Balas Review! :D
SR: Mending lu kasih tau temen lu di FB atau in game, gue nggak jamin bakalan sampein ke mereka.
Glinea: "Entahlah, kalau Arie lagi marah agak susah sih..."
Ini udah lanjut... -w-/
RosyMiranto18: Yang namanya perang-perangan itu cuma bohongan, nggak mungkin juga dia punya granat asli.
Chilla: *memiringkan kepala.* "Begitu ya..."
Thundy: "Gara-gara lagu 'Señorita' yang viral itu..." *mijit kening.*
Thanks for Review.
Happy Reading! :D
Chapter 219: Inter(National)net
"Yuk mari bergabung dengan gym kami, mas!" kata seorang pria pada Mike Morton.
Mike berniat menolak. "Tapi, saya tidak ma-"
"Ayolah mas."
"Ya udah deh."
"Nah, gampang kok! Tinggal tulis nama, alamat, dan nomor teleponnya." Pria itu memberikan formulir yang harus diisi Mike.
Tapi tak taunya, yang ditulis Mike malah...
Nama: Nama.
Alamat: Alamat.
Nomor Telepon: Nomor Telepon.
Pria itu langsung melempar semua kertas formulir yang dibawanya ke arah Mike yang berhasil menghindari lemparan dengan gaya limbo.
(Note: Mike Morton itu sebenarnya si 'Acrobat' dari game 'Identity V'.)
Itu saja intro-nya.
~Takoyaki~
Tumma dan Teiron baru kembali dari Oletus Manor yang kebetulan mengadakan pesta besar-besaran.
"Kami beli takoyaki dari 'cumi-cumi besar' (baca: Hastur) lho!" ujar Teiron.
"Oh, mau dong!" balas Zen.
"Hafuh! Afuh! Masih panas! Makannya harus pelan-pelan." (Tumma)
"Aaaaaah! Panas!" (Teiron)
"Dibilangin, pelan-pelan dong makannya!" (Tumma)
"Dingin, alot, kayak nggak mateng. Nggak enak." Zen malah makan gurita hidup.
~Arwah~
"Ray, gawat! Si Vieny kesurupan arwah!" seru Arta panik.
"Hah?!" Exoray kaget.
Mereka berdua langsung menuju TKP.
"Arta, mending lu pergi aja. Biar gue yang u-"
Vience menengok dengan mata hitam. "Kapan nikah?"
"Udah lulus belum? Udah kerja? Kerja dimana? Gajinya berapa? Tinggal dimana? Anak berapa? Itu siapa? Ini dimana? Saya siapa?"
Exoray dan Arta langsung kabur menghindari Vience yang dirasuki arwah penasaran (secara harfiah).
"Kalau arwah penasaran kayak gini mah harus dilawan dengan arwah penasaran juga." usul Exoray sambil memegangi Vience.
"Oke!"
Arta pun membiarkan dirinya dirasuki.
"Halo Pak, silakan kalau tertarik unit apartemen kami bisa anda lihat langsung. DP lima ratus juta di awal lalu cicilan 12 bulan."
Kedua orang lainnya terdiam seketika karena ternyata yang merasuki Arta adalah arwah 'pemasaran' (no typo).
~Es Bakar~
"Aku lapar!" keluh Ney.
"Aku juga." sahut Zen.
"Aku ingin sushi..." gumam Molf.
"Kau sudah makan sushi lima minggu berturut-turut! (Bodoh amat gue tekor, gue ogah banget minta diskon sama Yamagi!)" timpal Arie sebal.
Zen menghela nafas. "Kalau saja ada makanan unik yang bisa kita makan..."
"Makanan unik seperti apa, Kak Zen?" tanya Ney penasaran.
Zen menerawang sesaat. "Yah... Yang panas di luar tapi dingin di dalam..."
Arie mijit kening. "Aku tidak yakin yang seperti itu benar-benar ada..."
