Happy Reading! :D
Chapter 223: GeograFisiKalkulus
Daren sedang membaca sebuah buku tebal di perpustakaan markas.
"Kau sedang apa, Dary?" tanya Saphire yang kebetulan lewat di belakangnya.
"Rien, imbécile (Tidak ada, dasar bodoh)!" balas Daren sinis.
Saphire nyempil di sebelah Daren dan melihat isi buku itu dari dekat. "Terlihat seperti buku kamus."
"Memang." (Ini sarkasme.)
Kemudian Saphire mendapati sebuah kata yang familiar. "Dary, coba lihat ini deh."
Daren melihat kata yang ditunjuk Saphire dan membacanya. "Arta berarti harta atau kekayaan (Bahasa Sansekerta)."
Saphire menggaruk pipi. "Apa menurutmu Sepupu itu orang serakah?"
Daren mengerutkan kening. "Kayaknya bukan begitu maksudnya..."
Bicara soal Arta, dia sedang mojok di kebun dalam kondisi kelaparan setelah mengetahui roti melon terakhirnya telah dimakan oleh Kazuma dan adiknya.
"Ngomong-ngomong..." Daren membalik beberapa halaman dan menunjuk sesuatu. "Aku akan memanggilmu dengan kata ini jika kau tidak keberatan."
Saphire hanya speechless, karena yang ditunjuk Daren adalah...
Nilam berarti batu safir.
Itu saja intro-nya.
~Small Bang's Ponytail~
"Hoaaaaaaam..." Zen menguap lebar sambil memegang segelas air.
"Selamat pagi." sapa Molf sambil menggaruk belakang kepala.
"Uhm, pagi Kak." balas Ney sambil mengucek mata.
"Haaah, pagi semuanya."
Mereka bertiga menengok dan melihat Arie yang sedang menggaruk pinggang di depan pintu, tapi...
Molf terbelalak kaget, Zen menyemburkan air yang diminumnya, Ney berusaha menahan tawa.
"Ahahahahahahahahaha!" Ney langsung tertawa saat itu juga.
Zen berusaha menahan tawa, sementara Molf hanya mengulum senyum dengan tubuh bergetar karena menahan tawa.
'Hah? Ada apa dengan mereka?' batin Arie bingung.
Rupanya dia tidak menyadari kalau poni yang menutupi mata kanannya berubah menjadi kunciran kecil.
Arie tidak tau kalau pada malam sebelumnya, Glinea iseng menguncir poninya saat dia sedang tidur.
~Small Tweet~
Luthias Oersted (SnowyGreenland)
Bayangkan, ada dua anak anjing homo di kelas yang sama, tersaingi oleh kebucinan anak harimau dari kelas sebelah yang ngebet sama cewek kucing di kelas mereka. (CatCakeLover) (Note: Sebenarnya Luthias juga mau mention Revan, tapi dia nggak tau username-nya.)
17 : 35 . 31 Oct 19 . Twitter for Android
70 Retweets 548 Likes
Reply Retweet Like Share
Chairone Teiron (CatCakeLover) . 5m
Replying to (SnowyGreenland)
Lu kerasukan apaan mention ginian ke gue?
Reply Retweet Like Share
Luthias Oersted (SnowyGreenland) . 2m
Ini gara-gara timeline Twitter-ku penuh dengan tweet bucin nan galau dari si Tigwild. =_=
Reply Retweet Like Share
~Ney's Cookies~
"Aku pulang!" Ney mendapati Zen sedang menonton TV di ruang tengah.
Zen terheran-heran melihat bungkusan di tangan Ney. "Apa itu, biskuit?"
"Iya. Tadi aku bikin di sekolah buat tugas, terus aku dikasih PR buat bikin yang baru minggu depan. Jadi, aku kasih ini buat Kak Zen." Ney memberikan bungkusan itu pada Zen.
"Oh, makasih ya." Zen mencoba biskuit itu. "Rasanya tidak buruk..."
Ney memiringkan kepala. "Benarkah? Tapi Nigou bilang mencampur laba-laba mati dan pipis kucing itu tidak enak."
