.
.
.
I'm In Trouble
Disclaimer :
Naruto by Masashi Kishimoto
5-toubun no Hanayome by Negi Haruba
Pair : ?
Rate : T
Mark :
"Naruto." : Berbicara
Naruto : PoV Start / Flashback Start / Letter or Announcement Content / Narrative Task
Naruto : Efek suara (Sfx) / Skip Time / Previous Chapter
'Naruto.' : Pikiran atau Batin
["Naruto."] : Berbicara melalui pesan atau panggilan telepon
Genre : School, Drama, Family, Hurt/Comfort, Romance, Tragedy
Warning : Semi-Canon, Alternate Universe, Alternate Fact & Reality, Original & Other Character, dan Out of Character.
.
.
Skip Time : Next Day, Nakano Quintuplets Residence
"Naruto, aku ingin meminta tolong padamu …."
"Katakan saja, Miku. Aku akan coba sebisaku untuk membantumu. Lagipula, ada Yotsuba juga di sini …," balas Naruto dengan santai.
"Itu benar, Miku. Jadi, apa yang perlu kami bantu?"
Miku tidak menjawab. Ia justru mengambil sebuah nampan yang berisi sesuatu di dapur dan membawanya ke meja makan.
"Kalau begitu, tolong kalian berdua makan ini. Aku membuatnya sendiri," ucap Miku tanpa ekspresi sedikit pun.
Yotsuba yang melihat apa yang dibawa oleh Miku terlihat bingung dan penasaran, "Tunggu dulu, Miku. Apa ini?"
Miku menjawab dengan cepat, "Kroket …."
Terlihat tiga buah kroket yang warnanya menghitam dan memancarkan roh-roh seolah untuk mengatakan ini adalah sesuatu yang berbahaya untuk dimakan. Naruto terlihat santai saja, berbeda dengan Yotsuba yang terlihat tidak yakin.
"Apakah kau yakin, jika ini semua bukanlah batu?" tanya Yotsuba.
"Aku sangat yakin, karena aku juga percaya diri dengan rasanya …," balas Miku dengan percaya diri. Naruto yang mendengar itu hanya bisa memikirkan cara untuk membuat Miku senang dengan usahanya sendiri.
Yotsuba mengambil salah satu kroket dengan sumpit miliknya, sementara Naruto dengan santai mengambil dengan tangannya, "Itadakimasu …," ucap keduanya secara bersamaan. Mereka mulai memakannya, dan mencoba merasakan ataupun mengkalkukasikan apa yang mereka makan saat ini.
"Kurasa, ini lumayan enak," ucap Naruto.
"Ini tidak terlalu enak, Uzumaki-san," balas Yotsuba.
"Kau ini selalu saja pilih-pilih makanan, Yotsuba."
"Kau saja yang tidak bisa jujur, Uzumaki-san. Kau terlalu gentle untuk tidak melukai perasaan seorang gadis, kau pasti tahu sendiri akan hal itu."
"Tidak juga. Lagipula, aku akan mengakui bahwa level Miku memang masih sangat jauh daripada Nino ataupun Naruko. Tapi, untuk sekaliber Miku yang membuatnya pertama kali. Ini tidak terlalu buruk dari apa yang aku bayangkan."
Tanpa mereka sadari, Miku hanya menatap mereka dalam ekspresi yang tidak bisa diartikan. Sementara itu, Naruto melanjutkan perkataannya sembari berbalik arah, "Kalau begitu, ayo kita pergi untuk memeriksa hasil ujian kita …."
"Tunggu!"
Mendengar suara Miku membuat Naruto dan Yotsuba menatapnya, seolah menunggu apa yang akan dikatakan selanjutnya. Akan tetapi, mereka justru melihat Miku yang cemberut dengan aura determinasi yang menguar secara kuat dari tubuhnya.
"Aku akan membuat sampai rasanya menjadi sempurna. Aku tidak menerima penolakan!" lanjut Miku dengan tatapan determinasi yang tinggi. Untuk alasan tertentu, Naruto hanya bisa berharap dirinya tidak terjebak akan sesuatu hal yang merepotkan.
