Previous Chapter

Naruto menyadari hal itu, ia kemudian tersenyum dan berkata, "Apa kau memikirkan kesetaraan di antara kalian? Itu adalah pembicaraan kita tiga bulan yang lalu dimana aku mencoba mendapatkan kepercayaanmu, Miku."

Mendengar itu membuat Miku terkejut dengan bola mata yang melebar, ia menatap Naruto dengan cepat. Membuat Naruto tertawa kecil karena itu, "Bingo, tebakanku tepat sasaran."

"Urusai, Naruto," balas Miku yang cemberut sembari menatap ke arah lain. Naruto yang melihat itu kemudian memegang tangan kiri Miku, membuat gadis itu terkejut.

"Hei, Miku. Dengarkan aku. Kesetaraan itu memang ada diantara kalian sebagai hak kalian antar sesama saudari. Tetapi, sekarang berbeda. Kau sudah tahu jati dirimu, kau sudah berusaha keras untuk berubah dan melakukan segalanya dengan caramu sendiri."

Melihat Miku memperhatikan dirinya, Naruto melanjutkan, "Karena kau sudah mengerti dirimu sendiri. Maka tidak ada lagi kesamaan atau kesetaraan dengan yang lainnya. Setidaknya, kau sudah berusaha. Aku tidak akan menyangkal usahamu. Asalkan, kalian bisa menjalankan itu semua bersama-sama dengan adil."

Mendengar semua kalimat Naruto membuat Miku tersenyum seolah mendapatkan jawaban yang pasti. Ia kemudian berdiri. Sialnya, kepalanya terbentur langit-langit dari rumah salju. Membuat dirinya meringis kesakitan.

"I-ittai …."

Naruto tertawa melihat itu, ia kemudian melepas topi rajut yang Miku gunakan. Beserta dengan kacamata ski yang Miku sampirkan di atas topi rajut itu. Ia kemudian dengan lembut mengelus kepala Miku. Membuat gadis itu over-blushing dengan asap yang keluar dari kepalanya.

Setelah beberapa saat, Naruto mengecek Miku kembali, "Bagaimana, apa sudah tidak sakit?"

Dengan wajah yang masih sedikit merona, Miku menjawab, "Y-ya, a-aku rasa ini sudah lebih baik. Arigatou, Naruto."

"Douitashimashite, Miku. Kalau begitu, aku akan keluar sebentar. Apa kau mau ikut denganku?"

Miku terlihat berpikir. Setelah itu, ia menjawab, "Kurasa tidak, Naruto. Aku masih ingin di sini untuk sementara waktu. Kau duluan saja, nanti aku akan menyusul."

"Baiklah, Miku."

Miku yang melihat Naruto sudah pergi kemudian mengeluarkan handphone miliknya. Ia kemudian membuka kontak dan menghubungi Ichika. Setelah tersambung, ia berbicara.

"Ichika, ini penting. Ada yang ingin kubicarakan denganmu."

.

.

.

I'm In Trouble

Disclaimer :

Naruto by Masashi Kishimoto

5-toubun no Hanayome by Negi Haruba

Pair : ?

Rate : T

Mark :

"Naruto." : Berbicara

Naruto : PoV Start / Flashback Start / Letter or Announcement Content

Naruto : Efek suara (Sfx) / Skip Time / Previous Chapter

'Naruto.' : Pikiran atau Batin

["Naruto."] : Berbicara melalui pesan atau panggilan telepon

Genre : School, Drama, Family, Hurt/Comfort, Romance, Tragedy

Warning : Semi-Canon, Alternate Universe, Alternate Fact & Reality, Original & Other Character, dan Out of Character.

.

.

["Apa yang ingin kau bicarakan, Miku? Katakan saja."]

["Kita tidak perlu setara, melainkan kita harus adil. Lalu, apa yang harus kulakukan?"] tanya Miku dengan wajah yang terlihat kebingungan.

["Apa kau membicarakan tentang api unggun itu?"]

Miku menutup matanya dan mengatakan, ["Y-ya. Legenda itu mengatakan kita harus berpegangan tangan ketika melakukan acara terakhir itu."]

