Previous Chapter
Setelah beberapa saat berjalan, ia dapat menemukan Itsuki, "Oi, Itsuki!"
Itsuki yang mendengar namanya dipanggil langsung menoleh, "Uzumaki-kun ternyata. Dimana yang lain?"
"Nino sudah di atap, Ichika tidak tahu pergi kemana, Miku sedang beristirahat tidak jauh dari sini, sementara Yotsuba dan Naruko berada di menara jam," jelas Naruto.
Kemudian, Naruto melanjutkan, "Lebih baik kau ikut aku ke atap untuk menemui Nino. Kudengar dari Miku, kau mudah tersesat."
"Baiklah, ayo kita pergi ke sana."
Setelah itu, mereka berdua mulai pergi. Tetapi mereka tidak menyadari, ada seseorang yang memperhatikan mereka berdua tidak jauh dari sana.
"Aku tidak menyangka, ia benar-benar berusaha keras dan melakukan semuanya untuk kami …."
.
.
.
I'm In Trouble
Disclaimer :
Naruto by Masashi Kishimoto
5-toubun no Hanayome by Negi Haruba
Pair : ?
Rate : T
Mark :
"Naruto." : Berbicara
Naruto : PoV Start / Letter or Announcement Content
Naruto : Efek suara (Sfx) / Skip Time / Previous Chapter
'Naruto.' : Pikiran atau Batin
["Naruto."] : Berbicara melalui pesan atau panggilan telepon
Genre : School, Drama, Family, Hurt/Comfort, Romance, Tragedy
Warning : Semi-Canon, Alternate Universe, Alternate Fact & Reality, Original & Other Character, dan Out of Character.
.
.
Kembali bersama Naruto dan Itsuki, sekarang mereka sudah sampai di depan bangunan yang telah disewa. Naruto kemudian menghadap Itsuki.
"Naiklah ke atap, Itsuki. Nino sudah menunggumu," ujar Naruto yang bersiap untuk pergi. Itsuki yang menyadari itu langsung mencoba untuk menghentikannya.
"Tunggu, kau mau pergi kemana, Uzumaki-kun?"
"Mencari yang lainnya."
"Apa kau tidak lelah? Kita sudah bermain seharian penuh dengan Naruko, ditambah dengan ini. Aku tidak ingin terjadi sesuatu pada dirimu."
"Tenang saja, Itsuki. Lagipula, aku juga sudah membawa obatku sebagai persiapan."
Itsuki yang mendengar alasan Naruto terdiam, saat ini ia terlihat menundukkan kepalanya. Sehingga ekspresinya itu tertutupi dengan apa yang ia lakukan saat ini.
"Mengapa kau melakukannya sejauh itu hanya untuk kami?"
"Apa aku memerlukan alasan khusus? Untuk alasan di luar dari diriku, aku akan menjawab karena festival ini begitu penting bagi kalian berlima sebagai kenangan bersama ibu kalian. Selanjutnya, aku sudah melihat usaha keras kalian untuk datang ke sini," jelas Naruto.
Kemudian, ia menambahkan dengan mengelus kepala Itsuki dengan lembut dan tersenyum, "Jika kau bertanya alasan bagi diriku sendiri. Jawabannya … karena kau adalah temanku."
Itsuki yang diperlakukan itu terdiam untuk sesaat, ia perlu memproses bahwa lelaki di hadapannya saat ini memiliki kepedulian yang tinggi terhadap orang-orang yang ia anggap berharga. Bahkan lelaki itu tidak mempedulikan keadaannya sendiri, sikap dan dedikasi yang ia tunjukkan membuat Itsuki terpana dengan kesungguhannya.
Merasa tidak ada respon, Naruto mulai melangkah pergi dari sana, "Kalau begitu, aku pergi dulu. Aku usahakan untuk menemukan yang lainnya sebelum festivalnya berakhir."
Itsuki yang melihat kepergian Naruto hanya bisa menatapnya dengan senyuman yang begitu tulus. Saat ini, dirinya bahkan belum berterimakasih kepadanya.
"Arigatou, Uzumaki-kun …."
.
[0_0]
.
Sekarang, Naruto tengah berjalan menyusuri area festival dengan dirinya yang selalu melihat kesana-kemari. Saat ini, ia mencari Miku dan Yotsuba. Akan tetapi, niat itu diurungkan ketika seseorang menarik tangannya secara tiba-tiba.
"Siapa yang …," ucapan Naruto terhenti, ketika menyadari seseorang yang menarik dirinya adalah orang yang ia kenal.
"Festival ini begitu indah. Iya kan, Naruto-kun?"
Rupanya, yang menarik dirinya saat ini adalah Ichika. Orang yang menjadi titik masalah rumit yang ia pikirkan tanpa henti. Naruto yang ditarik Ichika saat ini terlihat menunjukkan ekspresi yang terheran-heran.
"Oi, oi. Bukankah kalian seharusnya menyaksikan festival ini bersama-sama?"
Ichika yang mendengar itu hanya tersenyum, "Sudahlah, ikut saja denganku …."
Naruto yang melihat itu hanya bisa menghela nafas panjang dan berpikir dengan raut wajah yang penasaran.
'Senyum itu, kali ini palsu. Sebenarnya apa yang terjadi padanya?'
.
[0_0]
.
"Aku hanya ingin meminta tolong padamu untuk merahasiakan semua yang sudah kau lihat pada saudari-saudariku yang lain," ucap Ichika.
Saat ini, Naruto dan Ichika berada di sebuah gang yang masih berada di area festival. Terlihat juga Naruto yang dipojokkan ke arah dinding oleh Ichika, ditambah lagi dengan tangan Ichika yang menahan pergerakan Naruto.
"Saat ini, aku tidak bisa menyaksikan festival ini bersama mereka."
"Lanjutkan, aku butuh penjelasan. Secara tidak sengaja, aku mendengar sedikit percakapanmu dan rasa janggalku terhadapmu tumbuh membesar. Itu dikarenakan dirimu yang pura-pura tidak menyadari keberadaanku."
Ichika menghela nafas, "Kau cukup peka rupanya …."
