.
.
.
I'm In Trouble
Disclaimer :
Naruto by Masashi Kishimoto
5-toubun no Hanayome by Negi Haruba
Pair : ?
Rate : T
Mark :
"Naruto." : Berbicara
Naruto : PoV Start / Flashback Start / Letter or Announcement Content
Naruto : Efek suara (Sfx) / Skip Time / Previous Chapter
'Naruto.' : Pikiran atau Batin
["Naruto."] : Berbicara melalui pesan atau panggilan telepon
Genre : School, Drama, Family, Hurt/Comfort, Romance, Tragedy
Warning : Semi-Canon, Alternate Universe, Alternate Fact & Reality, Original & Other Character, dan Out of Character.
.
.
Skip Time : Next Day
Naruto yang sudah membersihkan diri kemudian berpakaian dengan rapi. Tidak lupa, ia juga membawa handphone dan dompet miliknya. Setelah itu, ia keluar dari kamarnya dan pergi ke suatu tempat.
'Hmm, semoga saja dia bisa datang.'
.
Tidak butuh waktu lama untuk Naruto sampai, karena ia hanya pergi menuju daerah bukit yang jaraknya sedikit jauh dari penginapan yang ia tempati saat ini. Setelah sampai di sana, ia duduk di sebuah bangku terlihat sedang menunggu seseorang. Setelah beberapa saat, sebuah suara memanggil dirinya.
"Uzumaki-kun …."
"Yo, Itsuki. Duduklah, mungkin kau lelah karena sudah berjalan …."
Itsuki yang mendengar itu kemudian duduk di sebelah Naruto dan menjawab, "Terima kasih. Err, apa kau sudah menunggu lama?"
Naruto dengan santai menjawab, "Tidak, aku sudah ada di sini sekitar sepuluh menit yang lalu. Lagipula, aku berpikir kalau kau akan sulit keluar karena diawasi oleh ayahmu."
"Ya, kau benar. Hei, aku masih kesal karena harus menahan rasa laparku demi mengulur waktu untuk dirimu …."
Naruto yang mendengar itu pun sweatdrop di tempat. Ia sweatdrop bukan tanpa alasan sepele. Itu dikarenakan ia melihat Itsuki berkata seperti itu dengan menunjukkan ekspresi wajah yang cemberut, gadis itu bahkan menggembungkan kedua pipinya.
Naruto yang melihat itu tertawa kecil dan mengelus kepala Itsuki dengan lembut, "Aku minta maaf soal itu. Sebagai gantinya, setelah kita kembali nanti akan kutraktir kue di toko Iruka-nii. Bagaimana?"
"A-aku mau …," balas Itsuki dengan wajah yang memerah. Naruto yang menyadari itu kemudian dengan cepat menarik tangannya.
"M-maaf, aku berlebihan."
"Tidak apa-apa kok, Uzumaki-kun."
Itsuki kemudian mengingat sesuatu dan berkata, "Ngomong-ngomong, bagaimana dengan hasilnya? Apa yang kau temukan ketika kau menyelinap di sana?"
"Ya, aku menemukan dua hal utama. Kau ingat kan kalau aku membenturkan Itsuki palsu ke dinding saat itu?"
Itsuki mengangguk sebagai respon, Naruto melanjutkan perkataannya, "Aku menemukan memar yang berbekas di paha kanan salah satu dari mereka ketika diriku berada di dalam kotatsu."
"T-tunggu, kau masuk ke dalam kotatsu? I-itu berarti kau membuka pakaian mereka?" ujar Itsuki yang berfantasi liar, hal itu membuat Naruto menepuk dahinya sendiri.
"Ini tidak seperti yang kau pikirkan. Itu dikarenakan kakek kalian datang secara tiba-tiba dan membuatku panik. Mereka menyarankan diriku untuk masuk ke dalam kotatsu. Jadi, aku menurut saja. Kemudian, aku mendapatkan ide untuk memeriksa mereka."
"Begitu ternyata. Lalu, apalagi yang kau temukan selain itu?"
"Soal Yotsuba, ternyata selama ini tingkah anehnya itu dikarenakan dirinya tidak percaya diri untuk bisa menyamar sepertimu. Aku sudah mendengar semuanya dari dirinya dan dia juga berkata itu sangat menganggunya."
Itsuki yang terlihat berpikir kemudian berkata, "Itu berarti Yotsuba tidak memiliki motif yang kuat untuk menyingkirkanmu?"
"Tepat sekali, itu juga dikarenakan ia tidak pernah memiliki niat buruk kepada seseorang. Ditambah lagi, aku bisa melihat itu semua dari kepribadiannya yang selalu ceria dan terlalu baik kepada semua orang di setiap waktunya."