Miku kemudian membuka matanya dan melanjutkan dengan tatapan penuh determinasi, ["Maka dari itu, bagaimana jika kita berbagi? Naruto memiliki dua tangan untuk kita berdua."]

["Uhuk! Uhuk! Tolong katakan lagi, aku tidak mendengarnya dengan jelas."]

Miku menghela nafas, ["Tidak, bukan apa-apa."]

["Maaf, aku masih batuk."]

["Seharusnya kau tidak bermain ski sekarang. Beristirahatlah, Ichika."]

["T-tapi aku sudah mengganti pakaianku dengan pakaian ski, bahkan aku sudah berada di luar penginapan."]

Miku menutup matanya, ["Tidak. Kau sedang sakit, tetap di kasur dan beristirahatlah untuk dirimu sendiri."]

"Ichika, ya?"

Mendengar suara Naruto membuat Miku membuka matanya kembali. Ternyata Naruto sudah masuk kembali ke dalam rumah salju dan kepalanya tepat berada di sebelah kepala Miku. Hal itu membuat Miku sangat merona.

["Apa sakitnya bertambah parah? Jika iya, kita sama-sama tidak beruntung saat ini."]

["Eh? Memangnya aku memberitahumu kalau aku sedang sakit?"]

Naruto tertawa kecil, ["Bodoh, padahal kau baru saja mengatakannya."]

Miku kemudian menggeser dirinya agar sedikit menjauh dari Naruto, ia juga masih memegangi handphone miliknya yang masih tersambung, "K-kuubah ke mode speaker."

Ichika membalas, ["Tidak masalah. Lagipula, kalian sedang bersama, kan? Setidaknya, aku lega karena itu."]

Ichika melanjutkan perkataannya, ["Kalau begitu, aku akan kembali. Tapi, aku punya permintaan untuk kalian berdua."]

["Katakan saja, Ichika. Kami mendengarkan,"] balas Naruto.

["Tolong cari Itsuki. Aku yakin dia sedang kesepian saat ini."]

Miku membalas, ["Ya, akan kami lakukan."]

.

Skip Time : Dining Hall

"Huh, kukira dia ada di sini? Mengingat kebiasaannya yang tergila-gila dengan makanan."

Miku merespon, "Itu kejam."

"Hei, aku tidak mengatakan yang aneh-aneh mengenai dirinya. Aku hanya tahu kebiasaannya, tidak lebih dan tidak kurang," balas Naruto dengan menyilangkan kedua tangannya di depan dada.

"Iya, iya. Aku tahu, kok."

Setelah itu, mereka keluar dari ruang makan di penginapan itu. Naruto berjalan di depan dengan Miku mengikuti di belakangnya. Naruto kemudian berbicara, "Dipikir-pikir, kita sama sekali tidak melihat Itsuki sejak awal kita bermain ski bersama-sama."

Miku yang berkutat dengan handphone miliknya membalas, "Bahkan handphonenya tidak bisa di hubungi. Apa dia berada di luar jangkauan?"

"Kurasa tidak, jarak penginapan dengan area ski itu bisa dibilang dekat. Kemungkinan, ia mematikan handphone miliknya saat ini."

Mereka berdua berjalan hingga ke samping penginapan yang sepi. Di sana, Naruto berhenti dan bersandar pada tembok penginapan. Tubuhnya penuh keringat, wajahnya memerah dan ia merasa kepalanya terasa aneh.

Miku yang melihat itu menghampiri Naruto. Ekspresi kekhawatiran tidak luput dari wajah cantiknya itu, "Naruto, apa kau tidak apa-apa? Kondisimu terlihat buruk."

"Tenang saja, aku tidak apa-apa," balas Naruto dengan tersenyum kecil. Ia kemudian berpikir, 'Aku rasa, aku mendapatkan ini dari Naruko. Lalu, Ichika tertular karena diriku yang menularkannya. Aku harus bisa menemukan Itsuki sebelum ini bertambah parah.'