Kemudian, gadis itu melanjutkan dengan ekspresi yang serius, "Sebenarnya, aku memiliki urusan yang terlalu mendadak untuk dilakukan. Maka dari itu, aku tidak bisa menyaksikannya bersama mereka."
Naruto yang mendengar jawaban Ichika merasa tidak puas, ia mencoba memancing gadis itu kembali, "Jika kau bilang urusan mendadak, apa aku bisa menebak itu adalah pekerjaan yang sedang kau lakukan saat ini?"
"Aku tertangkap basah rupanya. Sayangnya … kau benar sekali, Naruto-kun."
Ichika melepaskan tangan kanan yang ia gunakan untuk menahan Naruto. Ia kemudian tersenyum dan menggaruk bagian belakang kepalanya yang tidak gatal, "Lagipula, wajah kami itu memiliki kesamaan. Aku menjadi yakin, akan ada orang lain yang bisa salah paham."
'Senyum palsu lagi. Ini sangat menyebalkan, ia masih belum jujur dengan dirinya sendiri,' pikir Naruto.
Menyadari tidak adanya respon, Ichika memilih melangkahkan dirinya untuk pergi dari sana, "Jadi, seperti itulah. Maaf, ada yang sudah menungguku."
"Oi, setidaknya berpikirlah kembali sebelum kau pergi," cegah Naruto.
Ichika yang mendengar itu menghentikan langkahnya, dirinya kemudian berbalik menghadap Naruto dengan senyuman yang ia tunjukkan, "Selama festival ini dimulai, aku sudah mengawasimu. Jadi … mengapa kau melakukan semua ini hanya untuk kami, Naruto-kun? Apa karena kau adalah guru les kami?"
Mendengar pertanyaan itu membuat Naruto menyeringai, "Sebenarnya aku tidak memiliki alasan khusus. Tetapi, aku akan menjawabnya. Karena … kau adalah temanku."
Ichika yang mendengar itu menjadi terkejut dengan bola mata yang membulat, ia merasa lelaki di hadapannya saat ini memang memiliki tekad yang kuat untuk melakukan apapun yang ia inginkan. Terutama untuk sosok yang ia anggap teman.
"Terima kasih atas jawabanmu. Kalau begitu, aku pergi dulu," ujar Ichika yang kembali berjalan. Tetapi itu tidak bertahan lama ketika dirinya melihat sosok pria berkumis yang menjadi rekan kerjanya tidak jauh dari posisi mereka saat ini.
Ichika kemudian menghampiri Naruto dengan ekspresi khawatir yang terlihat jelas di wajahnya itu, "Bagaimana ini? Rekan kerjaku mencariku. Ia pasti marah, karena aku kabur secara diam-diam."
Naruto dan Ichika kemudian mengintip dari mulut gang itu. Akan tetapi, pria berkumis itu kemudian berjalan menuju ke arah gang dimana mereka berada saat ini. Ichika yang melihat itu menjadi panik.
"Gawat, cepat ke sini," ujar Ichika yang menarik Naruto. Ia kemudian memposisikan diri dengan memeluk Naruto, dengan catatan posisi Naruto yang berada di sisi luar tembok. Sehingga yang akan dilihat lebih dulu dari mulut gang adalah Naruto.
"Oi, oi … apa ini tidak berlebihan, Ichika?"
"Sudahlah, lakukan saja."
Benar saja, ketika pria berkumis itu melihat gang itu. Dirinya sempat sedikit terkejut karena menyaksikan apa yang Ichika dan Naruto lakukan. Pria berkumis itu menatap mereka cukup lama, sementara Naruto dan Ichika sendiri sama-sama merona dalam aksi yang mereka lakukan.
Tetapi, itu tidak bertahan lama ketika pria berkumis itu memilih untuk menyenderkan dirinya pada dinding yang berada disamping mulut gang itu. Naruto yang melihat itu hanya diam saja, kemudian ia melihat Ichika yang masih memeluknya dengan wajah yang merona.
"Oi, Ichika … mau sampai kapan kita seperti ini?"
"M-maaf, s-sebentar lagi …."
Mendengar jawaban Ichika membuat Naruto menghela nafas, "Terserah kau saja, Ichika."
Merasa tidak ada pembicaraan, Ichika memulainya dengan bertanya, "Ne, Naruto-kun. Jika ada orang lain yang melihat kita seperti ini, apa mereka akan mengira kita berpacaran?"
"Pertanyaan yang konyol. Semua orang juga pasti tahu jika selama bukan di Eropa, hal ini cukup sering dilakukan oleh sepasang kekasih."
Ichika yang mendengar itu hanya bisa tertawa kecil dengan wajah yang masih merona, "Padahal, kita hanya teman. Tetapi, aku merasa diriku menjadi orang yang jahat di sini."
"Bodoh, ngomong apa kau? Memangnya persyaratan menjadi teman harus melalui sebuah aksi khusus? Ini bukan film bergenre action, melainkan kehidupan nyata. Jadi tolong bedakan hal itu," balas Naruto..
"Kau terlalu rasional, Naruto-kun. Aku jadi tidak yakin apa kau bisa diajak bercanda."
"Ini bukan waktu yang tepat untuk itu, kau tahu?"
"Iya, iya. Aku tahu, kok."
Kemudian, mereka bisa mendengar percakapan yang dilakukan oleh pria berkumis yang sedang berada dalam panggilan telepon. Naruto yang bisa mendengar pria itu berkata mengenai pemotretan kemudian menggumamkan hal yang ia pikirkan.
"Pemotretan? Jangan-jangan pekerjaanmu …."
"Dia hanya kameramen … aku bekerja dengannya."
"Sebagai model atau aktris?"
Mendengar itu, Ichika terkejut ketika Naruto menebaknya dengan tepat sasaran. Ia sempat terdiam untuk beberapa saat sampai akhirnya menjawab, "T-tidak, aku hanya bekerja sebagai asisten kamera."
'Meh, bisa-bisanya ia berbohong padaku. Menjawabnya saja sampai mencari waktu dan alasan,' pikir Naruto. Hanya saja, Naruto akan mengikuti apa sandiwara yang Ichika buat untuk saat ini. Karena ia percaya, cepat atau lambat dirinya akan mengetahuinya.