NGEK!
"Uhuk uhuk!" Zen terbatuk mendengar itu. 'Aku harus meminta Glinea mengajarinya memasak besok.'
"Yah... Itu karena dia... Umm..." Zen memutar mata sambil memikirkan jawaban yang tepat agar tidak menyinggung perasaan Ney. "Memiliki selera yang berbeda."
"Ooh..."
Setelah itu...
"Apa yang kau makan, Zen?" tanya Molf yang lewat di belakang sofa dan duduk di sebelah Zen.
"Biskuit bikinan Ney." Zen menjauhkan biskuit itu dari tangan Molf sebelum dia sempat mengambilnya. "Dan aku tidak akan membagimu, aku takut kau akan menyesal nanti."
"Menyesal?"
"Pokoknya aku tidak mau berbagi!"
Hening...
Kemudian terdengar suara ribut di ruang tengah.
Arie yang sedang cuci piring di dapur buru-buru menghampiri sumber keributan. "Hey hey, apa yang kalian lakukan?"
"Tidak ada." jawab Molf yang memakan biskuit buatan Ney sambil menduduki Zen di lantai.
"Aku sudah peringatkan ya, kau akan menyesal nanti." Zen menghela nafas pasrah. "Soalnya Ney mencampur laba-laba mati dan pipis kucing di dalam biskuitnya, nggak heran kenapa gurunya ngasih PR buat bikin yang baru."
NGEK!
Poor Molf, malam itu dia berakhir muntah di toilet.
~Rubber~
"Hey Federic, bisa tolong belikan 'rubber'?" pinta Alexia.
"Umm, baiklah." Federic pun pergi keluar.
Tapi kemudian, Federic malah memberinya sebuah... 'Sesuatu yang menyerupai balon'.
'Seharusnya aku bilang 'eraser' saja.' batin Alexia speechless.
~Password~
Teiron dan Maurice sedang 'menjajah' kamar Alpha ketika yang bersangkutan pergi.
"Password-nya apa ya?" tanya Teiron ketika mencoba membuka sistem keamanan komputer yang memiliki lima digit.
Dia mencoba berbagai hal yang kemungkinan dijadikan password. Mulai dari nama si pemilik kamar, nama pacarnya, bahkan sampai nomor random.
Maurice sendiri malah enak-enakan bobo ganteng di kasur Alpha, pake nungging segala pula.
Wiona yang baru datang terheran-heran melihat Teiron yang masih sibuk mencari password. "Apa yang kau lakukan, Tei?"
Teiron menengok. "Oh, Wion. Kau tau password komputer Alpha nggak?"
Wiona memiringkan kepala. "Yang kutau sih, dia pakai angka semua. Kombinasi tinggi dan berat."
Teiron mencoba memasukkan kombinasi tinggi dan berat badan tiga orang yang dia ketahui, tapi ketiganya masih salah. "Yang lebih spesifik?"
"Kalau nggak ukuran dia atau Wion, mungkin antara kau dan aku." celetuk Maurice yang tengkurep di kasur.
Teiron memasang wajah skepis. "Kayaknya nggak mungkin deh!"
"Sini kucoba!" Maurice langsung nyempil di sebelah Teiron dan memasukkan kode.
15849
Beep beep!
16134
Ting!
Suasana hening.
Teiron hanya speechless.
"Umm... Teiron, bukannya berat 34 itu... Terlalu kurus ya?" tanya Wiona penasaran.
Suasana kembali hening.
"AAAAAAAARGH! AKU TIDAK MAU MEMBAHASNYA!" Teiron langsung kabur keluar kamar.
Sementara itu, Alpha hanya terkekeh ria melihat apa yang terjadi di kamarnya dari handphone. Rupanya dia sudah menyiapkan CCTV khusus untuk merekam kejadian itu.
~Dress as Each Other~
"Hey ayolah, kalian berdua tidak pakai kostum?" tanya Vivi yang menjadi Dimension Witch (lagi) bersama Iris yang menjadi Richter (salah satu 3rd job Ain, dan sebenarnya Ain itu cowok).
