Balas Review! :D
RosyMiranto18: Gimana ya?
Nana: "Itu rahasia."
Arta: Masih di markas..."
Thanks for Review.
Happy Reading! :D
Chapter 214: TwinkLens
Seseorang tengah melihat keenam anak itu dari kejauhan.
Ketika salah satu dari mereka menengok, dia langsung bersembunyi di belakang tembok.
"Ada apa?"
"Nggak, cuma perasaan aja."
Orang itu pun pergi.
Itu saja intro-nya.
~Summer Disaster~
"Aku alieeeen..." Zen berbicara di depan kipas angin yang menyala.
Setelah beberapa menit, dia merasa bosan. "Aku berharap bisa lari dari kenyataan..."
"Panas ini tidak akan pernah reda." timpal Molf yang duduk di sofa.
"Kenapa AC harus rusak di saat panas begini?" keluh Arie sambil mengelap keringat, kemudian dia melihat remote TV. "Bagaimana kalau kita menonton sesuatu di TV?"
"Aku setuju." Molf mengambil remote dan memutar saluran.
Terlihat seorang komedian yang rambut dan kumisnya terlepas, dia menyadarinya dan mencoba untuk menutupi bagian yang tersisa. Kejadian itu membuat penonton tertawa.
"Lelucon itu sudah tua." komentar Zen datar.
"Aku merasa sedikit lebih dingin." sambung Arie.
Molf tertawa terbahak-bahak pada lelucon itu. "Dia benar-benar lucu!"
Hal itu membuat Zen dan Arie kaget dan tidak percaya.
"Terima kasih telah menunggu." Glinea datang membawa tiga gelas. "Untuk melawan panasnya musim panas, kalian membutuhkan beberapa Stamania Juice."
Ketiga orang lainnya meminum jus itu, tapi kemudian ekspresi mereka berubah dan jus itu langsung disemburkan dari mulut.
"Rasanya menjijikkan!" seru Zen.
"Bahan apa yang kau pakai?" tanya Molf.
Glinea hanya tersenyum, kemudian dia menunjukkan bahan-bahan dalam jus berupa bawang putih cincang, acar prem, jahe cincang, garam masala, ginseng, dan berbagai macam campuran lainnya.
Arie berbalik sambil mencengkeram perut dan ketiga orang lainnya panik. Dia pun pingsan dan jiwanya keluar dari mulut. "Aku bisa melihat dunia yang damai di cakrawala."
Zen mengelilingi tubuh Arie dengan panik. "Kau harus tetap tinggal di sini!"
"Seharusnya itu enak." gumam Glinea.
"Bagian 'enak'-nya membuatku ingin muntah." sindir Molf dengan nada monoton.
Glinea mendengar handphone Arie berbunyi dan dia memeriksanya.
From: Tumma
Aku akan datang nanti.
Glinea kebingungan membaca pesan itu.
Sementara itu, Zen dan Molf mencengkeram perut mereka. "Sepertinya ini giliran jiwa kita untuk pergi..."
Kemudian...
"Hay guys-" Tumma hanya terdiam melihat pemandangan berupa tiga iblis yang tergeletak mengenaskan di lantai. "Apa yang terjadi pada mereka?"
"Mereka pingsan karena sakit perut." jelas Glinea seadanya.
Tumma hanya menghela nafas. "Aku tidak punya pilihan..."
Dia pun menghampiri mereka.
"Hey, bangun!" Tumma menampar pipi Arie.
"Bangun!" Molf ikut ditampar.
"Bangun nggak?!" Sepatu boot mendarat di wajah Zen.
Setelah Tumma selesai menampar mereka, ketiga orang itu pun bangun.
"Banguninnya nggak nyelow nih!" gerutu Zen sebal.
"Biarin!" Tumma menjulurkan lidah.
Setelah itu...
Zen, Molf, dan Tumma sedang memancing di tepi kolam ikan.
Molf yang sedang serius membaca buku merasakan pancingannya bergerak, tapi dia tercebur ke kolam ikan bersama Zen dan Tumma yang berusaha menolongnya menarik pancingan.