"Baiklah, aku percaya. Tetapi, kau jangan lupa dengan belajarmu. Lagipula, belajar juga dapat menunjang masa depan yang baik untuk dirimu sendiri."
Mendengar jawaban Naruto, membuat Ichika terpikirkan satu hal, "Ne, Naruto-kun. Bagi dirimu, untuk apa kau belajar?"
Naruto yang mendengar pertanyaan Ichika mulai berpikir mengenai masa lalunya kembali, ia memikirkan tentang wanita dewasa berambut merah yang tentunya menjadi alasan dirinya belajar. Tetapi, itu tidak berlangsung lama ketika ada sesuatu yang menginterupsi dirinya.
"Ichika-chan! Ketemu juga, rupanya kau disini!"
Naruto dan Ichika yang mendengar suara pria berkumis itu terkejut. Tetapi, pria berkumis itu melihat ke arah lain, tidak melihat ke arah gang tempat mereka berdua berada saat ini. Pria berkumis itu kemudian berlari menghampiri seseorang dan mencoba membawanya pergi dari sana.
"Apa yang kau lakukan di sini? Cepat ikut denganku!"
Pria berkumis itu terlihat menarik paksa seseorang. Ketika pria itu melewati gang dimana Ichika dan Naruto berada, mereka berdua terkejut ketika melihat orang yang dibawa pergi oleh pria berkumis itu. Ternyata, itu adalah Miku.
"Miku?! Ayo kita pergi mengejarnya, Ichika. Kita tidak bisa menyeret orang lain dalam masalahmu, kau tahu?"
"Aku juga tahu, ia salah paham saat ini. Ayo kita pergi mengejarnya."
Setelah itu, Naruto dan Ichika mulai keluar dari gang itu dan pergi mengejar mereka berdua. Miku dan pria berkumis itu terlihat sangat jauh di depan. Akan tetapi, Naruto memiliki sebuah ide.
"Oi, Ichika. Ayo kita lewat jalan pintas, kebetulan aku tahu daerah ini. Dan yang kutahu, di sini hanya ada satu tempat parkir khusus mobil."
Kemudian, Naruto menambahkan, "Kemungkinan, ia akan membawanya ke halte yang berada di dekat taman. Prediksiku, ia akan melalui pertokoan yang sudah tutup untuk mempersingkat waktu. Karena di sana sudah sepi pengunjung."
"Baiklah, tunjukkan jalannya, Naruto-kun. Aku ikut saja dengan idemu."
"Yosh, mari kita lakukan."
.
[0_0]
.
Di daerah pertokoan yang sudah tutup, terlihat Miku yang ditarik paksa oleh pria berkumis saat ini. Miku saat ini terlihat berjalan dengan tertatih-tatih.
"T-tunggu dulu, aku bukan Ichika."
Miku sudah berkata seperti itu beberapa kali, hanya saja pria berkumis yang membawa dirinya saat ini tidak menggubrisnya.
Pria itu tetap saja menarik paksa Miku dengan kondisi kaki yang masih belum pulih. Miku hanya bisa menahannya rasa sakitnya saat ini dan berharap semoga ada yang menolongnya.
'Seseorang, tolong aku ….'
GREP!
Bagaikan doanya yang terkabul, sebuah tangan menggenggam pergelangan tangan Miku. Aksi itu membuat tarikan tangan pria itu terlepas pada Miku.
Ditambah lagi, aksi itu membuat Miku kehilangan keseimbangan, dan memaksa gadis itu untuk terjatuh ke arah depan dengan melawan gravitasi. Akan tetapi itu tidak terjadi ketika ada satu tangan lagi yang menahan pinggang Miku agar tidak terjatuh.
Miku kemudian melihat siapa yang melakukannya, ketika ia menyadari siapa yang melakukannya. Ia menjadi terkejut dengan mata yang membulat. Saat ini, ia mendapati bahwa Naruto yang telah melakukannya.
"N-Naruto …."
"Kau tidak apa-apa, Miku?"
Mendengar itu, Miku hanya mengangguk saja dengan wajah yang merona. Sementara, pria itu berbalik ke arah Naruto dan Miku saat ini.
"Kau orang yang tadi. Katakan, apa maumu?! Sebenarnya, apa hubunganmu dengannya?!"
Mendengar itu membuat Naruto menyeringai, ia mempererat pegangannya dengan tangan Miku, "Maaf, tetapi dia adalah temanku. Ia adalah satu orang yang harus kulindungi saat ini, dan aku ingin dia kembali bersamaku."
Ucapan itu membuat Miku terdiam, menatap Naruto dengan rona merah di wajahnya. Di sisi lain, Ichika yang berada di belakang Naruto justru terdiam dengan mulut yang sedikit terbuka. Berbeda lagi dengan pria berkumis itu yang terlihat kesal dan menghampiri Naruto.
"Apa yang sebenarnya kau sedang bicarakan saat ini?"
Naruto kemudian menunjuk Miku dan mendekatkan Miku padanya dengan cara menggunakan tangan kanan yang saat ini ada di bahu gadis itu, "Bodoh. Lihat baik-baik, dia bukan Ichika. Jika kau memang sudah tahu siapa itu Ichika, setidaknya kau harus bisa membedakannya."
"Aku tidak perduli dan aku tidak mungkin salah orang. Cepat serahkan dia padaku, karena dia adalah modelku yang berharga! Jadi, lepaskan tanganmu darinya!" teriak pria berkumis itu. Miku yang mendengar Ichika adalah model sempat terkejut, berbeda dengan Naruto yang menyeringai karena tebakannya benar sejak awal.
Akan tetapi, ia yang mendengar teriakan dan bentakan dari pria itu membuatnya kesal, "Si bodoh ini perlu diberi pelajaran rupanya."
BUAK!
Dengan cepat, Naruto melepaskan Miku dan menghempaskan satu pukulan kuat ke pria itu. Dan itu cukup untuk membuat pria berkumis itu terjatuh. Meninggalkan sebuah bekas luka di pipi pria itu. Merasa kurang puas, Naruto mulai mendatangi pria itu lagi.
Sementara Miku dan Ichika terkejut setengah mati karena aksi yang Naruto lakukan. Mereka yang melihat Naruto mulai menghampiri pria itu berusaha menghentikan Naruto, mereka berdua mencoba menahan Naruto walaupun sedikit kesulitan.
