan.


Tipe pelit:

"Bagi dong!" pinta Saphire yang nimbrung di sebelah adiknya.

"Dih!" Daren sengaja menambah sambel dan saus pada makanannya.

"Kok dipedesin?"

"Biarin!"


Tapi pada malamnya, dia malah berakhir mencret di toilet.


5. Reaksi ketika Menerima Pukulan

Glinea merasa bosan dan berniat mencari tau reaksi beberapa orang jika menerima pukulan.


Defend:

Arie menahan pukulannya.


Dodge:

Tumma menghindari pukulan itu.


Parry/Counter:

Thundy segera menangkis pukulan itu sebelum terkena wajahnya dan langsung menyerang balik tangan si pemukul.


Panic:

"Kyaaaaaah!" Ney menjerit ketakutan ketika pukulan itu nyaris mengenainya.

"Maaf!" Glinea memeluk Ney yang malah kebingungan.


Tank and Counter:

Glinea dan Zen saling menerima pukulan di wajah.

"Ya ampun, Zen!"


"Kau memukuli wanita?" tanya Molf yang baru datang.

Thundy melipat tangan. "Jadi kau terlibat dalam kekerasan ya?"

"Jika kau bukan saudaraku, mungkin aku sudah mematahkan sayapmu..." gerutu Arie kesal.

"Hah?! Aku juga korban di sini! Ini salahnya memukuliku sejak awal!" sembur Zen tidak terima.

"Berhenti bergerak." pinta Teiron yang mengobati luka di pipi Zen.

"Umm... Aku tau ini salahnya, tapi tetap saja..." Arie menghela nafas. "Aku harus membelanya."

Zen langsung shock. "Apa? Aku pikir darah lebih kental dari air?"

"Tapi... Itu tidak sekental-"

"Diam!" seru Zen memotong perkataan Glinea.


To Be Continue, bukan Tokei Byouken Cepheus (?)...


Oh well... Pokoknya gitu deh. -w-/

Review! :D