Balas Review! :D
Hiba: Ya ya. Ini udah lanjut...
RosyMiranto18: Well, apa yang akan Duco lakukan akan kau ketahui nanti.
Glinea: "Ceritanya panjang~"
Arie: "Tanyakan Zen untuk itu, dia emang senang nyimpan barang yang didapat dari lottery."
Andersen: "Ini buku tentang seekor harimau, tapi aku tak akan menjelaskan detail-nya."
Luthias: "Ada dua Monty yang kuketahui di dunia ini: Monty sang selebricat dari Denmark dan Monty dari 'Power Rangers Ninja Steel'."
Thanks for Review.
Happy Reading! :D
Chapter 268: Randomic (Aku terlalu lelah untuk membuat judul lain... ._./)
(Warning: Ini kelanjutan dari Chapter sebelumnya.)
Sepanjang perjalanan pulang, Duco membicarakan sesuatu pada Zen.
"Papa."
"Ya?"
"(I)ni Hali Ayah. Papa Zen tau?"
"Sedikit, memangnya kenapa?"
"Duco mau beri hadiah Hali Ayah buat Papa Molf dan Papa Zen."
"Hadiah ya?" Zen berpikir sejenak. "Mungkin ada hadiah kecil dan sederhana yang bisa kau berikan pada kami."
"Benarkah?"
Pada malamnya...
"Aku pulang."
"Papa." Duco menyambut Molf yang baru pulang di depan pintu. "Apa Papa lelah? Papa tidur ya."
Molf mengusap kepala Duco. "Hanya sedikit, tapi baiklah. Terima kasih, Duco."
Mereka pun berjalan menuju kamar.
"Papa."
"Ya?"
Duco mencium pipi Molf.
"C(i)uman se(la)mat malam." Duco tersenyum manis.
Molf tersenyum tipis dan mencium kening Duco.
"Selamat malam, Duco." Molf pun berbaring dan mulai tertidur.
Kemudian terdengar suara pintu yang terbuka dan Duco menengok ke sana.
"Dia sudah tidur." Zen menghela nafas dan menghampiri mereka.
"Papa Zen tak tidur?" tanya Duco.
"Aku bisa nanti, tapi kau juga harus tidur. Sudah ya." Zen berjalan menuju pintu kamar.
"C(i)umann(y)a?"
"Oh iya, hampir lupa." Zen mencium puncak kepala Duco. "Selamat malam."
"Se(la)mat malam, Papa Zen." Duco mencium pipi Zen dan tidur.
Zen mengusap rambut Duco perlahan, kemudian dia mendengar suara cekikikan yang samar-samar.
"Jangan bilang kau sudah bangun dari tadi, Molf."
Zen pun beralih ke sisi sebelah Molf dan langsung mencubit hidungnya karena sebal. Molf pun segera terbangun karena cubitan keras barusan, untungnya Duco tidak ikut terbangun.
"Itu pantas untukmu." Zen mencium hidung yang dia cubit tadi. "Sudah puas sekarang? Aku tau kau juga ingin ciuman dariku."
Molf hanya tertawa kecil dan mencium bibir Zen sesaat. "Selamat malam, Zen."
"Selamat malam."
Setelah Molf kembali tidur, Zen pun meninggalkan kamar.
Zen sempat teringat ciuman tadi dan menjilati bibirnya sesaat.
'Kami sudah pernah berciuman beberapa kali, tapi entah kenapa bibirnya masih terasa seperti buah yang pernah kumakan.'
Keesokan harinya...
Arie yang baru pulang dari liburan bersama ayahnya mendapat sebuah kejutan.
"Selamat hari ayah, Arie!" Glinea memberikan sebuket bunga pada Arie.
"Heeeeeh?!" Hibatur yang muncul entah dari mana langsung kaget mendengar hal itu dan segera menghampiri Arie. "Arie, lu abis hamilin Glinea ya?!"
"Nggak!" bantah Arie sewot.
"Umm... Kau tau ini hari 'ayah' untuk suatu alasan bukan?" tanya Yubi.
"Tentu." Glinea tersenyum manis. "Aku hanya ingin memberitahu mereka terlebih dahulu tentang masa depan anak-anak kami."