'Sial … untuk sesaat, aku melihat sosok Kaa-san ada pada dirinya. Kalau begitu, apa boleh buat ….'
.
[0_0]
.
One Hour Later
"Uh, perutku rasanya tidak enak …."
Naruto saat ini berbaring di lantai menggunakan bantal dan karpet pada dirinya. Perutnya saat ini mengalami masalah pencernaan, bahkan selalu berbunyi seolah memarahi sang pemilik tubuh. Ini adalah efek samping dari apa yang Naruto makan.
Selama satu jam yang terlewati, ia dipaksa Miku untuk memakan kroket yang terus-terusan dibuat oleh gadis itu. Naruto memakannya terlalu banyak, sampai-sampai dampaknya sangat terasa bagi dirinya sendiri.
Tidak jauh dari Naruto, terlihat Yotsuba yang berdiri tepat di depan kakinya. Menatap Naruto dengan raut wajah penuh kekhawatiran, "Apa kau tidak apa-apa, Uzumaki-san?"
"Aku tidak apa-apa untuk sekarang. Hanya saja, aku sepertinya tidak bisa melakukan apa-apa untuk saat ini."
"Tenang saja, Uzumaki-san. Miku akan kembali dengan membawa obat untukmu."
"Ya, aku tahu …."
Naruto kemudian menatap langit-langit ruang tamu itu, sembari membatin, 'Aku tidak menyangka Miku akan membuat dan memaksaku memakan itu semua hingga aku pingsan untuk beberapa saat. Sungguh, caranya memaksaku mengingatkanku sedikit mengenai Kaa-san ….'
Naruto kemudian menatap Yotsuba, " Ini juga salahmu, Yotsuba. Setidaknya, cobalah sesekali untuk berbohong demi kebaikan orang lain ataupun dirimu sendiri."
"Aku tidak yakin bisa melakukannya, Uzumaki-san. Karena, Miku akan langsung tahu jika aku berbohong kepadanya."
Mendengar alasan yang terkesan aneh membuat Naruto mengangkat alisnya, seolah terheran-heran akan hal itu, "Padahal tinggal kau katakan bahwa kau menyukai rasanya, itu sudah cukup."
Yotsuba terkejut dengan mata yang melebar, "Begitu ternyata. Aku dapat pelajaran baru hari ini!"
Mendengar respon Yotsuba membuat Naruto menepuk dahinya sendiri, seolah tidak menyangka akan sesuatu yang ia dengar saat ini.
'Padahal itu bukanlah hal yang ingin kuajarkan kepadamu hari ini, baka.'
Entah secara kebetulan atau tidak, Nino dan Itsuki datang dari kamar mereka. Mereka terlihat rapi dan bersiap untuk pergi. Akan tetapi, mereka berdua berhenti sejenak ketika melihat Naruto dan Yotsuba di sana.
"Mengapa kau malah tiduran di sini, Uzumaki? Apa karena kau diberi obat tidur atau semacamnya?"
Naruto menghela nafas, mengingat ucapan Nino adalah sebuah ingatan tersendiri baginya yang hampir dibius oleh gadis itu, "Aku hanya menetralkan perutku saat ini. Ditambah lagi, apa yang kau katakan itu jauh dari sasaran."
Nino kemudian melihat bekas nampan yang berisi kroket yang gosong seperti itu, ia hanya bisa tertawa akan hal itu, "Hee … ulah Miku ternyata."
"Begitulah, Nino."
Yotsuba yang diam saja mulai bertanya, "Ngomong-ngomong, kalian berdua ingin pergi kemana?"
"Kami hanya ingin makan siang di luar, apa kau mau ikut?" jawab Itsuki sembari bertanya balik.
"Tidak, aku sudah makan. Lagipula, nanti tidak ada yang menjaga Uzumaki-san di sini …."
Naruto kemudian menimpali, "Baiklah, pergilah. Asalkan nanti kalian akan belajar bersamaku, kita akan membahas mengenai jawaban ujian yang sudah kita lakukan."
