Aku lagi males balas Review, oke? -w-/
Happy Reading! :D
Chapter 222: MaximaLimit
Hendry sedang jalan-jalan di sekitar markas dan melihat Emy yang sibuk dengan handphone sambil minum segelas milkshake di atas dadanya.
Ketika dia berjalan ke tempat lain, Hendry merasa skeptis ketika melihat Glinea melakukan hal yang sama dengan Emy tapi dengan segelas jus dan sedang menjahit boneka kelinci.
Dia memasang wajah horror setelah melihat Molf yang baca buku sambil telanjang dada dan minum susu kotak yang terselip di dada bidangnya.
"What the- Molf?!" pekik Hendry shock.
Itu saja intro-nya.
"Urgh, ya ampun..." keluh Luthias sebal sambil menatap gagang kacamata yang patah. (Jangan ditanya penyebabnya, oke?)
"Tinggal dilem saja." usul Rina tanpa dosa dari kejauhan.
Luthias menengok dengan wajah skeptis. "Kau kira kertas?"
Kemudian dia menghela nafas pasrah. "Sudahlah, lagipula aku tidak begitu butuh kacamata. Ini hanya hiasan saja."
Setelah itu...
Luthias yang baru pulang dari hangout mendapati sebuah kotak kecil yang ditempeli kertas di atas kasurnya, dia pun mengambil kotak itu dan membaca tulisan di kertasnya.
Aku belikan kacamata baru ini hanya karena aku tidak mau ada yang salah mengira antara kau dengan kakakmu, jangan ge-er ya!
Dia mengulum senyum setelah mengetahui siapa penulisnya. "Oh Giro, itu manis sekali."
"Meong!" Kopen datang sambil memakai kacamata dengan hidung dan kumis palsu.
"Kopen, pffft..." Luthias menahan tawa. "Siapa yang memberimu kacamata itu? Itu sangat imut dan lucu di saat yang bersamaan."
Kejadian sebelumnya di toko kacamata...
"Hey Giro, bagaimana kalau kita belikan ini juga untuk Kopen? Dia pasti menyukainya." tanya Teiron sambil memegang kacamata yang dimaksud.
"Terserah kau saja." balas Giro datar sambil melihat-lihat kacamata lain.
Teiron mengerutkan kening. "Kau yakin ingin belikan kacamata baru untuk Luthias? Kau kan tau sendiri dia hanya memakainya untuk hiasan (tidak sepertiku yang sangat butuh karena memang rabun)."
"Aku tau." Giro memegangi wajah. "Tapi Mathias-pyon dan Luthias-pyon itu cukup mirip, orang yang sangat bodoh tidak bisa membedakan mereka dalam sekali lihat."
Kemudian Giro melihat sebuah kacamata berbingkai putih yang sangat mirip dengan kacamata lama Luthias, dia pun mengambil kacamata itu. "Kurasa ini cukup untuk menggantikan kacamatanya."
"Kau benar-benar ingin memberikan itu pada Kopen-pyon?!" sembur Giro kaget setelah mendapati Teiron menaruh kacamata konyol itu di meja kasir ketika dia akan membayar.
Note: Sorry not sorry, Reha. Aku kepikiran ini dari postingan FB-mu yang itu.
Ada dua orang yang sedang bertengkar.
"Ooooh... Lovebird sedang bertengkar." komentar Yubi yang menopang dagu.
Di sebelah kiri Yubi ada Tumma yang merekam pertengkaran mereka dan di sebelah kanan Yubi ada Zen yang sedang memperhatikan sambil minum susu kotak.
"Baik! Jika kau tidak suka, ambil apapun yang kau punya dan pergi!" bentak Arie kesal.
Glinea merasa tidak senang mendengarnya dan langsung mengangkat pemuda itu di pundaknya.
"Hey!"
"Oh my god, that's so smooch!" Yubi dan kedua orang lainnya mengangkat papan nilai 10.
Wajah mereka berdua pun sama-sama memerah.
"Jadi adikmu mau menginap di sini?"
"I-iya. Maaf kalau merepotkan."
Girl-chan mengibaskan tangan. "Tidak apa-apa, aku hanya sedikit terkejut kau punya adik."
"Terima kasih, Nona."
"Jangan panggil aku Nona."
"Baik, Nona."