'Deduksi dan pengamatan yang sangat menyeramkan, aku jadi sanksi jika diriku berbohong kepadanya, pikir Itsuki. Kemudian ia berkata, "Kurasa kau benar lagi, Uzumaki-kun. Apakah ada petunjuk lagi selain itu?"
Naruto yang mendengar itu menutup matanya dan mengingat-ingat kembali. Setelah ia mengingatnya, ia membuka matanya.
"Itsuki palsu yang kutemukan saat itu tidak memakai cat kuku di kakinya. Itu menandakan kalau Itsuki palsu itu bukanlah Nino."
"Benarkah?! Aku justru berpikir kalau itu adalah Nino karena sejak awal ia sangat membencimu …."
"Ya, awalnya kupikir juga begitu. Tapi, dugaanku justru salah."
Naruto melanjutkan, "Di satu sisi, aku senang karena sekarang hanya tersisa dua orang yang tersisa sebagai pelaku. Tapi di sisi lain, aku terkejut karena diantara dua orang itu ada seseorang yang sangat tidak ingin aku curigai. Terutama untuk Miku."
Itsuki menganggukan kepalanya dan berkata, "Aku juga berpikir hal yang sama. Kalau Ichika, aku percaya kalau ia benar-benar seseorang yang mudah untuk bercanda bahkan dengan cara yang berlebihan sekalipun. Tapi, seandainya pelakunya bukan Ichika. Itu akan membuatku lebih terkejut lagi."
"Kau benar. Maka dari itu, aku perlu bantuanmu sekali lagi."
"Apa rencanamu?"
"Coba ajak salah satu dari mereka untuk mandi bersamamu. Aku yakin kau pasti bisa menemukan pelakunya dengan mudah dengan cara itu. Jika sudah ketemu, coba minta dia untuk menemuiku besok pagi di ruangan tertentu."
"Kurasa itu bisa untuk kulakukan, setidaknya caramu kali ini tidak terlalu merepotkan seperti yang sebelumnya …."
'Dia ini ikhlas membantuku atau tidak, sih?' pikir Naruto yang sweatdrop di tempat. Kemudian, ia bangun dari duduknya dan berkata, "Ngomong-ngomong, ayo kita berkeliling di daerah ini!"
"Eh?"
"Apa? Aku juga ingin menyegarkan pikiranku dengan cara menikmati liburan ini. Sejak awal aku sudah dibuat pusing karena kalian, kau tahu?"
Itsuki yang mendengar itu langsung bersiul dan membuat ekspresi wajah tanpa dosa. Naruto yang melihat itu pun menunjukkan ekspresi malasnya.
"Jadi, bisakah kita pergi sekarang?" ujar Naruto yang mengulurkan tangannya kepada Itsuki yang masih duduk di bangkunya. Itsuki yang mendengar ajakan itu pun tersenyum dan menerima uluran tangan Naruto.
"Tentu saja, Uzumaki-kun …."
.
[0_0]
.
Di tempat lain dengan waktu yang bersamaan. Terlihatlah Ichika dan Nino yang sedang mandi bersama. Saat ini, Nino sedang menggosok punggung Ichika.
"Bagaimana, apa rasanya enak?"
"Ya, lumayan. Tapi, seharusnya kau tidak perlu melakukan ini," jawab Ichika sebelum dirinya merendamkan diri di pemandian itu.
Kemudian, Ichika mengingat kembali ketika Nino yang tiba-tiba mengajaknya untuk mandi bersama. Ditambah lagi, dirinya merasa ragu kalau Nino menanyakan hal yang sangat tidak ingin dia bahas.
"Jadi, mengapa kau mengajakku ke sini?"
Nino menjawab dengan santai dan ikut berendam bersama Ichika, "Tentu saja mandi bersama. Satu lagi, aku juga ingin meminta saran kepadamu mengenai suatu hal. Karena aku tahu kau sudah mengalami dan mengetahui banyak hal daripada yang lain."
"Memangnya kau ingin bertanya tentang apa?"
"Soal pernyataan cinta …," jawab Nino yang membuat Ichika terkejut dalam diam. Ia melanjutkan perkataannya, "Aku tidak bisa bilang kepada yang lainnya. Bahwa, aku menyukai seseorang untuk saat ini …."
"E-eh? Kau menyukai seseorang?"
Ichika berkata dengan ekspresi pura-pura terkejut. Padahal, ia sendiri tahu dengan jelas mengenai pernyataan cinta Nino kepada Naruto. Hal itu selalu mengganggu dirinya dan membuat dirinya menjauhi Naruto secara perlahan.
"Itu benar. Tapi, aku butuh saran mengenai percintaan."
