Previous Chapter
Nino kemudian meletakkan buku album yang ia bawa di meja ruang tamu, "Selain itu, ayo kita lihat foto kita saat masih kecil."
Nino lalu membuka buku album itu, menunjukkan satu foto yang berisi gambar lima perempuan yang memiliki tinggi dan rambut yang sama. Rambutnya berwarna pink, akan tetapi lebih terang. Mereka semua yang melihat itu memiliki respon tersendiri, kecuali Naruto yang terkejut.
"Hoo, foto masa kecil!" ujar Yotsuba.
"Jadi nostalgia," ucap Ichika.
"Kita sudah banyak berubah, ya?" tambah Itsuki.
Miku hanya merespon dengan senyum kecilnya, kemudian ia menatap Naruto, "Naruto, apa tanggapanmu terhadap foto masa kecil kami?"
"Jujur saja, aku terkejut. Mengingat penampilan kalian yang sekarang begitu berbeda dengan apa yang kulihat di buku album itu. Aku bahkan tidak menyangka jika dulunya kalian memiliki fisik yang sama. Ya … kuakui, kalian memang diberkahi kecantikan alami. Aku tidak menyangkal hal itu."
"Terima kasih atas pujiannya, Naruto-kun," respon Ichika yang direspon dengan anggukan Naruto.
Yotsuba kemudian bertanya, "Uzumaki-san, apakah kau memiliki foto masa kecil yang kau simpan di handphonemu? Aku jadi penasaran."
"Di handphone? Tidak ada, aku tidak suka memotret diriku. Aku lebih sering difoto oleh orang lain dan kebanyakan fotonya ada di rumahku. Tapi … aku membawa satu foto masa kecilku yang selalu kusimpan di dompet milikku saat ini."
"Tunjukkan pada kami, Naruto," ujar Miku yang terlihat antusias.
Naruto kemudian mengambil dompet dan mengeluarkan selembar foto dalam keadaan yang terlipat. Ia menatap mereka, "Foto diriku di saat kecil ini bersama dengan seseorang yang berharga untukku. Tolong dimaklumi."
"Tidak masalah, Uzumaki-kun. Tunjukkan saja," ujar Itsuki.
Naruto kemudian langsung menaruh foto yang sudah ia lebarkan tepat ditengah-tengah meja, agar mereka semua bisa melihatnya. Akan tetapi, mereka semua justru sangat terkejut ketika mengetahui siapa orang yang bersama Naruto di dalam foto itu.
"BAGAIMANA KAU BISA BERTEMU DENGAN KAA-SAN?"
.
.
.
I'm In Trouble
Disclaimer :
Naruto by Masashi Kishimoto
5-toubun no Hanayome by Negi Haruba
Pair : ?
Rate : T
Mark :
"Naruto." : Berbicara
Naruto : PoV Start / Flashback Start / Letter or Announcement Content
Naruto : Efek suara (Sfx) / Skip Time / Previous Chapter
'Naruto.' : Pikiran atau Batin
["Naruto."] : Berbicara melalui pesan atau panggilan telepon
Genre : School, Drama, Family, Hurt/Comfort, Romance, Tragedy
Warning : Semi-Canon, Alternate Universe, Alternate Fact & Reality, Original & Other Character, dan Out of Character.
.
.
Naruto yang mendengar teriakan Nino justru terkejut dengan bola mata yang membulat, "Apa?! Itu Kaa-san kalian?!"
"Itu benar, Naruto. Orang yang bersamamu di foto ini adalah Kaa-san kami …," jawab Miku yang diikuti anggukan kepala dari empat kembar lainnya.
Naruto menepuk dahinya sendiri, ia merasa bingung, "Aku bahkan tidak tau siapa nama orang yang bersamaku di hari itu. Apa kalian bisa memberitahu nama ibu kalian padaku?"
"Tentu saja, Uzumaki-kun ... nama ibu kami adalah Rena Nakano …," jawab Itsuki.