"Damn daughter! Smooth as fuck!" komentar Tumma sambil mengancungkan jempol dengan cengiran jahil, Arie menutupi wajahnya yang memerah di sebelah Tumma.
"Kau bukan ayahku!" balas Glinea sebal.
Itu saja intro-nya.
Seperti biasa, penghuni markas Garuchan dan orang-orang yang berhubungan dengan mereka tidak pernah jauh dari yang namanya masalah. Entah mereka yang mencari-cari masalah, atau si masalah itu sendiri yang 'ge-er' karena merasa dideketin sama mereka.
Musket kayang di depan Federic yang main game di kamarnya.
Beberapa jam kemudian, Musket kayang lagi di depan Daren yang sedang ambil minuman di ruang makan.
Beberapa anggota squad melihat Musket langsung berdiri dari posisi kayang ketika ada orang asing yang lewat di depan gerbang markas.
"Tak kenal maka tak kayang, dayo." ujar Musket tanpa dosa.
"SAYANG!" ralat teman-temannya sewot, bahkan salah satu dari mereka sudah melemparkan sepatunya dan mengenai kepala Musket.
Seorang pria berambut jingga (yang terlihat mirip Yosuke dari Persona 4) sedang mendatangi 'DraFlamia'.
"Halo adi-"
Dia malah terdiam saat melihat Ilia sedang mengobrol dengan Rendy (yang memegang segelas jus anggur) ketika baru masuk ke dalam.
"Apa dia pacarmu, Ilin?"
Rendy langsung menyemburkan jus yang baru dia minum, sementara Ilia segera menengok dengan wajah shock.
"Kakak?! Mau apa ke sini?!" tanya Ilia nggak nyelow.
"Hanya pemeriksaan rutin, sekalian mau minta bantuan." balas pria itu santai.
Ilia hanya mengerutkan kening, sementara Rendy mengelap mulutnya.
"Maaf ya, kami nggak pacaran." ujar Rendy sinis.
Dia tidak menyadari kalau di atas kepalanya terdapat papan melayang bertuliskan 'Rendy terlalu malu untuk mengaku kalau dia dan Ily pacaran' beserta tanda panah ke bawah. (Ini pasti ulah Hendry, sudah jelas sekali.)
"Oh, baiklah..." Pria itu hanya tersenyum miris (sekaligus berusaha menahan tawa karena tulisan di papan tersebut).
"Tadi Kakak bilang mau minta bantuan apa?" tanya Ilia penasaran.
Sementara itu, Hendry langsung membuang papan yang dia bawa sebelum diketahui oleh Rendy.
"Lu ngapain sih?" tanya Rendy skeptis.
"Nggak ada." jawab Hendry (pura-pura) polos.
"Oh iya, hampir lupa." Pria itu berdehem sesaat. "Jadi, kamu punya teman cewek berambut jingga nggak?"
"Ada sih, emangnya kenapa?" tanya Ilia bingung.
Pria itu menghela nafas. "Ada seorang gadis yang menyukaiku dan aku menolaknya karena aku sudah menikah, tapi dia tidak mau mengerti sama sekali dan aku takut istriku akan marah jika dia tau ini. Karena itu, aku ingin mengerjainya sedikit agar dia tidak menyukaimu lagi."
Si Kembar Perak pun langsung curiga mendengar itu.
"Jangan bilang ini bakalan kayak scene di salah satu episode anime Clannad yang sering dijadiin parody MMD itu." bisik Hendry was-was.
"Mungkin saja." balas Rendy datar.
"Oh iya, pria itu namanya siapa ya?" tanya Hendry penasaran.
Rendy langsung skeptis mendengarnya. "Hah? Emang lu nggak pernah ketemu ya? Lu kan sering main ke rumah Ily pas masih kecil."
Hendry hanya menggaruk kepala. "Tidak sama sekali, maaf."
"Oh iya, aku baru ingat." Pria itu mendekati Rendy. "Aku pernah melihatmu pada salah satu koleksi foto milik Ilin, bukankah kamu ini teman masa kecilnya?"
Hening...
Hendry langsung membeku, Ilia mulai merasa cemas, sementara Rendy mencoba bersikap biasa saja.
