Balas Review! :D

Hiba: Terserah...

Zen: "Bukan seperti itu..." =_=

Ini udah lanjut... -w-/

RosyMiranto18: Aku tidak ingin menjawabnya... ._.

Stella: "Steve pingsan karena Jean makan blueberry-nya duluan."

Edgar: "Ya dibersihin lha! Masih untung nggak ada makanan di situ! (Sebenarnya ada sisa kuah rendang yang tumpah sih...)"

Ikyo: "Kalau lagi pengen aja, dan aku masih toleran dengan air putih biasa (yang tidak dimasak)."

Molf: "Aku sempat mengambil akte itu sebelum Arie membakarnya dan Zen memukul kepala Arie sampai pingsan untuk mencegah kebakaran yang tidak diinginkan di rumah kami."

Hanya jelmaan saja lho ya, tapi nama dan tampilannya masih belum ditentukan... '-'/ Thanks for Review.

Happy Reading! :D


Chapter 246: Son(ata) Go(lden) Kong(o)


Pada suatu hari di group chat...


Mira: Kenapa ya belakangan ini selalu 'Corona' yang dibicarakan?

Mira: Berbagai negara sampai menutup tempat umum karena itu.

Mira: Bahkan ada kasus 'Corona' masuk Greenland.

Rina: Greenland? Itu bukannya tempat asal Luthias ya?

Mira: Eh? Luthias orang Greenland?

Rina: Kamu baru tau? '3'

Luthias: Ya, aku memang berasal dari Greenland.

Luthias: Aku hanya bisa berharap 'Corona' cepat menghilang dan tidak pernah kembali lagi.

Luthias: Tapi untuk sekarang, kita hanya perlu menjaga kesehatan dan kebersihan diri sebagai langkah pencegahan.

Rina: Ngomong-ngomong, siapa yang pasang speaker gede di depan markas?


Luthias segera melihat jendela kamarnya untuk mengetahui apa yang dimaksud Rina.


Rupanya yang memasang speaker itu adalah si 'lolicon sableng'.

"Tes, tes tes!" Hibatur menepuk-nepuk microphone. "Untuk semua anggota Garuchan Squad yang berada di sini, saya akan membawakan lagu 'Kera Sakti' sebagai penyambutan untuk seorang 'Son Go Kong' yang baru saja bergabung di squad ini. Semoga ini bisa menghibur kalian semua."

"Min gud..." Luthias hanya sweatdrop dengan kejadian itu.


Musik pun diputar dan suaranya terdengar cukup kencang di seluruh penjuru markas.

Seekor kera terpuruk terpenjara dalam gua

Di gunung tinggi sunyi tempat hukuman para dewa

Bertindak sesuka hati loncat ke sana kesini

Hiraukan semua masalah di muka bumi ini

Dengan sehelai bulu dan rambut dari tubuhnya

Dia merubah, menerpa, menerjang segala apa yang ada

Walau halangan rintangan semakin panjang membentang

Tak jadi masalah dan tak kan jadi beban pikiran

Berkelana setiap hari demi mendapat Kitab Suci

Dengan dukungan dari gurunya temukan jati diri

Semua kan dihadapi dengan gagah berani

Walau aral rintangan setiap saat datang tuk menguji

Kera Sakti

Tak pernah berhenti bertindak sesuka hati

Kera Sakti

Menjadi pengawal mencari Kitab Suci

Kera Sakti

Liar, nakal, brutal, membuat semua orang menjadi gempar

Kera Sakti

Hanya hukuman yang dapat menghentikannya

Walau halangan rintangan membentang

Tak jadi masalah dan tak jadi beban pikiran

Kera Sakti

Tak pernah berhenti bertindak sesuka hati

Kera Sakti

Menjadi pengawal mencari Kitab Suci

Kera Sakti

Liar, nakal, brutal, membuat semua orang menjadi gempar

Kera Sakti

Hanya hukuman yang dapat menghentikannya

Walau halangan rintangan membentang

Tak jadi masalah dan tak jadi beban pikiran


Di tempat lain...

"Gara-gara berita 'Corona' dimana-mana, semua kegiatan publik ditiadakan, dan orang-orang tidak diperbolehkan keluar rumah sampai waktu yang ditentukan." Girl-chan menghela nafas frustasi. "Rasanya nggak betah banget di rumah lama-lama, soalnya kadang gue suka keluar buat pergi ke warnet (karena laptop dan tablet tidak memadai buat download game). Gue harap semua masalah tentang 'Corona' bisa langsung menghilang selama-lamanya tanpa bekas."


Sementara itu...

"Lex, lu pernah dapet kado yang paling aneh nggak?" tanya Daren.

