Previous Chapter

Tiba-tiba, terdengar suara Yotsuba yang memanggil dua orang gadis yang berada di dekat pintu gudang itu, "Permisi. Apa kalian melihat Uzumaki-san?"

"Uzumaki-san? Pria blonde itu?"

"Maaf, kami tidak melihatnya," balas gadis lainnya.

Ichika kemudian menatap Naruto dan tersenyum walaupun dengan air mata yang masih setia berada di ujung matanya, "Sebelumnya juga seperti ini, ya?"

Naruto yang melihat itu menghela nafasnya, "Hentikan senyum palsumu itu bodoh. Lagipula, kau menarikku ke sini agar tidak ada yang salah paham karena dirimu yang menangis seperti itu. Apa aku benar?"

"Kau selalu saja tepat sasaran, Naruto-kun."

Naruto yang mendengar itu kemudian melepaskan jaketnya dan memakaikannya pada Ichika, membuat gadis itu terkejut dengan bola mata yang membulat.

"Dengan begini, tidak akan ada yang melihatnya."

KLAP! DRAK! CLICK!

Pintu gudang itu ditutup, dan disusul dengan sebuah bunyi yang familiar di telinga Naruto. Naruto yang menyadari itu kemudian berjalan ke arah pintu gudang dan mencoba mendorongnya dari dalam. Akan tetapi, itu tidak berhasil dan justru membuat Naruto sweatdrop di tempatnya. Ia kemudian menatap Ichika.

"Ichika, sepertinya kita terkunci."

.

.

.

I'm In Trouble

Disclaimer :

Naruto by Masashi Kishimoto

5-toubun no Hanayome by Negi Haruba

Pair : ?

Rate : T

Mark :

"Naruto." : Berbicara

Naruto : PoV Start / Flashback Start / Letter or Announcement Content

Naruto : Efek suara (Sfx) / Skip Time / Previous Chapter

'Naruto.' : Pikiran atau Batin

["Naruto."] : Berbicara melalui pesan atau panggilan telepon

Genre : School, Drama, Family, Hurt/Comfort, Romance, Tragedy

Warning : Semi-Canon, Alternate Universe, Alternate Fact & Reality, Original & Other Character, dan Out of Character.

.

.

"Apa yang harus kita lakukan kalau begitu?" tanya Ichika dengan ekspresi panik yang ia tunjukkan, membuat Naruto menatapnya dengan malas.

"Mengapa susah-susah? Tinggal kita dobrak pintu ini, beres."

"Itu tidak salah, sih. Tapi, apa kau lihat sebuah kotak yang ada di atas pintu gudang ini? Bukankah itu sensor keamanan?" ucap Ichika yang menunjuk sesuatu di atas pintu gudang.

"Kau benar, kita bisa mendobrak pintu ini untuk membuat itu bekerja. Dengan itu, kita bisa keluar dari sini dengan mudah."

"Tunggu, Naruto-kun. Jangan lakukan itu! Jika kau melakukannya, wisata sekolah akan jadi kacau karena kepanikan yang kita buat. Setahuku, sistem ini akan mati jika pintu ini dibuka dari luar."

'Aku juga tidak ingin Miku dan yang lain mengetahui hal ini. Jika ini ketahuan, bisa gawat,' lanjut Ichika dalam pikirannya.

Naruto menghela nafas, "Kurasa kau benar, aku tidak berpikir sampai kesana. Setidaknya untuk sekarang, kita harus mengeceknya terlebih dahulu. Siapa tahu itu bisa dimatikan."

Setelah itu, Naruto membungkukan dirinya dan berjongkok. Memposisikan dirinya di depan Ichika, "Naiklah ke pundakku, Ichika. Kita coba cari cara untuk mematikannya. Kita tidak akan tahu jika tidak mencobanya."

Mendengar itu membuat Ichika merona sedikit. Dari awal, ia hanya berharap agar ini semua tidak membuat Miku kecewa. Ichika juga sadar bahwa dirinya sudah jatuh terlalu dalam perasaannya terhadap Naruto. Ia berpikir, 'Tenanglah. Aku tidak bisa membuat sensor dihatiku menjadi aktif.'

Ichika kemudian maju dan mulai duduk di pundak Naruto, "Jangan katakan jika aku berat."