"Itu memang mirip aku, tapi itu bukan aku." jelas Rendy seadanya.
Pria itu langsung menyadari maksudnya. "Saudara kembar?"
"Begitulah..." Rendy menghela nafas. "Orang yang bersama Ily di masa kecil adalah saudaraku yang sudah tiada, apa yang tersisa darinya hanyalah mata yang kugunakan saat ini."
"Sebaiknya kalian kembali ke masalahmu sekarang, tidak usah perdulikan aku." Rendy berjalan pergi dan Hendry segera menyusulnya.
"Seharusnya kau tidak perlu mengatakan itu."
Sekarang si Kembar Perak sedang berada di toilet restoran itu.
"Maaf..." gumam Rendy lirih.
"Aku yang harus minta maaf." Hendry memeluk saudaranya dari belakang. "Saat itu aku tidak memikirkan penderitaan yang akan kau rasakan ketika ingin mengorbankan diri."
Mari kita abaikan mereka berdua dan pergi ke tempat lain.
Chilla sedang duel DDR dengan salah satu anggota Reha squad. Tapi sayangnya, duel itu malah berhenti di tengah jalan karena Chilla mengalami cedera setelah mematahkan kakinya sendiri.
Sekarang gadis itu sedang menunggu perawatan di perpustakaan markas ditemani Jean dan Mira.
"Hay." Rina memasuki perpustakaan sambil membawa bantal sosis raksasa.
"Kenapa kau ke sini?" tanya Mira.
"Jean mengirim pesan dan bilang kalau Chilla cedera, jadi aku membawa bantal sosis." jelas Rina polos.
"Kenapa?" tanya Jean bingung.
"Chilla menyukai sosis." Rina memberikan benda yang dia bawa pada Chilla.
Chilla yang sedang sedih hanya mengambil bantal sosis itu dan memeluknya sambil berbaring di lantai.
Kita kembali ke Ilia dan kakaknya.
"Jadi begitulah." ujar Ilia setelah menjelaskan semuanya. "Kamu mau membantu kan, Donna?"
"Baiklah." balas Donna. "Jika itu bisa menyelesaikan masalah kalian, aku akan membantu."
Kemudian terdengar nada dering dari handphone kakaknya Ilia dan pria itu pun segera memeriksanya.
"Dia ingin bertemu hari ini."
Ketika dua bersaudara itu baru datang ke taman kota, terlihat seorang gadis pirang dengan gaya rambut 'kepang melingkar' yang berlari ke arah mereka sambil meneriaki nama kakaknya Ilia.
Note: Sebenarnya gaya rambut yang dimaksud bernama 'Rambut Dimsum' di LS, tapi aku tidak tau apa nama gaya rambut itu di dunia nyata (kalaupun ada).
Karena gadis itu menerjang dengan mata tertutup, dia sampai tidak sadar telah memeluk orang yang salah.
"Sebaiknya kita mulai rencana itu, Kak." usul Ilia.
Pria itu mengangguk setuju, dia pun segera bersiul untuk memanggil Donna yang sedang bersembunyi di balik pohon.
Kemudian...
"Ketika dia tersadar, katakan padanya 'Aku Kensuke. Aku sudah menjadi perempuan'. Mengerti?"
"Mmhm." Donna mengangguk.
"Dia selalu linglung, dan aku pikir itu berbahaya. Jadi aku ingin memperingatkannya. Apa kau akan membantunya?"
"Ya, aku tidak keberatan sama sekali."
"Jadi ketika dia bertanya 'Bagaimana?', katakan saja padanya 'Itu kadang terjadi'. Untuk pertanyaan lainnya katakan saja 'Untuk saat ini'."
"Oke."
"Baiklah Ilin, ayo kita sembunyi dan mengawasinya."
Kensuke dan Ilia pun bersembunyi di semak-semak terdekat.
"Apa itu benar-benar bisa membantu Unami?" tanya Ilia.
"Ssshh!"
Gadis itu pun tersadar dan membuka manik keemasan yang tertutup sejak tadi.
"Apa yang kita bicarakan tadi?" Kemudian dia celingukan. "Hah? Dimana Kensuke dan Ilia?"