"Kau tau, Don-chan, aku merasa kalau kita ini seperti Jake dan Aximili dari serial 'Animorphs'. Ax selalu memanggil Jake 'Pangeran' dan Jake tidak terlalu menyukainya." Girl-chan menopang dagu. "Yang kau lakukan itu sering mengingatkanku pada mereka, jadi tolong jangan lakukan itu lagi."
Donna memiringkan kepala. "Lalu aku harus memanggilmu apa? Nona muda?"
"Apa kau tidak pernah memanggil orang dengan nama aslinya?"
"Aku sering lupa nama."
Girl-chan menghela nafas pasrah. "Sudahlah."
Setelah itu...
"Jadi kau pemimpin tempat ini?" tanya Yima yang baru pertama kali bertemu Girl-chan.
Girl-chan memutar mata. "Yah, begitulah..."
"Terima kasih telah menerima kakakku di sini! Salam kenal ya, Bu!"
JLEB!
Girl-chan berdehem sejenak. "Kalian berdua umurnya berapa?"
"Dua puluh dua?"
"Dan umurku baru sembilan belas, jadi aku lebih muda dari kalian."
Webek webek...
"Waaaah! Maaf maaf maaf, maafkan aku!" Yima membungkuk berkali-kali dengan panik.
"Sudahlah, jangan terlalu dipikirkan." Donna berusaha menenangkan adiknya.
"Aku ini setua apa ya sampai dipanggil 'ibu'?" keluh Girl-chan sambil memegangi wajah dan menatap cermin dengan wajah sebal setelah kejadian barusan. "Apa aku harus sering-sering rawat wajah gitu?"
Mathias yang sedang mengerjakan makalah hanya tertawa canggung mendengar itu.
"Ayolah, aku sedang sibuk di sini." keluh Lisa yang sedang mengerjakan sesuatu saat pipinya ditoel Teiron dengan pensil.
Sang penoel mencembungkan pipi. "Danakuberusahamendapatkanperhatianmu!"
Lisa melepas earphone yang dipakainya. "Hah? Apa?"
"Tidak ada. Aku ingin jalan-jalan, maaf mengganggumu." Teiron berjalan pergi.
Suasana langsung hening.
"Dasar bodoh." keluh Teiron sambil menyenderkan diri di tembok koridor dan memeluk diri sendiri. "Aku tau kau sangat sibuk dan aku tau aku pacar yang buruk karena aku sangat egois dan posesif. Tapi ayolah, kita tidak pernah melakukan 'apapun' untuk waktu yang lama, aku ingin tau sensasi menyentuhmu (meskipun kau tidak bisa mendengarku karena mendengarkan yang lain)."
Kemudian dia menghela nafas panjang. "Oke, rasanya melegakan. Sekarang aku tau kenapa Thundy sering bicara sendiri."
Pip!
Ternyata ada yang merekam omongannya barusan dari balik tembok.
"HAAAAAAAAAH?! MONIKA, KAU YANG MEREKAM ITU?! HAPUS SEKARANG JUGA!"
Monika segera masuk kamar dan mengunci pintu.
BUK BUK BUK BUK BUK BUK!
"MONIKA, BUKA PINTU SIALAN INI DAN BERIKAN VIDEO ITU!" Teiron menggedor-gedor pintu dengan brutal.
"Hah? Itu Teiron? Kenapa dia terdengar marah?" tanya Maurice bingung.
"Hmm... Karena video ini." Monika menunjukkan hasil rekamannya.
Maurice melihat sekilas. "Ooh..."
"MAURICE, KAU DI DALAM KAN?! BANTU AKU AMBIL VIDEO ITU DARINYA DAN HAPUS! DAN JANGAN COBA-COBA MELIHATNYA!"
"Aaargh! Sial!" umpat Teiron yang segera berjalan pergi. "Aku akan membuat cokelat panas untuk menenangkan diri!"
"Kirim." Setelah mengirim video itu pada seseorang, Monika baru menyadari sesuatu. "Hmm? Apa kau memakai parfum dari Nenek?"
"I-iya. Bagaimana menurutmu?" tanya Maurice.
"Baunya cocok denganmu."
"Selesai." Lisa menutup buku tepat saat handphone-nya berdering dan dia pun memeriksanya.
Monika: Seseorang butuh tubuhmu.
Monika: (Video.)
"Dari Monika?"
Lisa: Memangnya apa yang dilakukan Emy dengan ini?
Monika: Hah?
Monika: Emy?
Monika: Oh, bodohnya aku, salah video.
