Balas Review! :D

Hiba: Ketinggalan berita atau apa hah?

Salem: "BUKAN GUE!"

Arie: "Nggak."

Ini udah lanjut... -w-/

RosyMiranto18: Udah baikan sih. Pindahnya cuma beberapa langkah dari rumah lama doang. :p

Salem: "Aku harus pikirkan dulu."

Sebenarnya bagian di rumah Tigwild itu dari fancomic 'Persona 5', kalau mau aku bisa tunjukin sih...

Tumma: "Nggak, Arie itu kalau lagi ultah atau perayaan tertentu bakalan jadi baik sehari lalu balik ke semula setelah hari itu lewat. Kudengar dia melempar Glinea ke tempat sampah pada keesokan harinya."

Ohoho... Kau salah, lihat saja nanti. Thanks for Review.

Happy Reading! :D


Kejadian sebelumnya:

Pagi itu, suasana rumah Arie yang awalnya damai telah dirusak oleh teriakan seorang gadis misterius.

Siapakah gadis itu? Dan kenapa dia bisa ada di sana?


Chapter 227: Nyotaika no Z-kun


"Hey Zen, lu kalau mau latihan jadi banci mah nggak usah di si-"

Glinea hanya terdiam ketika melihat seorang gadis misterius di atas tempat tidur Zen, dan setelah mereka bertatapan agak lama...

BRAK!

"Arie, kamu nyimpen cewek lain ya?"

"Woy goblok! Lu ngomong apaan?!"

Gadis misterius itu hanya sweatdrop mendengarnya, kemudian dia beranjak keluar kamar dan mendapati 'pasangan' yang bertengkar di koridor.

Dia hanya menghela nafas. "Gue kasih tau ya. Gue ini Zen, puas?"

Webek webek...

'Pasangan' itu langsung bengong. "Lho kok?"

Dia melipat tangan. "Gue juga nggak tau gimana caranya bisa kayak gini!"

Kedua orang lainnya saling hanya berpandangan.

"Apa yang sebenarnya terjadi di sini?"

Mereka bertiga menengok dan mendapati Molf yang baru selesai mandi (dan cuma pake handuk, badannya sih... Lumayan sixpack. *plak!*)

"Oh, hay Molf." sapa Glinea. "Ngomong-ngomong, badan yang bagus."

"Jangan terlalu memuji sepupuku." timpal Arie sinis.

"Heeeh?"

'Dia cukup sexy...' Zen yang mulai blushing langsung menggelengkan kepala. 'Apa yang baru saja kau pikirkan, Zen?! Singkirkan pikiran gila itu! Asdfghjkl!'

Molf baru menyadari keberadaan seseorang dan tersenyum padanya. "Oh, rupanya ada gadis manis di sini. Mau kencan dengan penyihir tampan ini?"

Hening...

BRAAAAAK!

Zen langsung mendobrak tembok sampai jebol, sepertinya dia nggak perduli dengan pintu saking malunya.

"Wow, awkward sekali..." komentar Glinea.

"Kenapa kau mengatakan hal sekonyol itu?" tanya Arie skeptis.

Molf menggaruk pipi dengan senyum canggung. "Sebenarnya..."

Dia pun membisikkan sesuatu pada Arie dan Glinea.

"Kau apa?!" pekik Arie kaget.

Glinea menutup mulut. "Pantas saja Zen malu, sepertinya dia sudah menyadari apa yang terjadi."


"Selamat datang! Chilla masak sosis untuk makan malam hari ini!" sapa Chilla di depan pintu.

'Oh my, here we go again.' batin Salem.


Mereka berdua pun pergi menuju dapur, tapi...

"Hah? Kenapa minyaknya berbusa ya?" tanya Chilla bingung.

"Chilla, bisa tunjukkan minyak apa yang kau pakai?" pinta Salem.

Chilla pun pergi sebentar dan kembali dengan sebuah botol berisi cairan kuning. Salem mengambil botol itu dan ketika melihat labelnya...

"Chilla... Ini sabun cuci piring."

"Heeh? Tapi warnanya mirip minyak goreng."