Arie dan Glinea hanya terdiam ketika melihat ketiga orang itu telanjang dada dalam kondisi basah kuyup.
~Tune-up~
"Monika mana ya? Kok tune-up motor lama amat?" tanya Maurice sambil melihat jam tangan.
Tin tin!
"Ah, itu dia da-" Maurice hanya terdiam ketika melihat...
Monika yang menaiki motor dengan 'body' ikan tuna.
'Ini pasti ulah neneknya yang ngereceh...' batin Maurice sambil facepalm.
"Ada apa, Rice?"
"Nggak ada, jalan aja yuk."
~Sisters Dating~
"Ini..." Yima menatap boneka bintang laut yang dibeli kakaknya.
"Itu hanya boneka, aku tidak bisa menemukan bintang laut hidup di sekitar sini." jelas Donna.
"Belikan dia hadiah dan nyatakan!"
'Itu yang Zen katakan, tapi... Aku rasa aku tidak akan tau jika tidak dicoba.' batin Donna gugup. "Hey, Yima. Aku ingin memberitahumu sesuatu yang penting..."
"Ma-maukah kau jalan-jalan..." Donna terdiam melihat senyum adiknya. "Denganku..."
"Apa aku boleh menyimpannya?" tanya Yima senang.
"I-iya, itu untukmu..." Donna berbalik sambil menutup mulut dan menangis. 'Aku tidak bisa mengatakannya! Kenapa dia terlihat sangat senang?! Apa dia malaikat?! Dia terlalu manis!'
"Tadi kau mau bilang apa, Kak?"
"A-ah... Kau mau jalan-jalan-" Donna tutup mulut lagi.
"Tentu." balas Yima.
Donna langsung memerah.
'Imut.' batin Yima dengan senyum manis.
Kemudian...
"Tunggu... Jadi hanya 'pasangan' yang naik perahu ini, kan? Itu berarti mereka berdua..."
"Got stood up by their dates?"
"Jangan!" Donna berusaha menahan adiknya agar tidak menghajar pasangan yang membicarakan mereka barusan.
~Some Note for Him~
"Ney itu beneran iblis?"
"Miawahahaha!" Flore langsung tertawa mendengar pertanyaan Arthur. "Kamu nggak percaya?"
Arthur menggeleng.
"Tunjukkan ke dia, Ney!" seru Flore pada Ney yang sedang membuat origami sambil duduk membelakangi mereka.
"Yakin?" Ney menengok ke arah mereka berdua dengan wajah ragu.
"Sebentar aja!"
"Ya sudah."
Kemudian Ney memunculkan aksen iblisnya. Mulai dari tanduk merah di kepala, sayap kelelawar merah di punggung, dan ekor.
"Sudah kan?" Ney menghilangkan aksen iblisnya.
Sepulang sekolah...
"Yo, Flore!"
"Ah, Paman Alpha." Flore menghampiri orang yang memanggilnya. "Ada apa?"
"Boleh minta tolong nggak? Mobil kami mogok dan bengkel cukup jauh dari sini, jadi aku ingin kau mengangkatnya. Nanti kutraktir sushi di tempat Yamagi, oke?"
"Oke!"
"Memangnya dia bisa angkat mobil sendirian?" tanya Arthur bingung.
"Dia dijuluki 'Anak Kucing Paling Kuat' bukan tanpa alasan." balas Nigou datar.
Kemudian Arthur langsung kaget melihat kekuatan Flore.
"Aku sudah bilang kan?"
Bonus:
"Aku mencari kalian kemana-mana, ternyata di sini toh."
Mereka bertujuh menengok dan mendapati seorang pemuda berambut merah.
"Yo, Tei-Tei!" sapa Arta sambil melambaikan tangan.
Pemuda yang bernama asli Teiron itu membalas lambaian tangan Arta. "Thias, katanya lu pernah nyuruh Luthy beli VolcanoPhone ya?"