"Naruto, kumohon berhentilah."
"Sudah cukup, Naruto-kun," ucap Ichika.
Naruto yang mendengar mereka memintanya untuk berhenti mulai menghentikan dirinya, ia kemudian menatap pria berkumis itu, "Hei, Jii-san. Kudengar dari Ichika, kau hanya kameramen saja, kan? Atau kau hanya seseorang pencari bakat? Jika aku benar, apa dirimu tidak pernah mencari data model yang kau cari saat ini?"
"A-aku tidak pernah mencarinya sama sekali."
"Maka dari itu, dengarkan penjelasan orang lain sebelum menghakimi orang lain dengan aksimu itu, Jii-san. Biar kujelaskan, mereka itu kembar. Tidak hanya dua, melainkan lima. Kuharap kau sekarang mengerti," jelas Naruto.
Kemudian, Naruto menghadap Ichika, "Ichika, majulah. Kau juga harus ikut andil karena kau adalah orang yang bersangkutan, kau tahu?"
"Baiklah, Naruto-kun."
Ichika kemudian melangkah maju mendekati pria itu, "Akulah Ichika Nakano, orang yang kau cari. Maafkan aku atas segala kekacauan ini."
Sementara itu, Naruto mulai membantu pria itu bangun, "Maafkan aku karena sudah memukulmu, Jii-san," ucapnya dengan melakukan ojigi.
"Aku tidak mempermasalahkannya, karena ini adalah salahku. Aku juga minta maaf karena sudah salah orang dan telah memaksa orang lain untuk kepentinganku sendiri."
Kemudian, pria itu menghampiri Ichika, "Jadi, apakah kita bisa pergi sekarang? Karena waktu untuk audisi tetap berjalan."
Ichika yang mendengar itu mengangguk saja. Kemudian, mereka berdua mulai berjalan pergi dari sana. Naruto yang menyadari mereka pergi pun mencoba menghentikannya.
"Oi, Ichika. Apa kau tidak ingin menyaksikan festival ini bersama yang lainnya?"
Mendengar itu membuat Ichika menghentikan langkahnya, ia kemudian menolehkan sedikit kepalanya tanpa berbalik menghadap Naruto dengan senyum yang terlihat jelas pada wajahnya itu.
"Maaf, tapi tolong sampaikan salamku kepada yang lain ya, Naruto-kun," dengan berakhirnya ucapan itu, mereka berdua mulai pergi dari sana. Meninggalkan Naruto yang bersama Miku saat ini.
'Senyum itu lagi. Jika sudah begini, apa boleh buat …,' pikir Naruto yang melihat kepergian mereka. Sementara Miku melihat kepergian Ichika dengan raut wajah yang sulit di artikan, ia kemudian menghadap Naruto.
"Naruto, kuserahkan Ichika padamu."
"Eh? Tapi bagaimana dengan dirimu? Aku tidak bisa meninggalkan dirimu dengan kondisi seperti ini, kau tahu?"
"Aku sudah tidak apa-apa," ucap Miku dengan tersenyum untuk meyakinkan Naruto. Hanya saja, Naruto tidak bergeming dan memilih diam untuk berpikir.
'Bagaimana ini? Apakah tidak ada bala bantuan untukku saat ini?'
"Sepertinya saat ini kau sedang kesulitan, ya?" ucap seseorang dari belakang Naruto dan Miku. Mendengar asal suara, mereka kemudian menoleh ke arah sumber suara.
"Yotsuba … dan Naruko juga. Syukurlah kalian baik-baik saja."
Merasa bala bantuan sudah datang, Naruto memiliki ide. Ia kemudian mengeluarkan handphone miliknya dan melihat jam, rupanya menunjukkan jam 19.40. Tepat 20 menit sebelum acaranya berakhir.
Ia kemudian mengeluarkan apa yang ia beli sebelumnya dan ia berikan kepada Yotsuba, ia juga memberikan arah untuk mereka bisa menemui Nino yang sudah bersama Itsuki di atap bangunan yang telah di sewa.
"Yotsuba ... kalian bertiga, pergilah ke titik tempat yang sudah kuberikan, dan ambillah apa yang kuberikan padamu. Sepertinya kaki Miku terluka lagi, aku ingin kalian pergi menemui mereka dan mengobati kaki Miku kembali. Masih ada 20 menit untuk kalian menyaksikan festival ini bersama."
Kemudian, Naruto menambahkan, "Dan Naruko, kau masih memiliki kembang api yang dibelikan Yotsuba padamu, kan? Itu akan berguna nanti, jadi simpanlah baik-baik. Jangan nakal selama Nii-chan tidak bersama dirimu."
"Untuk Miku, katakan pada Itsuki untuk membeli sebuah lilin dan pemantik api. Dan aku minta dirimu untuk menjelaskan kepada mereka mengenai Ichika. Aku akan mengurusnya sesuai kemauanmu, dan aku tidak menerima penolakan dari kalian untuk perintahku saat ini. Kalian mengerti?"
Mereka bertiga menjawab dengan cepat, menyadari keseriusan pada raut wajah Naruto membuat mereka berpikir ia tidak bisa dibantah, "Baiklah, kami mengerti!"
"Ini adalah yang terakhir sebelum aku pergi. Kalian semua, tunggulah aku dan Ichika di taman yang tidak jauh dari sini. Kalau begitu, aku pergi dulu," dengan berakhirnya ucapan itu, Naruto mulai pergi dari sana. Meninggalkan Miku, Yotsuba, dan Naruko yang menatap kepergiannya.
"Baiklah, karena perintah sudah diberikan. Mari kita pergi sebelum festival ini berakhir," ajak Miku yang dijawab dengan anggukan Yotsuba dan Naruko dengan semangat.
'Naruto, kuserahkan Ichika padamu. Aku mengandalkanmu.'
.
[0_0]
.
Ichika PoV on
Saat ini, aku sedang menunggu di sebuah halte yang tidak jauh dari taman. Aku saat ini hanya berpikir tentang saudari-saudariku yang lain. Aku berpikir apakah mereka akan tetap menerimaku walaupun aku sudah pergi tanpa alasan yang jelas.
"Ichika!"