"Seharusnya kau lihat dulu labelnya sebelum beli." Salem mijit kening. "Sudahlah, aku akan membantumu memasak (lagi)."

"Umm... Tapi Chilla tidak mau merepotkan Salem."

"Aku sudah terbiasa dengan ini, jadi kau tidak perlu minta maaf."


"Huh, menyebalkan sekali!"

Zen yang memakai jaket hitam (yang sekarang terlalu besar untuk tubuh ceweknya sehingga dia merasa tidak butuh celana) dan sepatu boot coklat sedang duduk di atas pohon sambil memakan apel busuk yang dipunggut dari tempat sampah.

Entah kenapa apel busuk itu mengingatkanku pada sebuah lagu di fandom Touhou.

Untuk Tuan (atau Nona) Zen yang budiman, bisa tolong turunkan pedang itu?

"Dia pasti sengaja mengubahku jadi cewek! Kalau nggak, ngapain juga dia pake ngajak kencan?!" Zen meremas sisa apel yang dimakannya sampai hancur. "Pokoknya gue nggak bakalan pulang! Mau sampe semarkas nyariin juga bodoh amat!"


"Umm... Boleh aku bertanya sesuatu?"

"Apa itu, Wion?"

"Aku menemukan seseorang menyebut '180cm64kg24cm'. Aku tau 180 cm itu tinggi dan 64 kg itu berat, tapi... 24 cm itu apa?"

Alpha dan Lisa langsung shock mendengar itu, bahkan Lisa sampai menyemburkan tehnya.

"Nama macam apa itu?!" pekik Lisa.

"Katanya itu nickname di game yang dia mainkan, memangnya kenapa?" tanya Wiona.

"Wiona, seharusnya kau tidak boleh tau itu." nasihat Alpha risih.

"Eh?"

"Wion-chan, itu untuk ukuran kelamin pria." jelas Emy yang muncul entah dari mana.

"Emy!"

"Kelamin?" Wiona terdiam sesaat, kemudian dia langsung memerah setelah mengetahui maksudnya.

"Tidak tidak tidak! Wion, lupakan saja! Buang pengetahuan itu!" perintah Lisa panik sambil mencengkeram bahu Wiona.

"Emy, aku akan membunuhmu!" seru Alpha kesal sambil mengguncangkan badan Emy.


"Jadi umumnya, bla bla *piiip.* bla *piiip.* bla bla *piiip.*..." Emy menjelaskan semua hal yang dia ketahui pada Wiona sampai membuat wajahnya merah padam.

"TIDAAAAAAAK!" pekik Alpha yang ditahan Emy dengan sihirnya.


"Sepertinya sekarang dia tidak mau pulang karena masalah ini..." Arie melipat tangan dan menghela nafas, kemudian dia melirik sepupunya. "Sekarang jelaskan padaku, dari mana kau dapat ide untuk mengubah Zen jadi cewek?"

Molf memutar mata ke atas. "Soal itu..."


-Flashback-

"Hey Molf, aku punya tantangan untukmu." Tumma mendatangi Molf yang membaca buku di perpustakaan markas dan duduk di depannya. "Bagaimana kalau kau mengubah Zen jadi perempuan selama sebulan? Kau pernah memikirkan bagaimana rasanya kencan dengan perempuan kan?"

Molf menaruh bukunya dan menatap langit-langit sambil berpikir sejenak, kemudian dia menatap Tumma. "Aku rasa tidak ada salahnya mencoba."

-Flashback End-


Arie langsung mengeluarkan aura hitam. "Sekarang aku mulai merasa sangat ingin menghajarnya!"

"Arie, sudahlah..." gumam Glinea risih.


Praaaaang!

"Kyo, kau baik-baik saja?" tanya Adelia dari pintu dapur.

Ikyo hanya memegangi kepalanya yang pusing setelah tak sengaja memecahkan gelas. "Hanya pusing sedikit."

"Kau yakin? Sebaiknya kau istirahat saja, Kyo." nasihat Adelia sambil mengusap wajah Ikyo yang pucat.

