Balas Review! :D
RosyMiranto18: Mungkin akan kujelaskan beberapa hal di FB (kalau ingat).
Emy: "Aku mah nggak ya, palingan Thun-kun yang ngancem cerai." -3-
Ata(b) itu sebenarnya karakter game, lengkapnya tanya saja Reha. Aku nggak pengen jelasin.
Monika: "Kurasa dia tidak menyadarinya saat belanja."
Thanks for Review.
Hiba: Terserah... Ini udah lanjut. -.-/
Happy Reading! :D
Chapter 254: TurtLeap
"Sal, bikinin kopi sama mie dong." pinta Edgar yang baru pulang.
"Iye iye." Salem pergi ke dapur.
Beberapa menit kemudian, kopi dan mie sudah tersaji di atas meja.
Edgar pun meminum kopi itu, tapi dia merasakan sesuatu yang aneh. "Kopinya kok rasa kuah mie?"
Salem menunjuk Edward. "Dia bikin kopinya pake air bekas masak mie, katanya buat hemat air."
"Nggak gitu juga kale!"
Note: Ini kepikiran saat dengerin radio.
Itu saja intro-nya.
~Telur Mata Sapi~
"Ini sarapannya." Glinea menaruh sepiring 'telur mata sapi' di depan Ney. "Mau ditaburi garam atau lada?"
"Jangan Kak! seru Ney. Nanti kelilipan."
Glinea hanya terdiam mendengar itu.
~That Little Family~
"Aku akan pergi sebentar." Teiron mengusap kepala adiknya yang tertidur.
"Hmm... Aku juga mau pergi..." Tiba-tiba Teira memeluk kakaknya dari belakang dan membuat kaget Teiron beserta Tsuchi dan Flore yang kebetulan melihat itu.
"Tunggu, kau akan membawa dia juga? (Kau juga membawa anak kucingmu.)" tanya Lisa ketika melihat Teiron menggendong Teira yang tertidur beserta Tsuchi dan Flore yang mengikuti di belakang.
"Ya. (Aku tidak bisa meninggalkan mereka.)" balas Teiron singkat.
~Weird Pudding~
Arie hanya tepuk jidat dengan apa yang dia lihat.
Seharusnya dia tidak membiarkan Ney memasak sendiri, karena...
Masakannya kali ini adalah pudding (atau agar-agar?) yang terdapat ikan teri di dalamnya.
~Sabuk~
"Yeay! Barang yang kutunggu akhirnya tiba!" seru Hibatur senang setelah menerima paket.
Kemudian dia melihat Ashley yang kebetulan lewat karena ingin berkunjung. "Ashley! Kau harus lihat ini!"
Ashley memperhatikan Hibatur yang memakai sesuatu di pinggangnya. "Apa itu sabuk tinju?"
"Bukan. Ini sabuk untuk para raja. Dengan memakai sabuk ini, kau bisa menguasai dunia." jelas Hibatur yang mulai menunjukkan sebuah pose. "Kau hanya perlu berteriak 'Henshin! Kamen Rider Zi-O!' setelah berpose seperti ini."
Ashley hanya terdiam tanpa komentar karena tidak mengerti sama sekali. 'Sepertinya dia menunggu pendapatku.'
~Challenge~
"Sal, kalau si Salma ngelakuin 'Heart Shaped Boobs Challenge', menurut lu kayak gimana?" tanya Rendy yang sedang mengecek handphone.
"Kayaknya nggak mungkin deh, mana mau dia lakuin trend aneh itu?" balas Salem risih.
Rendy berpikir sejenak. "Benar juga sih. Lagipula dada dia kan rata, pasti nggak bakalan bisa."
Salem langsung berkeringat dingin karena melihat Salma sedang mengasah pisau di belakang Rendy.
~They're NOT Twins~
"Anu, kalian kembar ya? (Tampangnya mirip.)" tanya Vestur yang pertama kali melihat Arie dan Zen di markas.
"Sembarangan! Zen, kasih tau dia!" seru Arie.
"Kasih tau apa Kak?" tanya Zen (pura-pura) polos.