'Jika dipikir lagi, wajah dan mata mereka memang sama dengan sosok Kaa-san yang waktu itu mengajariku selama di Kyoto. Aku rasa, ini bukanlah sebuah kebetulan …,' pikir Naruto yang mendengar ucapan Itsuki.
"Uzumaki, kau belum menjawab pertanyaanku. Bagaimana kau bisa bertemu dengan Kaa-san! Jawab aku sekarang sebelum aku hajar kau!"
"Nino, tenanglah. Tidak perlu emosi," ucap Ichika.
Yotsuba menambahkan, "Ichika benar, Nino. Lagipula, aku yakin Uzumaki-san akan memberitahu kita."
"Baiklah, baiklah. Intinya, kau berhutang penjelasan pada kami, Uzumaki!"
"Baiklah, akan kuceritakan. Ini semua bermula sekitar 7 tahun yang lalu pada saat diriku masih berusia 10 tahun …."
.
Flashback on
7 Years Ago, 1 June
Sepulang sekolah. Naruto kecil terlihat berlari menyusuri jalan, ia mencari sebuah tempat untuk menenangkan dirinya. Setelah menemukan sebuah taman yang terlihat sepi, ia duduk di bawah pohon besar.
Ia menangis dengan kepala yang tertunduk, seolah memikirkan dan merenungkan sesuatu yang telah ia rasakan. Tidak lama kemudian, seseorang memanggilnya.
"Sedang apa kau di sini, nak? Mengapa kau menangis?"
Naruto kecil yang mendengar suara seseorang mulai mengangkat kepalanya. Dihadapannya, ia melihat seorang wanita dewasa berambut merah gelap sebahu dengan poni yang disisir ke samping kanan. Wanita itu memiliki mata berwarna biru tua dan terlihat sangat cantik layaknya sosok yang diberkahi.
'Dia seperti Kaa-san …,' pikir Naruto yang melihat wanita itu. Kemudian, ia merespon, "A-aku hanya sedang duduk. A-aku juga tidak sedang menangis kok, Nee-chan."
Mendengar kebohongan itu, wanita itu tersenyum. Ia kemudian menyentil dahi Naruto kecil, cukup untuk membuatnya mengaduh kesakitan.
"I-ittai yo, Nee-chan …," ucap Naruto kecil yang menatap wanita itu dengan kesal. Wanita itu justru tertawa ketika melihat tatapan kekesalan yang Naruto kecil tunjukkan kepadanya.
"Kau tidak pandai untuk berbohong, bocah. Jelaskan saja, akan aku dengarkan ceritamu."
"A-apakah aku bisa mempercayaimu, Nee-chan?"
"Tentu saja. Ngomong-ngomong, aku sudah menikah dan memiliki anak. Dipanggil kakak olehmu membuat diriku merasa kembali muda. Kau boleh memanggilku Kaa-san jika kau mau," balas wanita itu dengan nada bercanda.
Mendengar itu, Naruto kecil kemudian bangun dari duduknya dan memeluk wanita itu sambil menangis. Membuat wanita itu terkejut karena itu.
"Padahal aku hanya bercanda, loh."
"A-aku akan menganggap itu s-serius, hiks … a-aku senang, hiks ... k-karena aku bisa menemukan seseorang yang bisa mengingatkanku pada Kaa-sanku …."
"Tunggu, memangnya apa yang terjadi pada Kaa-sanmu?"
"M-mereka sudah tidak ada, kedua orang tuaku sudah pergi meninggalkanku. M-mereka sudah meninggal karena kecelakaan yang menimpa mereka. Meninggalkan diriku bersama adikku …," jelas Naruto kecil dengan suara yang lirih.
Mendengar itu, wanita itu sangat terkejut dengan bola mata yang membulat. Ia kemudian mensejajarkan dirinya dengan Naruto kecil dan membalas pelukannya, "Aku turut berduka mendengar apa yang terjadi padamu, nak. Maafkan aku karena membuat dirimu bercerita tentang kejadian itu."
