Previous Chapter

"Apa ini tidak apa-apa? Padahal, aku juga bisa membayarnya dengan uangku sendiri."

"Itu tidak hanya untukmu saja. Aku hanya risih jika kau selalu memakai pakaian yang aneh saat bersama kami. Itu akan terlihat bodoh," jawab Nino yang membelakangi Naruto.

"Baiklah, aku ucapkan terima kasih kalau begitu. Aku janji akan menjaganya dengan baik."

Yotsuba berkata dengan ceria, "Kau tahu, Uzumaki-san? Memilihkan baju dan belanja dengan laki-laki itu rasanya seperti sedang melakukan kencan. Iya kan?"

Perkataan Yotsuba membuat tiga kembar lainnya menatapnya dengan terkejut. Sementara itu, Naruto dengan santai menjawab, "Tidak juga. Aku hanya menganggap ini sebagai kegiatanku bersama kalian sebagai temanku."

"Uzumaki-san benar, ini hanyalah belanja biasa," ujar Itsuki.

Itsuki melanjutkan, "Lagipula, murid tidak boleh berpacaran. Itu terdengar konyol."

"Setidaknya kau memikirkan hal yang sama denganku saat ini, Itsuki," ujar Naruto.

Yotsuba kemudian menunjuk Itsuki, "Sekarang, kau terlihat sama dengan Uzumaki-san dari cara memandang murid yang berpacaran. Apa ini sebuah kebetulan?"

Itsuki menjawab dengan rona merah di wajahnya, "J-jangan samakan aku dengan Uzumaki-kun! Bagiku, hubungan kita ini hanyalah sebatas guru dan murid! Hubungan kita tidak bisa lebih dari itu!"

Tidak lama kemudian, Naruto merasakan handphone miliknya berdering menandakan adanya panggilan. Ternyata, yang menghubunginya adalah Kakashi. Ia juga sadar bahwa Kakashi sudah menelepon dirinya berkali-kali sehingga log panggilannya menumpuk.

"Maaf, minna. Bisakah kalian diam sebentar? Aku ingin mengangkat ini."

"Tidak masalah, Naruto," balas Miku mewakili. Empat kembar Nakano hanya bisa mendengarkan Naruto yang berbicara selama panggilan telepon itu. Mereka tiba-tiba terkejut karena mendengar teriakan Naruto.

"APA KATAMU?"

.

.

.

I'm In Trouble

Disclaimer :

Naruto by Masashi Kishimoto

5-toubun no Hanayome by Negi Haruba

Pair : ?

Rate : T

Mark :

"Naruto." : Berbicara

Naruto : PoV Start / Flashback Start / Letter or Announcement Content

Naruto : Efek suara (Sfx) / Skip Time / Previous Chapter

'Naruto.' : Pikiran atau Batin

["Naruto."] : Berbicara melalui pesan atau panggilan telepon

Genre : School, Drama, Family, Hurt/Comfort, Romance, Tragedy

Warning : Semi-Canon, Alternate Universe, Alternate Fact & Reality, Original & Other Character, dan Out of Character.

.

.

["Naruko sedang sakit sekarang. Jika kau sedang di luar, pulanglah segera. Besok, aku akan datang ke rumah kalian untuk menjaga Naruko karena besok kebetulan hari liburku."]

["Baiklah. Terima kasih, Kakashi-nii. Aku akan pulang sekarang juga. Kalau begitu, aku tutup."]

["Oke."]

Naruto kemudian menatap empat kembar Nakano, "Minna, sepertinya aku harus pulang sekarang."

"Mengapa kau terlihat buru-buru sekali, Uzumaki-san?" tanya Yotsuba.

"Naruko, dia sedang sakit. Aku harus pulang untuk merawatnya. Sebagai pengganti orang tua di rumah, aku tidak bisa diam saja."

Mendengar itu membuat Itsuki terkejut, "Apa?! Naruko-chan sakit?! Kalau begitu, kami akan membantumu, Uzumaki-kun."

"Tap-"

"Kami tidak terima penolakan," ucap Nino dan Miku bersamaan.

"Baiklah, baiklah. Kalian menang."

.

[0_0]

.

Skip Time : Naruto House

"Naruko! Kau tidak apa-apa?"

Naruto telah tiba dengan membawa obat ditangannya, di belakang Naruto terlihat juga empat kembar Nakano yang juga datang mengunjungi Naruto. Beruntung ia dibantu mereka berempat, dengan pergi ke apotek dan berakhir pulang bersama mereka menaiki taksi.

Mereka dapat melihat Naruko sedang berbaring di futon dengan selimut tebal menyelimuti tubuh gadis kecil itu.

"Nii-chan, kau membawa mereka juga ternyata. Aku senang Nii-chan sekarang punya banyak teman."