"Tenang saja, Uzumaki-kun. Aku akan pastikan Nino dan diriku akan bergabung nanti. Kalau begitu, kami pergi dulu," dengan berakhirnya ucapan Itsuki, mereka berdua mulai pergi dari sana. Meninggalkan Naruto dan Yotsuba yang sekarang hanya berdua saja.
Setelah mereka pergi, Yotsuba menghampiri Naruto. Ia berlutut tepat dimana kepala Naruto berada. Seolah menyelipkan kepala Naruto tepat disamping kedua pahanya yang tertutup oleh celana panjang yang ia gunakan.
"Ne, Uzumaki-san. Apakah kau ingin mengetahui sesuatu? Mengenai alasan mengapa diriku selalu berpihak padamu? Apakah itu tidak terasa aneh untukmu?"
Mendengar itu membuat Naruto melakukan pose berpikir dalam posisinya yang tiduran saat ini, "Hmm, kurasa kau benar. Memikirkannya membuatku merasa itu adalah hal yang janggal. Jadi, apa alasannya? Apa karena dirimu yang ingin lebih baik dalam belajar?"
"Tidak, kau salah …."
Yotsuba kemudian mengelus pipi Naruto dengan kedua tangannya, dan menatap Naruto sangat lekat dengan wajah yang sangat serius. Semakin lama ia menatap Naruto, semakin turun dan mendekat pula dirinya terhadap Naruto.
"Itu karena aku menyukaimu …."
Awalnya, Naruto terlihat biasa saja. Begitu Yotsuba melancarkan aksinya, ia sedikit terkejut. Tapi itu tidak bertahan lama ketika ia mendengar lanjutan perkataan dari gadis bernama Yotsuba Nakano itu.
Matanya membulat, seolah tidak percaya dengan apa yang ia lihat dan ia dengar sekarang. Melihat sisi Yotsuba yang seperti ini adalah sesuatu yang baru bagi dirinya, itu tidak dapat dibantah lagi. Baru saja Naruto ingin merespon, ia dapat melihat sebuah senyum pada wajah gadis itu.
"Huh?"
Yotsuba hanya bisa tertawa mendengar respon Naruto, ia menjawab dengan cepat, "Aku hanya bercanda …."
Yotsuba kemudian mulai berdiri dan menyeringai dengan senang, "Kau tertipu! Lihat! Sekarang aku bisa berbohong kapanpun aku mau!" ucapnya dan pergi dari hadapan Naruto.
Naruto yang melihat itu hanya bisa menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Jujur saja, ia tidak pernah diperlakukan seperti itu. Ia terlihat tidak yakin akan dirinya sendiri yang diperlakukan seperti itu walaupun itu hanyalah sekedar candaan ataupun kebohongan.
'Aku berani bersumpah dan bisa memberi sebuah pernyataan. Bahwa, perempuan itu memang merepotkan ….'
.
[0_0]
.
Skip Time : 3 Month Later, School Library.
Sepulang sekolah. Terlihat Naruto, Miku, dan Yotsuba sedang duduk bersama di satu meja yang ada di perpustakaan. Miku dan Yotsuba sedang belajar, sedangkan Naruto mencoba beberapa topeng dan wig dari sebuah kardus yang entah dia dapatkan darimana.
Setelah beberapa kali mencobanya, ia menghela nafas. Miku yang mengetahui itu kemudian menatap Naruto, "Sudah berapa kali kau menghela nafas seperti itu, Naruto. Sebenarnya apa yang terjadi padamu?"
"Ya, aku hanya malas untuk melakukan sesuatu yang terlalu merepotkan untukku."
"Apa itu, Uzumaki-san? Ceritakan pada kami!" ujar Yotsuba.
"Kelasku ditunjuk sebagai panitia acara uji nyali yang dilakukan pada wisata sekolah nanti. Sementara itu, aku yang sedang belajar ditunjuk secara mendadak sebagai eksekutor untuk menakut-nakuti orang lain. Itu sangat merepotkan, apalagi hanya diriku sendiri yang ditunjuk untuk melakukan itu." jelas Naruto dengan malas.