Kulihat, Naruto menghampiriku. Nafas lelaki itu saat ini terengah-engah, sepertinya ia berlari untuk menyusul diriku.
"Naruto-kun?"
"Dimana pria itu?"
"Dia sedang mengambil mobilnya," ucapku dengan santai.
"Apa kau tidak berniat untuk kembali, Ichika?"
"Tidak, ini adalah jalanku. Tidak ada yang bisa menghentikanku …."
Kemudian, aku melanjutkan, "Naruto-kun, aku akan bertanya sekali lagi. Mengapa guru les sepertimu sangat ikut campur ke dalam urusanku?"
Walaupun sudah aku tanya seperti itu, ia tidak bergeming dan tetap menatapku dengan tegas tanpa ada keraguan sedikit pun.
"Kau ini sangat niat sekali untuk menanyakan sesuatu yang sama. Aku akan jawab, karena kau adalah temanku. Sebagai teman, kita seharusnya saling membantu. Apa kau puas dengan jawabanku, Ichika Nakano?"
Mendengar jawaban yang tidak memiliki kebohongan satu pun di dalamnya membuatku tersenyum, kemudian aku mengeluarkan tablet dan menunjukkan sesuatu padanya. Ia pun mengambilnya.
"Hmm, naskah? Sepertinya tebakanku di gang tadi tepat sasaran, huh?"
"Begitulah, Naruto-kun. Sebenarnya, aku sudah diincar sebagai model oleh atasanku sejak enam bulan yang lalu. Dan sejak saat itu, aku diberikan kesempatan untuk memainkan peran sampingan."
Aku memejamkan mataku, mencoba melanjutkan penjelasan ini dengan tenang, "Sekarang, aku mendapatkan peran utama dalam sebuah film pada audisi yang akan kulakukan hari ini. Pada akhirnya, aku akan memulai debutku."
"Uh-huh? Kalau begitu, apa kau melakukan ini atas dasar kemauan dan impianmu sendiri?"
Aku kemudian tersenyum, "Benar sekali, Naruto-kun. Apa kau akan menghalangiku juga?"
"Maaf saja, tetapi aku tidak tertarik untuk menghalangi impian seseorang. Aku tidak ingin di cap sebagai villain. Lagipula, aku tidak berhak menghalangimu … karena aku tidak memiliki hak untuk itu."
"Seperti perkataanku sebelumnya, kau sangat peka dan rasional, Naruto-kun. Kalau begitu, apa kau mau membantuku berlatih sekarang? Berhubung rekan kerjaku belum datang."
"Baiklah, baiklah. Akan kulakukan, tetapi aku hanya membaca naskahnya saja, ya?"
"Oke."
Kemudian, aku berlari sedikit untuk menjauhinya. Aku perlu menetralisir diriku dan memupuk ulang latihanku kembali. Setelah itu, aku menghela nafas.
"Baiklah, aku mulai. Selamat atas kelulusanmu …."
"Sensei, terima kasih banyak atas segalanya. Saat aku bertemu pertama kali denganmu di kelas, aku …."
Kemudian, aku tersenyum seperti hal biasa yang selalu kulakukan, "Aku bersyukur karena kau sudah menjadi guruku. Aku juga bersyukur karena sudah menjadi muridmu …."
Naruto yang merasa diriku tidak berkata apapun lagi mulai menghampiriku, "Apa itu sudah cukup, Ichika?"
"Itu sudah lebih dari cukup, bagaimana menurutmu?"
"Ya, itu lumayan. Hanya saja …."
Ucapan Naruto terpotong karena suara mobil yang mendekat, rupanya rekanku telah datang. Ia memarkirkan mobilnya tidak jauh dari posisi kami berdua.
"Sudah datang ternyata. Kalau begitu, aku pergi dulu," ucapku yang mulai melangkah pergi.
"Aku belum selesai berbicara, bodoh. Bukankah kau ingin mendengar pendapatku sebelum kau pergi?"
Ucapannya membuatku berhenti melangkah, kemudian aku berbalik menghadapnya. Kulihat, ia menghampiriku. Setelah itu, ia memegang dan menarik pipiku dengan kedua tangannya. Membuatku merona karena aksinya yang terlalu mendadak bagiku.
"Oi, Ichika. Setidaknya kau harus bereskspresi secara natural sebagai dirimu, dan berhentilah menggunakan senyum palsu itu. Itu terlihat menyebalkan untukku, kau tahu?"
Mendengar itu, membuatku mundur beberapa langkah. Melepaskan diriku dalam kedua tangannya yang sempat meraih diriku sebelumnya.
"Eh?"
Ia kemudian menyatukan kedua jari telunjuk dan tengahnya, lalu disentakkan pada dahiku, "Jangan mengelak, Ichika. Aku tidak bodoh untuk mengetahui hal itu, karena senyuman palsumu kau selalu lakukan setiap saat. Bahkan hari ini, aku bisa melihat dirimu beberapa kali menggunakannya."
"Jadilah dirimu sendiri, jangan menutup diri untuk berekspresi sebagai Ichika Nakano yang sesungguhnya. Tunjukkanlah perasaanmu, jangan kau tutupi dengan senyumanmu itu. Jika kau masih menggunakan senyum palsu yang terlihat menyebalkan itu, aku tidak menjamin dirimu bisa lolos dari audisi itu. Percayalah padaku sekali ini saja, agar kau tidak menyesal."
Mendengar ucapan Naruto membuatku berpikir kembali, memang diriku ini selalu menggunakannya untuk menyembunyikan keadaan dan perasaan yang aku rasakan. Tapi, di luar dugaan. Ia dapat mengetahuinya tanpa perlu berpikir begitu jauh. Aku rasa mengikuti saran yang ia berikan tidak ada salahnya.
"Kau tahu, aku mengajari kalian itu dikarenakan aku ingin menjamin masa depan adikku dengan uang yang ayah kalian berikan padaku. Ditambah lagi, aku berhutang banyak dengan ayah kalian. Tetapi, kalian selalu saja mengacaukannya dengan cara membuat masalah. Pada akhirnya, aku dibayar tanpa memberikan perubahan yang berarti pada kalian."