"Zen Svartasvärd!" omel Arie sewot.
Vestur hanya sweatdrop melihat kejadian itu.
(Note: Aku mengganti nama belakang Zen karena yang sebelumnya agak gimana gitu.)
~Apa Nama Kue itu?~
"Kak Yubi!"
"Iya, Ney?"
"Tadi aku melihat ada yang menjual kue di pasar, bentuknya bola besar yang ditaburi biji wijen dan isinya kacang hijau. Ada juga yang bentuknya lebih kecil tapi tidak ada isinya. Kalau tidak salah namanya-" Ney mencoba mengingat-ingat. "Umm... Ondel-ondel? Odong-odong? Ogo-ogo? Apa ya?"
"Coba ulangi sekali lagi." Yubi malah mengeluarkan handphone untuk merekam perkataan Ney tadi.
"Heeeh?" Ney malah kebingungan.
~Photobomb~
Ata, Arthur, dan Nigou sedang berpose karena akan difoto oleh Harith.
"Satu... Dua... Tiga."
Tiba-tiba Tsuchi nongol dari bawah dengan wajah datar tepat setelah hitungan ketiga.
Arthur dan Nigou langsung menahan Ata karena ingin mengejar Tsuchi yang sudah kabur duluan, sementara Harith malah menahan tawa dengan hasil photobomb barusan.
~Pretty Boy~
"Hah, apaan tuh, Vi?"
"Akun Instagram yang posting foto cowok cantik itu lho, Lucy."
"Oh iya, kalau nggak salah adminnya pernah dilabrak Luthias gara-gara nge-post foto pacarnya." timpal Alisa yang menonton Vivi scrolling. "Hmm, aku belum menemukan yang cocok dengan seleraku sih..."
'Ya iyalah, lu kan nggak suka cowok...' batin Vivi.
"Eh Vivi, coba scroll ke atas lagi!" seru Alisa tiba-tiba. "Nih! Yang berambut coklat berantakan itu kan sepupunya Tumma, bukannya ini akun khusus cowok cantik?"
~Math Problem~
Ney sedang kebingungan ketika mencoba mengerjakan soal '2 + 3 =' yang dituliskan oleh guru Matematika di papan tulis, kemudian dia melirik teman-temannya untuk mencari jawaban.
Beberapa dari mereka mencoba mengecoh dengan memberikan jawaban yang salah, tapi ada juga yang mencoba memberikan jawaban yang benar.
Ney pun menempelkan telapak tangannya di papan tulis tepat di sebelah tanda 'sama dengan', kemudian dia menggambar sekeliling tangannya.
Ney menatap guru Matematika-nya sambil tersenyum bangga dengan hasil kerjanya, sementara sang guru hanya sweatdrop melihat itu.
~Selasi~
Luthias dan Tigwild sedang berada di pasar untuk membeli beberapa bahan.
"Yah, sekarang tinggal risol pesanan Kaichou dan bahan-bahan untuk es campur." Luthias melihat daftar belanja.
Tigwild melihat sesuatu yang menarik perhatiannya.
'Kenapa telur kodok dijual ya?'
"Itu bukan telur kodok."
Tigwild menengok dan langsung terkejut ketika melihat naga kuning yang menatapnya.
"Arashi, jangan ngagetin orang." Tangan seseorang menarik naga itu menjauh dari Tigwild, rupanya Arta. "Maaf ya, dia selalu begitu."
Tigwild mengangguk. 'Kalau bukan telur kodok, lalu apa?'
"Itu namanya selasi, bentuknya memang mirip telur kodok." jelas Arta.
"Hay Arta." sapa Luthias yang berjalan menghampiri mereka.
"Ah, Luthy! Hisashiburi!"
"Baru pulang kerja?"
"Yap. Dan aku berencana beli roti melon, ahaha." Arta menggaruk belakang kepala. "Oh iya, ngomong-ngomong..."
Arta menunjuk Tigwild. "Dia anakmu dengan Giro ya?"
"Sayangnya bukan." balas Luthias dengan senyum tipis dan aura hitam.