"Itu yang kau pikirkan! Sebenarnya kami menjadi satu sama lain!" seru Arta yang menjadi Vience sambil merangkul Vience yang menjadi dirinya (sambil menutupi dada dan perut, karena biasanya Arta telanjang dada di balik jaketnya).
"Hey~ Kau terlihat sangat bagus dengan pakaian itu, tidak seperti si bodoh yang memakai bajumu~" goda Iris jahil sambil memegang perut Vience.
"Hey!" seru Arta sebal.
"Jauhkan tanganmu dari perutku atau aku yang akan menjauhkannya dengan tanganku sendiri." ancam Vience dengan nada datar nan sadis.
"Kenapa kau melepas bajunya?!" pekik Arta kaget.
"Kau harus menggantinya! Aku mulai kebingungan dengan semua ini!" seru Vivi sambil membuka baju yang dipakai Arta.
~Hair(Head)Cut~
"Hey, Glinie. Ponimu terlihat panjang, apa kau tidak ingin memotongnya? Bagaimana kalau aku yang memotongnya?" tanya Zen.
"Oh, boleh saja. Ini sedikit mengganggu sebenarnya." balas Glinea.
Setelah itu...
"Ternyata kau bisa melakukan banyak hal ya."
"Ini hanya potong rambut."
Kemudian Zen mengeluarkan pedang miliknya disertai senyum angker dan aura hitam di tubuhnya. "Tetap diam ya."
"Tunggu-tunggu-tunggu-tunggu-tunggu!" pekik Glinea panik sambil menahan Zen. "Setelah kupikirkan lagi, biarkan saja seperti ini!"
"Tapi kau bilang itu sedikit menggang-"
"Aku baik-baik saja!"
"Bagaimana kalau sampai matamu kelili-"
"Ini tidak apa-apa!"
"Memotong rambut dan orang sama saja~"
"HENTIKAN!"
'Aku tidak melihat apa-apa...' batin Molf yang memalingkan wajah dengan ekspresi ketakutan.
~Art Duel~
Ada dua orang berambut pirang dan merah yang akan melakukan 'art duel'.
"Kami siap bertanding!"
"Mereka bersemangat sekali. Tema duel ini adalah 'realis'."
"Aku selesai!" seru Teiron beberapa detik kemudian.
"Cepat amat." celetuk Alexia sedikit terkejut.
"Jadi penasaran dia gambar apa, silakan tunjukkan ke penonton."
Ternyata gambarnya hanya berupa coretan spiral yang saling menumpuk.
"Benang kusyut." jelas Teiron (sok) imut.
Semua penonton langsung kagum.
~Naming Your Favorite Thing~
Wiona terheran-heran melihat Giro yang celingukan mencari sesuatu.
"Apa yang sedang kau cari?"
Giro menengok. "Oh, Wiona-pyon. Aku sedang mencari Vinoura-pyon, apa kau melihatnya?"
"Vinoura?" Wiona memiringkan kepala. "Apa itu nama pacarmu?"
"Bukan." Giro mijit kening. "Sebenarnya, itu nama... Biolaku."
"Ooh..."
"Apa di antara kalian ada yang menamai benda tertentu?"
Pertanyaan Wiona sukses membuat semua orang di perpustakaan menengok ke arahnya.
"Aku pernah membaca yang seperti itu di internet, TV Trope menyebutnya 'I call it Vera'." jelas Luthias sambil mendorong 'jembatan' kacamata dengan tiga jari. "Kenapa kau menanyakan itu?"
"Tadi aku bertemu Giro yang bertanya dimana biolanya, dan dia menamainya Vinoura."
Semua orang langsung sweatdrop mendengarnya.
"Begitu toh." Luthias hanya tersenyum miris. "Sebenarnya aku dan Aniki juga melakukannya. Aku menamai tombakku 'Frostbite', sementara Aniki menamai kapaknya 'Smasher'."
Wiona masuk ke kamar Alpha dan mendapati si pemilik kamar sedang memperhatikan sesuatu di tangannya. Dia menghampiri pemuda itu untuk melihat lebih dekat, rupanya dia memegang sebuah mainan berbentuk robot.