Ichika pun bertanya, "B-bisakah kau menjelaskan kepadaku bagaimana pertemuan dan kesan pertamamu dengannya?"
Nino kemudian tersenyum, "Pertemuan awalku dengannya sangatlah buruk. Bahkan bisa dibilang aku sangat membencinya pada awalnya. Namun … seiring berjalannya waktu, aku mulai sadar kalau aku memiliki perasaan kepadanya."
"Dua minggu yang lalu, aku menyatakan perasaanku kepadanya. Tapi, aku tidak tahu apa itu benar atau tidak untuk dilakukan dan itu membuatku bingung sampai saat ini. Menurutmu, apakah dengan melakukan itu akan membuat dirinya memikirkanku?"
"Kalau menurut pengalamanku. Maaf, tapi hal itu tidak semudah yang kau pikirkan," balas Ichika sembari menunjukkan ekspresi kekecewaannya.
Ichika kemudian berpikir, 'Aku juga memiliki perasaan kepada Naruto-kun. Maka dari itu, biarkan situasinya seperti ini untuk diriku. Karena aku tidak memiliki keberanian yang besar untuk melakukannya ….'
"Begitu, ya? Jadi, dengan menyatakan perasaan saja tidaklah cukup?" tanya Nino yang memasang pose berpikir. Balasan dari Nino pun membuat Ichika terkejut.
"Eh? Bukan begitu yang aku maksud. Maksudku begini … pertemuan awal kalian itu begitu buruk, kan? Terlebih lagi, apa alasan utama dirimu bisa menyukai dirinya sejauh ini?"
Nino tertawa kecil dan menjelaskan, "Pada awalnya, aku memang sangat membencinya. Ia selalu saja mengubah pandangan dan keinginanku terhadap suatu hal. Tidak hanya itu, ia juga membuatku mengambil pilihan yang sulit untuk kulakukan."
"Di samping itu, banyak faktor yang membuatku menyukainya. Aku sangat menyukai usaha yang ia lakukan secara mati-matian untuk teman-temannya. Ia bahkan selalu mengorbankan dirinya sendiri dan lebih memperhatikan orang lain dibandingkan memperhatikan dirinya sendiri."
"Dengan hal seperti prioritas utama dan kerja keras darinya itu yang membuatku menyukainya. Bahkan, hal itu sampai membuatku tidak bisa untuk berhenti memikirkannya."
Tubuh Ichika pun bergetar mendengar penjelasan Nino. Ia kemudian berkata, "Apakah itu tidak terlalu egois untukmu?"
Nino yang mendengar itu pun memejamkan matanya dan tersenyum. Ia kemudian menjawab, "Jika untuk mengejar seseorang yang mencuri perasaanku saat ini, tentu akan terdengar sangat egois bagi diriku. Hal itu bahkan membuatku terheran-heran dengan diriku sendiri."
Ia kemudian membuka matanya dan melanjutkan perkataannya, "Tapi, aku tidak pernah berniat untuk menyerah. Karena, inilah kisah cintaku. Jika aku tidak bahagia, tidak akan ada artinya aku melakukan semua itu."
"B-bagaimana jika ada orang lain yang menyukainya? Bahkan jika orang lain itu jauh lebih menyukai dirinya?"
"Soal itu, ya? Itu sih mudah saja. Walaupun banyak pesaing, aku tetap akan mewujudkan cintaku dengan cara apapun. Asalkan aku bisa mendapatkan dirinya, itu tidak akan menjadi masalah," balas Nino dengan santainya yang membuat Ichika terkejut untuk kesekian kalinya.
'I-ini sudah tidak bisa dihentikan, dia sudah seperti kereta cinta yang tidak terkendali. Padahal dia yang meminta saran cinta, tapi dia justru tidak mendengarkanku!'
.
[0_0]
.
Skip Time : Night
Terlihat Ichika yang duduk di lorong dan melamunkan sesuatu sendirian. Ia terlihat sedang melamunkan sesuatu.
.
Flashback on
"Nanti malam, aku akan pergi untuk menemuinya …," ucap Nino yang sedang memakai pakaiannya kembali, perkataannya itu membuat Ichika terkejut.
"Eh?"
"Benar juga, hambatan terbesarnya adalah keberadaan Papa," ujar Nino sembari berpikir, ia kemudian melihat Ichika yang ada di sampingnya.
"Ichika, bisakah kau menghentikan Papa untukku?"
Flashback off
.
'Pasti Nino ingin bertemu dengan Naruto dan aku tidak bisa menghentikannya sama sekali. Ia menyukai Naruto dengan segenap perasaan yang ia miliki tanpa mempedulikan orang lain. Sementara diriku justru menjadi seorang pengecut di sini.'