Mendengar itu, membuat Miku menatap Naruto dengan rasa simpati yang ia tunjukkan, "Nasibmu sial sekali, Naruto."
"Begitulah. Nasi sudah menjadi bubur, mau protes pun juga tidak bisa. Apa boleh buat …," balas Naruto dengan aura suram yang mengelilingi dirinya.
"Kebetulan sekali kelasku tidak menjadi panitia acara seperti itu. Kalau begitu, aku akan membantumu, Uzumaki-san!" ucap Yotsuba dengan semangat. Membuat Naruto terkejut.
"Apakah ini tidak apa-apa? Ini akan merepotkan untukmu, Yotsuba. Kau pasti tahu akan hal itu."
Yotsuba merespon dengan tersenyum, "Tenang saja, aku tidak masalah untuk itu. Setidaknya, ini lebih baik dan cukup menantang. Ditambah lagi, ini tidak memakan tenaga yang berlebih bagiku."
"Baiklah, baiklah. Kau menang. Ingat, aku tidak memaksamu untuk melakukan ini, Yotsuba. Apa boleh buat jika kau bersikeras, aku tidak akan menahan dirimu. Dan … terima kasih untuk dirimu yang menawarkan diri untuk membantuku. Aku hargai itu," balas Naruto dengan tersenyum tipis.
"Tidak masalah, Uzumaki-san. Aku justru senang bisa membantumu!"
Yotsuba kemudian melanjutkan. "Ne, Uzumaki-san, Miku. Apa kalian tidak tahu mengenai legenda wisata sekolah kita?"
Miku hanya menggelengkan kepalanya, sementara Naruto merespon, "Aku tidak tahu sama sekali. Lagipula, aku tidak terlalu peduli."
Yotsuba cemberut, "Jangan begitu, Uzumaki-san. Kalau begitu, akan kuberitahu mengenai legenda itu. Kebetulan aku tadi diberitahu oleh temanku saat di kelas."
"Ya, ya. Terserah kau saja …," balas Naruto dengan malas.
"Kata temanku, jika seorang laki-laki dan perempuan berdansa pada acara api unggun di hari terakhir wisata sekolah. Konon, hubungan mereka akan terikat untuk selamanya," ucap Yotsuba dengan berbunga-bunga.
"Legenda yang bodoh. Mencari pasangan itu bukan berdasarkan kegiatan yang dilakukan sebagai bentuk legenda atau mitos, melainkan komitmen."
Respon Naruto membuat Yotsuba mengoceh-oceh ria. Sementara itu, Miku terlihat berpikir dengan sedikit rona merah di wajahnya. Ia juga tersenyum setelah mendengar cerita Yotsuba.
Naruto kemudian menemukan sebuah wig berwarna putih, dan satu buah topeng yang cukup familiar. Satu buah topeng yang sama dengan topeng milik Kaneki Ken dari anime Tokyo Ghoul, salah satu anime yang ia tahu. Ia terlihat terkagum akan itu.
'Aku tidak menyangka akan ada wig dan topeng seperti ini. Baiklah, sudah kuputuskan. Aku akan memakainya saat uji nyali berlangsung.'
Ia kemudian langsung saja memakai kedua benda yang ia temukan. Setelah itu, ia menatap Miku dan Yotsuba yang ada di depannya dengan tatapan yang dingin. Seolah ingin menyakiti mereka.
"Miku, Yotsuba. Bagaimana dengan penampilanku?" ucap Naruto dengan dingin, ia mencoba merubah suaranya agar terlihat cocok dengan apa yang ia gunakan.
Miku justru terkesan, "Itu keren, Naruto. Sekarang kau terlihat seperti orang lain."
Sementara itu, Yotsuba justru menunjukkan reaksi yang terbalik. Ia terlihat takut, "T-tunggu, s-siapa kau?"