Arta hanya tersenyum miris. "Oke..."
"Oh!" Luthias mengambil sebungkus selasi. "Kebetulan sekali ada selasi, Kaichou menginginkannya untuk membuat es campur."
Setelah itu mereka berpisah ke tempat tujuan masing-masing.
~Cowboy Hat~
Alexia merupakan orang pertama (dan satu-satunya) yang bertopi koboi di Garuchan, tapi dia mulai merasa tidak senang sejak kemunculan orang baru di markas.
"Jadi bukan hanya aku yang bertopi koboi di sini ya?" Vestur menggaruk pipi ketika pertama kali melihat Alexia. "Namaku Vestur, salam kenal ya. Aku harap kita bisa akrab, Senpai."
"Bukannya aku terganggu dengan orang lain yang bertopi koboi atau semacamnya, aku hanya tidak suka saja."
Alpha yang sedang memeriksa sirkuit tubuh Garcia malah menahan tawa setelah mendengar perkataan Alexia tadi. "Bukannya tahun lalu kau pernah cosplay jadi McCree ya? Terus kau juga sering pakai karakter Kevin si Cowboy pas mabar Identity V dan juga Clint pas mabar ML, itu namanya apa coba?"
"S-shut up!" sembur Alexia sewot.
"Oh iya, mungkin aku bisa meminta Vestur cosplay jadi Kinji Takigawa, kan sama-sama bertopi koboi tuh."
"Cukup! Aku tidak tahan lagi!" Alexia membuang topinya dan berjalan pergi.
Alpha hanya geleng-geleng kepala. "Sepertinya aku perlu memasang pendeteksi kebohongan pada Garcia, Tsundere-nya benar-benar separah Thundy."
"Senpai!"
Alexia terus berjalan dengan perasaan dongkol tanpa memperdulikan panggilan Vestur.
"Ada apa dengannya?" tanya Vestur kebingungan.
Alexia membuka(mendobrak) dan menutup(membanting) pintu sampai mengagetkan kedua kakaknya.
"Santai aja kale, kasihan pintunya." komentar Exoray risih.
Alexia tidak mendengarkan dan pergi tidur.
"Otou-chan lagi bad mood atau apa ya?" tanya Lucy terheran-heran.
Exoray angkat bahu. "Entahlah."
Beberapa jam kemudian, pemuda pirang itu terbangun dengan mood yang sedikit membaik ketika mendapat notifikasi chat.
Musket: Kita harus kumpul sekarang.
Musket: Ada sesuatu yang penting.
Dia membalas chat itu.
Alexia: Soal apa?
Kemudin dia dapat balasan.
Musket: Entahlah.
Musket: Katanya sih rahasia.
Musket: Emy bilang 'kita akan mengetahuinya nanti'.
Dia segera bergegas ke sana.
Kemudian...
"Ini." Hanny menyodorkan sepucuk surat pada Alexia. "Di amplopnya tertulis nama kamu, jadi kami nggak berani buka."
Alexia membuka surat itu dan membacanya.
Aku tau kau adalah pemuda pirang bertopi koboi.
Apa keberadaanku mengganggumu?
Aku hanya ingin berteman.
Bisakah kita bertemu?
Tolong datanglah ke atap markas.
"Jadi, apa kau tau siapa orang itu?" tanya Iris.
Alexia meremas surat itu dan membuangnya. "Mungkin aku tau, tapi aku tidak mau tau."
"Biar kutebak..." timpal Federic. "Kau tidak menyukai Vestur kan?"
Suasana pun hening.
Federic menghela nafas. "Mungkin kau tidak akan senang mendengar ini, tapi jika kau masih ingat dengan 'Hēisuì' yang pernah muncul di komentar live streaming waktu itu... Dia sebenarnya Vestur."
"Heeeeeh?!" Para anggota fujodan lainnya langsung kaget.
-Flashback-
"Selanjutnya dari Hēisuì untuk Fudan-kun." Hikari membacakan komentar yang masuk. "Aku suka doujin-mu dimana England menjadi Seme, biasanya dia dijadikan Uke karena kau tidak bisa mengeja 'Uke' tanpa 'UK' (yu-key)."