"Aku Kensuke. Aku sudah menjadi perempuan."
"Hah?" Unami menengok ke arah Donna yang sudah berada di depannya.
"Aku bilang... Aku bilang aku Kensuke. Dan aku sudah menjadi perempuan!" ulang Donna.
Unami langsung shock. "Wha ah aah! Aku tidak mengerti. Bagaimana kamu tiba-tiba menjadi perempuan?! Ini tidak mungkin!"
"Itu kadang terjadi."
Unami semakin shock. "Apa?! Itu terlalu mengejutkan! Kensuke, apa kamu memang benar-benar seperti itu?"
"Hey!" seru Ilia ketika kakaknya langsung berbalik dan berusaha menahan tawa.
"Untuk saat ini."
"Untuk saat ini?" tanya Unami bingung. "Aku tidak tau ada orang seperti itu di dunia ini! Itu tidak mungkin mencoba untuk melekatkan dirinya padaku sekarang, bukan?"
"Untuk saat ini."
"Itu bisa?! Itu kejutan besar. Oh!" Unami terengah-engah karena masih shock. "Apa itu melekat lagi?"
Kensuke (yang asli) muncul di depannya. "Ada apa denganmu? Apa yang kau bicarakan?"
Unami merasa lega. "Jadi itu hanya mimpi buruk. Baguslah. Aku takut suatu hari nanti aku akan berubah menjadi laki-laki."
"Kakak, kau harus berhenti!" Ilia datang bersama Donna.
"Ah?!" Unami kembali shock ketika melihat Donna. "Ada dua Kensuke?!"
"Terkadang kami terpisah." jelas Kensuke spontan.
"Aku sangat terkejut!" seru Unami.
"Hey, Yosuke gadungan!"
Tiba-tiba sebuah kaleng bekas terbang ke arah Kensuke yang segera menunduk, kemudian Yima datang dan langsung mencengkeram kerah baju pria itu.
"Aku melihatmu! Jangan kau coba-coba menggunakan kakakku untuk lelucon konyolmu!" bentak Yima kesal.
"Ah!" Unami terdiam melihat Yima. "Wajah yang sama... Ada tiga Kensuke!"
"Seberapa banyak kebodohanmu?" tanya Kensuke risih.
Back to 'DraFlamia'...
"Ily kemana?" tanya Glinea.
"Tadi dia pergi sama kakaknya, nggak tau dah mereka kemana." jelas Yubi.
Glinea langsung bengong. "Eh? Dia punya kakak?"
Yubi hanya sweatdrop. "Kamu baru tau ya?"
Kring kring!
Kedua gadis itu menengok dan mendapati Arie sudah berada di sebelah mereka sambil memencet bel di meja kasir.
"Apa tidak ada sesuatu yang harus kalian kerjakan?"
"O-oh, sebaiknya kamu duduk dulu ya."
Mereka berdua segera kembali bekerja.
Setelah itu...
"Ini makanannya." Glinea menaruh pesanan di atas meja.
Arie hanya menghela nafas dan mulai makan, Glinea duduk di sebelahnya dan memperhatikan sambil tersenyum manis.
Arie merasa risih melihat gadis itu. "Seharusnya kau kembali bekerja."
"Aku tidak apa-apa di sini, mumpung nggak ada pelanggan lain." balas Glinea.
"Tapi tetap saja itu mengga-"
"Apa kalian pacaran?"
Arie langsung membeku ketika mendengar suara barusan, dia pun menengok perlahan dengan wajah horror.
"Ayah?!"
Yap, rupanya itu memang Femuto yang dia lihat.
Suasana pun langsung hening seketika.
"Jadi..." Glinea memecah keheningan. "Kalian keluarga?"
"Benar sekali." jawab Femuto santai. "Sudah berapa lama kalian pacaran?"
Glinea berpikir sejenak. "Beberapa bulan, kurasa."
Arie hanya menutupi wajahnya sudah merah padam.
"Apa aku mengganggu waktumu dengan Arie?" tanya Femuto.
"Umm... Tidak?" balas Glinea ragu.