Naruto sweatdrop mendengar respon Yotsuba yang terkesan bodoh. Padahal belum ada lima menit ia menunjukkan dirinya sebagai Naruto. Hanya dengan merubah suara, tatapan, dan penampilannya sekarang sudah membuat Yotsuba memiliki asumsi yang sangat jauh dari harapan.
"Ini aku, Naruto."
"Bohong!"
Mendengar respon Yotsuba membuat Naruto menepuk dahinya sendiri, seolah ia tidak menyangka hal bodoh seperti ini akan terjadi. Miku yang melihat itu hanya tertawa kecil.
"Itu adalah Naruto, Yotsuba. Ia mencari penyamaran untuk dilakukan pada acara uji nyali nantinya. Kau jangan terlalu heboh, nanti kita bisa dimarahi oleh penjaga perpustakaan di sini," jelas Miku dengan santai. Yotsuba yang mendengarnya hanya menganggukan kepalanya saja, terlihat mengerti.
Tidak lama kemudian, Ichika datang menghampiri mereka dengan membawa tas miliknya. Ia cukup terkejut ketika melihat penyamaran Naruto, "Wah, lihat siapa ini? Kau keren sekali, Naruto-kun."
"Terima kasih atas pujiannya, Ichika. Ngomong-ngomong, apakah kau bisa belajar bersama kami sekarang?"
"Sepertinya aku tidak bisa ikut bersama kalian, aku ada pemotretan satu jam lagi. Maafkan aku …."
"Tidak masalah, aku juga tidak memaksamu. Lagipula, kau bisa belajar bersama kami di lain hari."
"Terima kasih atas pengertiannya, Naruto-kun."
Ichika melanjutkan, "Ngomong-ngomong, aku akan selalu memberi kabar. Bagaimana jika kita bertukar kontak dan alamat email?" ucap gadis itu sembari mengedipkan matanya, ia memberikan handphonenya kepada Naruto yang sudah menunjukkan nomor telepon dan alamat email miliknya.
Naruto kemudian melepaskan wig dan maskernya, lalu ia mengambil handphone Ichika, "Tidak masalah. Itu akan mempermudahku untuk menghubungimu sewaktu-waktu."
Yotsuba yang melihat mereka bertukar kontak mulai menimpali dengan semangat, "Aku juga! Aku juga ingin bertukar kontak dan alamat email denganmu, Uzumaki-san!"
Naruto hanya menganggukan kepalanya saja sebagai respon. Setelah selesai dengan Ichika, Naruto menatap Yotsuba yang terlihat mengerjakan sesuatu, "Yotsuba, apa yang sedang kau lakukan?"
Di depan Yotsuba, Naruto dapat melihat banyak kertas origami bangau yang ia tidak tahu jumlahnya ada berapa. Yotsuba merespon, "Membuat origami berbentuk bangau. Aku membuat ini untuk temanku yang sedang dirawat di rumah sakit."
Baru saja Naruto ingin berbicara, ucapannya dipotong oleh seseorang guru yang menghampiri mereka dengan membawa banyak kertas ditangannya, "Oh, Nakano-san. Rupanya kamu di sini."
Yotsuba dengan cepat berdiri, menatap guru yang menghampiri mereka, "Ada apa, sensei?"
"Aku hanya ingin minta tolong padamu. Bisakah kau membagikan ini kepada teman-teman di kelasmu?" ucap guru tersebut.
"Tentu saja bisa, sensei. Kebetulan sekali aku ingin pergi ke kelas untuk menitipkan apa yang aku buat," balas Yotsuba yang memasukkan semua origami yang ia buat ke dalam sebuah plastik. Setelah itu, ia mengambil setumpuk kertas yang guru itu berikan dan meletakkannya di meja untuk sesaat.
Setelah kertas itu diambil, guru itu mengucapkan terima kasih dan mulai pergi meninggalkan mereka. Ichika yang menyadari waktu terus berjalan juga memilih untuk pergi.
"Kalau begitu, aku pergi dulu," ucap Ichika yang melambaikan tangannya.
"Semoga berhasil," respon Miku.
"Semangat, Ichika!" ujar Yotsuba.