"Oh, Wiona." Alpha tersenyum kecil saat menyadari keberadaan gadis itu. "Ada apa?"
"Aku baru tau kau punya mainan robot."
Alpha tertawa kecil. "Yah, robot ini kenangan masa kecil. Aku mendapatkannya saat umurku lima tahun, dan karena dulu aku suka nonton Barney, jadi aku menamainya dengan nama dinosaurus ungu itu."
Mereka berdua pun terus mengobrol tentang banyak hal.
~Love, Kiss, and...~
Glinea sedang membawa banyak barang, kemudian dia melihat Arie dari kejauhan. "Arie, bisa bantu aku?"
"Ah, baiklah. Tunggu seben-"
GUBRAK!
Arie kesandung batu dan menabrak Glinea sampai membuatnya menjatuhkan barang-barang yang dibawanya, kemudian...
Cup!
"Ma-maaf!" Arie buru-buru bangun dan menjauh dari Glinea.
"Hey, ada apa denganmu?" tanya Glinea kebingungan, kemudian dia mengurus barang-barang yang berserakan. "Aku jadi harus menumpuknya lagi."
'Ciuman pertamaku... Tidak, aku tidak menginginkannya.'
Kau akan mendapat ciuman dari orang yang menyukaimu.
'Tidak, tidak!' Arie menggelengkan kepala. 'Tapi... Glinea, kenapa?'
Glinea kebingungan melihat Arie yang terdiam dengan wajah memerah. "Arie?"
'KENAPA CIUMAN PERTAMAKU HARUS SEPERTI INIIIII?!'
"NEPHRITE SCREAM!"
"A- Hey, tung-"
DUAAAAAR!
Setelah itu...
Tumma dan Yubi yang baru kembali dari kencan hanya speechless ketika melihat wajah Glinea yang babak belur.
"A-apa yang terjadi dengan wajahmu?"
"Tanya saja Arie." balas Glinea cuek.
"Diam kau!" bentak Arie kesal.
"Aku bersumpah akan menghajar peramal sialan itu!" gerutu Arie setelah kejadian tersebut.
~Wrong Pan~
"Nee Saphire, kau sedang di luar kan? Bisa tolong belanja sebentar? Nanti uangnya kuganti."
"Oke!"
"Halo Sepupu!" Saphire datang ke kediaman Aokiryuu dengan membawa banyak belanjaan.
"Ah, terima kasih. Maaf merepotkan." balas Arta.
Ketika Arta memeriksa belanjaan, dia malah mengerutkan kening. "Umm... Saphire?"
"Ya?" tanya Saphire yang baru mau keluar.
"Aku kan nggak pesan anpan lho..." Arta menunjukkan sebungkus anpan dengan wajah skeptis.
"Waaah, maaf maaf! Tadi salah denger gara-gara jalanan rame!" seru Saphire panik.
Arta menghela nafas. "Ya sudahlah, setidaknya cuma sebungkus."
"Tapi kamu yang habiskan ya, aku nggak mau tau." perintah Arta dengan nada datar nan sadis.
"Maaf..." gumam Saphire pasrah.
~Sun Burn~
"Hey Zen, coba lihat benda pink di air itu." Tumma menunjuk ke arah laut.
"Benda pink a-" Zen hanya terdiam dengan apa yang dilihatnya.
"Oh my, sepertinya ada yang terkena 'sun burn'. Pakailah lebih banyak sunscreen, kawan." Tumma meminum jus kelapanya.
Zen mulai blushing. "Ba-bagaimana bisa dia tidak memakainya sebelum-"
"Kau boleh berterima kasih padaku nanti, sobat."
Zen langsung mimisan dan menjatuhkan botol sunscreen yang dipegangnya. "Demi a-"
Zen menutupi wajahnya yang merah padam, sementara Tumma melanjutkan minumnya.
To Be Continue, bukan Tua Berkerut Cemar (?)...
Dua Chapter sekaligus karena aku udah stress mikirin ini... -w-/
Review! :D
