Rasanya agak malas balas Review, maaf... .v./
Happy Reading! :D
Chapter 213: GladiOnline
Ada kejadian paling ekstrem saat pelajaran Bahasa Inggris.
Awalnya suasana di kelas masih adem ayem, sampai Ney mengangkat tangan. "Saya mau tanya pak!"
"Yes, Ney?"
"Artinya kampret itu apa sih?"
Seisi kelas (kecuali kelima temannya) langsung tertawa mendengar itu.
Sepertinya dia tak sengaja mendengar 'kata mutiara' itu dari seseorang dan tidak mengetahui artinya, sampai akhirnya bertanya kepada orang yang salah: Guru Bahasa Inggris!
Untungnya sang guru masih bisa bersabar dan menasihati Ney. "Itu perkataan yang tidak baik nak."
Itu saja intro-nya.
~Tei Trouble~
"Kau membawa perlengkapan senimu?" tanya Mundo ketika mendapati Teiron membawa peralatan gambarnya.
"Ah, misi hari ini memberiku banyak inspirasi." jelas Teiron. "Maafkan aku. Aku akan menghabiskan waktu kalian."
"Baiklah... Luangkan saja waktumu. Kami tidak terburu-buru." ujar Marin santai.
Tiba-tiba terdengar suara yang sangat tidak enak didengar.
"Tei! Aku tarik kembali! Cepat dan selesaikan atau kita akan terbunuh."
"Kenapa?! Aku bahkan belum mulai membuat sketsa!"
"Cepatlah!" seru Marin. "Ada raksasa menyerang!"
"Tidak perduli apa yang kau katakan, aku tidak akan bergerak sampai aku selesai menggambar!" Teiron menggambar sambil tiduran.
"Memangnya kau itu anak-anak?!" pekik Marin kesal.
"Anak-anak ya..." Mundo berpikir sejenak. "Itu masalahnya, kenapa kita tidak mencoba menyuapnya?"
"Ide bagus! Tapi, dengan apa kita bisa menyuapnya?" tanya Marin.
"Tei! Jika aku membelikan cupcake kesukaanmu, apa kau mau pulang?" tanya Tumma.
"Maaf ya. Semangat artistikku tidak akan runtuh semudah itu."
"Bagaimana dengan pancake?"
Tiba-tiba Teiron langsung berdiri. "Oke. Selesai. Ayo pergi."
'Seberapa parah dia ingin makan pancake?!' batin Mundo dan Marin kaget.
~That Shirt Looks Tempting to Draw~
"Lu ngapain, Ra?" tanya Reha yang mendapati Girl-chan sedang melihat sesuatu di layar tab-nya dengan wajah gregetan.
"Liat ini doang." Gadis itu menunjukkan apa yang dilihatnya.
"Ooh. Skin KOF Chris Orochi buat Dyrroth toh. Emangnya kenapa?"
"Entah kenapa aku pengen banget gambar tuh baju pada seseorang, tapi buat siapa ya?" tanya si ketua Garuchan dengan mata berbinar dan ujung bibir yang mengeluarkan air liur.
"Well... Aku no comment aja dah." balas Reha seadanya.
~Buying Drink~ (Timeline: Sebelum kejadian di dua Chapter sebelumnya bagian Ney dan Arie kejar-kejaran.)
Zen dan Molf sedang berada di sebuah festival.
"Minuman apa yang ingin dibeli?" tanya Molf sambil melihat menu di stand minuman.
"Apa saja selain Ocean Blue, ada soda di dalamnya." usul Zen.
"Baiklah."
Tiba-tiba handphone Zen berdering dan dia mengangkatnya. "Ya?"
"Zen, lu lagi di festival kan? Gue nitip Choco Royal dua gelas, entar duitnya gue ganti."
"Elah, serah deh!" Zen menutup panggilan.
"Siapa?" tanya Molf.
"Kaichou, dia nitip Choco Royal katanya." jelas Zen sambil mengantungi kembali handphone-nya. "Udah milih?"
Molf mengangguk. "Aku ingin mencoba Thai Tea."
"Oke." Zen menghampiri penjaga stand untuk memesan minuman.
Kemudian...
"Nih." Zen menyodorkan kantung plastik berisi dua gelas minuman pesanan si ketua squad.
"Makasih." Gadis itu mengambil plastiknya dan menyerahkan selembar uang. "Ini bayarannya, dan selama menikmati Thai Tea kalian."
"Terserah."
Zen dan Molf meninggalkan Girl-chan untuk pulang ke rumah Arie.