"Ya, kuharap aku tidak mengatakannya," jawab Naruto yang memegang kaki Ichika, memastikan agar gadis itu tidak terjatuh. Kemudian, Naruto mulai berdiri perlahan-lahan. Ichika justru menekan pahanya ke pipi Naruto yang membuatnya terkejut dan terdiam untuk sesaat. Ichika menyadari itu.

"Ada apa, Naruto-kun?"

"Uh, pahamu. Itu membuatku merasa seperti déjà vu."

Perkataan itu langsung membuat Ichika merona dalam keterkejutannya, "Hei, jangan nikmati pahaku seperti itu!"

"Itu kan salahmu sendiri yang melakukannya duluan di taman, apa salahku?"

"U-urusai, Naruto-kun."

"Ya, ya. Kalau begitu, kita teruskan."

Setelah dirasa pembicaraan itu cukup. Naruto berfokus kembali untuk mengangkat Ichika. Sayangnya, tinggi Naruto tidak cukup bagi Ichika untuk meraih sensor keamanan itu. Kemudian, Naruto secara perlahan-lahan menurunkan Ichika kembali.

Mereka lalu duduk di lantai gudang itu. Naruto kemudian menatap Ichika, "Ichika, kau tidak merasakan dingin sama sekali, kan?"

"Tidak sama sekali, itu berkat jaketmu. Ngomong-ngomong, bagaimana denganmu? Apa kau kedinginan?"

"Tidak, aku tidak apa-apa. Aku sudah terbiasa dengan ini. Setidaknya, aku tidak perlu menyalakan sebuah api unggun skala kecil untuk menghangatkan badan kita. Gudang ini terlalu kecil, terlalu banyak asap juga tidak baik bagi tubuh kita."

"Kurasa kau ada benarnya. Lagipula, aku yakin jika mereka akan datang untuk mengeluarkan kita dari sini. Kalau begitu, ayo kita berbincang-bincang mengenai hal lain untuk mengisi waktu kita!"

"Tidak masalah jika itu kemauanmu, Ichika."

.

With Miku and Itsuki

"Ichika masih belum kembali?"

Itsuki menjawab, "Ya, yang aku tahu. Tadi dia pergi untuk membantu persiapan api unggun. Tapi sampai sekarang, ia belum kembali juga."

Tiba-tiba, Yotsuba berlari dan menghampiri mereka berdua, "Miku! Itsuki!"

Setelah berada di depan mereka, ia menatap keduanya dengan wajah yang sangat serius saat ini, "Apa diantara kalian ada yang melihat Uzumaki-san?"

Itsuki merespon, "Huh?"

"Memangnya ada apa, Yotsuba. Katakan pada kami," ucap Miku.

Yotsuba mengangguk dan menjelaskan, "Dia menghilang saat sedang membantu persiapan api unggun. Dia tidak ada di ruang makan, bahkan tidak ada juga di kamarnya."

Yotsuba kemudian berbalik dengan memasang wajah cemberut dengan menggembungkan kedua pipinya, "Dia pasti sedang bersembunyi untuk bermalas-malasan."

Mendengar penjelasan Yotsuba, membuat Miku dan Itsuki berpikir secara bersamaan, 'Apakah ini sebuah kebetulan? Jika tidak, maka mereka harus segera ditemukan.'

"Aku akan mencari mereka," ucap Miku yang berbalik dan pergi dari sana.

"Miku!" ucap Yotsuba mengulurkan tangannya untuk menghentikan Miku, tetapi itu tidak berhasil. Itsuki kemudian melihat Yotsuba memegang sesuatu. Sebuah benda dengan sebuah kunci pada bagian ujungnya, dan itu membuatnya penasaran.

"Yotsuba, kunci apa itu?"

.

With Naruto and Ichika

Ichika bercerita panjang lebar mengenai saudarinya, Naruto yang mendengar itu hanya menatapnya dengan malas tanpa merespon. Ia merasa pembicaraan itu tidak menarik, ia justru berpikir tentang mengapa Ichika menangis sebelumnya.

Ichika yang menyadari itu kemudian menghela nafas dan menundukkan kepalanya, "Aku diabaikan? Nanti kakak akan menangis lagi karenamu, Naruto-kun."

"Tidak, aku tidak mengabaikanmu. Hanya saja, itu tidak menarik untuk kudengar."

Naruto kemudian mengelus kepala Ichika, membuat gadis itu terkejut dengan wajah yang merona. Ia melanjutkan, "Aku hanya ingin lebih tahu tentang satu hal. Mengapa kau menangis? Apa karena aku yang menolak ajakanmu?"

