Balas Review! :D

RosyMiranto18: *siul-siul.* Ada deh...

Salem: "Masih belum..."

*lihat daftar anggota cewek.* Mungkin akan kujelaskan kapan-kapan...

Arie: "Ini karena model rambut doang." -_- (Note: Ingat pas dia cosplay jadi Protagonis Persona 3?)

Seharusnya itu pakai kata 'imut'... -w-a

Hikari: "Tidak juga..."

Arta: "Aku tak bisa menjelaskannya..." ._.

Ikyo: "Mereka cuma main sebentar."

Emang bukan. :p Thanks for Review.

Happy Reading! :D


Chapter 203: The Magic Doll


Dia tiba di rumah kedua sepupunya dan mereka mengajaknya melihat sesuatu di gudang.

"Boneka ini..."

"Bibi Wanda membuatnya setelah Sepupu menghilang. Dia memilih meninggalkan boneka ini dan pergi dari rumah demi mencari kebenaran dari kejadian itu."

Setelah mendengar penjelasan Steve, Tumma membuka lemari yang menyimpan boneka di dalamnya.

Boneka itu sangat mirip dengan yang ada di dalam mimpinya. Entah apa ini takdir atau hanya kebetulan, dia tidak tau pasti.

Tiba-tiba boneka itu membuka matanya dan hal itu sukses membuat mereka bertiga kaget. Tumma langsung mundur beberapa langkah, sementara Stella segera bersembunyi di belakang kembarannya yang gemetar.

Manik violet itu berkedip sesaat dan melihat sekitar. Ketika matanya melihat ketiga orang itu, dia keluar dari lemari tempatnya 'beristirahat' dan berjalan menghampiri mereka.

Suasana mulai hening karena tidak ada satupun dari mereka berempat yang berbicara sama sekali.

"Kau, boneka/orang yang ada di mimpiku(kan)?"

Suasana kembali hening.

Kedua gadis kembar itu saling bertatapan seolah bertanya 'Kenapa mereka bicara bersamaan?'

Tapi yang lebih penting dari itu...

"Kau bisa bermimpi?"

"Hanya memori yang diberikan oleh 'Ibu'."

Walaupun tidak mengerti, mereka tidak ingin bertanya lebih lanjut.

"Siapa namamu?" tanya Steve.

Dia menggeleng. "Tidak ada, tidak memilikinya sama sekali."

"Boleh kita beri dia nama, Sepupu?" pinta Stella.

Tumma menggaruk kepala. "Bagaimana ya? Ibuku pasti sudah memberinya nama sebelum pergi dari rumah."

Tanpa diduga, sang boneka menyodorkan sebuah surat pada mereka.

"Ini benda terakhir yang diberikan 'Ibu' sebelum dia menidurkanku."

Tumma mengambil surat itu dan membaca isinya.


Tumma sayang

Jika kau membaca surat ini, Ibu ingin kita bertemu lagi.

Hamelin adalah boneka yang dibuat saat Ibu merindukanmu.

Suatu hari nanti, jika Ibu sudah tiada, kau harus merawat Hamelin demi ibumu.


"Aku bahkan tidak tau apa kau masih hidup atau tidak..." gumam Tumma lirih.

Steve merasa tidak nyaman melihat ekspresi pemuda itu. "Sepupu..."

Dia melirik si boneka. "Hamelin."

Manik violet si boneka berkedip sesaat. "Aku?"

Tumma mengangguk. "Mulai sekarang kau akan tinggal denganku."


"Bukankah nama Hamelin itu ada hubungannya dengan cerita si pemain seruling?" tanya Steve.

Tumma mengangguk. "Ibuku sering menceritakannya saat aku masih kecil."

"Tapi kurasa kita bisa memberinya nama panggilan yang berbeda." Stella menepuk punggung si boneka. "Bagaimana kalau Hamlet?"

Dia memiringkan kepala. "Apa itu 'Hamlet'?"

"Itu tadi hanya kebetulan muncul di kepalaku." balas Stella seadanya. "Tidak apa-apa kan?"

Si boneka hanya mengangguk.


Keesokan harinya...

"Kok si Tum-Tum dari kemarin nggak kelihatan?" tanya Yubi penasaran.

Luthias yang kebetulan mendengarnya langsung skeptis. "Hah? Terus yang pulang-pulang bawa boneka mirip dia pas tengah malam itu siapa ya?"

Yubi langsung pergi melabrak kamar Tumma.


BRAK!

"Bisa nggak ketuk pintu du- Yubi?"

Tumma kaget dengan kedatangan Yubi dan gadis itu hanya terdiam setelah melihat keberadaan Hamlet yang tertidur di kamar kekasihnya (lebih tepatnya, boneka itu tidur dengan posisi duduk di atas meja).

"Tum-Tum."

"Ya?"

"Kamu dari mana saja kemarin? Lalu dia dapat dari mana?"

Tumma hanya menghela nafas panjang, kemudian dia menjelaskan semuanya pada Yubi.

Gadis itu manggut-manggut. "Aku mengerti. Sepertinya masalahmu cukup rumit."

Tumma menghela nafas. "Ya, aku tidak tau harus bagaimana..."

Yubi menepuk pundaknya. "Jagalah wasiat berharga itu, dia sangat penting kan?"

Pemuda itu mengangguk dengan senyum miris. "Terima kasih..."


Kemudian...

"Jadi, Hamlet, apa kau punya kemampuan khusus?"