"Mendengar kau sakit, membuat mereka ingin datang untuk menjengukmu. Lagipula, ini bukan saatnya untuk itu. Apa yang kau rasakan sekarang? Apa kau sudah makan?"

"Sepertinya aku demam. Aku sudah makan juga, kok."

"Sekarang, saatnya minum obat. Diantara kalian, ada yang mau membantuku sebentar untuk mendudukkan Naruko dan mengambil air untuk mengelap keringatnya? Aku akan menyiapkan obatnya."

"Aku akan melakukannya," ucap Yotsuba dan Itsuki bersamaan. Itsuki memilih untuk mendudukkan Naruko, sementara Yotsuba langsung saja pergi mengambil air hangat dalam ember kecil. Setelah itu, Naruto dengan cepat meminumkan obat dan mengelap keringat Naruko.

"Jika kalian mau berbicara dengan Naruko, tidak masalah. Aku akan melakukan hal lain."

"Baiklah, Uzumaki-kun," ucap Itsuki mewakili. Tanpa disuruh, Naruto kemudian mengerjakan pekerjaan rumah milik Naruko dan membereskan segala benda yang berserakan di meja. Sementara Yotsuba dan Itsuki berbincang dengan Naruko.

Tanpa diduga, Nino memperhatikan salah satu foto keluarga Naruto yang tidak jauh dari sana. Naruto menyadari hal itu, "Apa kau sudah bisa mengerti mengapa aku bisa menyamakan Kaa-sanku dengan Kaa-san kalian?"

"Ya, aku sudah mengerti. Mereka terlihat hampir sama."

Nino melanjutkan, "Ngomong-ngomong, sudah berapa lama sejak orang tuamu tidak ada, Uzumaki?"

"Sejak aku berumur sepuluh tahun. Aku juga mulai bekerja paruh waktu selama itu juga, tetapi aku sudah berhenti."

Nino yang mendengar jawaban Naruto terkejut dengan bola mata yang membulat, 'Ia memang terlihat sosok pekerja keras, itu terlihat dari bentuk tubuhnya.'

"Lalu, mengapa kau berhenti?"

"Rahasia …."

Nino yang mendengar jawaban Naruto mulai cemberut, sementara Miku dan Itsuki yang mendengar perbincangan mereka hanya berpikir.

'Pasti karena penyakitnya, aku yakin akan hal itu.'

"Nii-chan …."

Mendengar Naruko memanggilnya, Naruto yang sudah selesai dengan kegiatannya langsung menghampiri Naruko, "Ada apa, Naruko?"

"Bolehkah aku meminta sesuatu?"

"Katakan saja, Nii-chan akan melakukannya untukmu."

"Mungkin ini terdengar egois, tetapi … aku ingin Nii-chan mengikuti acara wisata sekolah besok."

Mendengar perkataan Naruko membuat semuanya terkejut, kecuali Nino dan Miku. Naruto kemudian menjawab, "Akan aku lakukan, tapi aku tidak janji. Meninggalkanmu dengan kondisi seperti ini membuatku merasa gagal sebagai kakak, kau tahu?"

"Tidak, kau tidak gagal, Nii-chan. Nii-chan adalah kakak terbaik dan terhebat yang pernah kumiliki. Hanya saja, aku ingin Nii-chan membuat suatu kenangan bersama mereka. Bersama dengan teman-temanmu."

"Aku tahu kau ingin aku pergi demi diriku sendiri. Tetapi, aku tidak janji akan melakukannya. Daripada melakukan itu, lebih baik aku menjagamu di sini. Kau adalah keluargaku yang tersisa satu-satunya. Maka dari itu, aku tidak akan pergi meninggalkanmu, Naruko," ucap Naruto sembari mengelus kepala Naruko dengan lembut.

"Aku mengerti. Lagipula, aku juga tidak memaksa Nii-chan untuk ikut. Itu hanya permintaanku saja, kok."

Mereka yang mendengar percakapan Naruto dan Naruko menunjukkan reaksi yang berbeda-beda. Yotsuba yang menangis, Itsuki dan Miku yang tersenyum menatap Naruto, sementara Nino hanya bisa memandang Naruto dengan tatapan yang sulit untuk diartikan.

'Ia memang kakak yang pengertian. Aku jadi penasaran, bagaimana jika ia memiliki kekasih atau perempuan yang ia sukai?' pikir Miku.

Itsuki berpikir, 'Uzumaki-kun, sisi dirimu yang hangat selalu membuat kami selalu tenggelam didalamnya. Aku tidak bisa meragukan hal itu.'

'Dirinya memang berbeda dari segala laki-laki yang pernah kutemui,' batin Nino.

Melihat Naruko menguap, membuat Naruto berbicara kembali, "Kau sudah mengantuk, Naruko?"