Alexia menggaruk pipi. "Kalau gue inget-inget sih... Kado teraneh yang pernah gue dapet itu waktu lagi ngumpul sama klub fujodan beberapa bulan yang lalu."


"Lex, lu ultah tanggal berapa?"

Alexia yang sedang mengipasi diri dengan topinya menengok ke arah Hanny. "15 Desember, emang napa?"

"Heeeeeh?!" Para cewek langsung kaget mendengarnya.

"Berarti hari ini dong?"

"Kok lu nggak kasih tau?"

Alexia memakai topinya. "Buat apaan? Entar malah dikasih yang-"

"Happy birthday, dayo!" Musket muncul dari bawah meja di sebelah Alexia.

"Kamen Rider eh Kamen Rider!" latah Alexia kaget.

"Zi-O! Iwae!" Hibatur langsung nongol dan ngilang seketika.

'Nongol dari mana coba?' batin seluruh anggota klub fujodan yang sweatdrop setelah melihat kejadian itu.

"Jangan ngagetin kek! Gue gampang jantungan tau nggak!" omel Alexia sebal.

"Ehehe..." Musket menggaruk kepala sambil menjulurkan lidah. "Maaf maaf."

"Tapi lihat!" Musket menunjukkan sebuah kotak di tangannya. "Aku sudah menyiapkan kado untukmu!"

Alexia hanya mendengus sebal dan mengambil kotak itu. "Makasih."

Dia pun segera membuka hadiah dari Musket, tapi...

"What the bloody hell is this?!" tanya Alexia kesal sambil menunjukkan sebuah celana pendek dengan corak bendera Britania Raya di sebelah kiri dan bendera Amerika di sebelah kanan.

"Yaaah... Kau kan sering nge-ship USUK di Fandom Hetalia, dan Exoray pernah cerita kalau keluargamu itu setengah British setengah American, jadi kuhadiahkan saja itu..." jelas Musket dengan senyum canggung.

"Emang sih, tapi ini keterlaluan!" sembur Alexia emosi.

Para cewek malah tertawa melihat hadiah itu beserta reaksi penerimanya.


"Setelah itu gue langsung gebukin Musket dan kirimin doujin 'GenbuxArta' buatan dia ke rumah kakeknya Iris." Alexia mengakhiri ceritanya dengan wajah datar (walaupun dia masih gondok dengan kejadian itu).

Daren langsung berkeringat dingin. "Tadi kau bilang doujin apa barusan?"


Di sisi lain...

Chilla hanya terheran-heran ketika melihat seorang anak kecil berambut ungu yang memiliki wujud setengah rubah sedang berjalan menghampirinya.

"En'on?" Anak itu merentangkan tangan di depan Chilla pertanda minta gendong.


"Salem, Chilla punya anak perempuan!" seru Chilla dengan wajah senang sambil menggendong anak itu.

Salem hanya speechless melihat itu. "Aku punya pacar kayak kamu udah kayak ngurus anak kecil. (Lagipula itu anak orang, bapaknya nyari lho.)"

"Hey, itu anakku." Ikyo melambaikan tangan di belakang Chilla.


Molf menoel pipi Ney dengan wajah datar sampai membuat anak itu terheran-heran.


Arie memegangi pipi Ney dengan senyum kecil.


Zen mencubiti pipi Ney sampai membuat anak itu sebal dan balas mencubit.


Yubi mencium pipi Ney sampai membuat anak itu tersipu malu.


Tumma yang datang setelah Yubi memeluk Ney dengan pipi saling bersentuhan.


Glinea yang datang setelah Tumma menggigit pipi Ney dengan bibir sampai membuat anak itu terkejut.


Hibatur yang baru datang langsung menjilati pipi Ney, tapi apa yang dia lakukan malah membuat Ney shock dan orang-orang yang melihat hal itu memasang wajah jijik.


Hibatur pun berakhir diikat dengan cambuk Glinea, kepalanya diinjak Arie, dan Zen menyiapkan tongkat kayu untuk memukulnya.

Ney yang masih shock memeluk Molf selagi ditenangkan oleh Tumma dan Yubi.


Special Bonus: Volley Player Daily

Saphire mengajak Salem mengunjungi seseorang.

"Nah, gue mau kenalin temen lama nih." Saphire melihat seseorang. "Nah, itu dia! Pres, sini sini!"

"Preski ini pemain voli dengan posisi sebagai Spiker. Spiker adalah pemain yang-"

DUAAAAAK!

Saphire langsung nabrak tiang listrik setelah mental karena hi-five dengan Preski.

"Menjadi penyerang utama di tim voli..." Saphire melanjutkan penjelasannya dalam kondisi sekarat dan malah difoto sama Salem.