Hamlet memutar mata sesaat. "Apa di sini ada boneka?"

Teiron langsung menghilang seketika, kemudian muncul lagi dengan membawa Michelletie (boneka kelinci putih di Chapter lama) dan ditaruh di atas meja.

Hamlet mengangkat tangan kanannya dan Teiron langsung kaget ketika boneka miliknya tiba-tiba berdiri.

"Heeeh?"

"Aku ini boneka yang bisa mengendalikan boneka lain." Hamlet menggerakkan tangannya ke atas dan Michelletie melompat, kemudian menggerakkan jarinya untuk membuat Michelletie menari.

"Aku rasa sudah cukup." Hamlet menurunkan tangannya dan Michelletie kembali menjadi boneka biasa.

"Aku hanya bisa mengendalikan boneka yang bagian tubuhnya dapat digerakkan, jadi aku tidak bisa mengendalikan boneka yang pose tubuhnya tidak dapat diubah."

Teiron memeluk Michelletie dan hanya manggut-manggut mendengar penjelasan Hamlet.

Dan kisah sang boneka pun dimulai.


Bonus:

Seorang pemuda pirang spiky sedang berada di sebuah kamar sambil bengong nggak jelas. Saking bengongnya, dia nggak nyadar kalau dia nyaris ngiler.

Tiba-tiba seorang pria jabrik masuk kamar dengan ria. "Sal! Salem!"

"Hah, apaan?" tanya Salem agak bingung, soalnya dia sedang lomba tatap-menatap dengan mata jam burung hantu di kamar. *Heh!*

"YOOOOSSH! Setelah berjam-jam menunggu wifi gadungan yang nyala-mati setiap dua menitnya, AKHIRNYA KITA MENDAPATKANNYA!"

"Heeh? Jangan bilang... Game itu kah?!" tanya Salem tak sabar.

"Tadaaaa!" Si Jabrik menunjukkan layar handphone-nya dengan bangga, rupanya terdapat icon sebuah game. "Mau nyoba?"

"Maulah!"

Icon itu langsung dipencet, kemudian layar berubah dan menunjukkan tulisan 'loading'.

PLOP!

"EH BUSET! ANAK KECIL KOK MAIN BALON DI SINI?!" pekik Salem kaget. "THIAS! COBA CEK DI LUAR! PASTIKAN NGGAK ADA ANAK-ANAK MAIN BALON!"

Si Jabrik yang bernama asli Mathias itu langsung memecahkan jendela kamar yang mengarah ke teras samping.

PRAAAAAAAAANG!

Seorang pria pirang yang baru masuk (dan ternyata merupakan si pemilik kamar) mulai emosi melihatnya.


"Anak kecil main balon... Lucu, lucu." Mathias mengecek bagian depan rumah.

Tak taunya di sana...

"Si Salem teriaknya heboh banget, emang ngapain sih?"

Mathias menarik tangan orang itu masuk ke dalam rumah dan mengunci pintu rapat-rapat. Tentu saja orang yang tiba-tiba ditarik barusan kaget. "Ada apa ini?"

"Hmm..."

Mathias mengecek tubuh orang itu, mengacak-acak rambut spiky coklatnya, membuka-buka jaket coklat dan kaus biru yang dikenakan... Sampai Si Objek tidak menggunakan baju alias telanjang dada.

"Aneh... Objek tidak memegang balon. Objek dianggap lulus! Misi dari Salem hangus!"

Webek webek...

Si Objek sendiri kebingungan. "Sebenarnya ada apa ini, Mathias?"

"Ehem!" Mathias bersikap (sok) cool. "Jadi, gini loh, Sap. Kami mau main game, game-nya 'Dumb Ways To Die'."

Si Objek terkejut. "A-Apa? D-Dumb Ways? Mathias! Itu game yang tadi pagi dimainkan Dary dan Musket! Menyenangkan sekali!"

"Eh, benarkah?" tanya Mathias sambil mengusap dagu.

"Tentu saja! Tadi loading-nya mengejutkan, bunyinya kayak balon meletus!" jelas Si Objek.

Webek webek...

Mathias yang mendengar itu...

DUAAAAAAAK!

Langsung masuk ke kamar...

Dengan melubangi semua tembok. Dia nggak perduli dengan pintu saking geramnya.

Salem yang berada di atas kasur langsung jatuh ke lantai ubin kaca. Untung tuh handphone nggak ikut jatuh, kalau jatuh ya kacau deh dunia virtual-nya.

"Lu lebay banget, Salem!" bentak Mathias kesal.

"Apa maksudmu?" Kemudian dia dikejutkan dengan keberadaan si pemuda coklat spiky alias Saphire (ingat busananya saat dicek Mathias kan?). "WAAAAAH! A-A-APAA ITUUUU?!"

"TADI YANG LU TERIAK BALON, ITU CUMA SUARA OPENING-NYA DOANG! MIN GUD!" sembur Mathias.

"Lu nggak perhatiin sih..." ejek Saphire yang tampangnya masih... Ya gitu deh.

Salem malu sendiri. "Iye iye, maaf."

Mathias menyuruh Saphire pergi ke kamar mandi untuk merapikan penampilannya.


To Be Continue, bukan Then Before Clock (?)...


Oh well, ya gitu deh... -w-/

Soal bonus-nya, itu merupakan bagian pertama dari sebuah fic tersendiri. Sengaja dipotong-potong biar greget... :v /

Review! :D