"Begitulah, mungkin efek obatnya sudah masuk ke dalam diriku."

"Sebelum kau tidur, berterimakasihlah kepada mereka, Naruko. Mereka yang mengantarkanku pulang dan membelikan obat untukmu."

"Minna, arigatou karena sudah membelikan obat dan datang untuk menjengukku …," ucap Naruko dengan tersenyum lemah.

"Douitashimashite, Naruko-chan. Kalau begitu, kami juga akan pamit. Naruko-chan akan beristirahat, ini juga sudah larut malam. Kami juga harus pulang," ucap Itsuki mewakili dan mulai berjalan ke pintu luar yang diikuti oleh yang lain.

"Cepat sembuh ya, Naruko-chan!" ucap Yotsuba sebelum pergi meninggalkan ruangan.

"Terima kasih karena sudah menjenguk diriku."

"Aku akan mengantar mereka ke depan. Tidurlah duluan, Naruko."

"Baiklah, Nii-chan."

.

"Minna, aku ucapkan banyak terima kasih kepada kalian karena sudah membantuku. Aku juga senang karena kalian mau mengunjungi Naruko," ucap Naruto dengan berojigi. Mereka saat ini berada di pinggir jalan yang cukup sepi karena sudah larut malam.

"Tidak masalah, Naruto. Lagipula, kau terlihat kesulitan. Mana mungkin kami membiarkanmu seperti itu?" jawab Miku.

Yotsuba menambahkan, "Itu benar, Uzumaki-san."

Naruto menatap mereka dengan tersenyum, 'Aku bersyukur memiliki teman seperti mereka ….'

"Ngomong-ngomong, kau tidak akan ikut wisata sekolah besok, Uzumaki?"

Naruto tersenyum kecil dan menjawab dengan lirih, "A-aku tidak tahu untuk itu, Nino. Untuk sekarang, aku tidak bisa meninggalkan Naruko dengan kondisi seperti itu. Lagipula, kalian bisa pergi tanpa diriku."

"Aku juga merasa tidak enak jika aku tidak ikut wisata sekolah, padahal kalian sudah membelikan pakaian untukku untuk acara itu. Maafkan aku, sepertinya aku tidak bisa mengikuti acara itu. Satu hal yang kuprioritaskan sekarang hanyalah Naruko," tambah Naruto dengan senyum kecut.

"Akan kucari cara agar kau bisa mengikuti wisata sekolah bersama kami, Uzumaki-kun," balas Itsuki.

"Aku sendiri tidak yakin apakah aku bisa ikut."

Naruto yang melihat sebuah taksi langsung saja memberhentikannya untuk mereka. Setelah itu, ia membukakan pintu taksi itu untuk mereka masuk. Sebelum mereka masuk ke dalam taksi, Naruto berkata, "Titipkan salamku pada Ichika."

"Tentu saja akan kusampaikan. Semoga Naruko-chan cepat sembuh, Uzumaki-kun" ucap Itsuki.

"Sampai jumpa besok, Uzumaki-san …," ujar Yotsuba.

"Terima kasih atas doanya dan sampai jumpa besok, minna …," balas Naruto yang menutup pintu taksi mereka. Setelah itu, taksi itu mulai berjalan untuk mengantarkan mereka pulang. Naruto kemudian kembali ke rumahnya.

'Aku tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Jika ada sebuah kesempatan, mungkin aku akan ikut demi menuruti permintaan Naruko.'

.

Skip Time : Next Day

Selama itu juga, Naruto berjaga semalaman sampai pagi dengan duduk di samping Naruko yang tertidur nyenyak. Ia tidak bergerak dari tempatnya, ia tidak bisa melepaskan pandangannya terhadap adik satu-satunya yang ia sangat sayangi.

Ia bergerak ketika mendengar suara Kakashi masuk ke telinganya, "Naruko! Apa dia baik-baik saja!"

Naruto kemudian berdiri dan menatap Kakashi, "Pelankan suaramu, Kakashi-nii. Ia sedang tidur. Mungkin sebentar lagi dia akan bangun. Setelah kucek, demamnya sudah turun."

"Maafkan aku kalau begitu, aku terlalu khawatir," balas Kakashi dengan menunjukkan eye smile.

"Tunggu dulu, melihat jam berapa sekarang. Bukankah seharusnya bus sekolah untuk wisata sekolahmu sudah pergi, Naruto?"

"Itu benar, tapi itu tidak masalah. Aku hanya perlu mengutamakan Naruko dibandingkan diriku sendiri, Kakashi-nii."

"Hoahm, aku lapar …," ucap Naruko yang membuat Naruto dan Kakashi terkejut. Naruko kemudian menguap dan mulai berdiri. Setelah itu, ia merenggangkan tangannya. Hal itu membuat Naruto dan Kakashi mulai menatap Naruko dengan serius.