Monika: (Video yang sebenarnya.)
Setelah menonton video yang dimaksud, Lisa hanya tersenyum kecil. 'Sebenarnya, itu memang rencanaku setelah ini...'
Lisa segera ke dapur dan mendapati Teiron yang sedang membuat cokelat panas.
"Ugh, kenapa aku membuat dua gelas? Untuk Lisa? Oh bukan! Aku akan meminum semuanya sendiri, dengan begitu aku bisa lebih mudah membanting kakaknya dengan keras! Ya, itu rencananya!"
"Tei-kun?"
"Tapi tetap saja itu tidak bisa membantuku menaikkan berat badan..."
Panggilan Lisa tidak didengar karena yang bersangkutan sibuk bergumam sendiri, sampai akhirnya gadis itu menghampiri dan memeluknya dari belakang. "Maafkan aku."
"Si-siapa yang menyuruhmu mengendap-endap seperti itu?!" tanya Teiron sewot.
"Aku sudah memanggilmu tadi, tapi kau tidak dengar." balas Lisa risih, kemudian menunduk sedih. "Maaf ya."
Teiron mengusap kepala Lisa. "Kenapa kau segitu mudahnya minta maaf, bahkan walau kau tak melakukan sesuatu yang salah? Yang seharusnya minta maaf itu aku. Kau sibuk dengan beberapa hal dan aku hanya marah tanpa memikirkan apa yang sudah kau lakukan untukku. Dan aku juga harus belajar tentang 'personal space'. Tapi tetap saja, mengabaikanmu adalah kesalahan terbesarku karena aku tidak banyak membantumu."
Kemudian Teiron mendudukkan Lisa di kounter dapur. "Hm? Kau sedikit berat hari ini."
"Benarkah? Aku jarang makan banyak belakangan ini." balas gadis itu sambil mengusap pipi pemuda merah itu. "Tapi bukankah seharusnya kau istirahat hari ini? Besok kau ada misi kan?"
"Aku bisa istirahat jika kau mau, tapi apa kau benar-benar ingin aku melakukannya?"
"Uhmm... Kau tau jawabanku."
'Apa aku lupa mematikan lampu dapur?'
Ketika masuk ke dapur, Paman Grayson langsung terdiam dengan pemandangan yang dilihatnya.
Lisa yang menyadari keberadaan sang 'paman' langsung panik. "Waaah! Hentikan!"
"Hah? Aku bahkan belum melakukan apapun."
"Berbaliklah!"
Teiron berbalik dan langsung shock. "Hah?! P-P-P-P-P-Pa-"
"Kita harus bicara."
Setelah itu...
"Jadi..." Paman Grayson menarik nafas panjang dan langsung mengomel. "Aku tidak perduli dimana kalian ingin 'melakukannya', tapi tolong jangan di dapur! Ini tempat untuk membuat makanan dan minuman (bukan membuat bayi), karena itu tempat ini harus bersih dan higienis! Aku tidak mau ada yang tidak sengaja meminum 'jus' kalian! Mengerti?!"
Keduanya menunduk malu. "Y-ya. Maaf, Paman."
"Bagus. Sekarang pergilah sebelum kalian kehilangan 'mood'." nasihat Paman Grayson.
Mereka berdua segera pergi dengan wajah memerah.
Keesokan paginya...
Terdapat papan bertuliskan 'No XXX at Kitchen' tertempel di pintu dapur.
"A-apa ini?" tanya Maurice bingung.
"Wow." komentar Monika singkat.
Bonus:
Terkadang kalau Girl-chan dan George berpapasan di plaza, pasti ada aja yang lucu.
"Eh Rara!" celetuk George.
"Lala?" tanya seseorang dengan nickname 'Mireyasha'.
"Rara njir, bukan Lala!" ralat George.
"Nggak kenal." balas 'Mireyasha'.
"Hay George of The Jungle." sapa Girl-chan jahil.
"What the fuck?!" pekik George kaget.
"Wkwkwkwkwkwk!" Seseorang dengan nickname 'OxygenSunshine' langsung tertawa mendengarnya.
"Lu kira gue monyet?!" sembur George tidak terima.
"Kan mirip, wkwkwkwkwkwk!" timpal 'OxygenSunshine' sambil tertawa lagi.
"Asu!" balas George kesal.
Girl-chan hanya terkikik ria.
"Pria bertopi kuning!" 'Mireyasha' ikutan iseng.