Femuto mengusap dagu. "Hmm... Kamu gadis yang baik, jadi kurasa tidak apa-apa jika kamu ingin berkencan dengannya."
"Umm... Terima kasih?"
Femuto melipat tangan. "Biarkan aku memberitahumu ini, dia masih perjaka lho."
"Ah..." Glinea hanya terdiam. 'Bagaimana aku harus menjawab ini...'
Kemudian Femuto tersenyum lebar. "Karena itu aku memberkatimu untuk 'menidurinya' atau 'ditiduri olehnya'. Yang manapun sama saja."
"Hah?!" Glinea langsung kaget mendengar itu.
"Bisakah kita pulang sekarang?" tanya Arie yang sudah sangat malu dengan kelakuan ayahnya.
Setelah itu...
Arie dan Glinea hanya diam saja selama setengah jam di atas sofa.
'Aku ingin tau jika aku bertanya padanya...' (Arie)
'Dia akan menganggapku mesum?' (Glinea)
'JUST. DO. IT. OMFG!' batin Zen yang frustasi melihat mereka.
Molf yang berada di sebelahnya hanya terheran-heran dengan apa yang terjadi.
Harada sedang jalan-jalan di kediaman Aokiryuu ketika dia mendengar sesuatu saat melewati kebun pribadi Arta.
"Apa kau lapar, Kazu Junior? Aku akan mengambilkan 'makanan', jadi tunggu sebentar ya."
Karena merasa penasaran, Harada pun memasuki kebun itu.
"Oh, Harada-san." sapa Arta yang membawa seember pupuk dan di dekatnya terdapat Arashi yang membawa penyiram tanaman di mulutnya. "Aku sedang 'memberi makan' bibit baru yang kudapat dari teman. Kalau kau mencari Kakek, mungkin dia masih di dojo."
Harada hanya memperhatikan Arta yang sibuk mengurus tanamannya, tapi dia masih penasaran dengan apa yang dia dengar.
"Hey, Arta."
"Ya?"
"Kenapa kau menggunakan nama Kazu untuk bibit itu?"
"Soal itu..." Arta mengambil bibit yang dimaksud sambil tersenyum. "Aku ingin dia tumbuh kuat dan tangguh seperti Kakek."
"Walaupun dia selalu memarahiku dan juga sering memakan roti melon (yang membuatku tidak ingin makan apapun sampai akhir bulan karena aku membelinya dengan sisa uang bulanan yang kumiliki), tapi..." Arta menggantung sesaat. "Kakek sudah seperti sosok orangtua bagiku."
Harada merasa puas mendengar jawaban itu, kemudian dia memutuskan untuk pergi dari kebun.
Arashi menatap kepergian Harada sesaat, kemudian dia beralih ke arah Arta ketika melihat air mata yang mengalir di wajah tuannya dan menetes pada bibit di tangannya.
"Tidak ada salahnya memiliki sosok orangtua bukan?" Arta tersenyum kecil sambil mengusap kepala Arashi dengan lembut. "Setidaknya sampai aku bisa mengingat kembali keluarga asliku."
Beberapa cowok sedang nongkrong damai di teras markas. Tumma main catur bareng Zen, Vience makan sate telur puyuh, dan Salem baca koran.
Tapi kedamaian itu hancur ketika Federic berlari menuju cowok-cowok di sana. "WOOOYY! ADA BERITA BURUK!"
"Apaan? Si Alexia masak lagi?" tanya Vience.
"Gue tau itu juga termasuk 10 besar kabar terburuk di markas ini selain Thundy nggak Tsundere lagi, Teiron berhenti makan kue, Alpha motong ahoge-nya, Arie ganti gaya rambut jadi belah tengah, Garcia tiba-tiba senyum ramah ke semua orang, Luthias jadi preman pasar kelas kakap-"
"Dan Naya mendadak jadi putih? Itu nggak termasuk?" Zen langsung mendapat pukulan keras dari Salem.
"Tapi di antara semua itu, ada satu hal lagi."
"Apa itu?"
Federic menelan ludah, dia mendekatkan wajah dan cowok-cowok lainnya mengikuti.
"Yaitu soal..."
.
.
.
.
.
"Pacarnya Mundo."