"Naruko, bagaimana dengan demammu?" tanya Kakashi.

"Sudah mendingan, Kakashi-nii. Itu berkat Nii-chan, aku juga tahu Nii-chan semalaman terjaga untuk menjagaku."

"Bagaimana kau bisa tahu?"

"Kita ini keluarga, jadi aku sudah tahu kelakuanmu itu, Nii-chan. Ngomong-ngomong, terima kasih karena sudah merawatku, Nii-chan."

Naruto kemudian mengelus surai pirang Naruko dengan lembut, "Sama-sama, Naruko."

"Apa kau tidak pergi mengikuti acara wisata sekolahmu, Nii-chan?"

"Kurasa tidak. Sudah tidak ada harapan, busnya sudah jalan."

"Siapa yang berkata sudah tidak ada harapan?"

Mendengar suara orang lain di telinga mereka, membuat mereka menatap ke arah asal suara. Ternyata, Itsuki sudah berada di sana menatap mereka bertiga. Ia kemudian menghampiri Naruto.

"Walaupun busnya sudah berangkat, tapi kau masih memiliki kami untuk membantumu."

Itsuki kemudian menggenggam tangan Naruto dan menariknya keluar rumah, "Maafkan aku. Aku pinjam Uzumaki-kun untuk sekarang."

"Tidak masalah."

.

"Oi, oi. Mau dibawa kemana diriku ini, Itsuki?"

"Sudahlah, ikut saja."

"Baiklah, baiklah. Kau menang."

Beruntung sekali di tas Naruto hanya diisi pakaian yang awalnya berniat di bawa untuk wisata sekolah. Setidaknya, ia tidak akan terlihat konyol jika hanya membawa satu set pakaian. Tidak lama kemudian, ia melihat beberapa wajah yang ia kenal.

"Minna …."

Miku menyapa Naruto, "Yo, Naruto."

Ichika menambahkan, "Kau terlambat."

Yotsuba menimpali, "Sini! Sini!"

Nino hanya menatap Naruto dengan malas, "Dasar, apa sih yang kau lakukan?"

"Apa maksudnya ini?"

Itsuki menjelaskan, "Sebenarnya, kami sudah datang ke sekolah. Aku langsung ditunjuk sebagai eksekutor dalam kegiatan uji nyali karena kau meminta izin untuk tidak ikut, tetapi aku tidak mau karena aku takut hantu. Berhubung ada Ebata-san, kami jadi bisa membantumu untuk ikut wisata sekolah bersama-sama."

'Sudah kuduga, mengingat Ebata-san adalah sekretaris Nakano-sensei. Sudah lama aku tidak mengobrol dengan Ebata-san, mungkin nanti bisa kulakukan,' pikir Naruto yang mendengar penjelasan Itsuki. Ia kemudian menghela nafas.

"Apa boleh buat. Kalau begitu, aku akan ikut dengan kalian."

.

Skip Time : Road

Di jalanan saat ini terlihat sangat macet. Banyak kendaraan menumpuk dikarenakan badai salju yang tiba-tiba datang dan menutup arus jalan. Sementara itu, di mobil yang ditumpangi Naruto. Terlihat kembar lima Nakano sedang bermain kartu dan tebak jari untuk menentukan posisi kembar lima itu.

Naruto saat ini duduk di depan. Walaupun mereka gaduh, ia tetap terlihat biasa saja. Naruto kemudian menatap sang pengemudi yang ia sangat kenal. Sosok laki-laki berperawakan tua dengan rambut berwarna perak yang menutupi bagian dahi kiri dan dahi kanannya.

"Lama tidak berjumpa, Ebata-san."

"Aku pun begitu, Naruto."

"Aku kira kau menemani Nakano-sensei sekarang?"

"Tidak. Itu karena mereka memintaku secara langsung untuk mengantar mereka ke sana dan menjemput dirimu. Jadi, apa boleh buat. Lagipula, berkat itu kita bisa mengobrol setelah sekian lamanya bukan?"

"Hahaha, kau benar, Ebata-san. Aku rindu dengan sosok yang sudah kuanggap kakekku sendiri."

Mendengar ucapan Naruto membuat Ebata tertawa. Perlu diketahui, hubungan mereka berdua awalnya hanya sepasang orang asing. Seiring berjalannya waktu, Ebata menaruh rasa hormat pada Naruto setelah mendengar kisahnya dari atasannya itu.

Mereka juga sering mengobrol bersama layaknya seorang keluarga, bahkan Ebata menganggap Naruto adalah cucunya sendiri. Sementara Naruto menganggap Ebata sebagai kakeknya. Ebata sangat ramah di mata Naruto, jadi dirinya juga segan untuk berbicara dengannya.