Sesampainya di rumah, mereka malah mendapati Arie dan Ney yang sedang kejar-kejaran.
"Aku kan hanya mengatakan pendapatku yang sejujurnya!"
"Tapi aku tidak terima jika harus menikah dengan gadis itu! Kembali kau!"
"Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Molf sambil menatap Zen.
Zen sendiri hanya angkat bahu.
~Nobody Likes Him!~
Nana sedang mengobrol dengan Miorin, Estes kebetulan lewat di dekat mereka.
"Dari tadi kau menatap Estes." ujar Greif yang melihat itu.
"Ah, bukan-"
"Jangan-jangan..."
"Nana menyukai Estes!"
"Itu tidak benar!" bantah Akai.
"Nana menyukai Akai!"
"Itu tidak benar!" bantah Cyclops.
"Cyclops menyukai Akai!"
"Itu tidak benar!" bantah Diggie.
"Diggie menyukai Akai!"
"Tidak ada yang menyukai Akai!" seru Minotaur.
Bonus:
Sementara itu, Si Pria pembawa sekop (yang tadi menggali tanah) dan Si Wanita sedang mengamati situasi dengan seksama.
"Ternyata mereka toh..." gumam Si Wanita.
Si Pria membuka tudung jaketnya, ternyata dia adalah Arta.
"Naya, mungkin kau harus menyiapkan kotak P3K." usul Arta pada Si Wanita alias Naya yang notabene istrinya Edgar dan kakaknya Salem.
Tiga puluh menit kemudian...
"Fyuuh~" Arta mengelap keringat. "Selesai juga menggalinya..."
Perabotan kamar Edgar menjadi terlihat lagi, Salem kaget karena sudah tidak tertimbun.
Di saat yang bersamaan, Naya datang membawa kotak P3K. "Sudah selesai ya?"
"Sekarang kamu periksa adikmu di sono, aku akan buka selimut dan lemari." perintah Arta.
"Ah, baikah." Naya bergegas menghampiri si pirang spiky.
Ketika Naya hendak memeriksa pemuda itu, tiba-tiba dia terbangun seketika. Salem melihat sekitar dengan wajah bingung. Dia yang tadinya tertimbun sudah tidak tertimbun lagi, apalagi terdapat Naya di depannya.
"Ka... Kakak?" Salem menatap Naya dengan wajah bingung. "Kakak yang menyelamatkanku dari kematian?"
"Umm... Kasih tau nggak ya?" balas Naya agak jahil (entah ketularan siapa).
Sementara itu, keempat orang lainnya juga baru terbangun dan mengalami hal yang sama dengan Salem, hanya saja yang berada di hadapan mereka adalah Arta.
"Lho, Arta? Kok bisa di sini?" tanya Vience tak percaya.
"Begini..." Arta menggaruk pipi. "Aku kan lagi main sama Belerick dan Arashi. Terus karena aku punya firasat buruk, jadinya aku ngacir ke sini sambil bawa sekop buat gali kalian. Dan untungnya ada Naya juga, tadi aku menggali sambil dipijitin dia."
Kelima pendengar cerita Arta hanya sweatdrop. 'Lu nggak takut digebukin kakek lu gara-gara dipijitin istri orang?'
"Sudahlah! Yang penting TartAgustus telah menyelamatkan kita!" ujar Saphire.
Arta kaget dan tepuk jidat. "Super sekali kamu, Saphire. Sejak kapan namaku diplesetin kayak gitu?"
"Tapi benar kata Saphire, makasih ya Arta!" timpal Salem.
"Oke, masalah selesai! Sekarang ayo kita keluar dari tanah ini, soalnya di sana ada bekas najis Edganjing!" ajak Vience untuk mempersingkat waktu.
Edgar yang mendengar kata 'Edganjing' tadi merasa tersinggung. "Apa maksudmu dengan 'Edganjing' itu?!"
Vience turun dari kasur sambil nyengir. "Ingat kata-kata saat kau terkurung di lemari itu?"
Salem dan Saphire langsung berjejer di sebelah Vience dan Mathias nyempil di antara kedua anak 'duren' itu, kemudian mereka bertiga bernyanyi. "JABAT TANGANKU... PANGGIL AKU, 'EDGANJIIIIIIIIIIING'~"
Naya langsung tertawa mendengarnya, sementara Edgar yang semakin tersinggung hanya bisa menahan amarah.
To Be Continue, bukan Top Bully Cyan (?)...
Yah, biarlah... -w-/
Review! :D