Hening...
"Hah? Emang kenapa sama pacar dia?" tanya Salem.
"Sekarang Miyon jadi CSdKG!"
"Apaan tuh?" tanya Tumma.
"Cewek Sadis dengan Kepribadian Ganda."
Para cowok langsung memasang wajah horror.
~Kasus Pertama: Salah Paham di Telepon~
Mundo sedang mengobrol bersama Ethan, Eris, dan Eudo di rumah James.
Semula apa yang mereka bicarakan adalah hal normal, tapi ujung-ujungnya malah melenceng ke pembicaraan yang nggak waras nan salah gaul seperti akhir kisah Baling Drama, jadwal bola Chessland vs Liarfool, sampai warna kondom yang dipakai James semalam (dan hal itu diprotes keras oleh Eudo).
PIPILUMA PIPILUMA PURILIMPA, PAPALEHO PAPALEHO DOLIMIMPA!
Seisi ruangan langsung hening seketika ketika suara itu muncul, tiga pasang mata tertuju pada makhluk coklat paling jaim, mereka pun berusaha menahan tawa.
"Jangan salah paham ya, katanya ringtone suara karakter anime Shoujo bisa membawa keberuntungan hari ini." jelas Mundo datar.
"Tapi kenapa harus Pinky Mama?" tanya Eris sambil menahan tawa.
"Iye, gue lebih suka Seller Mood!" sahut Ethan.
"Bukan itu maksudnya, goblok!" sembur Eudo. "Mending angkat aja teleponnya. Siapa tau penting."
Mundo pun mengangkat panggilan di handphone-nya. "Halo?"
"MUNDO! KEMANA AJA?! KATA ARTA KAMU UDAH PULANG! SELINGKUH SAMA SIAPA KAMU?!"
"Siapa Miyon?"
"Gebetannya kali."
Ethan mendadak dapat ide cemerlang dan berbisik pada Eris yang langsung mengangguk antusias. Eudo merasa ada sesuatu yang nggak beres.
Ketika Mundo masih ditelepon, Ethan langsung berteriak dengan suara cewek yang dibuat-buat. "KYAAA! MUNDO-SENPAI BANDEL! SEMPAKNYA DIPAKE DONG!"
"Itu ada suara cewek!" seru Miyon dari telepon.
"Bukan! Itu-"
"IIH! MUNDO-SAN JANGAN MAEN GREPE GITU DONG~" Eris ikut-ikutan dengan suara yang ditinggikan.
"KAMU THREESOME SAMA SIAPA?! HAYO NGAKU!"
"Gue nggak-"
"KYAAAH! JANGAN ASAL SODOK! SAKIT TAU! AAHN!"
Mereka semua langsung menatap Eudo, ternyata dia berbakat jadi Uke.
"FOURSOME?! KAMU NGGAK PUAS SAMA AKU?! KAMU GITU SAMA AKU! KITA PUTUS!"
"Kapan kita pacaran?!"
"JADI AKU NGGAK DIAKUIN?! KITA PUTUS!"
Mundo headbang ke tembok terdekat, Ethan dan Eris ngakak, Eudo langsung ke kamar mandi.
~Kasus Kedua: Janjian~
Mundo baru keluar dari minimarket dengan membawa tumpukan cemilan. Dia baru akan membuka bungkus snack pertama ketika suara ponsel menghentikan kegiatannya.
Miyon Calling
Mundo dengan cuek mengangkat teleponnya. "Halo?"
"Mundo! Kamu dimana?! Katanya hari ini janji mau pergi!"
"Aah... Maaf, aku lupa. Aku baru dari minimarket beli cemilan." jelas Mundo santai.
"JADI KAMU LEBIH MILIH CEMILAN DARIPADA AKU?!"
Seketika hening.
"Miyon?"
"..."
"Miyon?"
"MUNDO JAHAT!"
"Heeh? Kamu kok nangis? Aku kan harus ngerjain misi juga."
"JADI KAMU LEBIH MILIH MISI DARIPADA AKU?!"
"Tapi aku kan udah janji sama temen."
"JADI KAMU LEBIH MILIH TEMEN KAMU DARIPADA AKU?!"