Tanpa disadari keduanya, Nino menyadari dan mendengarkan perbincangan mereka. Itu membuat dirinya berpikir.

'Apa lagi sekarang? Uzumaki itu mengenal Ebata-san? Aku tidak menduga sama sekali, mungkin saja ini hanyalah sebuah kebetulan.'

.

Time Skip : Inn

"Well … kamar ini lumayan bagus," ucap Naruto yang melihat kamar penginapan mereka.

"Berdasarkan penjelasan resepsionis, satu kamar hanya bisa ditempati oleh empat orang …," ujar Itsuki.

Yotsuba menimpali, "Karena ada banyak tamu yang tiba-tiba menginap tanpa melakukan reservasi, membuat hanya kamar ini adalah satu-satunya yang tersisa."

"Aku tidak ingin satu kamar dengannya. Lalu, bagaimana dengan mobil kita?"

"Mobil kita sudah di bawa pulang oleh Ebata-san, Nino. Mobil itu dipakai untuk bekerja, seharusnya kita bersyukur karena sudah sampai di sini," jawab Ichika.

"Begitu ternyata. Kurasa tadi aku melihat ada satu tempat lagi di luar penginapan."

Yang dimaksud oleh Nino adalah sebuah tempat di luar penginapan yang terlihat seperti rumah kayu berukuran kecil. Yotsuba merespon, "Bisa saja dia akan mati ketika sudah pagi!"

Naruto yang malas mendengarkan ucapan mereka hanya meletakkan tasnya, kemudian membukanya. Ia mendapati sebuah surat yang terlipat dengan sebuah benda di dalamnya. Surat itu berisikan,

Untuk Nii-chan. Aku sudah membuat jimat supaya kau selamat di perjalanan. Nikmatilah wisata sekolahmu. Tambahan : Ditunggu oleh-olehnya. Tertanda : Naruko.

Benda yang diberikan kepadanya adalah sebuah gelang dengan dua warna, yaitu orange dan hitam. Naruto kemudian memakainya dan tersenyum melihat apa yang dibuat Naruko untuknya, "Aku berjanji akan membawa oleh-oleh untukmu saat pulang nanti."

"Baiklah, semua gadis berkumpul di sini," mereka yang mendengar ucapan Nino kemudian berkumpul secara melingkar di pojokan ruangan. Nino berbisik, "Dengarkan baik-baik. Berhati-hatilah kalian semua."

Yotsuba bertanya dengan bingung, "Eh, untuk apa?"

Nino kemudian menatap Naruto dari ujung matanya, "Maksudku, kalian pasti tahu. Kita akan berbagi kamar ini dengannya selama semalam. Dia itu laki-laki, loh."

"Jika aku jadi perempuan, apa kalian mau berbagi kamar denganku?"

Ucapan Naruto yang tiba-tiba sudah berada di samping Nino membuat mereka semua terkejut, terutama Nino. Nino kemudian menunjuk-nunjuk Naruto, "S-sejak kapan kau sudah ada di sini!"

"Sejak tadi tuh, kudengar ada orang bodoh yang membicarakan orang lain. Padahal orang yang dibicarakan itu ada di sini juga, dasar baka …."

"U-urusai, Uzumaki …."

Ichika kemudian berbicara, "Aku kira kau tidak mendengarkan, Naruto-kun?"

"Bagaimana aku tidak mendengarnya? Aku kan juga punya telinga dan berada di sini juga. Salahkan Nino yang terlalu bodoh dan terlalu berani untuk membicarakanku."

"HEI!"

Menghiraukan teriakan Nino, Naruto melanjutkan, "Kalian tenang saja. Setelah makan malam dan mandi, aku akan langsung tidur, kok. Aku lumayan mengantuk, karena menjaga Naruko semalaman. Aku akan tidur di bagian pojok agar tidak merapat ke kalian sama sekali atau aku bisa tidur di lemari penyimpanan futon itu. Apa kalian setuju?"

Mereka kemudian saling pandang, seolah menetapkan jawaban. Setelah merasa yakin, mereka menganggukan kepala bersamaan. Miku merespon mewakili.

"Baiklah, kami setuju."

.

Skip Time : Dinner

Jam makan malam, di meja makan sudah terlihat banyak sekali makanan dengan berbagai macam jenis lauk. Penginapan yang mereka tempati itu memiliki fasilitas dan pelayanan yang luar biasa.

"Ini terlihat lengkap, kuakui penginapan ini sangat bagus dalam pelayanannya."

Mendengar pendapat Naruto, Itsuki menimpalinya, "Kau benar, Uzumaki-kun. Aku juga berpikiran seperti itu."

"Jika kita memakan semuanya, sepertinya kita tidak bisa makan kari untuk besok …."