Sementara itu, Naruto menyadari bahwa sebuah email telah masuk dari seseorang. Rupanya itu adalah dari Ichika. Ketika ia membuka dan membaca isi email yang dikirim kepadanya, ia menunjukkan ekspresi kekesalannya sekarang.
Bagaimana tidak? Subjeknya adalah dirinya, isi yang disampaikan Ichika tertulis, "Jika kau tidak ingin aku mengirimkan ini kepada yang lainnya, maka kau harus mengumpulkan empat alamat email dari saudariku yang lainnya."
Di bawah pesan yang dikirimkan, terlihat sebuah foto dirinya yang tertidur di kursi taman dengan posisi kepalanya berada di atas paha Ichika. Ia kemudian melihat Ichika yang menyeringai di dekat pintu perpustakaan sembari memegang handphone miliknya. Setelah itu, Ichika benar-benar pergi.
Naruto yang menyadari dirinya diancam tetap berusaha bersikap santai, agar tidak terlihat mencurigakan. Ya, dirinya juga tetap kesal dengan itu. Ia berbicara, "Berhubung kata-kata Ichika ada benarnya, maka aku harus mengetahui alamat email kalian juga."
Mendengar itu, Miku dan Yotsuba memberikan handphone mereka masing-masing kepada Naruto. Naruto dengan cepat menyimpan alamat email mereka tanpa perlu berlama-lama dan mengembalikan handphone mereka.
Setelah itu, Yotsuba memasukkan tangannya ke dalam pegangan plastik berisi origami yang sudah ia buat. Yotsuba sengaja tidak memasukkan origami yang ia buat ke dalam tas, agar origami yang ia buat tidak rusak karena tertimpa buku atau benda apapun yang ada di dalam tasnya.
Ia kemudian membawa setumpuk kertas yang diberikan oleh gurunya dan mulai melangkah untuk pergi, tetapi Naruto menghentikannya.
"Tunggu dulu, apa diantara kalian ada yang mengetahui dimana Nino dan Itsuki?"
"Aku tidak tahu," respon Miku.
"Setahuku, mereka berada di cafeteria sekolah sekarang. Kalau begitu, aku pergi dulu," ucap Yotsuba yang meninggalkan mereka. Naruto kemudian berdiri, ia ingin pergi.
"Maaf, Miku. Aku perlu menemui Nino dan Itsuki sekarang. Aku akan kembali lagi ke sini …," ucap Naruto yang pergi dari sana sembari melambaikan tangannya. Sementara itu, Miku hanya membalas dengan menganggukan kepalanya saja.
Setelah kepergian Naruto, Miku tersenyum sembari menatap handphone miliknya. Rupanya, ia menatap kontak dan alamat email Naruto saat ini. Ia terlihat sangat senang karena hal itu.
'Setidaknya, aku harus berterima kasih kepada Ichika untuk ini.'
.
[0_0]
.
Skip Time : School Cafeteria
"Aku menolak! Sudah berapa kali kukatakan, aku tidak akan memberikannya."
"Lagipula, kami tidak memiliki alasan untuk memberikannya kepadamu, Uzumaki-kun," ujar Itsuki yang mendukung ucapan Nino. Ia kemudian memakan roti yang dibeli sebelumnya.
Naruto yang mendengar ucapan mereka hanya menghela nafas, "Sudah kuduga kalian akan menolaknya …."
Naruto kemudian menyeringai dan menatap Itsuki, "Kalau begitu, akan kuberikan alamat email Naruko sebagai gantinya. Ini adalah bahan negosiasi yang setimpal untukmu kan, Itsuki?"
Mendengar itu, Itsuki kemudian memberikan handphone miliknya kepada Naruto, "Tidak ada pilihan lain …."
Naruto kemudian mengambilnya dan dengan cepat menyimpan apa yang ia perlukan tanpa berlama-lama. Sementara itu, Nino menatap Naruto dengan kesal, "Kau! Bisa-bisanya menggunakan adikmu sendiri sebagai umpan!"