Eh, berhutang pada ayah kami? Apa maksud dari ucapan yang Naruto katakan? Diriku menjadi bingung saat ini. Tetapi aku yakin, jika suatu saat aku akan mengetahui apa yang ia maksud.
"Setidaknya, biarkan aku membuat apa yang kuterima menjadi sebuah hasil yang berarti bagi kalian dan diriku sendiri. Itu tujuanku, karena aku tidak suka menerima uang tanpa memberikan kualitas yang berarti dalam menjalankan tanggung jawab yang sudah diberikan padaku."
Aku kemudian berbalik, pandanganku mengarah ke arah langit yang dipenuhi dengan kembang api yang terus-terusan meledak, "Aku mengerti, setidaknya biarkan diriku menjelaskannya. Aku melakukan pekerjaanku ini sebagai anak sulung, karena itu … aku berjanji untuk tidak memberitahukan kepada mereka."
Aku melanjutkan kembali perkataanku, "Karena ada audisi yang diadakan secara mendadak, membuatku tidak bisa ikut dengan mereka. Walaupun aku sudah berjanji pada mereka untuk menyaksikan festival ini, aku tetap diam. Ditambah lagi … jika aku gagal dalam audisi itu, aku tidak memiliki keberanian untuk menemui mereka lagi."
Kudengar, Naruto yang ada dibelakangku menghela nafas dengan berat. Ia kemudian menepuk pundakku, "Maka dari itu, kau harus bisa mengusahakan yang terbaik bagi mereka. Agar mereka juga bangga memiliki kakak sepertimu. Kau tahu, keberanian juga diperlukan untuk mengikuti apa kata hatimu. Jadi, jangan kau sia-siakan kesempatan ini, karena … kau juga berhak menerima kesempatan dalam mewujudkan impianmu. Kalau begitu, hajar semuanya, oke?"
Mendengar dirinya memotivasiku secara penuh, membuatku senang dalam pikiranku. Perkataan yang ia katakan tidak ada yang salah sama sekali. Aku jadi merasa bersyukur memiliki teman sepertinya.
"Terima kasih, Naruto-kun. Kurasa, aku harus pergi sekarang …," ucapku yang mulai melangkahkan diri untuk mendatangi mobil rekanku. Akan tetapi, itu tidak bertahan lama ketika ia mengucapkan sesuatu yang membuatku menghentikan langkahku kembali.
"Ini yang terakhir, aku akan membantumu jika kau akan meminta maaf pada mereka. Aku memiliki rencana tersendiri. Karena kau adalah temanku … Maka, aku akan membantumu. Jadi, katakan … dimana tempat audisimu?"
"Daripada seperti itu, bagaimana jika kau ikut saja denganku?"
"Huh, yang benar saja …."
Ichika PoV end
.
[0 _0]
.
Normal PoV on
Skip Time : Audition Place
Di ruangan tunggu yang ada di tempat audisi, terlihat beberapa orang yang sudah melakukan audisi dengan beberapa orang penguji. Mereka juga terlihat ingin mengakhiri acara audisi itu, tetapi itu dihentikan ketika Ichika datang bersama pria berkumis itu.
"Maaf atas keterlambatan saya, saya Ichika Nakano. Apakah saya masih bisa mengikuti audisinya?"
"Baiklah, kamu kami perbolehkan mengikutinya sebagai peserta terakhir. Beruntung kami belum menutup audisinya. Kalau begitu, mari kita ke ruang pengujian," balas sang penguji yang pergi ke ruang audisi.
"Terima kasih, mohon bantuannya ….," ucap Ichika yang menunduk dan mengikuti penguji tersebut. Sesampainya di sana, ia berdiri tepat di hadapan lima penguji. Salah satu dari penguji itu membacakan naskahnya, dan Ichika menjalankan aktingnya dengan berekspresi sebisa mungkin.
Ketika ia mencapai bagian terakhir dari naskah yang ia perankan, ia berpikir kembali, 'Bagaimana mereka tersenyum ketika menghadapi situasi seperti ini? Apa yang kulakukan sudah benar? Tidak, aku harus yakin pada diriku sendiri untuk mengeluarkan ekspresiku yang sesungguhnya … karena, aku adalah Ichika Nakano.'
Ichika tampak membayangkan situasi yang sempat ia lakukan bersama dengan Naruto, dengan itu menjadi tambahan motivasi utama untuknya. Ia kemudian memejamkan matanya, mencoba berfokus dengan dirinya sendiri.
"Aku bersyukur karena kau sudah menjadi guruku. Aku juga bersyukur karena sudah menjadi muridmu …," Ichika mengucapkannya dengan memberikan senyum alami yang terlihat sangat menawan dan begitu cantik di wajahnya.
Hal itu meninggalkan tatapan para penguji yang terkesima dan kagum dibuatnya. Dengan itu, audisinya sudah berakhir dengan sempurna.
.
[0_0]
.
"Kau sudah selesai rupanya …," ucap Naruto yang melihat Ichika bersama pria berkumis itu menghampiri dirinya. Saat ini, ia berada di luar gedung untuk menunggu Ichika.
"Begitulah, Naruto-kun. Kami baru saja selesai, beruntung kami tepat waktu untuk datang," ucap Ichika dengan tersenyum.
"Baguslah kalau begitu."
Kemudian, Naruto menghadap pria berkumis itu, "Sekali lagi, aku minta maaf karena sudah memukulmu, Jii-san."
"Itu tidak masalah, nak. Lagipula, aku juga salah disini. Jadi, aku tidak mempermasalahkannya lagi."
Mendengar itu, membuat Naruto dan Ichika tersenyum saja. Lalu, Naruto mengingat apa yang sudah ia rencanakan, ia hanya perlu membawa Ichika pergi sekarang juga untuk menemui mereka di taman.
"Karena ini sudah selesai, bolehkah aku membawa Ichika pergi, Jii-san?"
"Silahkan saja, sepertinya kalian juga memiliki urusan lain."
"Begitulah, kalau begitu … ayo kita pergi, Ichika," ucap Naruto yang menarik tangan Ichika, meninggalkan Ichika dalam raut wajah merona. Mereka pun pergi dari sana.
.
[0_0]
.
"Bagaimana dengan audisimu, apakah semuanya berjalan lancar?"