Emy menahan tawa. "Ternyata dia punya selera humor juga ya."
Alexia hanya mendengus kecil.
-Flashback End-
Para cewek dan Musket hanya manggut-manggut.
"Dan karena Vestur juga bertopi koboi, dia jadi tidak mau memakai topinya hari ini." Federic mendekati Alexia dan membisikkan sesuatu. "Kau harus bersikap baik padanya. Kudengar Alpha sudah memasang pendeteksi kebohongan pada Garcia, jadi Tsundere-mu bisa ketauan."
'Onore Alpha!' umpat Alexia dalam hati, dia pun memalingkan wajahnya yang sedikit memerah. "Fine, aku akan menemuinya sekarang."
Federic tersenyum tipis.
Setelah itu...
"Well..." Alexia menghela nafas. "Kau tidak perlu minta maaf, itu bukan salahmu."
Vestur yang sejak tadi membungkuk (dan tidak memakai topi) mengangkat kepala. "Heeh? Benarkah?"
"Yes." Alexia mengangguk.
Vestur menegakkan badan dan tersenyum. "Kalau begitu, makasih ya."
Mereka berdua pun berpisah dan pergi ke tempat yang berbeda.
~The Cheese Song~
"Aku akan menyanyikan sebuah lagu untuk kalian, judulnya 'The Cheese Song'." ujar Ney. "Dengerin ya."
Ney pun mulai bernyanyi. "Pizza, mozarella~ Pizza, mozarella~ Rella rella rella rella, rella rella rella rella, rella rella rella rella~ Pizza, mozarella~"
"Bagaimana? Bagus tidak?" tanya Ney meminta pendapat kakak-kakaknya.
Suasana hening.
"Itu bagus, Ney. Aku menyukainya." (Glinea)
"Ya, lagu itu cukup hebat. Aku merasa seperti tidak bisa berhenti mendengarkannya di kepalaku." (Zen)
"Benar." (Arie)
"Mungkin aku bisa menyanyikannya pada saat waktu luang di bar." (Molf)
Ney tertawa senang mendengarnya.
~Same Birthday~
"Bentar lagi Kaichou ultah." celetuk Mathias yang sedang memeriksa makalah.
"Oh iya, udah bulan Mei." Luthias berpikir sejenak, Kopen muncul dari bawah meja dan mengusel manja kaki tuannya. "Tapi kayaknya dia nggak butuh perayaan deh, soalnya di tempat tinggalnya masih puasa. (Lagipula aku juga lupa ultah sendiri sih.)"
"Benar juga ya." Mathias manggut-manggut. "Kalau si Giro gimana? Nggak dirayain? (Secara ultahnya juga 9 Mei.)"
"Aku ragu dia mau rayain ultahnya nanti." Luthias mengangkat Kopen dan menaruhnya di pangkuan.
Bicara soal si Giro...
"Lakukan saja, demi anak-anak." pinta Teiron.
Giro hanya menghela nafas pasrah, kemudian dia melepas kacamatanya. "Baiklah..."
Sekarang dia memakai jaket Kyuranger berwarna kuning, topi baret berwarna coklat, dan rambut yang diikat seperti buntalan.
"Food Mei-star!" Giro melakukan gerakan memotong cepat, kemudian bergaya seperti seorang chef. "Kajiki Yellow!"
Anak-anak bertepuk tangan melihat itu.
"Tei, kenapa Giro pakai jaketnya Spada?" tanya Alpha yang baru datang.
Teiron menggaruk pipi. "Umm... Karena ultah mereka sama?"
~Scary Prank~
"Apa ada di antara kalian yang pernah melakukan ini sebelumnya?" Hendry menunjukkan foto orang yang menaruh bola dengan gambar wajah di atas kepala dan bola itu dimasukkan ke dalam hoodie.
"Edgar pernah melakukannya." jawab Rendy sinis.
"Oh iya, benar juga." timpal Edgar.