Mendengar ucapan Yotsuba, Nino kemudian menatap Miku yang duduk di sebelahnya dan menyeringai meremehkan, "Kalau begitu, aku menantikan kari buatanmu."

Miku membalas, "Urusai …."

Ichika kemudian berbicara, "Ngomong-ngomong, aku belum mengetahui jadwal wisata sekolah kita."

"Aku sudah membacanya. Acara utama di hari kedua adalah orientasi, memasak di luar, dan uji nyali. Hari ketiganya kita bebas untuk melakukan apapun. Entah kalian mau mendaki gunung, bermain ski, memancing. Terakhir di malam hari, hanya ada kegiatan api unggun itu."

Mendengar penjelasan Naruto secara tiba-tiba, membuat mereka semua menatap Naruto dengan takjub. Mereka terkesan dengan ingatan sang Uzumaki muda itu. Ichika berkata, "Aku akui, ingatanmu memang sangat tajam. Terima kasih karena sudah menjelaskannya."

"Tidak masalah, Ichika."

"Satu lagi, menurut informasi terbaru. Untuk legenda api unggun bisa berjalan, setiap pasangan harus berpegangan tangan!" ucap Yotsuba dengan semangat.

Naruto yang mendengar itu menatap Yotsuba dengan malas, "Apa hanya itu saja yang kau ingat? Acara itu terkesan bodoh bagiku."

"Tenanglah, itu tidak ada kaitannya sama sekali. Lagipula, kita tidak memiliki pasangan untuk melakukan itu, kan?" ucap Nino dengan tatapan malasnya.

"Untuk sekali ini saja, aku setuju dengan Nino. Tumben sekali kau bisa berpikir jernih, kukira otakmu hanyalah sebuah kaset sendat."

"Diam kau, Uzumaki!"

Miku yang dari tadi diam saja kemudian berkata, "Itu berarti tidak ada yang mengajakmu sama sekali ya, Nino?"

Yotsuba menambahkan, "Benar juga. Berarti tidak ada yang mengincar Nino untuk dijadikan pasangan!"

"Kalian ini …."

Naruto menyeringai jahil, "Utututu, kasihan sekali. Kukira kau akan pamer dengan membawa pasanganmu, ternyata kau tidak membawa siapa-siapa untuk dijadikan partner berdansa. Kukira kau laku, ternyata tidak. Aku kecewa …."

Ucapan Naruto membuat semuanya tertawa, kecuali Nino yang justru wajahnya memerah menahan kekesalannya. Dibandingkan ucapan saudarinya, ia lebih merasa terkena efek dari kata-kata yang Naruto ucapkan.

'Memang, counter alami Nino hanyalah Naruto. Hanya Naruto saja yang bisa membuat Nino seperti itu,' pikir Itsuki yang sudah berhenti tertawa. Sementara itu, Naruto yang sudah menghabiskan makanannya perlahan-lahan mulai keluar dari kamar itu. Mencoba kabur untuk menyelamatkan dirinya.

"U-ZU-MA-KI! KEMBALI KE SINI KAU!"

.

Setelah beberapa saat, Naruto kembali bersama Nino. Telinganya memerah, itu dikarenakan Nino yang menjewer telinganya dengan kuat. Setelah meminta maaf dan merasa situasi sudah normal. Kembar lima Nakano pergi untuk membersihkan diri mereka di pemandian air panas, mereka mandi bersama-sama.

Mereka semua sudah berendam di air hangat pemandian itu, Itsuki menjadi orang terakhir yang masuk untuk berendam.

"Ah, enaknya …," ucap Yotsuba sembari merenggangkan tangannya.

Ichika menambahkan, "Itu benar. Awalnya aku pikir ini adalah pemandian campuran, ternyata tidak."

"Bisa mandi bersama seperti ini lagi. Sudah berapa lama, ya?" tanya Itsuki.

Miku menjawab sembari berdiri, "Ya, itu sudah sangat lama sekali."

Yotsuba yang menatap Miku berbicara, "Miku, payudaramu bertambah besar, ya?"

Pertanyaan Yotsuba membuat Miku menatap Yotsuba dengan malas, "Ayolah, Yotsuba. Kita semua itu sama."

Nino yang mengingat Naruto mulai berbicara, "Apa kalian berpikir kalau Uzumaki itu terlihat aneh untuk hari ini?"

Yotsuba merespon, "Aku tidak merasa seperti itu. Mungkin saja itu dikarenakan Uzumaki-san tidak pernah mengikuti acara seperti ini."

"Ditambah lagi, ia tidak tertarik sama sekali. Jika bukan karena Naruko yang memintanya untuk ikut, aku rasa … ia tidak akan mau ikut dengan kita," ucap Itsuki.