Ichika yang merasa kecewa dengan dirinya sendiri pun menangis dalam diam. Di sisi lain, terlihat Yotsuba yang baru saja turun dari tangga dengan tergesa-gesa.
"Toilet, toilet!"
Yotsuba yang awalnya terlihat buru-buru kemudian menghentikan langkahnya ketika melihat Ichika yang duduk sendirian.
'Mengapa Ichika duduk sendirian di situ?'
Yotsuba kemudian menghampiri Ichika. Betapa terkejutnya dirinya ketika melihat Ichika yang menangis dalam diam. Hal itu pun membuat dirinya bingung.
"Ichika, mengapa kau menangis?"
Ichika yang tidak merespon membuat Yotsuba berpikir kalau ia harus menghibur kakaknya itu. Ia kemudian berkata, "Daripada seperti ini, ayo kita pergi ke tempat rahasia yang kita miliki …."
.
Saat ini, Ichika dan Yotsuba tengah duduk di atap penginapan. Mereka menggunakan jalur rahasia yang mereka ketahui untuk pergi ke sana. Dari atap, Yotsuba melihat ayahnya yang pergi ke suatu tempat.
"Ah, itu Tou-san. Dia pasti tidak menyangka kalau kita berada di sini …."
Ichika yang melihat ayahnya pergi kemudian berpikir, 'Bagaimana ini? Padahal Nino memintaku untuk menghentikan Tou-san.'
"Err, Ichika …."
Ichika pun menoleh dan menatap Yotsuba yang ada di sampingnya. Yotsuba kemudian melanjutkan perkataannya, "Aku tidak begitu mengerti. Tapi …."
Ucapan Yotsuba tidak berlanjut karena gadis itu bersin secara tiba-tiba dikarenakan angin malam yang menerpa tubuh gadis itu. Hal itu membuat Ichika tertawa kecil.
"Malam ini terasa dingin, ya?" ucap Ichika yang melepaskan jaket yang ia gunakan dan memakaikan jaketnya kepada Yotsuba. "Lihat itu, ingusmu masih keluar," tambahnya sembari memberikan tisu kepada adiknya itu.
"A-aku bisa melakukannya sendiri, kok!" balas Yotsuba yang mengambil tisu dari Ichika dengan cepat dan ia langsung menggunakannya.
"Di antara yang lainnya, hanya dirimu saja yang selalu terlihat seperti anak kecil."
Ichika kemudian berdiri dari duduknya. Ia kemudian tersenyum dan melanjutkan perkataannya, "Terima kasih, ya. Kamu ingin menghiburku, kan? Aku baik-baik saja, kok. Sekarang, aku ingin mengejar Tou-san."
"Tunggu!" ucap Yotsuba yang menggenggam tangan Ichika secara tiba-tiba dan hal itu membuat Ichika menatap Yotsuba yang menghentikan dirinya.
"Ada apa?"
"Apakah kamu memaksakan diri? Aku khawatir denganmu."
"Eh?" respon Ichika yang terkejut.
"Mungkin hal itu terdengar secara tiba-tiba untukmu. Karena aku mengatakan itu berdasarkan firasatku saja. Maka dari itu … tetaplah di sini bersamaku, Ichika."
.
Di sisi lain, terlihat Miku dan Itsuki yang berada di satu ruangan yang sama. Miku saat ini sedang melihat ke arah jendela dengan ekspresi kekhawatiran yang ditunjukkan.
"Mereka semua pergi ke mana, ya? Jangan-jangan, mereka pergi ke tempat Naruto."
"Aku tidak yakin soal itu, karena tidak ada alasan bagi mereka untuk menemuinya malam-malam begini," ujar Itsuki. Ia melanjutkan dalam pikirannya, 'Padahal diriku sendiri juga sempat memintanya untuk bertemu saat tengah malam, hahaha.'
"Kurasa kau ada benarnya, Itsuki."
"Daripada seperti itu, bagaimana kalau kita ke pemandian air panas untuk mandi bersama?"
.
With Ichika and Yotsuba
"Aku selalu mengingat kejadian masa lalu ketika datang ke sini. Pada awalnya, aku menganggap kalau Oji-chan itu menakutkan. Bahkan aku sering melakukan kejahilan sampai sering dimarahi oleh Kaa-san."
Ichika yang mendengar itu kemudian duduk kembali dan berkata, "Sejak dulu, bukankah memang kamu yang paling nakal?"
"Sejak kapan aku begitu? Justru yang paling sering dimarahi itu dirimu, Ichika."
"B-benarkah?"
"Hanya karena lupa bukan berarti dirimu tidak bisa mengelak ataupun membantah. Walaupun kita terlihat mirip, tapi hanya dirimu saja yang terlihat seperti anak yang nakal di antara kami semua."