"Arigatou, Nee-chan. Tidak, Nee-chan tidak perlu meminta maaf. Naru tahu kok, Kami-sama lebih menyayangi mereka dibanding Naru."
Naruto kecil menghela nafas berat, kemudian melanjutkan, "Naru juga tahu bahwa semua manusia akan tetap mati cepat atau lambat jika Kami-sama sudah menuliskan takdir mereka. Mau tidak mau, Naru harus bisa mengikhlaskan mereka ketika itu terjadi."
'Ia sangat tegar untuk anak seusianya. Aku terkesan dengan pola pikirnya,' pikir wanita itu yang mendengar ucapan Naruto. Ia kemudian mengusap kepala Naruto kecil dengan lembut, "Kau sangat bisa menerima keadaan. Tidak banyak anak seumuranmu yang bersikap seperti dirimu, nak."
Kemudian, wanita itu menambahkan, "Tidak apa-apa jika kau mau memanggilku Kaa-san sekarang, aku mengizinkannya."
"B-benarkah?" ucap Naruto kecil menatap wanita itu dengan penuh harapan.
"Itu benar. Aku tidak masalah untuk itu. Lagipula, justru bagus kan jika kau bisa mengingat sosok Kaa-sanmu yang bisa dilihat sekarang?" balas wanita itu dengan senyuman yang terlihat jelas di wajah cantiknya.
"I-itu tidak salah sih. K-kalau begitu … arigatou, Kaa-san …."
"Douitashimashite. Ngomong-ngomong, kau belum menjawab pertanyaanku."
"Baiklah, akan kujelaskan kepadamu, Kaa-san. Naru selalu dibully oleh teman-teman dikelas karena Naru terlalu bodoh dan tidak bisa menguasai satu pun pelajaran yang diajarkan disekolah. Maka dari itu, Naru tidak memiliki teman. Mereka selalu saja menghina dan mengatakan kalau orang tua Naru itu bodoh …."
"Itu membuat Naru kesal. Naru bisa saja menghajar mereka, tetapi Naru tidak ingin merepotkan dan membuat masalah untuk orang yang mengasuh diri Naru sekarang …," lanjut Naruto kecil dengan mengepalkan tangannya. Mendengar itu, wanita itu justru tersenyum seolah mendapatkan ide.
"Jadi begitu … begini saja, bagaimana jika kau menjadi murid Kaa-san selama dua bulan?Kebetulan, aku adalah salah satu guru di suatu sekolah menengah atas di daerah ini. Dengan itu, aku akan membuatmu menjadi pintar dengan mengajarkanmu banyak hal. Apa kau mau?"
Naruto kecil menjawab dengan penuh semangat, "Tentu saja aku mau! Aku akan menjadi murid Kaa-san dan aku akan membuktikan kepada mereka bahwa ucapan mereka itu salah!"
"Hahaha, aku suka semangatmu itu, nak. Ngomong-ngomong, siapa namamu?"
"Namaku adalah Uzumaki Naruto!"
.
Selama dua bulan itu, Naruto kecil diajari banyak hal oleh sosok yang ia anggap ibu barunya itu. Mereka selalu bertemu di saung yang berada di taman yang juga menjadi tempat pertama kali mereka bertemu.
Dan tibalah saat dimana hari terakhir mereka. Terlihat mereka yang akan berpisah, Naruto kecil menatap wanita itu dengan sedih, "Apakah Kaa-san akan pergi meninggalkanku?"
"Tidak, Kaa-san tidak akan meninggalkanmu. Jika ada kesempatan, mungkin kita akan bertemu lagi di lain waktu. Sekarang, Kaa-san memiliki banyak urusan. Aku tidak akan memiliki banyak waktu bebas seperti ini lagi."