"Kurasa kau benar, Itsuki," timpal Ichika.

Nino kemudian berbicara kembali, "Intinya, kalian semua harus tetap berhati-hati. Masalahnya disini adalah ruangan itu cukup untuk enam buah futon yang dipasang secara berdekatan. Aku tahu karena aku melihat Uzumaki itu memasangnya sebelum kita pergi untuk mandi."

"Jadi, siapa yang mau tidur di sampingnya?" lanjut Nino yang membuat empat kembaran lainnya menatapnya dengan serius. Mereka kemudian memikirkan Naruto dalam bentuk serigala yang mengincar mangsanya.

"Nino, apa itu tidak terlalu berlebihan? Kita kan hanya sebatas teman saja," ucap Ichika.

Yotsuba kemudian berdiri dan memposisikan tangannya tepat di depan dadanya, "Itu benar! Uzumaki-san tidak seperti itu!"

Nino dengan santai membalas, "Kalau begitu, bagaimana jika kau saja yang tidur di sebelahnya? Aku sih tidak masalah selama itu bukan diriku."

Perkataan Nino membuat Yotsuba membeku untuk sesaat. Nino melanjutkan ucapannya, "Katamu, Uzumaki bukanlah orang yang seperti itu. Kalau begitu, tidak ada yang perlu dikhawatirkan lagi."

Yotsuba tidak membalas, ia justru perlahan-lahan masuk ke air kembali. Matanya terlihat berputar dan wajahnya merona, "Uh, a-aku tidak yakin soal itu," gadis itu mengucapkan itu dengan pita putih miliknya yang turun di depan wajahnya.

Itsuki kemudian berdiri dan menatap Nino, "Bagaimana jika kau saja, Nino?"

"Apa? Mengapa harus aku?"

"Kupikir kau akan bisa melawan dan menghajarnya jika memang ia berniat buruk pada kita."

Nino yang sudah menerima jawaban Itsuki justru menunjuk Ichika, "Ichika, kau tidak keberatan untuk melakukannya, kan?"

"Eh, aku?"

"Status kita di sini hanya sebagai temannya, iya kan?"

Ichika tidak tahu harus menjawab apa untuk membalas pertanyaan Nino. Hal itu membuat dirinya merona untuk sesaat. Akan tetapi, ia menjawab seadanya, "Ya, Naruto-kun memang teman yang sangat baik."

"Tunggu."

Tiba-tiba, Miku berdiri dengan wajah merona dan tangan kiri yang menutupi dadanya. Hal itu membuat empat kembar lainnya menatapnya.

"Daripada seperti itu. Agar adil, kita lakukan bersama-sama saja."

.

Time Skip : Inn Hallway

"Kurasa ini ide yang bagus," ucap Nino.

Miku berkata, "Jika tidak ada yang mau …."

Yotsuba menambahkan, "Tidur di sampingnya."

Nino dengan serius melanjutkan, "Maka, semuanya harus tidur disebelahnya juga."

Ichika tersenyum kecil dan terlihat percaya diri, "Selama dia tidak sadar siapa kita. Itu tidak masalah."

Itsuki menimpali, "Lagipula, aku yakin dia tidak akan menyentuh siapapun dari kita. Aku juga percaya Uzumaki-kun bukanlah orang yang seperti itu."

"Kalau begitu, ayo kita lakukan."

.

Sesampainya di kamar mereka, mereka justru kebingungan. Karena mereka hanya melihat lima futon tanpa adanya Naruto di sana. Nino yang bingung berkata, "Huh? Dimana Uzumaki itu?"

Yotsuba menjawab dengan tawa gugup, "Aku tidak tahu."

Miku menambahkan, "Tidak ada petunjuk."

"Jangan tanya aku," ucap Itsuki.

Ichika tidak merespon, ia terlihat berpikir. Entah ia mengikuti apa kata hatinya atau tidak, ia berjalan ke arah sebuah lemari besar yang khusus untuk menyimpan futon yang mereka gunakan. Lalu, ia membukanya.

Betapa terkejutnya mereka ketika melihat Naruto yang benar-benar tidur di sana dengan futon yang ia gunakan. Mereka yang melihat itu berniat untuk membangunkannya, agar ia berpindah dan tidak tidur sendirian.

"Naruto-kun, bangun," ujar Ichika yang menggoyangkan tubuh Naruto, beruntung sekali Naruto mudah dibangunkan. Sehingga tidak sulit bagi mereka.

"Engh … ada apa, Ichika?"

Bukan Ichika yang menjawab, melainkan Itsuki yang menjawab, "Mengapa kau tidur di sini, Uzumaki-kun?"

"Karena kalian terlalu waspada denganku, aku berinisiatif pindah ke sini. Bukankah seharusnya kalian tidak ada masalah dengan itu?"

