Balas Review! :D

RosyMiranto18: Well, ada banyak kata yang bisa digabungkan sehingga membuat judul yang lucu... ^^a

Maurice: *memutar mata.* "Menikah saja belum..."

Thanks for Review.

Happy Reading! :D


Chapter 209: ManuLanSiang


"Aniki sudah menentukan peran kita untuk pertunjukkan drama 'Si Tudung Merah' nanti." ujar Luthias sambil memegang kertas. "Giro akan memerankan 'Si Tudung Merah'."

Giro memalingkan wajah sambil melipat tangan. "Aku sudah menduganya."


"Maurice sebagai 'Serigala'."

Maurice menunjuk diri sendiri. "Walaupun aku ini Werewolf, tapi aku terlalu pendek untuk itu."


Luthias menaikkan kacamata. "Peranku sebagai 'Pemburu'."

"Kenapa malah kau yang dapat peran bagus?" tanya Giro tidak terima.

"Entahlah." Luthias angkat bahu.


"Ngomong-ngomong, siapa yang akan memerankan 'Nenek Si Tudung Merah'?" tanya Maurice penasaran.

Luthias hanya menghela nafas dan menunjuk pojok ruangan, ketika dilihat...

Rupanya Teiron sedang pundung sambil mengeluarkan aura suram dan memegang kostum 'Nenek' yang akan diperankannya.

"Setelah Aniki memberikan kostum yang harus dipakai ketika Tei bertanya tentang perannya, dia sudah seperti itu selama sejam..." jelas Luthias risih.


Itu saja intro-nya.


~Gangguin Orang Nyanyi~

Exoray sedang bernyanyi sambil main gitar di depan markas, Eris dan Ethan berniat mengganggunya.

"Kupetik bintang."

"Nggak nyampe!"

"Untuk kau simpan."

"Nggak muat!"

"Cahayanya terang."

"Kesilauan!"

"Berikan kau perlindungan."

"Nggak mungkin!"

"Anjrit! Gue lagi nyanyi, diem aja lu berdua!" sembur Exoray emosi.

"Bodoh amat!"


~Semprotan Nyamuk~

"Nyamuk kampreeeet! Kok nggak mati-matiiii?!" umpat Emy yang sedang menyemprot nyamuk.

"Emy, boleh pinjem semprotannya nggak? Dari tadi digigitin terus nih!" pinta Albert dengan aura hitam di tubuhnya.

"Ka-Kak Albert? O-oke..." Emy memberikan semprotannya. "Tapi pake semprotan juga nggak mati lho Kak."

"Kamu salah pakenya, harusnya gini nih!" Albert menyalakan sebuah pemantik dan mengarahkan semprotan di depan apinya sampai membuat semburan api.

Emy yang melihat itu hanya terdiam seketika.


~English Test~

Saat ini sedang ada ulangan Bahasa Inggris.

Della sedang melihat soal esai nomor 2.

2. Did they __ water?

'Oh, jawabannya drink!' batin Della yang segera menuliskan jawabannya.


Beberapa saat kemudian, dia sudah selesai dan tak sengaja melihat jawaban Ney yang duduk di samping kanannya untuk soal yang tadi.

2. Did they much water?

"A-Apa?"

"Della, kamu nyontek?"

"Ney, 'Did they much water' artinya 'Apakah mereka banyak air', apa itu masuk akal?"

"Asalkan selesai juga masuk akal!"

PLAK! PLAK! PLAK! PLAK!

"Della, berhenti facepalm! Itu mengganggu konsentrasi murid lain!"

DUK! DUK! DUK! DUK!

"Headbang juga tidak diperbolehkan!"


~Fortune Goddess Hate You!~

Nigou sedang mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru dengan tenang, serius, dan agak kesal. Tekankan kata 'kesal'-nya!

"Poke! Poke! Poke! Poke! Poke!" Arthur menyodok pundak Nigou dengan pulpen karena bosan.

Nigou pun hanya menghela nafas.

"Arthur, tolong hentikan." nasihat Nigou yang berusaha menahan amarah, kemudian dia melanjutkan tugasnya.


"Nigou! Nigou!" panggil Flore dari belakang.

Nigou menghela nafas lagi dan menengok ke belakang. "Apa?"

"Aku bosan nih!" balas Flore.

Nigou menghela nafas lagi. "Terserah kau saja!"

Kemudian dia melanjutkan tugasnya lagi.


"Nigou! Nigou!" panggil Frans dari meja yang agak jauh dari meja Nigou.

Nigou menghela nafas lagi dan menengok. "Kenapa?"

"Pinjam penggaris dong!" pinta Frans sambil tersenyum tanpa dosa.

Nigou menghela nafas lagi dan mengambil benda yang dimaksud dari kotak pensilnya, kemudian melemparkannya ke arah Frans. Dia melanjutkan tugasnya lagi dan berharap itu adalah gangguan terakhir baginya. Tapi...

"Nigou~"

Nigou pun menghela nafas lagi untuk kesekian kalinya. "Sepertinya Dewi Fortuna sedang membenciku hari ini..."


Bonus:

Di saat Saphire asik bermain dan Vience nimbrung di sebelah adiknya, ketiga orang lainnya berdiskusi.

"Gue nggak nyangka Saphire jago banget!" ujar Salem. "Kukira dia selalu cemen, ternyata dia bisa mengalahkan Edganjing."

"Semua memang ada takdirnya, seperti kata kakakmu." timpal Mathias.

"Naayaaaa! Ternyata takdir muncul sekaraaang! Gimana nih?" teriak Edgar. Untungnya nggak didengar Duo Andreas.

"Saat Reaper hendak menakuti Sapper, malah Reaper-nya yang takut melihat ranjau darat." celetuk Salem tanpa dosa.

Webek webek...

Edgar dan Mathias terdiam mendengarnya.

"KETIKA SAYA BERTANYA PADA ISTRI, MALAH ADEK DUREN YANG MENJAWAB!" pekik Edgar.

Webek webek...

Sekarang Salem yang terdiam. Mathias masih meniup tangannya.

"Masih lu bahas tuh duren?" tanya Salem skeptis.

"Iye, emang napa?" Edgar nanya balik.

"Awalnya ingin mendiskusikan keahlian Sapper, tapi malah menunjukkan Si Duren Sial dan Edganjing yang lemah."

Webek webek...

.

.

.

.

.

Mathy wa baka dayo...

.

.

.

.

.

Duo pirang itu langsung memasang senyum angker.

"Gar. Lu hajar dia pake tangan, gue yang nendang dia. Setuju?"

"Setuju."

Sesi baku hantam pun dimulai.

Edgar langsung menampar Mathias berkali-kali, sementara Salem menendang 'anu' si jabrik berkali-kali.


Sepuluh menit kemudian...

Trio Pirang itu masih baku hantam, sementara Duo Andreas masih asik main.

Tiba-tiba...

Teeeet! Tetereeeet!

Ada sebuah notice yang muncul. Saphire dan Vience membacanya dengan seksama, kemudian kedua pasang mata biru dan hijau itu terbelalak kaget.

Ketika kedua orang itu menengok ke belakang, ternyata ada tiga orang yang saling hajar-menghajar.

'Sejak kapan jadi kayak gini?' batin mereka berdua sweatdrop.


To Be Continue, bukan Trial Biling Campina (?)...


Well... Ya gitu deh... -w-/

Review! :D