Wanita itu melanjutkan, "Setidaknya, Kaa-san bersyukur karena sudah bisa membantumu, Naru-kun. Walaupun begitu, pekerjaan Kaa-san juga menunggu."
Naruto kecil hanya bisa menatap sedih wanita itu, "Baiklah, aku mengerti …," ucapnya dengan lirih.
"Ayolah, Naru-kun. Jangan sedih begitu. Kau pasti sudah tahu kan kata-kata mengenai setiap ada pertemuan pasti ada perpisahan?"
"Aku tahu itu. Tapi, aku tidak ingin Kaa-san pergi dariku …."
"Maka dari itu, aku akan memberikan sesuatu padamu. Bukalah ini," ucap wanita itu yang memberikan satu buah kotak berukuran kecil. Ketika Naruto kecil membukanya, ia terkejut. Rupanya, isinya adalah sebuah kalung kristal berwarna biru sapphire yang terlihat sangat cantik.
"Ini untukku?" ucap Naruto kecil yang masih melihat isi kotak itu.
Wanita itu membalas sembari tersenyum, "Ya, itu milikmu sekarang. Itu adalah hadiah dariku karena kau bisa berkembang pesat selama dua bulan terakhir, Naru-kun. Itu juga bisa kau jadikan sesuatu untuk mengingat diriku."
Naruto kecil kemudian memakai kalung itu. Setelah itu, ia menatap wanita itu, "Apa ini terlihat cocok denganku?"
"Itu sangat cocok, Naru-kun. Mengingat warna matamu dan warna kalung itu sama."
Tanpa aba-aba, Naruto memeluk wanita itu, "Arigatou, Kaa-san. Aku akan selalu menggunakannya dan selalu menjaganya dengan baik."
Wanita itu tersenyum. Ia kemudian mensejajarkan tingginya dengan Naruto dan membalas pelukan itu, "Douitashimashite, Naru-kun. Aku percaya dirimu akan menjaga apa yang Kaa-san berikan padamu. Setidaknya, Kaa-san juga akan memberikan sebuah pesan untukmu sebelum Kaa-san pergi."
Naruto kecil mulai menatap wanita itu dengan serius, "Baiklah. Katakan padaku, Kaa-san! Akan aku dengarkan baik-baik. Sama seperti ajaran yang Tou-san dan Kaa-san berikan padaku sebelumnya, semua itu akan aku terapkan dalam kehidupanku!"
"Aku pegang ucapanmu, Naru-kun. Pesan Kaa-san hanya satu. Walaupun tanpa adanya Kaa-san yang mendampingimu, Kaa-san ingin kau selalu berusaha dan belajar dalam mencapai suatu tujuan yang sudah kau buat."
Wanita itu melanjutkan, "Kau pasti tahu, sebuah usaha tidak akan mengkhianati hasil. Maka dari itu, Kaa-san ingin kau selalu berusaha yang terbaik untuk dirimu sendiri, dan bisa mengikuti apa kata hatimu. Apa kau bisa melakukan itu, Naru-kun?"
"Tentu saja aku bisa! Terima kasih atas segala ilmu dan pelajaran yang kau berikan padaku. Aku tidak akan mengecewakanmu, Kaa-san!"
Wanita itu kemudian melepaskan pelukannya, dan mulai beranjak pergi, "Kalau begitu, jaga dirimu baik-baik, Naru-kun. Sampai jumpa …."
"Ya, sampai jumpa, Kaa-san …," ucap Naruto kecil dengan lirih yang memandangi sosok ibu yang mulai pergi menjauh. Setelah tidak terlihat dari matanya, ia kembali duduk di saung taman. Naruto kecil saat ini terlihat memikirkan sesuatu.
'Bodoh, Naru justru lupa untuk menanyakan nama Kaa-san. Mungkin lain kali Naru akan menanyakannya jika kita bertemu lagi. Naru akan menunggu saat itu tiba.'
Flashback off
.