"Kalau itu memang tidak ada, sebaiknya kita ciptakan saja sendiri!" seru Glinea sambil membawa sepiring makan yang ditutupi tudung saji.
Zen berpikir sejenak. "Sepertinya menarik, aku ingin lihat apa kau bisa membuatnya..."
"Coba buka, Kak Glinea!" ujar Ney antusias.
"Baiklah..." Glinea membuka tudung saji dan...
"Tadaaa~" Dia menunjukkan beberapa tusuk sate dengan beberapa kotak hitam yang mengeluarkan uap. "Es bakar panas dingin!"
"Apa itu bisa dimakan?" tanya Molf.
Glinea tersenyum bangga. "Tentu saja! Silakan dicoba!"
Keempat orang lainnya mengambil satu tusuk masing-masing.
Arie memasang wajah skeptis. "Demi apa ada es bakar? Tapi nggak ada salahnya sih dicoba..."
Dia pun meniup es bakar itu dan mencobanya segigit sambil menutup mata.
Ketika matanya terbuka...
"Hah?!"
Dia berada di dalam kulkas yang di bawahnya terdapat api unggun besar.
"Apa-apaan ini? Aku merasa seperti berada di dalam kulkas yang terbakar di tengah api unggun besar." (Arie)
"Aku merasa menggigil, tapi juga berkeringat ketika memakannya." (Zen)
"Ketika masuk ke mulutku, aku merasa seperti makan es." (Ney)
"Lha kan emang es!" sembur Glinea sebal.
"Kulit luarnya 'terbakar dengan sempurna', tapi bagian dalam es-nya masih terjaga dengan sangat baik." Molf mulai penasaran dengan makanan itu. "Glinea, kau pakai bahan apa untuk membuat ini?"
"Mizu desu." jawab Glinea polos. (Note: Mizu artinya Air dalam Bahasa Jepang.)
Webek webek...
"Tapi ini enak lho! Kak Glinea hebat ya!" ujar Ney kagum.
Glinea mengusap kepala Ney. "Itu belum seberapa."
Yah, biarkan mereka menikmati makanan 'unik' itu...
~Hai~
"Lex, ha-"
"Lu ngomong 'Hay Tayo' udah nggak mempan ke gue! (Lagian itu juga udah basi!)" potong Alexia cuek karena sibuk dengan handphone.
Musket hanya manyun, tapi dia nggak kehabisan akal. "Nengok bentar deh dayo."
Alexia pun menengok dan melihat...
Musket berpakaian ala penyanyi dangdut lengkap dengan gitar. "Hai manusia! (Jerereng jeng jeng jeng!) Hormati ibumu~"
Alexia hanya speechless melihat itu. "Musket, lu nggak takut ditabokin sama si 'pembenci dangdut' itu? (Lagian juga ibu gue udah nggak ada.)"
~Boxer~
Victor sedang kelabakan karena kehilangan sesuatu dan mencarinya di seluruh sudut kamar.
"Køben, kau tau dimana boxer-ku tidak?"
"Tidak."
"Zea-tan?"
"Kau yakin tidak memakannya saat tidur, Bornholm?"
"Hey, aku serius di sini! Boxer-ku sudah menghilang sejak minggu lalu! Kalau begini terus, nanti aku bisa gi-"
JREEENG!
Ternyata kedua saudaranya memakai boxer Victor yang hilang.
"Memangnya kami tau benda itu dimana?" tanya Margie yang sibuk memasak.
"Beli saja yang baru." usul Andersen sambil membaca koran.
Victor hanya terdiam.
~Mysterious Website Aftermatch~ (Timeline: Setelah kejadian di Chapter 'A Long Absurd Day'.)
Musket sedang jalan-jalan keluar tanpa menyadari sepasang makhluk yang memata-matainya dari kejauhan.
"Sepertinya target tidak menyadari keberadaan kita, saatnya operasi penculikan."
"Roger!"
Ketika dia sedang memperhatikan merpati yang sedang makan...