"I-itu …."

"Sejak kau menangis, aku selalu kepikiran akan hal itu. Tolong jawab dengan jujur jika kau memang temanku, Ichika. Aku akan tahu jika kau berbohong. Jadi, jangan meragukanku," ucap Naruto dengan tegas.

"U-uh, i-itu benar. A-aku menangis karena kecewa dengan apa yang kau katakan. P-padahal, aku tidak perlu bereaksi seperti itu," balas Ichika dengan menunduk, Naruto yang mendapat jawaban jujur dari Ichika mulai tersenyum.

"Aku senang karena kau jujur. Maafkan aku karena sudah membuatmu menangis, Ichika. Aku memang bodoh. Sebenarnya, alasanku menolak itu karena aku tidak ingin terlihat bodoh di hadapan orang lain. Terutama orang yang mengajakku untuk menari bersama. Aku menolaknya karena aku tidak ingin mengecewakan salah satu dari kalian."

"Aku paling benci jika aku membuat orang lain kecewa, aku tidak ingin temanku kecewa denganku. Maka dari itu, aku berani untuk menolaknya," lanjut Naruto dengan suara kecil, itu didengar oleh Ichika. Membuat Ichika terdiam dengan jawaban Naruto.

Setidaknya, Ichika tahu sekarang mengapa Naruto menolak ajakannya. Ia awalnya berpikir bahwa Naruto memang tidak tertarik sama sekali karena ia tidak memiliki rasa antusias mengenai acara itu. Ternyata, dugaannya salah besar.

"Begitu ternyata, aku mengerti. Setidaknya, aku tidak perlu memikirkannya dengan dalam."

"Yeah, terima kasih atas pengertianmu. Ngomong-ngomong, jika kau memiliki suatu keluhan. Katakan saja padaku, aku akan mendengarkannya," balas Naruto dengan santai.

Mendengar itu, membuat Ichika berpikir mengenai pesan yang ia terima dari rekan kerjanya. Isi dari pesan itu memberitahu dirinya mengenai tekanan yang akan ia terima jika dirinya tetap bersekolah sambil bekerja. Ia bahkan sempat berbincang dengan rekan kerjanya untuk membicarakan dirinya agar berhenti bersekolah.

Setelah ia yakin, ia berbicara, "Aku bimbang. Apa aku harus berhenti sekolah?" Ichika melanjutkan dari dalam pikirannya, 'Jika aku tidak ada, maka Miku akan senang dengan itu.'

Mendengar itu, Naruto sontak terkejut dan menoleh ke arah Ichika, "Huh? Berhenti sekolah? Apa alasanmu untuk itu?"

"Ingat orang yang waktu itu kau hajar? Dia mengatakan padaku bahwa tekanan pekerjaanku akan semakin membesar jika aku tetap bersekolah. Itu membuatku kepikiran terus, aku tidak tahu apa yang harus kulakukan untuk menghadapinya."

Kemudian, Ichika menatap Naruto dan melanjutkan, "Apa kau punya saran untukku, Naruto-kun?"

"Ya, aku memilikinya. Dengarkan aku baik-baik."

Naruto menghela nafas, ia kemudian melanjutkan, "Kita tahu bahwa setiap pilihan memiliki konsekuensi tersendiri. Aku tidak berniat untuk menghalangimu, tetapi jika kau memilih pekerjaanmu dibandingkan kehidupan sekolahmu. Yang akan dibayar mahal adalah waktumu dengan para saudarimu, mungkin saja termasuk waktu bersama denganku."

Ichika yang mendengar itu sontak terkejut dengan bola mata yang melebar, ia tidak berpikir sampai ke sana. Naruto menyadari itu.

"Kupikir kau sudah memikirkannya matang-matang. Apa kau akan membuang waktu bersama saudarimu begitu saja? Apa kau tidak akan merindukan mereka? Apa kau hanya menganggap pertemuan kita ini tidak berarti untukmu?"

"Tentu saja tidak!" balas Ichika dengan cepat dengan menyilangkan kedua tangannya di depan dadanya. Ia melanjutkan, "A-aku sangat senang bisa bertemu denganmu. Itu juga termasuk dengan menghabiskan waktu bersama saudariku yang lain."