Tiba-tiba, Yotsuba datang dengan berlari cepat dan menjatuhkan Miku ke bawah. Hal itu membuatnya keduanya jatuh dengan posisi tertelungkup.

Yotsuba berkata, "Apa kau berpikir aku tidak akan menemukanmu di sini?"

Naruto kemudian menatap keduanya. Sementara itu, Miku bangun dari acara jatuhnya dengan salju yang menempel pada wajahnya, "Aku lupa."

Yotsuba dengan tersenyum berkata, "Aku juga sudah menemukan Ichika dan Nino!"

Bersamaan dengan ucapan itu, Ichika dan Nino menghampiri mereka. Naruto kemudian berkata, "Yotsuba, apa kau tidak menemukan Itsuki?"

"Sayang sekali, aku tidak menemukannya."

Nino bersidekap dada, "Sebenarnya kalian dari mana saja, sih?"

"Bermain, sepertinya kalian tidak menemukan kami sama sekali," balas Miku. Ia kemudian menatap Ichika dengan tatapan yang tajam, "Sudah kubilang, seharusnya kau istirahat saja, Ichika."

Ichika menunduk dan menangkupkan kedua tangannya, "Maaf, sudah terlanjur. Lagipula, Yotsuba sudah menemukanku."

Miku kemudian berjalan bersama Yotsuba melewati Naruto yang terdiam. Miku berkata, "Kalau begitu … Naruto dan Ichika, kembalilah ke penginapan."

Naruto membalas, "Maaf Miku, tapi aku tidak akan melakukannya. Setidaknya sampai kita menemukan Itsuki."

Hal itu membuat mereka menatap Naruto. Naruto kemudian berkata, "Yotsuba, kau mencari Itsuki sampai mana?"

"Aku sudah memutari banyak daerah. Tapi, tidak ada tanda-tanda keberadaan Itsuki."

"Apa terjadi sesuatu dengannya?" tanya Nino.

"Mengingat Itsuki adalah seseorang yang selalu buta arah dan suka tersesat. Aku rasa itu yang terjadi saat ini. Intinya, kita harus segera menemukannya. Cuaca buruk juga bisa terjadi setiap saat. Maka dari itu, kita harus bergegas untuk mencarinya," jelas Naruto.

Kemudian, Naruto mengeluarkan peta daerah ski dan merentangkannya tepat di depan mereka, "Mengingat kita sudah berkeliling di beberapa daerah, rasanya terlihat aneh jika kita tidak menemukan keberadaan Itsuki walaupun sekecil apapun itu petunjuknya."

"Itu tidak mungkin," ucap Ichika.

Miku berucap dengan ekspresi wajah yang menunjukan raut wajah penuh kekhawatiran, "Aku juga masih belum bisa menghubunginya. Ichika, apa kau yakin Itsuki benar-benar bermain ski?"

Ichika merespon ditambah dengan anggukan kepala, "Y-ya, aku yakin dengan hal itu."

Yotsuba kemudian menunjuk satu daerah di peta yang dibentangkan Naruto, "Area itu, aku belum mengeceknya sama sekali."

Nino yang mendengar itu membalas, "Area itu … bukankah para guru sudah mengatakan agar kita tidak pergi ke sana? Daerah itu masih belum dipastikan aman atau tidak, bahkan mereka mengatakan itu adalah area yang berbahaya."

Nino kemudian berbalik, "Kalau begitu, aku akan kembali ke penginapan. Aku akan melaporkan ini kepada guru dan meminta mereka membawa regu penyelamat."

"Tidak bisakah kita mencarinya lagi?" tanya Ichika dengan mata yang bergetar, dan Naruto menyadari hal itu. Itu membuatnya sudah sangat yakin, bahwa sesuatu akan dia bongkar sebentar lagi.

"Jangan bodoh, ini adalah situasi yang genting! Kita harus menemukan Itsuki secepatnya!" bentak Nino yang terlihat kesal.

Hal itu membuat Ichika mundur sedikit dan menatap ke bawah, "Maaf, aku tidak tahu harus melakukan apa lagi."