BUK!
"Sepertinya aku memukulnya terlalu keras."
"Sudahlah, bawa saja dia."
"Uhmm..."
Matanya mulai terbuka. Dia berada di sebuah ruangan yang gelap dan berdebu.
'Ini dimana?'
"Halo, anak muda."
"Si-siapa itu, dayo?"
"Siapa? Akan kami beritahu nanti, tapi jawab pertanyaan kami."
Siluet beberapa orang mulai muncul di depannya. Kalau dilihat dari bentuk tubuhnya, Musket menduga mereka semua adalah wanita.
"Kau tau apa salahmu sampai kami menculikmu?"
"Aku tidak tau! Memangnya apa salahku?!"
"Kesalahanmu adalah..."
Suasana mulai tegang dan Musket sudah berkeringat dingin.
"Doujin buatanmu membuat kami masuk rumah sakit."
Webek webek...
Musket langsung kebingungan. "A-apa?"
"Terri, kalau dijelasin kayak gitu mah dia nggak bakalan ngerti."
"Salah ya?"
Musket masih bingung. "Etto..."
"Begini saja deh! Kamu tau si 'MrSarden'?"
"Nggak." balas Musket yang jawabannya terdengar polos tapi nggak polos (?).
'Mati aku! Mereka tau dari mana?!' batinnya panik.
"Masa? Tapi ada seorang hacker yang bilang kalau itu email milikmu."
GLEK!
Musket kembali berkeringat dingin. 'Aku harus bagaimana?'
"Hey, kudengar dia punya adik perempuan. Bagaimana kalau kita 'kotori' saja?"
NGIK!
Dia langsung panik karena adiknya dalam bahaya.
"Terdengar kejam, tapi itu ancaman yang bagus."
"Tunggu!"
Suasana langsung hening.
"A-aku akan lakukan apa saja, tapi tolong jangan lakukan apapun pada Mira!"
"Apapun?"
"Iya!"
"Ciyus? Enelan?"
"Aku serius, tolong jangan alay!"
Suasana kembali hening.
"Baiklah. Jika kau tidak mau adikmu 'terkotori', ada satu syarat yang harus kau lakukan. Yaitu..."
Tiba-tiba ruangan itu langsung terang dan ternyata mereka semua memang wanita.
"Bergabunglah dengan klub fujodan kami!"
Webek webek...
Musket malah bengong. "Hah?"
"Doujin-mu bagus lho, kami sudah melihatnya."
"Heeeh... Tapi kenapa kalian harus menculikku segala?" tanya Musket skeptis.
"Biar seru aja." balas Terri tanpa dosa. "Setidaknya kalau kau bergabung di sini, kami punya tiga cowok."
Musket memiringkan kepala. "Tiga?"
"You caught us."
Musket yang mendengar itu langsung menengok ke belakang, rupanya ada Alexia dan Federic.
"Hay, maaf ya. Aku memukulmu terlalu keras tadi." Federic menggaruk belakang kepala.
"Kalau kau mau bertanya siapa otak dari semua ini, salahkan duo sinting di sana!" Alexia menunjuk Iris dan Emy yang melambaikan tangan di kejauhan.
"Heeeh..." Musket hanya speechless.
Setelah itu...
"Aku masih tidak mengerti, dayo." gumam Musket di tengah pesta perekrutan dirinya sebagai anggota baru di klub fujodan.
"Aku juga." timpal Alexia datar. "Yang terpenting, kau harus menerima resiko jika masuk klub ini."
"Salah satunya?"
"Satu kata yang ditakuti para cowok: Crossdress." Alexia melipat tangan. "Percayalah, aku pernah jadi korban."
Musket langsung berkeringat dingin. "O-oke..."
~Kode-Kodean~
"Tsuchi, aku kepo nih. Kamu sama Marinka sedekat apa sih?" tanya Harith sambil menoel telinga kucing Tsuchi.