"Sangat lancar, terima kasih atas motivasimu, Naruto-kun. Aku sempat berpikir kembali saat di bagian naskah terakhir mengenai senyumanku," jawab Ichika.
Kemudian, Ichika melanjutkan, "Kau berjanji akan membantuku kan, Naruto-kun? Saat ini, aku masih ragu untuk meminta maaf kepada mereka."
Mendengar itu membuat Naruto menepuk bahu Ichika, "Tenang saja, Ichika. Sebagai temanmu, aku akan membantumu. Bukankah aku sudah berjanji padamu?"
"Hahaha, aku percaya kau pasti akan membantuku," ujar Ichika yang tersenyum dengan tulus kepada Naruto, membuat wajah Naruto sedikit memerah karena itu. Ichika yang melihat Naruto seperti itu mulai menggodanya kembali.
"Ara? Apakah kau terpesona dengan senyumanku barusan, Naruto-kun?"
"U-urusai yo, Ichika …."
Mendengar respon Naruto membuat Ichika tertawa kecil. Setelah beberapa saat berjalan, mereka telah sampai di taman. Mereka juga bisa melihat semuanya sudah berkumpul di sana, tetapi tidak untuk Naruko yang tertidur di kursi taman. Mereka saat ini terlihat memainkan kembang api berukuran kecil dan sedang, membuat Ichika terperangah dan menutup mulutnya seolah tidak percaya.
"Minna, aku sudah membawanya. Maafkan aku, karena aku datang terlambat."
"Tidak masalah, Naruto …," respon Miku.
Yotsuba dengan ceria menyapa mereka, "Ichika, Uzumaki-san … selamat datang! Ngomong-ngomong, semuanya sudah disiapkan sesuai dengan apa yang kau minta."
"Kerja bagus, Yotsuba. Dan juga, kalian semua …."
Nino yang melihat Naruto mulai menghampiri pria itu, ia terlihat mendekat dan mencoba mengatakan sesuatu, "Ke-rja-ba-gus, a-aku mengakui kegigihanmu untuk kami kali ini," ucap gadis itu yang memalingkan wajahnya.
"Terima kasih atas pujiannya, Nino."
Sementara itu, Miku menyadari bahwa wajah Naruto saat ini menjadi pucat. Ia kemudian menghampiri Naruto, "Naruto, wajahmu pucat. Apa kau tidak apa-apa?"
Naruto kemudian menjawab, "Aku tidak apa-apa, sepertinya aku hanya perlu beristirahat. Ngomong-ngomong, Ichika … majulah, kau harus menjelaskan kepada mereka."
"Untuk kalian, kuharap kalian tidak ada yang bereaksi secara emosional selama Ichika menjelaskan semuanya. Ini agar hubungan kalian tetap terjaga, jadi tolong mengertilah."
Mereka semua mengangguk mengiyakan apa yang Naruto minta saat ini, karena mereka tahu jika Naruto hanya ingin semuanya berakhir dengan tanpa masalah. Merasa suasana menjadi hening, Ichika kemudian maju dan melakukan ojigi dihadapan mereka.
"Minna, gomennasai. Ini semua salahku. Aku pergi untuk melakukan audisi tanpa memberitahu kalian sama sekali, tolong maafkan aku."
Nino menjadi orang pertama yang merespon itu, "Kau tahu, ini semua memang salahmu …."
Mendengar itu, Ichika tetap berada dalam posisinya. Tetapi, ia terkejut ketika mendengar apa yang mereka katakan selanjutnya.
"Di sisi lain, diriku juga salah … karena aku lupa untuk memberitahukan tempat yang kita sewa sebelumnya," lanjut Nino yang memalingkan wajahnya dengan wajah yang merona malu.
Itsuki kemudian menimpali, "Aku juga salah, karena memilih untuk berpencar hanya karena membeli makanan. Padahal aku selalu buta arah dan sering tersesat. Beruntung Uzumaki-kun menemukanku."
"Aku tidak tahu apa yang terjadi, tetapi aku juga akan meminta maaf. Sepertinya, aku juga salah karena sudah berpencar hanya karena ingin bermain dan mencari makanan bersama Naruko-chan. Beruntung Uzumaki-san memberikan arah untukku dan Miku, " ujar Yotsuba yang terlihat menggaruk bagian belakang kepalanya.
Miku menjadi orang terakhir yang merespon permintaan maaf Ichika, "Kami semua memaafkanmu, Ichika. Maka dari itu … bergabunglah bersama kami. Bermainlah bersama kami untuk mengingat Kaa-san dan kita semua sebagai kembar lima yang tidak terpisahkan. Ini semua ide dari Naruto untuk kita."
Mendengar ucapan Miku membuat Ichika menoleh dengan cepat dengan ekspresi terkejut ditambah dengan mata yang sudah berkaca-kaca. Naruto yang melihat itu hanya membalas dengan sebuah tepukan di bahu Ichika dan tersenyum dengan tulus.
"Bukankah sudah kubilang, aku akan membantumu? Aku rasa ini sudah cukup untuk kalian. Kalau begitu, aku akan beristirahat dengan duduk di bangku lain di sebelah Naruko," dengan ucapan itu, Naruto mulai pergi dari hadapan mereka. Meninggalkan mereka yang menatap Naruto dengan penuh pandangan yang berbeda.
'Benar apa yang Miku katakan. Wajahnya untuk sesaat terlihat pucat. Kuharap … kau tidak apa-apa, Uzumaki-kun,' pikir Itsuki.
Sementara itu, Ichika yang tidak bisa menahan ekspresinya mulai menitikkan air mata. Ia merasa sangat senang karena apa yang mereka lakukan untuknya, terutama Naruto yang menjadi sumber dari segala ide yang dilakukan untuk mereka.
Empat kembar lainnya yang melihat itu kemudian menghampiri Ichika, mereka terlihat membentuk lingkaran dengan posisi mereka saat ini. Mereka juga mengambil satu buah kembang api batangan berukuran kecil untuk mereka sendiri, dan mereka juga mulai menyalakan lilin dengan pemantik api yang sudah dibeli sebelumnya.