Naruto sendiri bernafas dengan tidak teratur. Badannya terasa berat, sehingga membuat dirinya terhuyung hampir jatuh. Akan tetapi, ia masih bisa mempertahankan kesadarannya. Naruto berbicara, "T-tunggu dulu. Aku pikir, aku tahu cara untuk menemukan Itsuki."

"Menemukan dirinya sekarang? Bagaimana caranya?" tanya Nino dengan ekspresi penuh kekhawatiran.

"I-itu rahasia. Percayalah padaku, aku akan membawa Itsuki kembali untuk kalian. Kalau begitu … Ichika, ikutlah denganku. Aku tidak menerima penolakan."

.

Skip Time : Gondola Ride

"Apa maksudmu memintaku untuk ikut agar kita bisa mencari Itsuki dari atas sini?"

Naruto menjawab sembari menatap ke arah yang lain, "Ya, begitulah. Setidaknya, dari atas sini kita bisa melihat beberapa area ski secara langsung."

Ichika yang mendengar itu kemudian melepaskan masker yang ia gunakan, wajahnya terlihat serius. Tiba-tiba, Naruto menatap ke bawah dan menunjuk seseorang di arah tertentu, "Apa itu Itsuki?"

"Mana?"

"Itu yang di sana. Perempuan yang baru saja meluncur ke bawah."

"Orang itu? Menurutku, itu bukan."

Mendengar itu, Naruto menyeringai dan menatap Ichika, "Sudah jelas bukan, karena orang itu adalah laki-laki."

Naruto kemudian melepas tudung ski yang Ichika gunakan. Memperlihatkan rambut merah panjang yang tertiup angin dan sangat ia kenal siapa yang memilikinya. Naruto kemudian menaruh tangannya di bahu orang tersebut dan berkata, "Sudah kuduga itu adalah kau, Itsuki. Kau memiliki penglihatan yang buruk. Kau tidak bisa melihat dengan jarak yang jauh tanpa kacamatamu."

"S-sejak kapan kau mengetahuinya?" tanya Itsuki dengan wajah yang tertunduk.

"Aku sudah mengetahuinya sejak awal. Orang yang sakit tidak akan keluar dari tempat dimana ia seharusnya beristirahat. Ditambah lagi, kau selalu berusaha untuk mencegah Nino untuk melaporkan ini semua kepada guru."

Naruto menarik nafas dan melanjutkan, "Ditambah lagi, cara memanggil diriku. Ichika selalu menggunakan nama depanku dengan suffiks –kun di dalamnya. Tidak sepertimu yang memanggilku dengan margaku dengan suffiks yang sama. Kau berteriak memanggilku saat aku mulai menuruni area ski tanpa bisa berhenti. Saat itu aku sadar, jika itu adalah kau."

"M-mengapa kau tidak melakukannya sejak awal?"

"Memangnya kau mau dimarahi oleh mereka? Aku sengaja membuat ini terlihat serius agar bisa membongkar penyamaran bodohmu itu, tahu?"

Itsuki tidak membalas, melainkan dirinya memikirkan kembali percakapannya dengan Ichika sebelum melakukan penyamaran itu.

.

Flashback on

Ichika tertawa kecil, kemudian ia berkata, "Apa kau menganggap Naruto-kun sebegitu buruknya dari sudut pandangmu?"

"T-tidak seperti itu."

Itsuki kemudian perlahan menguatkan pegangannya pada tangan Ichika, ia melanjutkan, "Ini berbeda ketika kita membicarakan sebuah hubungan dan relasi. Ditambah lagi, aku masih tidak tahu banyak mengenai Uzumaki-kun. Setidaknya, kita juga harus pintar dalam menilai dan memilih laki-laki."

Ichika tersenyum mendengarnya, ia berkata, "Kau masih memikirkan itu ternyata. Ketahuilah satu hal, Itsuki. Naruto-kun itu berbeda dengan laki-laki yang sudah kita temui dan Naruto-kun tidak seperti Tou-san."

Flashback off

.