Yotsuba melanjutkan, "Dirimu yang dulu sudah melakukan beberapa hal. Seperti mengambil cemilan milikku dan menempelkan semua stiker yang aku kumpulkan di tas milikmu. Tapi, yang lebih hebat lagi. Ketika aku ingin berteman dengan seseorang, besoknya dirimu sudah berteman dengan orang itu."
"A-aku pernah melakukan semua itu? Itu berarti kalau aku sudah menjadi dewasa, kan?" balas Ichika sembari tersenyum kecil.
"Kau benar. Tapi, aku merasa aneh dengan diriku sendiri. Mengapa hanya diriku saja yang terlihat seperti anak-anak dan mengapa hanya dirimu saja yang terlihat dewasa?"
Hal itu membuat Ichika terkejut. Ia kemudian menjawab, "Kupikir itu karena diriku melihat sosok Itsuki yang sangat menderita setelah Kaa-san tidak ada. Sejak saat itu, aku mulai berpikir kalau aku harus bersikap layaknya seorang kakak yang dewasa dan bisa merangkul kalian semua."
"Ya, berkat itulah aku justru senang karena kamu adalah kakakku," balas Yotsuba sembari tersenyum. Balasan itu membuat Ichika tersentak dalam keterkejutannya
"Sejak dulu, aku selalu ingin mengatakan hal ini. Saat kita masih kecil, kamulah orang yang paling nakal dan selalu ingin merebut apa yang dimiliki oleh orang lain. Di samping itu, dirimu juga yang merupakan pemimpin kami semua. Sejak saat itu, aku selalu menganggapmu sebagai kakak kami semua."
"Melihat dirimu yang bersedih juga membuat diriku sedih. Maka dari itu, sebaiknya dirimu tidak menahan diri dan selalu melakukan apa yang kamu inginkan. Karena dirimu juga berhak untuk mendapatkan apa yang kau inginkan."
Ichika yang mendengar penjelasan Yotsuba kemudian menggumam, "Apa yang aku inginkan …."
Ia kemudian terpikirkan kilas balik dimana dirinya menghabiskan waktu bersama Naruto selama enam bulan terakhir. Terutama ketika mereka berada di festival kembang api, ketika dirinya berpura-pura tidur dan berakting ketika bersama Naruto dan ketika Naruto mengobati tangannya.
Tidak hanya itu, ia juga memikirkan perasaan yang ia miliki. Ditambah dengan hadirnya persaingan dari Nino dan Miku yang selalu menjadi hambatan untuk dirinya sendiri.
"Aku ingin saat-saat itu berlangsung untuk selamanya. Aku ingin suasana yang aku alami dengan nyaman seperti ini tidak akan berubah sampai kapan pun. Yang lebih penting lagi, aku tidak ingin dirinya direbut oleh siapapun …."
Yotsuba yang mendengar gumaman Ichika pun tidak mengerti dan berkata, "Tunggu, apa maksudnya itu?"
Ichika kemudian bangun dan membalas, "Bukan apa-apa. Ngomong-ngomong, ayo kita masuk."
Yotsuba kemudian dengan cepat bangun dan berkata, "Tunggu, bukankah tadi kau ingin menemui Tou-san?"
"Kurasa, aku tidak jadi untuk melakukannya."
.
With Miku and Itsuki
Saat ini, Miku dan Itsuki telah selesai mandi dan tengah berpakaian. Itsuki yang telah selesai lebih dahulu melihat Miku yang menutupi paha kanannya dengan tangan.
"Miku, sebenarnya apa yang kau tutupi dariku sejak awal?"
"Tidak ada …."
Hal itu membuat Itsuki semakin curiga, ia kemudian menarik tangan Miku dengan cepat. Betapa terkejutnya dirinya ketika melihat sesuatu yang ada di paha kanan Miku. Ya, itu adalah bekas memar yang dibuat oleh Naruto di malam itu.
"Bekas memar itu. Ternyata kau pelakunya?"
"Naruto sudah menceritakannya kepadamu, ya? Sayang sekali, luka di pahaku ini masih membekas."
"Ya, kira-kira seperti itu. Tapi, mengapa seseorang seperti dirimu berniat untuk memutus hubungan dengan Uzumaki-kun? Apa alasanmu melakukan itu, Miku?"
"Sebelumnya, aku minta maaf kepada dirimu karena aku mengatakan itu dengan memakai penampilanmu. Aku hanya tidak bisa mengatakan itu semua dengan diriku yang sesungguhnya. Padahal, aku menyukai Naruto sampai saat ini."