Itsuki kemudian tersenyum, "Kalian ingat apa yang dikatakan oleh, Kaa-san? Jika seseorang dari kita mengalami kegagalan, semuanya akan ikut dalam membantu dan melampauinya. Jika ada seseorang dari kita berbahagia, maka semuanya akan ikut senang."
Nino mengambil alih, "Ketika berbahagia …."
Dilanjutkan dengan Miku, "Ketika bersedih …."
Disambung dengan Yotsuba, "Ketika marah …."
Diakhiri oleh Itsuki, "Dan ketika merasa terkasihi …."
Mereka semua kemudian mulai menyalakan kembang api yang mereka miliki. Dengan itu, Itsuki melanjutkan perkataannya, "Kita adalah kembar lima, tidak ada yang bisa memisahkan kita sampai kapanpun! Walaupun ada yang berpisah, kita akan selalu bersama …."
Mereka semua terlihat senang memandangi kembang api yang menyala. Sementara itu, Naruto hanya menatap mereka dari jauh. Menyaksikan kesenangan mereka membuat dirinya tersenyum untuk saat ini. Tetapi, itu tidak bertahan lama ketika dirinya merasa mulai merasa akan batuk. Ia kemudian dengan cepat menutup mulutnya dengan kedua tangannya.
UHUK! UHUK! UHUK! UHUK! UHUK! UHUK! UHUK!
Batuknya kali ini mengeluarkan darah yang sangat banyak, bahkan hingga menetes ke celana dan jaket yang ia kenakan. Tidak hanya itu, bahkan darahnya sampai menetes ke bangku dan permukaan tanah di bawahnya.
Ditambah lagi, ia juga merasakan dadanya sesak dan terasa sakit. Membuat dirinya menjadi kesulitan bernafas dan menahan rasa sakit itu untuk saat ini.
'S-sial, aku terlalu memaksakan diri. Setidaknya, aku melakukan hal yang benar hari ini. Kuharap, apa yang kulakukan saat ini tidak salah walaupun harus mengorbankan diriku.'
Menyadari ada sebuah botol minum yang belum terbuka di dekat Naruko yang sedang tidur, ia kemudian membukanya dan juga meminumnya bersama dengan obat yang ia bawa dari rumah. Tidak hanya itu, ia juga mencuci kedua tangannya. Akan tetapi, dirinya saat ini masih terlihat menunjukkan wajah yang pucat.
Tidak lama kemudian, Ichika menghampirinya, "Aku belum sempat mengucapkan terima kasih dengan benar kepadamu, Naruto-kun. Kau sudah memberiku motivasi, dukungan, dan segalanya untuk diriku dan saudariku."
"T-tidak masalah, Ichika. La-lagipula, itu gunanya teman, kan?"
Mendengar suara Naruto yang terlihat menahan sesuatu membuat Ichika menyipitkan matanya dengan curiga, ia kemudian menyadari ada sesuatu yang tidak beres. Bahkan di celana dan jaket Naruto, ia dapat melihat sesuatu yang kental berwarna merah di sana.
Tetapi, ia tidak dapat menyimpulkan sepenuhnya. Maka dari itu, ia hanya akan menyimpan pikiran itu dalam benaknya sendiri. Namun, ia tidak bisa mengurangi rasa khawatirnya kepada lelaki yang ada di hadapannya saat ini.
"Naruto-kun, kau tidak apa-apa?"
"A-aku tidak apa-apa, Ichika. A-aku hanya perlu beristirahat."
"Kalau begitu, tidurlah untuk sementara. Aku akan menemanimu …," ujar Ichika yang memilih duduk di sebelah Naruto. Naruto yang mendengar itu hanya mengangguk saja menyetujuinya. Setelah beberapa saat, ia pun tertidur.
Ichika yang menyadari itu kemudian menarik Naruto dengan perlahan agar lelaki itu tidak terbangun. Kemudian, ia memposisikan kepala Naruto agar berada di pahanya, membiarkan lelaki itu menggunakannya sebagai bantalan untuk tidur.
"Kau begitu misterius bagiku, Naruto-kun. Bahkan, aku tidak mengerti apa yang kau sembunyikan dari kami."
Kemudian, terlihat senyum manis yang terlihat dan menghiasi wajah cantiknya itu. Dirinya juga menatap Naruto yang tertidur saat ini dengan wajah yang merona dalam senyumannya.
"Kau sudah berusaha dengan keras untuk kami. Arigatou, Naruto-kun …."
.
.
.
To Be Continued
.
.
Notes : Fic ini terinspirasi oleh beberapa fanfic tertentu dengan crossover Naruto x Quintessential Quintuplets. Hmm, ini project kedua gua dengan tipe fic yang multichapter. Gua bikin alurnya semi-canon tapi dengan banyak perubahan. Chapter 10 Up, ending dari hanabi festival. Tolong buat reader gausah banyak protes dan Stay tune aja ye. Cukup doain gua biar banyak ide + sehat, secara perlahan nanti gua coba sebisa mungkin buat tamatin fic ini. Soalnya gua tim begadang buat ngelarin ini fic.
Next, gue gak bisa ngejawab review kalian satu per satu karena terlalu malas. Gua minimal baca review dari kalian, dan maksimal berakhir dengan baca PM dari reader or whoever else. Next. Jika fic ini diplagiat oleh oknum sampah yang nggak bertanggung jawab + tidak mendapat perizinan dari gua, bahkan gak naruh nama gua di tempat di mana dia ngepost cerita ini. Tolong bantu report / PM ke gua. Biar gua tinggal ikutan jadi tim report. Sebagai catatan, gua hanya memiliki akun FFN. Tidak ada yang di luar platform yang gua sebutkan.
Lagi dan lagi, gue ingin mempromosikan sesuatu di sini. Gue telah bergabung dengan sebuah Group Chat WhatsApp yang bernama Fanfic Community Indonesia, yang berisikan banyak author dan reader fanfiksi, bahkan platform lain. Di grup tersebut terdapat cukup banyak author senior, ataupun author baru seperti gue. Kepada siapapun yang berminat untuk bergabung, silahkan PM gue baik melalui web, ataupun aplikasi. Join with us! Feel like home! Let's move together!
Sepertinya hanya itu saja pesan gue kepada kalian. Sampai jumpa lagi. Jaa na!
FCI. Cursed-Eternal Out