"Maaf ya, Sap. Kadang suka lupa sama tenaga sendiri." gumam Preski merasa bersalah. (Tidakkah ini deja vu bagi kalian?)


Setelah itu...

"Wah, ada pemain voli wanita." ujar Salem.

"Iya. Mereka sedang pemanasan, istilahnya dalam voli adalah 'Pepper'." jelas Preski.

"Pres, kita boleh kenalan sama pemainnya nggak?" pinta Saphire.

"Boleh, gue kenalin adek gue yang jadi kaptennya ya." Preski memanggil seseorang. "Hey Mashre, sini deh! Kakak mau kenalin temen nih!"

Mashre pun langsung berlari menghampiri mereka, tapi...

'Waduh!' Saphire dan Salem malah speechless karena ternyata Mashre lebih tinggi dari mereka.

"Wah, teman-teman Kakak imut banget! Umurnya berapa?" tanya Mashre polos.


Beberapa menit kemudian...

"Sebenarnya ada cara yang paling mudah untuk menang dalam pertandingan voli." ujar Preski.

"Beneran?" tanya Salem.

"Iya, mau gue kasih tau nggak? Mumpung tim Mashre lagi mau tanding." Preski menunjuk para pemain voli wanita.

"Boleh boleh." balas Saphire.


"Hay, Mashre!" panggil Preski. "Lawan tandingmu bilang mereka pura-pura follow kamu biar entar kamu follback, terus di-unfollow deh."


Ketika lawan tanding Mashre sedang bersiap, tiba-tiba Mashre langsung menerjang dengan aura pembunuh di tubuhnya. Semua pemain lawan pun dihajar dengan bola voli sampai tersisa satu orang (bahkan pemain cadangannya juga kena lho).


"Tunggu, emangnya boleh ya?" Sang wasit membaca buku panduan dan segera meniup peluit.

"Jika jumlah tim lawan kurang dari empat orang, maka tim Mashre otomatis menang." jelas Preski tanpa dosa.

Duo Spiky yang melihat kejadian itu langsung berkeringat dingin. 'Kok kesannya kayak dodgeball versi horror ya?'


"Mashre itu punya trik rahasia untuk menang." ujar Preski.


"Yes! Masuk!" seru Mashre.

Priit!

"Out!" kata sang wasit.

"Kok Out sih?!" tanya Mashre tidak terima.

"Terserah ah! Males lanjut main! Cabut yuk!" Mashre meninggalkan lapangan bersama timnya.

"Eh?! Ya udah kalian menang deh!" balas sang wasit.


"Dan itulah yang membuat tim Mashre selalu menang-"

DUAK!

"Cerita yang bener woy!" sembur Mashre yang menendang wajah kakaknya.

Duo Spiky yang melihat kejadian itu hanya berkeringat dingin.


"Lho, kalian juga di sini?"

Duo Spiky menengok.

"Tumma?!" pekik mereka berdua kaget.

"Hay." sapa orang yang bersangkutan (dan terlihat Arie yang memasang wajah datar di belakangnya).

"Aku nggak tau kalau kalian saling kenal." timpal Preski bingung.

"Sebenarnya kami ini satu squad, jadi jangan heran saja." balas Salem datar.

"Kenapa kalian di sini?" tanya Tumma.

"Hanya berkunjung. Preski dan aku dulunya tinggal di panti yang sama." jelas Saphire seadanya.

Preski mengangguk. "Yap. Aku sudah lama mengenal Saphire sejak dia masih bayi (aku beberapa tahun lebih tua darinya ngomong-ngomong)."

"Kau tau, dia itu sangat suka voli lho." Saphire menyikut Preski.

Preski mengangguk lagi. "Yap, baik saat masih di panti maupun sudah diadopsi oleh keluarga baru. Aku jadi ingat saat ibu baruku bertanya padaku dulu."


"Preski, kamu mau jadi apa saat besar nanti?" tanya sang ibu pada Preski kecil.

"Mau jadi atlet voli, Bu!" seru Preski kecil.

"Kamu yakin?"

"Iya! Aku mau lakuin apapun biar bisa jadi atlet voli!"


"Kalau begitu, latihanmu pukul kasur sekeras-kerasnya!" Sang ibu melipat tangan.

"Pegel!" keluh Preski yang hampir nangis.


"Dan itulah yang membuat lengan gue jadi sekuat sekarang." Preski menunjukkan lengannya yang berotot.

Mereka yang mendengar cerita itu hanya berkeringat dingin.


To Be Continue, bukan Tag Buck Con (?)...


Ya gitu deh... -_-/

Update dua Chapter, tapi Chapter selanjutnya rada gimana gitu... '-'/

Review! :D