Miku melanjutkan, "Aku melakukan itu karena hubungan kita itu hanya sebatas guru dan murid saja. Kalau terus begini, hubunganku dengan Naruto tidak akan pernah berubah. Naruto hanya akan memandangku sebagai murid, bukan sebagai gadis ataupun wanita yang mungkin Ia sukai."
Itsuki pun berpikir, 'Ya, aku sudah tahu kalau kau juga menyukai Uzumaki-kun. Itu semua terbukti dari dedikasimu untuk membuat coklat valentine kepadanya.'
"Aku mengerti perasaanmu. Tapi, untuk yang terakhir kalinya aku akan meminta satu hal kepadamu …."
Miku kemudian bertanya, "Apa yang kau inginkan?"
"Besok pagi, tolong temui Uzumaki-kun."
.
[0_0]
.
Skip Time : Next Day
Sebelum matahari terbit, Naruto yang sedang duduk di sebuah ruangan tertentu. Ia terlihat sedang menunggu seseorang dan mengecek handphonenya kembali.
.
Flashback on
["Halo, Itsuki? Ada apa kau menghubungiku saat tengah malam begini, hoahm …,"] ucap pelan Naruto sembari menguap, ia masih mengantuk untuk saat ini.
["Uzumaki-kun, aku sudah menemukan siapa pelakunya!"]
Hal itu pun membuat Naruto terkejut dengan bola mata yang membulat, seolah rasa kantuk yang masih ada telah menghilang dari dirinya.
["Tunggu, kau serius?"]
["Aku tidak bohong sama sekali. Apa kau masih meragukanku?"]
Naruto yang mendengar itu pun menggaruk kepala belakangnya yang tidak gatal dan berkata, ["Tidak, sih. Lalu, bagaimana dengan rencananya?"]
["Itu semua berjalan lancar. Besok pagi, kau temui saja dia."]
["Baiklah, baiklah. Terima kasih untuk kerja kerasmu. Kalau begitu, aku akan tidur kembali. Aku rindu dengan bantalku."]
["Tidak masalah, Uzumaki-kun. Oyasumi …."]
Flashback off
.
SREGG!
Pintu ruangan yang terbuka membuat Naruto menatap ke asal suara, ia melihat sosok 'Itsuki' yang sudah datang.
"Apa kau sudah menunggu lama?"
"Tidak terlalu, mungkin hanya sekitar dua atau tiga menit aku di sini …," balas Naruto yang bangun dari duduknya. Ia melanjutkan, "Tapi … aku tidak menyangka kalau kau akan benar-benar datang, sang Itsuki palsu …."
"Mau bagaimana lagi? Itsuki yang memintaku untuk datang ke sini. Aku hanya menuruti keinginannya saja."
Gadis itu melanjutkan, "Sebenarnya, identitasku adalah …."
"Hentikan."
Ucapan dari Naruto memotong perkataan sang Itsuki palsu. Ia kemudian menghampiri gadis itu dan berkata, "Jujur, aku mungkin bisa membedakan kalian jika kalian memakai penampilan asli saja. Tapi, aku tidak pernah bisa membedakan kalian jika kalian memakai penampilan yang sama."
Tepat setelah sampai di depan gadis itu, ia melanjutkan, "Hanya saja, semua yang kau ucapkan malam itu membuatku sangat pusing karena harus menyelesaikan masalah yang kau buat. Bahkan, diriku harus meminta bantuan Itsuki untuk itu. Maka dari itu, setidaknya biarkan diriku membongkar identitasmu."
'Itsuki' membalas, "Baiklah jika itu keinginanmu …."
"Baiklah, akan kumulai dari berbagai informasi yang kutemukan terlebih dahulu dan kita kecualikan Itsuki karena dialah orang yang membantuku sampai saat ini hanya untuk mencari keberadaanmu."
Melihat 'Itsuki' mengangguk, Naruto kemudian melanjutkan perkataannya, "Aku akan mulai dari Yotsuba. Kau pasti sudah mendengar masalah Yotsuba yang berhubungan dengan perjalanan kalian ke sini dari Itsuki, kan?"
"Ya, aku sudah tahu."
Naruto mengangguk dan berkata, "Itu menjadi penyelesaian mutlak, karena masalah Yotsuba akan berakhir setelah kita kembali. Tidak hanya itu, dia tidak memiliki motif yang kuat untuk menyingkirkanku dan dirinya cukup payah dalam melakukan penyamaran. Itu pertanda kalau kau bukanlah Yotsuba …."
"Itu benar …."
"Selanjutnya, Nino. Ia adalah seseorang yang mengutamakan penampilan. Bahkan, ia sampai menggunakan cat kuku di kakinya. Ketika aku datang ke ruangan kalian, aku tidak melihat kau menggunakannya. Itu berarti, kau bukanlah Nino …."