"Kok tau?" Kemudian Mathias langsung menyadari sesuatu dan segera menghampiri pemuda itu dengan tampang marah. "JADI TUH HANDPHONE PRODUKSI LU?! TEGA LU YA BIKIN HANDPHONE GUE KEFORMAT!"
Teiron mulai merasa canggung. "Etto... Sebenarnya..."
-Flashback-
Ada dua orang jabrik di depan sebuah toko handphone.
New VolcanoPhone! Pembeli pertama sampai ketiga bisa mendapatkan handphone ini gratis! Memori 64 GB, layout game lebih bagus!
Begitulah tulisan pamflet yang berada di depan toko itu.
Mata Mathias berbinar-binar. "Wow..."
"Umm... Aniki, kenapa kita berhenti di sini?" tanya Luthias bingung. Ketika melihat pamflet yang dilihat kakaknya, dia langsung memahami maksudnya. "Kau mau beli itu?"
Awalnya Luthias mengira kakaknya akan bilang "Biar aku yang beli sendiri. Kamu pulang duluan, aku bakalan nyusul.", tapi tak taunya...
"YA! AMBILKAN UNTUKKU, GREENY! CEPAT!"
Ternyata malah adiknya yang disuruh beli.
Luthias yang sedikit jengkel beranjak pergi ke toko handphone itu.
Ketika Luthias baru melangkah sebentar dan menengok ke belakang, sang kakak sudah menghilang dari tempatnya. Dia hanya geleng-geleng kepala dan memasuki toko tersebut.
"Selamat datang di toko ini." sapa pelayan laki-laki berambut merah dengan kacamata bulat di dalam toko.
"Sepertinya aku mengenalmu... Kamu Teiron kan? Kenapa jualan di sini?" tanya Luthias.
"Soal itu... Awalnya aku sedang mencari pekerjaan, tiba-tiba ada perusahaan yang membawaku ke sini dan diminta menjadi pelayan selama beberapa hari." jelas Teiron seadanya.
Luthias manggut-manggut. "Hoooh, begitu..."
"Lalu, kau ke sini mau beli apa?" tanya Teiron.
"Itu... Yang ada di pamflet..." Luthias menunjuk keluar toko.
"Oooh, itu. Baiklah, tunggu sebentar."
Teiron menghampiri kumpulan kotak dan mengambil salah satu yang tertulis 'Volcano M-510'.
"Ini dia!" Pemuda itu memberi handphone dengan senyum.
Luthias mengambilnya perlahan. "Qujanaq Tei, Aniki pasti senang."
"Tentu!"
Setelah Luthias keluar dari toko, terdengar nada dering dari handphone Teiron. Dia mengangkatnya dengan sedikit ragu. "Halo?"
"Sudah dikasih? Mana mungkin Si Kambing nggak tertarik!"
"Sudah. Tapi, Al, kau yakin soal handphone itu?"
"Yoi! Aku akan membuatnya tersesat! Hahahahaha!"
"Terserah..."
-Flashback End-
"Hvad?! Jadi... Dia?!"
"Itu benar... Maafkan aku... Soalnya kalau aku tidak menuruti 'si pucuk' itu..." Teiron menggantung sesaat. "Dia akan melaporkanku pada Kaichou karena pernah mengintip bookmark browser-nya yang berisi link kumpulan doujin hentai genre mind control..."
Webek webek...
Mathias hanya speechless. "Oh. Oke. Ngerti."
Salem langsung maju ke depan. "Orang itu harus dihajar karena telah menakuti kita!"
"SETUJUUUUU!" koor para cowok lainnya.
"JANGAN SAMPAI DIA DIBIARKAN LEPAS! DIA HARUS DIBORGOL DAN DITAMPOL!"
"SETUJUUUUUU!"
"SIAPKAN SENJATA KALIAN! AYO KITA SERBU ORANGNYA!"
"AYOOOOOOO!"
Para cowok segera pergi ke tempat sang pelaku.
Jangan ditanya apa yang akan mereka lakukan pada pelakunya.
To Be Continue, bukan Tertera Bukti Caping (?)...
Ini yang terakhir, selanjutnya akan kembali normal kok... -w-/
Review! :D