"Bagus, Ichika. Dengan jawaban itu, tandanya kau tidak bodoh untuk sekarang. Aku bisa menjamin satu hal, jika kau lebih memilih pekerjaanmu dibandingkan dengan keluargamu. Itu akan menjadi sebuah penyesalan yang akan kau terima nantinya."

"Aku mengerti. Tidak sia-sia aku bercerita kepadamu, Naruto-kun. Setidaknya, beban pikiranku sudah menghilang untuk sekarang. Aku juga mendapatkan determinasi untuk keinginanku yang sesungguhnya. Arigatou."

Naruto tersenyum, "Douitashimashite, Ichika. Senang bisa membantu."

"Uh, dingin …."

Mendengar perkataan Ichika, membuat Naruto berinisiatif membuat api unggun kecil dengan caranya sendiri. Ia tidak tega melihat Ichika yang kedinginan. Naruto kemudian mengecek isi gudang itu kemudian kembali dengan beberapa barang di tangannya.

Di tangannya sekarang membawa sebuah baja berukuran kecil yang memanjang, sebuah arang kain, sebuah batu api, dan beberapa kayu yang sudah dipotong menjadi beberapa bagian kecil.

Ia kemudian mulai memasukan arang kain ke atas batu api, dan ia gesek dengan baja yang ia temukan. Tidak lama kemudian, sebuah api memercik dan membakar arang kain yang di bawahnya. Membuat Ichika terkejut dengan itu.

"Aku tidak tahu jika kau mengerti cara untuk melakukan itu, Naruto-kun?"

Naruto yang sedang menambahkan beberapa kayu ke dalam api menjawab, "Ya, pengetahuan adalah kuncinya. Lagipula, aku tidak tega melihatmu kedinginan. Walaupun aku tidak ingin melakukannya, untuk sekarang kurasa tidak masalah."

Ichika merona untuk sesaat, 'Ia benar-benar memikirkan orang lain. Ya, setidaknya badanku bisa menjadi hangat kembali karena ini.'

Naruto kemudian duduk kembali di sebelah Ichika. Kemudian, Ichika mendapatkan sebuah ide. Ia kemudian berdiri, membuat Naruto menatapnya terheran-heran.

"Naruto-kun, bagaimana jika aku mengajarimu menari? Anggap saja ini sebagai api unggun kita malam ini," ucap Ichika yang menatap Naruto dengan senyum lebar di wajahnya, membuat Naruto sedikit merona karena itu.

Naruto perlahan mulai bangun dari duduknya. Ia kemudian menjawab sambil menatap ke arah lain, "Selama tidak ada yang melihatnya. Kurasa tidak masalah."

Ichika menjadi girang, "Yatta! Kau pasti malu, ya?"

"Begitulah, Ichika. Ini gara-gara legenda api unggun bodoh yang dibicarakan banyak orang."

"Eh? Legenda? Aku tidak tahu apa-apa soal itu."

"Yotsuba berkali-kali mengatakan. Pasangan yang menari di depan api unggun akan terikat hubungannya untuk selamanya. Itulah mengapa semuanya terlihat antusias untuk acara itu," jelas Naruto dengan ekspresi malas yang ia tunjukkan.

Ichika terkejut dengan bola mata yang bergetar, "Eh, apa Miku juga mengetahui hal itu?"

"Ya, dia mengetahuinya. Dia juga berada di sana."

Ichika yang mendengar itu mengerutkan wajahnya. Ia perlahan-lahan mundur ke belakang dengan tangan yang terkepal di dadanya, "A-aku tidak bermaksud untuk …."

"Huh?" respon Naruto yang melihat itu.

Mengabaikan Naruto, Ichika kemudian berjalan ke arah dinding yang dekat dengan balok kayu besar yang masih utuh. Lalu, ia menempelkan tangannya ke dinding dan menatap ke bawah, "Acara api unggun ini sangat berarti untuk Miku. Tapi, aku …."

Ichika kemudian menoleh ke arah Naruto dengan cepat, "Naruto-kun!"

Gadis itu berkata sambil menggeser bagian kakinya. Sayangnya, kakinya itu menyenggol balok kayu utuh yang mereka sandarkan sebelumnya. Ichika menolehkan kepalanya, melihat apa yang ia lakukan. Ia pun terkejut dengan bola mata yang membulat sampai tidak bisa bergerak dari tempatnya.

Naruto yang menyadari itu dari awal mulai berlari dan berteriak, "Ichika!"