Ikyo menghela nafas panjang. "Kau tau, Adel, terkadang aku sedikit stress dengan 'tugas ayah' ini. Aku berusaha menahan amarah setiap kali Neo mengencingi bajuku atau menggangguku saat ingin istirahat, tapi aku takut kehilangan kesabaran dan menyakitinya di saat aku tidak menginginkan itu. Ini benar-benar melelahkan."

Adelia hanya terdiam mendengar itu, kemudian dia memeluk suaminya. "Tugas orangtua itu berat, Kyo. Terkadang aku harus bangun tengah malam saat Neo menangis karena ingin susu atau baru saja pipis, tapi setidaknya aku tau banyak tentang tugas seorang ibu. Walaupun melelahkan, tapi sebenarnya ada bayaran yang menyenangkan untuk itu."

Ikyo tersenyum kecil. "Terima kasih telah menghiburku."

Adelia membalasnya dengan senyuman manis.

"Sebaiknya kita bersihkan pecahan gelas ini."

"Baiklah, tapi sebaiknya kau tidur di kamar saja. Jika kau tidur di sofa, bisa saja ada yang mendudukimu tanpa sadar."

Ikyo malah sweatdrop. "Kenapa kau mengingatkanku pada tragedi lama itu sih?"

Adelia hanya tertawa kecil.


Di kamar Adelia...

"Aaah... Tempat tidur manusia terasa lebih nyaman..." Ikyo membaringkan diri di kasur.

"Pa?"

Ikyo melirik samping kasur dimana terdapat Neo yang mengintip dari bawah. "Ada apa?"

Neo berusaha naik ke atas kasur, tapi gagal. Ikyo hanya menghela nafas, dia bangun dan menaikkan Neo di atas kasur.

"Sebaiknya kau tenang dan biarkan aku tidur." Ikyo membaringkan diri dengan posisi tengkurap dan mulai tertidur.

Neo hanya terdiam menatap ayahnya yang sudah tertidur pulas. Dia mengambil posisi melingkar dan ikut tidur.


Sejam kemudian...

"Adel~ Aku bawa misi buat Ikyo nih~" ujar Arta dari depan rumah.

Adelia membuka pintu. "Sebaiknya kau beritahu Kaichou kalau Ikyo sedang tidak bisa, dia butuh istirahat."

Arta hanya ber-'oh' ria. "Aku boleh lihat dia sebentar nggak?"

"Tentu, tapi jangan berisik."


Mereka berdua pun berjalan menuju kamar, dan ketika dilihat...

"Wah, mereka sangat imut." Adelia menutup mulut untuk menahan senyum.

"Biarkan aku ambil foto (matikan flash dan suara dulu agar mereka tidak terganggu)." Arta mengeluarkan handphone dan memotret kedua 'rubah' itu.


Sekarang Zen sedang melompat dari pohon ke pohon. (Wah, kera jenis baru nih. *ditabok.*)

Sepertinya Molf tidak hanya mengubahnya menjadi perempuan, tapi juga 'manusia perempuan'. (Ingat ya, Zen itu aslinya cowok iblis bertanduk patah.)

Karena Zen kesal setelah sadar dia tidak bisa terbang, jadi dia memilih untuk menggunakan keahlian lain yang dimilikinya.

Dia berhenti di atas sebuah pohon dan duduk di dahan untuk melihat dua 'kucing' yang sedang latihan bertarung, yang satu menggunakan sihir dan yang lain menggunakan cakar.

Entah kenapa Zen teringat sesuatu. 'Kira-kira Ney ngapain ya di sekolah?'


Pada jam istirahat di sekolah...

"Heeyy~ Bagaimana kalau kita pura-pura jadi tim 'pencuri dan polisi'?" usul Flore tiba-tiba. "Aku akan jadi 'Lupin Yellow'!"

Flore menunjuk Nigou. "Nigou jadi 'Patren Nigou' karena namamu Nigou dan warnamu juga hijau!"

"Wahahahahahaha!" Frans langsung tertawa mendengarnya.

"Hanya karena nama?" komentar Nigou skeptis.