"Berkatalah sesukamu, Nino. Ngomong-ngomong, apakah kau tidak akan memberikan alamat emailmu padaku?"
"Tentu saja tidak!"
"Kalau begitu, aku akan membuat rencana yang sangat bagus."
"Apa yang akan kau rencanakan, Uzumaki-kun?" tanya Itsuki dengan raut wajah yang penasaran.
Naruto menyeringai, "Semuanya bisa kurencanakan sesuai apa yang kuinginkan, Itsuki. Asalkan tanpa adanya Nino. Bersama kalian berempat pun sudah lebih dari cukup. Tidak perlu menambah orang lagi untuk itu."
'Skakmat untukmu, Nino. Ia sangat tahu cara untuk membujuk kita …,' pikir Itsuki.
Nino yang mendengar ucapan Naruto menjadi kesal. Giginya bergemeletuk dan tubuhnya bergetar menahan rasa kesalnya, "B-baiklah, akan kuberikan. Keluarkan memo milikmu, karena aku tidak membawa handphone milikku sekarang."
Naruto kemudian memberikan memo yang selalu ia bawa, beserta dengan pulpen miliknya. Kemudian, ia memberikannya kepada Nino. Setelah itu, Nino mulai menuliskan alamat email miliknya. Setelah selesai, ia memberikan memo itu kembali kepada Naruto.
Setelah mengucapkan terima kasih kepada keduanya, Naruto mulai pergi meninggalkan mereka. Ia terlihat lega saat ini.
'Setidaknya, sekarang aku selamat dari ancaman bodoh yang diberikan Ichika ….'
.
[0_0]
.
Skip Time : Saturday, Nakano Quintuplets Residence, Nino Room
"Kau ingin aku membantumu menindik telingamu?" ujar Naruto yang berdiri di depan Nino yang duduk di tempat tidurnya.
"Ya, anggap saja ini adalah pembayaran atas alamat email yang kuberikan. Perlu kau ketahui, alamat emailku itu tidak sembarangan orang yang memilikinya …."
Naruto menyeringai jahil, "Aku berani jamin dirimu tidak bisa melakukannya. Sedangkan kau sendiri mengaku kepada Ichika bahwa kau bisa melakukannya sendiri. Dasar pembohong …."
"Urusai, Uzumaki! Cepat lakukan saja!"
"Aku tidak akan melakukannya. Dari beberapa sumber yang pernah kubaca, menindik telinga akan menyebabkan infeksi jika kau tidak merawat hasil tindikannya dengan benar. Lagipula, aku bukan orang yang ahli melakukannya. Jadi, tolong maafkan aku …," jelas Naruto dengan berojigi.
Nino yang mendengar itu menjadi berpikir kembali. Ucapan Naruto memang tidak salah, semuanya adalah fakta. Nino menghela nafas, "Baiklah, aku tidak akan memaksamu. Kupikir kau ada benarnya."
Nino kemudian berjalan ke meja dan mengambil sebuah buku album dari laci meja itu, "Ngomong-ngomong, apakah kau mau melihat foto kami saat masih kecil?"
"Menarik. Bagaimana jika kita melihatnya bersama-sama dengan yang lain? Bukankah dengan begitu, kalian bisa bernostalgia bersama-sama?"
"Ide bagus, Uzumaki. Kalau begitu, ayo kita ke bawah sekarang!"
Tidak butuh waktu lama, mereka sudah berada di lantai bawah. Kebetulan sekali, di ruang tamu itu sudah ada empat kembar Nakano yang lain.
"Sudah selesai, Nino? Cepat sekali," ujar Ichika.
"Aku tidak jadi melakukannya. Mungkin lain kali."
Nino kemudian meletakkan buku album yang ia bawa di meja ruang tamu, "Selain itu, ayo kita lihat foto kita saat masih kecil."
Nino lalu membuka buku album itu, menunjukkan satu foto yang berisi gambar lima perempuan yang memiliki tinggi dan rambut yang sama. Rambutnya berwarna pink, akan tetapi lebih terang. Mereka semua yang melihat itu memiliki respon tersendiri, kecuali Naruto yang justru terkejut.