Ia dengan cepat menarik Ichika dari tempatnya dan menghindarkannya dari balok kayu yang terjatuh. Balok kayu itu terjatuh dengan sangat keras, menyebabkan bagian pintu gudang sedikit rusak dan membuat banyak debu terangkat.

Setelah debu itu menghilang, terlihat Naruto yang menahan tubuh Ichika supaya gadis itu tidak terjatuh dan ia menatap Ichika yang ada di bawahnya dengan senyuman yang ia tunjukkan, "Hampir saja. Kau tidak apa-apa, Ichika? Apa ada yang sakit?"

Ichika tidak merespon, ia justru menatap wajah Naruto dengan dalam dengan wajah yang merona. Ia terlihat terpesona dengan wajah sang Uzumaki muda yang disinari api unggun. Wajahnya yang tampan, birthmark yang menyerupai whisker pada wajahnya, mata safir biru yang indah layaknya samudra, terutama sikapnya yang sangat tulus.

Itu semua menjadi satu dipikiran Ichika, membuat gadis itu tidak berkutik dalam dirinya sendiri. Ketika ia sadar, ia dengan cepat memasang sikap defensif dan mulai mendorong Naruto berkali-kali, "Lepaskan aku!"

"Iya, iya. Tidak perlu memberontak juga, kan?"

Getaran terdeteksi, silahkan buka pintunya dalam waktu tiga puluh detik. Jika pintu ini masih belum terbuka, penjaga akan datang ke sini dengan segera.

Naruto yang mendengar suara dari sensor keamanan itu dengan cepat berbicara, "Sial, kita perlu mematikannya. Jika tidak, semuanya akan mengetahui hal ini."

"Kau benar, Naruto-kun. Tapi, kita butuh kuncinya."

Tiba-tiba, alat pemancar air yang terpasang di langit-langit di gudang itu menyala dengan sendirinya. Membuat api unggunnya padam dan juga membuat mereka berdua kebasahan dalam keterkejutan mereka.

Naruto mendecih, 'Apa lagi sekarang? Apa tidak ada pertolongan yang akan datang untuk kami?'

"Kuncinya ada di sini …," ucap seseorang dari luar gudang. Kemudian, pintu gudang itu dibuka dan membuat sensor keamanan dan pemancar air itu berhenti bekerja. Naruto dan Ichika justru terkejut ketika melihat Miku dan Itsuki yang menatap mereka dengan tajam.

"Kalian, apa yang sedang kalian lakukan di sini!"

.

.

.

To Be Continued

.

.

Notes : Fic ini terinspirasi oleh beberapa fanfic tertentu dengan crossover Naruto x Quintessential Quintuplets. Hmm, ini project kedua gua dengan tipe fic yang multichapter. Gua bikin alurnya semi-canon tapi dengan banyak perubahan. Chapter 21 Up, jadi tolong buat reader gausah banyak protes dan Stay tune aja ye. Cukup doain gua biar banyak ide + sehat, secara perlahan nanti gua coba sebisa mungkin buat tamatin fic ini. Soalnya gua tim begadang buat ngelarin ini fic.

Next, gue gak bisa ngejawab review kalian satu per satu karena terlalu malas. Gua minimal baca review dari kalian, dan maksimal berakhir dengan baca PM dari reader or whoever else. Next. Jika fic ini diplagiat oleh oknum sampah yang nggak bertanggung jawab + tidak mendapat perizinan dari gua, bahkan gak naruh nama gua di tempat di mana dia ngepost cerita ini. Tolong bantu report / PM ke gua. Biar gua tinggal ikutan jadi tim report. Sebagai catatan, gua hanya memiliki akun FFN. Tidak ada yang di luar platform yang gua sebutkan.

Lagi dan lagi, gue ingin mempromosikan sesuatu di sini. Gue telah bergabung dengan sebuah Group Chat WhatsApp yang bernama Fanfic Community Indonesia, yang berisikan banyak author dan reader fanfiksi, bahkan platform lain. Di grup tersebut terdapat cukup banyak author senior, ataupun author baru seperti gue. Kepada siapapun yang berminat untuk bergabung, silahkan PM gue baik melalui web, ataupun aplikasi. Join with us! Feel like home! Let's move together!

Sepertinya hanya itu saja pesan gue kepada kalian. Sampai jumpa lagi. Jaa na!

FCI. Cursed-Eternal Out