"Menarik..." Arthur mengusap dagu dengan senyum miring. "Kalau Nigou jadi 'Patren Nigou', aku akan jadi 'Patren Ichigo'."

"Hey..." Nigou langsung risih mendengar itu.

"Sebentar." sela Della. "Kita ini tiga cowok tiga cewek, sementara tim 'pencuri dan polisi' masing-masing dua cowok satu cewek. Apa nggak aneh kalau ada tim yang satu cowok dua cewek?"

"Kreativitas itu penting, miaw~" balas Flore dengan wajah imutnya.

"Entah kenapa meonganmu itu terdengar sok polos..." komentar Della sweatdrop.

"Lalu si Tigwild masuk kubu mana dong?" tanya Ney sambil menunjuk Tigwild yang baru datang ke kelas mereka.

"Oh iya, aku lupa kalau ada dia." timpal Frans. "Tapi kalau dipikir-pikir, kurasa dia cocok jadi Noël sih."

"Maw?" Tigwild kebingungan dengan perkataan Frans barusan.

"Kami lagi ngomongin serial 'pencuri dan polisi', lho." jelas Ney. "Kamu nonton nggak?"

Tigwild menggeleng. "Mow miaw meow maow (Aku tidak punya televisi di rumah)."

Hening...

'Masuk akal juga sih, secara rumahnya di pinggir hutan.'

"Kalau begitu kenapa nggak nginap di rumah Flore aja?" usul Arthur.

"Eh?"

"Mow?!" Wajah Tigwild langsung memerah, matanya melirik arah lain. "Maw meow (Apa tidak apa-apa)?"

"Gimana ya?" Flore menggaruk pipi. "Rumahku tuh ada dua, Papa dan Mama tinggal terpisah dengan keluarga masing-masing." (Note: Dia sengaja nggak ngitung markas 'orangtua'-nya karena terlalu ramai penghuni.)

"Lho kok?"

"Mereka belum nikah sebenarnya."

Webek webek...

Mereka semua langsung bengong mendengar itu, kecuali Ney dan Nigou yang 'sepertinya' sudah tau seperti apa orangtua Flore (sepertinya lho ya, belum tentu mereka beneran tau).

"Entar aku tanya mereka aja deh."

Tigwild menggaruk kepala. "Maw maow, mow meow miaw (Ya sudah, aku juga akan tanya ibuku saat pulang nanti)."

Entah kenapa terasa aura jahat dari Frans dan Arthur yang seolah mengatakan 'selamat pacaran~' pada kedua 'kucing' itu, bahkan mereka berdua sukses membuat ketiga orang lainnya jaga jarak karena takut.

"Tolong hentikan. Kalian berdua mengerikan." nasihat Nigou risih.


Zen masih melompat dari pohon ke pohon, sampai dia tak sengaja menginjak dahan patah dan terjatuh.

"Waaah!"

Seseorang menangkapnya agar tidak jatuh ke tanah, dan begitu dia membuka mata...

"Umm... Hay."

PLAK!


Arie hanya speechless setelah melihat sepupunya berhasil membawa pulang Zen dengan bridal style disertai bekas tamparan berwarna pink di pipinya. (Kalau pada orang biasa kan bekasnya merah, tapi karena warna kulit Molf tidak biasa... Jangan heran kenapa bekasnya berwarna pink.)


Pada malamnya...

"Hanya karena kau mengubahku jadi perempuan tanpa izinku, bukan berarti aku harus (terpaksa) mengubah cara hidupku! Aku akan tidur memakai boxer, seperti yang biasa kulakukan!" seru Zen yang hanya memakai boxer hitam sambil menutupi dadanya yang telanjang.

"Lakukan saja. Kau orang yang senang hidup bebas kan?" balas Molf dengan wajah memerah disertai darah di hidungnya.

Zen (dan Arie yang berada di belakang Molf) malah sweatdrop mendengar jawaban itu.

"Setelah kupikirkan lagi, aku akan tidur memakai piyama saja." gumam Zen.


To Be Continue, bukan Teeth Back Chin (?)...


Yah, ada beberapa selingan sih. Kenapa? Karena pengen aja... 'v'/

Review! :D