"Saat itu kami berempat (Salem, Rendy, Edgar, Edward) akan pergi ke stasiun radio pada malam hari. Edgar pergi duluan karena dia bilang ingin melakukan sesuatu, jadi kami hanya pergi bertiga."
"Tapi saat kami tiba di sana, tempat itu sangat gelap. Kemudian ada makhluk tinggi berwajah putih yang melihat kami dari depan pintu masuk."
"Tiba-tiba makhluk itu langsung mengejar kami, kami segera lari sampai meninggalkan Edward di belakang."
Edward tersandung kabel dan terjatuh di lantai, dia sangat ketakutan sampai tidak bisa bergerak ketika makhluk itu mendatanginya.
Tanpa diduga, wajah putih makhluk itu hanyalah kepala manekin yang dilepaskan dan...
"Kau tidak apa-apa, Edward?"
Edward langsung terkejut karena mengenali orang itu. "Kak Edgar?"
Edgar hanya berkeringat dingin. "Sial..."
"Setelah itu kami mengetahui bahwa pelakunya adalah Edgar karena dia berhenti mengejar ketika Edward terjatuh."
"Setidaknya itu menyenangkan bagiku." komentar Edgar datar.
"HELL NO!" seru Salem tidak terima. "Kalau dipikirkan lagi, berapa lama kau berdiri di situ untuk menunggu kami datang?!"
Edgar berpikir sejenak. "Sekitar... Setengah jam? Kurasa..."
"Di ruangan segelap itu?! Aku dengar tempat itu sangat berhantu! Apa kau tidak takut?!" sembur Rendy.
"Kenapa?" Edgar mengeluarkan aura suram. "Aku datang untuk menakuti orang, bukan untuk ditakut-takuti. Lagipula aku ini Grim Reaper, untuk apa aku harus takut dengan tempat berhantu?"
Edward, Salem, Rendy, dan Hendry hanya skeptis mendengar tawa jahat Edgar.
Special Bonus: Little Trailer
Awalnya dia hanya iblis kecil dengan orangtua yang baik. Tapi setelah ayahnya gugur dalam perang, ibunya mulai bersikap kejam pada gadis itu.
Pada ulang tahunnya yang kesembilan, sang ibu mengikat tangan dan kakinya, kemudian dia melukai tubuhnya dan berniat ingin memenggal kepalanya. Tapi sebelum kapak itu memotong lehernya di saat dia hampir tidak sadarkan diri, sesosok pria iblis tak bersayap menghentikan ibunya. Setelah itu dia tidak tau lagi apa yang sedang terjadi.
Gadis itu terbangun di sebuah ruangan dengan bau yang tidak dia kenal, kemudian ada seorang wanita ramah yang menjelaskan bahwa dia berada di rumah sakit.
Gadis itu bertanya tentang iblis tak bersayap yang dia lihat sebelumnya, tapi wanita itu hanya mengatakan kalau dia akan bertemu dengannya lagi suatu hari nanti.
Ketika kondisinya sudah membaik, gadis itu berkeliling melihat pemandangan sekitar. Kemudian sesosok pria iblis tak bersayap menghampirinya, dia begitu mirip dengan pria yang sebelumnya dia lihat.
"Bagaimana keadaanmu sekarang?" tanya pria itu padanya.
Gadis itu menjelaskan kondisinya dan berterima kasih pada pria itu karena telah menyelamatkannya saat itu. Pria itu tersenyum kecil dan mengusap kepalanya dengan lembut, dia merasa seperti teringat pada sang ayah.
Pria itu bertanya padanya apakah dia bersedia menjadi anaknya, gadis itu menerimanya dengan senang hati dan memeluk pria itu.
"Ayo kita pulang, Duco."
"Iya, Papa Molf."
To Be Continue, bukan Turtle Bunny Crab (?)...
Yah, kalian sudah bisa menebak sendiri inti Chapter selanjutnya dari bagian 'Bonus' itu... '-'/
Aku males bikin Chapter ultah sendiri, jadi ya maaf... -_-/
Review! :D