"Hoo, foto masa kecil!" ujar Yotsuba.
"Jadi nostalgia," ucap Ichika.
"Kita sudah banyak berubah, ya?" tambah Itsuki.
Miku hanya merespon dengan senyum kecilnya, kemudian ia menatap Naruto, "Naruto, apa tanggapanmu terhadap foto masa kecil kami?"
"Jujur saja, aku terkejut. Mengingat penampilan kalian yang sekarang begitu berbeda dengan apa yang kulihat di buku album itu. Aku bahkan tidak menyangka jika dulunya kalian memiliki fisik yang sama. Ya … kuakui, kalian memang diberkahi kecantikan alami. Aku tidak menyangkal hal itu."
"Terima kasih atas pujiannya, Naruto-kun," respon Ichika yang direspon dengan anggukan kepala oleh Naruto.
Yotsuba kemudian bertanya, "Uzumaki-san, apakah kau memiliki foto masa kecil yang kau simpan di handphonemu? Aku jadi penasaran."
"Di handphone? Tidak ada, aku tidak suka memotret diriku. Aku lebih sering difoto oleh orang lain dan kebanyakan fotonya ada di rumahku. Tapi … aku membawa satu foto masa kecilku yang selalu kusimpan di dompetku saat ini."
"Tunjukkan pada kami, Naruto," ujar Miku yang terlihat antusias.
Naruto kemudian mengambil dompet dan mengeluarkan selembar foto dalam keadaan yang terlipat. Ia menatap mereka, "Foto diriku di saat kecil ini bersama dengan seseorang yang berharga untukku. Tolong dimaklumi."
"Tidak masalah, Uzumaki-kun. Tunjukkan saja," ujar Itsuki.
Naruto kemudian langsung menaruh foto yang sudah ia lebarkan tepat ditengah-tengah meja, agar mereka semua bisa melihatnya. Akan tetapi, mereka semua justru sangat terkejut ketika mengetahui siapa orang yang bersama Naruto di dalam foto itu.
"BAGAIMANA KAU BISA BERTEMU DENGAN KAA-SAN?"
.
.
.
To Be Continued
.
.
Notes : Fic ini terinspirasi oleh beberapa fanfic tertentu dengan crossover Naruto x Quintessential Quintuplets. Hmm, ini project kedua gua dengan tipe fic yang multichapter. Gua bikin alurnya semi-canon tapi dengan banyak perubahan. Chapter 16 Up, jadi tolong buat reader gausah banyak protes dan Stay tune aja ye. Cukup doain gua biar banyak ide + sehat, secara perlahan nanti gua coba sebisa mungkin buat tamatin fic ini. Soalnya gua tim begadang buat ngelarin ini fic.
Next, gue gak bisa ngejawab review kalian satu per satu karena terlalu malas. Gua minimal baca review dari kalian, dan maksimal berakhir dengan baca PM dari reader or whoever else. Next. Jika fic ini diplagiat oleh oknum sampah yang nggak bertanggung jawab + tidak mendapat perizinan dari gua, bahkan gak naruh nama gua di tempat di mana dia ngepost cerita ini. Tolong bantu report / PM ke gua. Biar gua tinggal ikutan jadi tim report. Sebagai catatan, gua hanya memiliki akun FFN. Tidak ada yang di luar platform yang gua sebutkan.
Lagi dan lagi, gue ingin mempromosikan sesuatu di sini. Gue telah bergabung dengan sebuah Group Chat WhatsApp yang bernama Fanfic Community Indonesia, yang berisikan banyak author dan reader fanfiksi, bahkan platform lain. Di grup tersebut terdapat cukup banyak author senior, ataupun author baru seperti gue. Kepada siapapun yang berminat untuk bergabung, silahkan PM gue baik melalui web, ataupun aplikasi. Join with us! Feel like home! Let's move together!
Sepertinya hanya itu saja pesan gue kepada kalian. Sampai jumpa lagi. Jaa na!
FCI. Cursed-Eternal Out