Tsuchi menghela nafas. "Nyaa... Nyaw nyaw nyaw." (Nggak deket-deket banget sih.)"
"Masa sih? Kalian pasti punya kode khusus kan?"
"Nyaw, nyaw nyaw." (Nggak, biasa aja.)
"Tsuchi!" sapa Marinka yang baru datang.
"Nyaaa!"
"Wah, udah datang aja nih!"
Suasana mulai hening.
Harith kebingungan karena kedua kucing di sebelahnya hanya saling berpandangan dari tadi, padahal yang sebenarnya terjadi...
'Aku lapar nih, makan bareng yuk! Ajak Harith juga!'
'Boleh, makan dimana?'
'Nanti kutunjukkan tempatnya.'
'Ya sudah, aku hanya mengikutimu saja.'
'Oke!'
"Nyaw nyaw? Nyaw nyaw nyaw. (Mau ikut nggak? Marinka ngajak makan nih.)" tanya Tsuchi.
Harith langsung kaget. "Heeeh?! Tau dari mana?! Kalian kan nggak ngomong apa-apa dari tadi, cuma tatap-tatapan doang."
~Male Pregnant?~
"Hay guys!" sapa Zen dengan perut buncit seperti orang hamil.
"What?" Arie memasang wajah skeptis. "Seharusnya biologi tidak bekerja seperti itu."
"Pffft..." Molf berusaha menahan tawa. "Zen, umhmhm. Kau kan laki-laki."
"Oh, ketubanku pecah!"
Zen melepas baju dan ternyata di perutnya terdapat Marlie dalam toples besar yang diletakkan pada gendongan bayi.
"Bayiku!" seru Zen sambil mengeluarkan Marlie (yang memasang tampang cuek) dari dalam toples.
"Bahahahahahaha!" Molf langsung tertawa.
"Pakai kembali bajumu!" perintah Arie kesal.
~Princess and Her Unicorn~ (Halloween masih lama, tapi sebaiknya kubuat saja... -w-/)
Salma yang memakai kostum peri sedang berada di depan kamar Salem.
"Sal, kok nggak keluar? Chilla nungguin tuh."
"Ogah! Malu gue pake ginian!" seru Salem dari dalam kamar.
Salma menghela nafas. "Ya udah, entah kukasih tau Chilla kalau kamu dan Alfred pernah paca-"
"Baik baik, gue keluar! Jangan kasih tau dia!"
"Nah gitu dong!"
"Serius deh, kenapa gue harus pake kostum ini?" keluh Salem yang keluar kamar dengan memakai kostum unicorn kuning (dia pernah memakainya dua tahun lalu).
"Biar imut aja, Chilla pasti suka kok." ujar Salma tanpa dosa.
Kemudian...
Chilla yang memakai kostum putri hanya terdiam menatap kostum unicorn Salem.
Salem menghela nafas. "Nggak suka? Lebih baik aku ganti baju saja."
Salem berniat pergi ketika tiba-tiba Chilla memeluknya dari belakang dengan wajah memelas.
"Jangan ganti, Chilla suka kostum Salem."
Salem mulai blushing. "Terima kasih..."
"Aku sudah bilang kan?" Salma tersenyum bangga sambil melipat tangan melihat pemandangan manis itu.
Bonus:
"Mumpung gue lagi baik, mending gue kasih saran buat bikin saudara lu nggak ngutang lagi." Girl-chan memberikan sebuah catatan pada Hibatur. "Baca aja."
Dan isi catatannya adalah...
1. Ceramahin tentang dosa ngutang nggak dibalikin (resiko: paling banter dikatain sok alim)
2. Laporin ke polisi (resiko: didamprat satu keluarga)
3. Utangin balik, kalau perlu jumlahnya sama dengan yang diutangin (resiko: kemungkinan sama dengan nomor 2)
Hibatur hanya speechless membacanya.
To Be Continue, bukan Twitter Bling Chrome (?)...
Ya ya ya... -w-/
Review! :D