"Tepat, analisamu memang hebat," ujar 'Itsuki'.
"Itu berarti hanya tersisa Ichika dan Miku saja, ya …."
Naruto menelan ludahnya sendiri, karena saat ini ia sedang ragu. Ia mencari cara untuk memancing sosok Itsuki palsu yang ada di hadapannya saat ini.
"Apa aku harus menyerah saja, ya? Aku bingung …."
Ucapan dari Naruto membuat 'Itsuki' terkejut dengan mata yang membulat, ia mengepalkan kedua tangannya dengan kuat.
'Sebenarnya, apa yang aku harapkan dari dirinya?'
"Ini yang terakhir, bisakah kau memanggil Itsuki dengan caramu memanggilnya?"
'Jadi, itu yang dia cari …,' pikir Miku yang masih dengan penyamarannya saat ini. Ia kemudian berkata, "Maksudmu, Itsuki-chan?"
"Apa itu benar kau, Ichika? Ichika yang aku tahu selalu memanggil Itsuki dengan akhiran 'chan' di dalamnya."
'Itsuki' yang mendengar itu bergetar, ia kemudian menjawab sembari mengeluarkan ekspresi yang seolah-olah tertangkap basah, "Ahahaha! Aku ketahuan, ya?"
"Entahlah, yang jelas itu membuatku sangat repot. Tapi, aku tidak pernah mengerti apa masalahmu. Apa kau memiliki masalah dengan film atau yang lainnya?" jawab Naruto. Ia kemudian melanjutkan dalam pikirannya, 'Walaupun sudah menebaknya, aku masih merasa ragu soal itu.'
"Ya, seperti itulah. Aku juga ingin bercanda sekali-sekali walaupun terkesan agak serius. Kalau begitu, aku akan kembali ke kamarku. Aku ingin bersiap-siap untuk pulang karena ini adalah hari terakhir."
Tepat setelah mengatakan itu, 'Itsuki' berbalik dan berjalan menjauhi Naruto dengan ekspresi kekecewaan dan kedua tangan yang terkepal dengan erat. Naruto yang menyadari itu pun seketika terkejut.
"Tidak mungkin. Apakah itu kau, Miku?"
Sosok 'Itsuki' yang mendengar itu kemudian menghentikan langkahnya, terlihat juga ia sudah meneteskan air mata. Tidak hanya itu, matahari pun mulai terbit dan menerangi ruangan itu.
"M-mengapa? Padahal tadi kau bilang aku adalah Ichika?"
"Uh, sebenarnya aku juga tidak begitu tahu dan mengerti soal ini. Bahkan, ketika aku menebak dirimu sebagai Ichika, diriku masih merasa ragu walaupun aku sudah mengatakannya. Mungkin, ucapanku tadi hanyalah perasaanku saja. Karena kau benar-benar seperti Miku."
Naruto menjawab hal itu sembari menggaruk bagian belakang kepalanya. Tidak lupa, ia juga mengeluarkan ekspresi yang penuh akan keraguan. Setelah itu, 'Itsuki' dengan cepat berbalik ke arah Naruto.
Gadis itu berlari dengan cepat sampai membuat wig yang ia pakai terlepas, memperlihatkan sosok gadis dengan rambut merah kecoklatan yang hanya satu orang saja yang memilikinya. Ya, siapa lagi kalau bukan Miku.
"Kau benar …," ucap Miku tepat ketika dirinya menabrakkan dirinya ke arah pemuda bermarga Uzumaki itu. Membuat mereka jatuh ke lantai di waktu yang sama dengan posisi Miku yang menindih Naruto.
"I-ini seriusan?"
Naruto berkata seperti itu dengan menunjukkan ekspresi seolah dirinya tidak percaya. Ya, dirinya benar-benar tidak menyangka kalau Miku adalah akar dari masalah ini. Dirinya seolah tertampar dengan fakta yang ia temukan saat ini.
"Naruto, apa aku boleh menanyakan sesuatu?"
"Apa?"
"Sepertinya, dirimu sudah tahu mengenai masalah yang kumiliki. Seandainya aku bukanlah Itsuki palsu, menurutmu apa masalahku?" tanya Miku yang menyembunyikan wajahnya di dada Naruto.
"Aku sempat salah tadi, kurasa aku bisa menjawabnya. Tapi, aku masih ragu dengan jawabanku. Maka dari itu, tolong dengarkan dan jangan tertawa."
Naruto melanjutkan, "Aku pikir, masalahmu saat ini adalah diriku. Mungkin aku terlalu kaku soal ini, tapi aku tidak terlalu bodoh untuk menyadarinya. Bahkan, aku sempat merasa kalau kau marah karena aku tidak memberikan balasan apapun mengenai coklat valentine yang sudah kau berikan."