"Begitulah akhirnya. Aku juga masih memiliki apa yang ibu kalian berikan kepadaku," ucap Naruto yang menunjukkan sebuah kalung yang ia gunakan saat ini.
Naruto melanjutkan, "Berkat ibu kalian, aku selalu berusaha keras tanpa menyerah. Belajar dan belajar tanpa henti dengan otodidak yang membuatku bisa menjadi diriku yang sekarang. Maka dari itu, aku bisa katakan bahwa Itsuki sangat mengingatkanku pada diriku di masa lalu …."
"Baiklah, kami bisa mempercayai apa yang kau ceritakan. Aku hanya tidak menyangka jika kau akan bertemu dengan Kaa-san," ujar Nino yang menatap Naruto dengan serius.
"Begitulah, aku juga baru tahu jika itu adalah ibu kalian. Salahku juga karena tidak bertanya, mungkin karena aku terlalu senang karena diperbolehkan menganggap ibu kalian sebagai ibuku juga. Ibu kalian sangat mengingatkanku pada ibuku."
"Aku tahu, mereka memang hampir sama. Aku bisa menyimpulkan itu karena sudah melihat foto yang ada di rumahmu, Uzumaki-kun," ucap Itsuki.
Naruto kemudian mengangguk menyetujui itu. Kemudian, ia terdiam. Ia mengingat kembali soal perkataan Miku yang menceritakan bahwa festival kembang api adalah festival yang mereka selalu lihat walaupun ibu mereka sudah tidak ada.
Mengingat itu, membuat dirinya menitikkan air mata. Ia mulai menyadari bahwa sosok ibu kedua yang ia sangat hormati itu telah pergi meninggalkannya.
"Uzumaki-san, mengapa kau menangis?" tanya Yotsuba dengan panik.
"Apa ada sesuatu yang membuatmu sedih, Naruto? Katakan pada kami …," ujar Miku yang menatap Naruto dengan khawatir.
Naruto menjawab dengan lirih, "Aku mengingat mengenai festival hanabi yang membuat kalian sangat antusias untuk melihatnya. Aku mengingat Miku mengucapkan sesuatu yang mengatakan ibu kalian sudah tiada. Berarti, orang yang aku hargai sebagai ibu kedua juga sudah tidak ada."
'Naruto-kun sangat menghargai Kaa-san. Ditambah lagi, ingatan Naruto-kun itu sangat tajam. Aku akui itu,' pikir Ichika yang mendengar penjelasan Naruto dan menatap lelaki itu dengan sedih.
"Untuk kali ini, bolehkah aku meminta sesuatu pada kalian?" ucap Naruto dengan lirih.
"Katakan saja, Uzumaki-kun. Kami akan membantumu," respon Itsuki yang diikuti anggukan dari Ichika, Miku, dan Yotsuba. Hanya Nino yang terlihat memandangi Naruto dengan tatapan yang sulit untuk diartikan.
"Bisakah kalian mengantarkanku ke tempat pemakamannya? Aku ingin mengunjunginya sekarang juga …."
.
[0_0]
.
Skip Time : Cemetery
"Halo, Kaa-san atau bisa kupanggil dengan Rena-sensei. Lama tidak berjumpa setelah tujuh tahun lamanya …."
Di depan batu nisan Rena Nakano, Naruto mengucapkan itu dengan meneteskan air mata setelah meletakkan bunga anyelir putih dan berdoa. Di belakang Naruto, terlihat juga lima kembar Nakano yang juga sedang memanjatkan doa.
"Aku selalu berterimakasih pada Kaa-san. Berkatmu, aku bisa menjadi diriku yang sekarang. Aku tidak akan lupa setiap ingatan dan kenangan yang kujalani selama dua bulan di Kyoto bersamamu, Kaa-san. Walaupun Kaa-san tidak ada, Kaa-san akan selalu tetap hidup di hatiku …."
Lima kembar Nakano yang mendengar itu setelah berdoa untuk ibu mereka hanya bisa memandang Naruto dengan sedih.