"Nenek moyang kita kan monyet." George membela diri.
Di lain kesempatan...
"Eh ada dewa Yugioh." sapa George sambil tertawa ketika Girl-chan baru datang ke plaza.
"Heh." balas Girl-chan risih.
"Ra, lu nggak buat cerita lagi?" tanya George.
"Lagi buntu ide."
"Hoo..."
George berpikir sesaat, kemudian dia menunjukkan dua patung berbentuk 'Change On'. "Ra, menurutmu bagus yang warna ini (merah) atau yang ini (kuning emas)?"
Tapi dia sempat dikacangin Girl-chan yang sedang berpikir. "Ra?"
Gadis itu menggaruk kepala. "Kayaknya sih yang biasa."
"Jangan gitu dong! Menurutmu aja." balas George. "Menurutku sih yang merah."
Girl-chan menghela nafas. "Bagusan yang emas sih, kayak patung emas."
"Oh, ya udah."
Kemudian George beralih pada temannya yang memiliki nickname 'StarFriendzz'. "Menurutmu warna bagus yang mana? Merah, atau kuning?"
"Pink." balas Star setengah bercanda.
"What the fuck?!"
Star langsung tertawa melihat reaksi George.
"Kuning." Kali ini Star menjawab dengan serius.
"Padahal lebih sangar yang merah."
"Kayak eek di sungai." lanjut Star jahil.
"Eh asu!"
Star tertawa lagi.
"Lu bosan nih!" sembur George.
Star pun pergi meninggalkan George dan Girl-chan.
"Gue pernah foto chat dikatain narsis sama orang." celetuk Girl-chan datar.
George tertawa. "Jangan dengerin, biarin aja."
"Mau tau yang lebih parah?"
"Apa coba?"
"Ngajak ngobrol malah melenceng ke hentai."
George kaget. "What the fuck?! Malah hentai! Astagfirullah!"
"Tapi good sih..." George baru sadar dia sedang ngobrol dengan cewek dan buru-buru mengibaskan tangan. "Canda-canda!"
Girl-chan hanya mijit kening karena belum sempat menjelaskan lebih lanjut. "Kayak ngomongin dada sama tebar kode."
George menahan tawa. "Terus terus, ada lagi nggak?"
"Nggak, gue cuekin aja."
George tertawa lagi. "Ceritamu bagus sih, gue suka yang kamu post di FB-ku."
"Ya, makasih."
"Waktu itu aku nggak sempat buka FB, kubaca ceritamu, ngakak njir!"
"Mau tau sesuatu?"
"Apa itu?"
"Setiap hero di char ini punya nama."
"What the fuck?" George bengong. "Memang punya nama? Kamu namain sendiri?"
"Iya." Girl-chan mengangguk. "Tiger ini diriku di versi game."
"Wew, berarti lu hitam terus matanya polos."
"Ya gitu deh." Girl-chan menopang dagu dengan wajah bosan. "Aku punya foto asliku di FB, agak jelek sih..."
"Kok 'agak jelek'?"
"Soalnya gue agak males rawat muka."
"Wah, rawatlah muka. Minimal cuci muka lha. Pake Garnier atau apalah, Ponds." nasihat George.
Girl-chan memutar mata. "Ya ya, paling banter sabun mandi."
"Si Geo cuci muka pake sabun colek ya?" tanya Star yang muncul entah dari mana.
"What the fuck?!"
Girl-chan langsung tertawa mendengarnya, Star juga ikut tertawa dengan reaksi George.
"Lu kate gue piring?!" sembur George.
"Biar kinclau!" balas Star tanpa dosa.
"Paling banter baju." timpal Girl-chan jahil.
"Ya." Star mengangguk.
"Eh anjer!" seru George. "Aku cuci tangan pake sabun cuci baju, auto bersih."
"Bapak gue cuci tangan pake Sunlight." ujar Girl-chan.
"Kalau itu aku pernah juga cuci tangan pake Sunlight." balas George. "Eh, kukira nih hero (Timegate) ada di shop-"
"Kombo sabun colek sama Sunlight!" celetuk Star.
"Eh tau-taunya limited edition." lanjut George.
"Kayak Slope." balas Star.
"Slope ada di 'hero soul'."
"Ya."
Dan begitulah suasana plaza hari ini.
To Be Continue, bukan Treatment Budget Cost (?)...
Yah, itu saja.
Review! :D