Miku yang mendengar itu pun tertawa kecil. Sementara Naruto yang ditertawakan justru malu dengan wajah yang memerah.
"Oi! Sudah kubilang jangan tertawa, kan? Di samping itu, mengapa kau ingin aku berhenti?"
"Tidak, lupakan saja soal itu …," jawab Miku yang membuat Naruto tambah bingung. Miku kemudian tersenyum kecil.
'Untuk sekarang Naruto adalah guru dan aku adalah muridnya. Tapi, aku percaya batasan itu akan berubah suatu hari nanti. Terima kasih karena sudah menemukanku, Naruto ….'
.
Naruto saat ini berdiri di depan penginapan bersama sang kakek pemilik penginapan yang notabene adalah kakek dari lima kembar Nakano. Saat ini, mereka hanya berdua saja karena yang lainnya sudah pergi duluan.
"Ada apa sampai kau memintaku untuk bertemu di sini, Oji-san?"
Sang kakek membalas, "Kemarin, aku sudah mendengar banyak hal tentangmu dari Yotsuba. Kau ternyata satu-satunya orang luar yang memiliki pengaruh besar kepada cucu-cucuku. Kau sudah melakukan banyak hal untuk mereka dan aku berterima kasih untuk itu."
"Biasa saja, Oji-san. Sebagai teman, aku hanya selalu ingin mereka mendapatkan apa yang terbaik untuk diri mereka sendiri. Selebihnya, aku hanya membiarkan mereka memilih tujuan mereka masing-masing," ucap Naruto sembari tersenyum.
"Kau ternyata lebih baik dari dugaanku. Aku minta maaf karena sudah menyerangmu beberapa hari yang lalu, nak."
"Tidak masalah. Lagipula, masalah ini sudah selesai."
"Itu benar. Satu lagi, sebelum kau pergi. Bisakah kau melakukan sesuatu untukku?"
"Apa itu?" tanya Naruto yang penasaran.
"Cucu-cucuku adalah harapan terakhirku setelah aku kehilangan Rena. Maka dari itu, tolong sampaikan kepada cucu-cucuku agar mereka menjadi diri mereka sendiri."
Naruto yang mendengar kata Rena dari sang kakek awalnya sempat terkejut. Kemudian, ia membalas sembari tersenyum kecil, "Baiklah, aku akan menyampaikannya untuk Oji-san …."
"Arigatou …."
Naruto hanya membalas dengan anggukan saja. Setelah itu, ia mulai berjalan pergi dan menyusul Kakashi dan Naruko yang sudah berjalan lebih dulu. Sembari berjalan, ia kemudian menatap langit yang cerah sembari tersenyum.
'Dengan waktuku yang tersisa. Aku akan selalu membimbing dan mengawasi mereka untuk kalian.'
.
.
.
To Be Continued
.
.
Notes : Fic ini terinspirasi oleh beberapa fanfic tertentu dengan crossover Naruto x Quintessential Quintuplets. Hmm, ini project kedua gua dengan tipe fic yang multichapter. Gua bikin alurnya semi-canon tapi dengan banyak perubahan. Chapter 39 Up, jadi tolong buat reader gausah banyak protes dan Stay tune aja ye. Cukup doain gua biar banyak ide + sehat, secara perlahan nanti gua coba sebisa mungkin buat tamatin fic ini. Soalnya gua tim begadang buat ngelarin ini fic.
Next, gue gak bisa ngejawab review kalian satu per satu karena terlalu malas. Gua minimal baca review dari kalian, dan maksimal berakhir dengan baca PM dari reader or whoever else. Next. Jika fic ini diplagiat oleh oknum sampah yang nggak bertanggung jawab + tidak mendapat perizinan dari gua, bahkan gak naruh nama gua di tempat di mana dia ngepost cerita ini. Tolong bantu report / PM ke gua. Biar gua tinggal ikutan jadi tim report. Sebagai catatan, gua hanya memiliki akun FFN. Tidak ada yang di luar platform yang gua sebutkan.
Lagi dan lagi, gue ingin mempromosikan sesuatu di sini. Gue telah bergabung dengan sebuah Group Chat WhatsApp yang bernama Fanfic Community Indonesia, yang berisikan banyak author dan reader fanfiksi, bahkan platform lain. Di grup tersebut terdapat cukup banyak author senior, ataupun author baru seperti gue. Kepada siapapun yang berminat untuk bergabung, silahkan PM gue baik melalui web, ataupun aplikasi. Join with us! Feel like home! Let's move together!
Sepertinya hanya itu saja pesan gue kepada kalian. Sampai jumpa lagi. Jaa na!
FCI. Cursed-Eternal Out