"Sekarang, aku menemukan lima putrimu dan memiliki tanggung jawab untuk menjadi guru les mereka. Aku sama seperti Kaa-san saat ini, sama-sama merasakan menjadi guru. Hanya saja, aku kurang pengalaman. Aku harap, Kaa-san akan selalu mengawasi segala langkahku untuk mengajari putri-putri Kaa-san."
"Aku berjanji, akan membuat mereka lulus dengan caraku sendiri. Aku akan mengikuti kata hatiku sesulit apapun caranya dengan berbagai usaha yang kulakukan dengan pantang menyerah. Sesuai dengan diriku di masa lalu dan sesuai dengan apa yang Kaa-san ajarkan kepadaku …."
Setelah mengucapkan itu, Naruto melihat lima kembar Nakano juga sudah selesai berdoa. Ia kemudian berinisiatif, "Apa kalian sudah selesai? Jika sudah, aku ingin pergi ke makam orang tuaku. Kebetulan mereka juga dikubur di sini."
"Kami sudah selesai, Uzumaki-kun. Mungkin kami akan kembali ke kediaman kami," ujar Itsuki mewakili mereka.
"Terima kasih karena kalian sudah menunjukkan makam ibu kalian. Kalau begitu … aku juga akan pergi sekarang, sampai jumpa besok semuanya …," ucap Naruto yang beranjak pergi dari sana dan pergi ke area lain yang tidak jauh dari mereka. Meninggalkan mereka dengan menatap kepergian dirinya.
Setelah Naruto pergi, mereka mulai pergi meninggalkan area pemakaman untuk kembali ke kediaman mereka. Selama mereka kembali, Ichika terlihat berpikir secara penuh. Ia tidak habis pikir dengan sebuah fakta yang terungkap sekarang.
'Aku benar-benar tidak menyangka Naruto-kun mengenal Kaa-san. Apa ada hal lain yang kau sembunyikan dari kami, Naruto-kun?'
.
.
.
To Be Continued
.
.
Notes : Fic ini terinspirasi oleh beberapa fanfic tertentu dengan crossover Naruto x Quintessential Quintuplets. Hmm, ini project kedua gua dengan tipe fic yang multichapter. Gua bikin alurnya semi-canon tapi dengan banyak perubahan. Chapter 17 Up, jadi tolong buat reader gausah banyak protes dan Stay tune aja ye. Cukup doain gua biar banyak ide + sehat, secara perlahan nanti gua coba sebisa mungkin buat tamatin fic ini. Soalnya gua tim begadang buat ngelarin ini fic.
Next, gue gak bisa ngejawab review kalian satu per satu karena terlalu malas. Gua minimal baca review dari kalian, dan maksimal berakhir dengan baca PM dari reader or whoever else. Next. Jika fic ini diplagiat oleh oknum sampah yang nggak bertanggung jawab + tidak mendapat perizinan dari gua, bahkan gak naruh nama gua di tempat di mana dia ngepost cerita ini. Tolong bantu report / PM ke gua. Biar gua tinggal ikutan jadi tim report. Sebagai catatan, gua hanya memiliki akun FFN. Tidak ada yang di luar platform yang gua sebutkan.
Lagi dan lagi, gue ingin mempromosikan sesuatu di sini. Gue telah bergabung dengan sebuah Group Chat WhatsApp yang bernama Fanfic Community Indonesia, yang berisikan banyak author dan reader fanfiksi, bahkan platform lain. Di grup tersebut terdapat cukup banyak author senior, ataupun author baru seperti gue. Kepada siapapun yang berminat untuk bergabung, silahkan PM gue baik melalui web, ataupun aplikasi. Join with us! Feel like home! Let's move together!
Sepertinya hanya itu saja pesan gue kepada kalian. Sampai jumpa lagi. Jaa na!
FCI. Cursed-Eternal Out