"Bukan gitu. Ya udah, gimana kalau aku jemput ke kamarmu saja?"
"JADI KAMU LEBIH MILIH KAMAR AKU DARIPADA AKU?!"
Mundo mendadak pengen nelen batu.
~Kasus Ketiga: Milih Baju~
Miyon sibuk membongkar lemari di kamarnya, Mundo sendiri sibuk memainkan handphone.
"Mau sampe kapan berdiri buat milih baju terus?! Udah setengah jam nih! Kayak mau ke prom night aja!"
"Kita kan emang mau ke tempat yang ada pesta dansanya."
"Oh iya, bener juga."
Miyon pun kembali memilih baju. "Mundo, menurutmu bagusan mana?"
Mundo melirik Miyon yang menunjukkan dua baju padanya, gaun tanpa lengan di bawah lutut warna jingga dan blouse kuning dipadu dengan rok merah.
"Yang itu aja." Mundo menunjuk blouse warna kuning.
"Lenganku keliatan gede nggak ya kalau pakai ini?"
"Ya udah, pakai gaun aja."
Miyon menatap tajam Mundo. "Jadi lenganku emang gede?!"
Mundo pengen terjun dari atap markas.
~Kasus Keempat: Ngambek di Angkot~
Ada Mundo, ada Miyon, ada angkot. Terus apa hubungannya?
Mundo bingung, Miyon ngambek, sopir angkot muter dangdut. Makin bingung.
Oh, ternyata Miyon lagi ngambek sama Mundo di angkot.
"Mundo jahat! Mundo nggak pernah mau ngertiin aku!" seru Miyon cemberut.
"Aku kan nggak tau kalau kamu nggak suka kalau aku kentut pas ngobrol sama kamu." balas Mundo penuh penyesalan. (Harap jangan bayangkan Mundo kentut, oke?)
"Iiih! Melawan lagi!"
"Aku nggak melawan."
"DIEM KAMU!"
Mundo hanya terdiam.
"Ternyata bener, cowok itu cuma ada dua jenis. Kalau nggak bajingan ya homo! Kamu bajingan!"
"Tapi aku nggak bajingan!"
"YA BERARTI KAMU HOMO!"
Miyon makin cemberut, Mundo makin bingung, penumpang angkot berusaha menahan tawa, para jomblo mengolok-olok Mundo (dengan bisikan seperti 'Mampus lu! Cewek lu ngambek!').
"Ya udah, kamu mau apa sekarang?"
"Turunin aku sekarang!"
"Hah?!"
"Nggak mau tau! Turunin aku sekarang!"
"Tapi ini lagi di angkot!"
"Turunin. Aku. Sekarang!"
Mundo menghela nafas. "Ya udah, nanti di belokan selanjutnya."
"JADI KAMU TEGA NURUNIN AKU?!"
Mundo pengen loncat dari angkot.
~Kasus Kelima: Ah Sudahlah~
Mundo sedang berjalan dengan senyuman mesum (kesambet siapa ya?), sementara Miyon yang berada di sebelahnya berusaha menjaga jarak.
Eh Mundo, harap jangan modusin dia ya. Ingat, kalian belum sah!
"Mu-Mu-Mundo, tolong jangan tersenyum seperti itu..." pinta Miyon sambil gemetar ketakutan.
"Kenapa, Miyon?" tanya Mundo.
"Me-mengerikan..."
JLEB!
"Beraninya kau bicara seperti itu. Kau akan menerima hukumannya." Mundo memegang bokong indah Miyon.
Miyon langsung kabur sambil berteriak di sepanjang jalan. "TOLOONG! ADA PENJAHAT KELAMIN! TOLOOOOONG!"
"EH TUNGGU! GUE BUKAN- WOOOY!"
Image Mundo
Fix rusak
Tak bisa
Diganggu gugat
KETUKAN PALU TIGA KALI!
DOK DOK DOK!
To Be Continue, bukan Toto Bubu Cici (?)...
Aku nggak tau lagi mau bagaimana karena mood-ku sudah hilang, mungkin aku perlu membaca fic lama untuk dibuat Remake... Tolong dimaklumi... ._./
Review! :D