"Kau dalam masalah. Pindah sekarang juga atau kami seret keluar, Uzumaki," ucap Nino yang disetujui dengan anggukan kepala dari yang lainnya. Menyadari situasinya tidak aman, Naruto kemudian keluar dengan membawa futon miliknya.

Setelah itu, ia menggelar futon miliknya tepat di pojok ruangan yang menjadi satu-satunya tempat yang tersisa. Ia kemudian berbaring kembali di futon, "Sudah kan, kalau begitu. Aku akan tidur lagi, oyasumi …."

"Oyasumi mo, Naruto," jawab Miku.

"Kalau begitu, ayo kita tidur juga," ajak Yotsuba.

"Ya …."

.

Skip Time : Next Day

Pagi hari yang cerah, terlihat juga sinar matahari yang sudah masuk melalui jendela penginapan. Sementara itu, Ichika yang masih tidur terlihat bergeser ke samping. Entah karena silaunya sinar matahari yang masuk, membuat dirinya membuka matanya secara perlahan.

Setelah membuka matanya, ia terkejut. Bahkan mulutnya pun terbuka saking terkejutnya dirinya. Itu dikarenakan wajahnya sangat dekat dengan wajah Naruto yang masih tertidur.

"Naruto-kun?"

Ia juga menyadari bahwa kembarannya yang lain tidurnya juga tidak beraturan seperti posisi semula. Membuat dirinya tertawa kecil, "Lihat ini, semuanya tidak teratur."

Kemudian, Ichika kembali melihat Naruto yang tidur dengan damai, "Aku rasa, ini adalah kali kedua dimana aku melihat wajah tidurnya. Kau selalu saja membuatku kehilangan ketenanganku. Aku tidak bisa mengatakan kita hanyalah teman ataupun rekan."

Setelah itu, ia mendekatkan dirinya kepada Naruto. Wajahnya berada di atas wajah Naruto. Ichika mulai merona sembari melihat Naruto yang tertidur, "Tidak apa-apa, kan?"

KLEK!

Itsuki tiba-tiba membuka pintu kamar penginapan yang mereka tempati, "Sudah pagi, sarapannya sudah …."

Ucapannya terpotong. Dirinya terkejut karena melihat seseorang yang mendekati Naruto seperti itu. Dengan cepat, Itsuki menutup kembali pintu kamar itu. Ichika yang menyadari itu langsung melihat ke arah pintu.

Sementara itu, Itsuki yang ada di depan pintu hanya bisa mengatur nafasnya. Ia tidak bisa mengetahui dengan pasti, siapa yang mendekati Naruto. Itu dikarenakan sinar matahari yang silau menutupi mereka, ia hanya bisa melihat Naruto yang jelas-jelas tertutupi oleh orang yang ia lihat barusan.

'Siapa dia? Apa yang ingin dia lakukan pada Uzumaki-kun?'

.

.

.

To Be Continued

.

.

Notes : Fic ini terinspirasi oleh beberapa fanfic tertentu dengan crossover Naruto x Quintessential Quintuplets. Hmm, ini project kedua gua dengan tipe fic yang multichapter. Gua bikin alurnya semi-canon tapi dengan banyak perubahan. Chapter 19 Up, jadi tolong buat reader gausah banyak protes dan Stay tune aja ye. Cukup doain gua biar banyak ide + sehat, secara perlahan nanti gua coba sebisa mungkin buat tamatin fic ini. Soalnya gua tim begadang buat ngelarin ini fic.

Next, gue gak bisa ngejawab review kalian satu per satu karena terlalu malas. Gua minimal baca review dari kalian, dan maksimal berakhir dengan baca PM dari reader or whoever else. Next. Jika fic ini diplagiat oleh oknum sampah yang nggak bertanggung jawab + tidak mendapat perizinan dari gua, bahkan gak naruh nama gua di tempat di mana dia ngepost cerita ini. Tolong bantu report / PM ke gua. Biar gua tinggal ikutan jadi tim report. Sebagai catatan, gua hanya memiliki akun FFN. Tidak ada yang di luar platform yang gua sebutkan.

Lagi dan lagi, gue ingin mempromosikan sesuatu di sini. Gue telah bergabung dengan sebuah Group Chat WhatsApp yang bernama Fanfic Community Indonesia, yang berisikan banyak author dan reader fanfiksi, bahkan platform lain. Di grup tersebut terdapat cukup banyak author senior, ataupun author baru seperti gue. Kepada siapapun yang berminat untuk bergabung, silahkan PM gue baik melalui web, ataupun aplikasi. Join with us! Feel like home! Let's move together!

Sepertinya hanya itu saja pesan gue kepada kalian. Sampai jumpa lagi. Jaa na!

FCI. Cursed-Eternal Out