Setelah beberapa detik keheningan menyelimuti mereka, Itsuki tetap menatap ke bawah dengan mengepalkan tangan di atas pahanya. Air mata mulai berjatuhan dari wajah cantiknya, dia berkata, "M-maaf. Aku ingin memastikan saja."

Dengan wajah yang benar-benar memerah sepenuhnya dan nafas yang tidak teratur, Naruto menjawab, "T-tidak perlu meminta maaf. L-lagipula, a-aku akan selalu mengenalimu. Karena, kau adalah … t-teman pertamaku."

Dengan berakhirnya ucapan itu, Naruto kehilangan kesadaran dan kepalanya jatuh tepat di bahu Itsuki. Membuat gadis itu merona dan berkata, "U-Uzumaki-kun? I-ini terlalu cepat."

Menyadari tidak ada balasan, Itsuki kemudian menatap Naruto. Mendapati wajah lelaki itu sudah memerah sepenuhnya. Tidak hanya itu, tubuh Naruto mengeluarkan banyak keringat yang disertai dengan nafas yang tidak teratur dan suhu badan yang tinggi. Itu membuat Itsuki terkejut dengan mata yang membulat.

"UZUMAKI-KUN!"

.

Skip Time : Inn

Terlihat Naruto yang dipapah oleh salah satu guru yang membawanya ke dalam salah satu kamar penginapan yang sudah jelas bukan kamarnya. Dibelakangnya, terlihat juga lima kembar Nakano yang menatap Naruto dengan wajah yang khawatir.

"Untunglah kalian bisa membawanya ke sini. Sensei akan mengawasinya di kamar ini. Apakah ada yang bisa membawakan barang-barang milik Uzumaki-kun?"

"Aku akan melakukannya," ucap Yotsuba dengan suara lirih yang disertai wajah yang kecewa, namun masih bisa didengar oleh yang lainnya.

Ichika kemudian berkata, "Maaf, ini salahku. Bolehkah aku menemaninya?"

Itsuki dengan cepat menimpali, "Biar aku saja yang melakukannya!"

Naruto kemudian menoleh dengan lemah dan tersenyum, "S-sudahlah, kalian tidak perlu melakukannya hanya untuk diriku."

"Acara api unggun akan segera dimulai. Semua murid diharapkan berkumpul di lapangan."

Mendengar pengumuman itu, Naruto melanjutkan, "K-kalian sudah dengar, kan? L-lebih baik kalian menikmati acara terakhir ini, daripada kalian membuang-buang waktu berharga kalian hanya untuk diriku. A-aku hanya butuh istirahat agar bisa pulih keesokan harinya."

"T-tapi …."

Ucapan Miku tidak berlanjut dikarenakan guru yang memapah Naruto memotong perkataannya, "Mulai sekarang, tidak ada yang boleh masuk ke ruangan ini!"

Ucapan itu membuat lima kembar Nakano terkejut dengan bola mata yang membulat, mereka kemudian pergi. Sebelum mereka menjauh, Naruto memanggil Nino yang berjalan pergi di posisi paling belakang.

"Nino, bisakah kita bicara sebentar?"

Nino yang mendengar itu berhenti melangkah, dan berbalik menghampiri Naruto, "Ada apa, Uzumaki?"

"A-aku punya permintaan. B-bisakah kau mengawasi mereka berempat untukku? A-aku tidak ingin mereka melakukan sesuatu yang bodoh lagi."

"Baiklah, aku akan melakukannya," balas Nino yang mulai pergi dari sana. Meninggalkan Naruto yang menatap kepergian Nino dengan tersenyum lemah.

'Arigatou, Nino.'

.

Skip Time : Field

Di lapangan, terlihat Nino yang berdiri di dekat api unggun. Dari posisinya saat ini, ia juga bisa melihat Ichika bersama dengan Miku berada di pinggir lapangan yang sepi. Hanya saja, tidak ada Yotsuba dan Itsuki di sana.

'Bisa-bisanya Uzumaki itu menyuruh kita untuk bersenang-senang, padahal dia sendiri lebih membutuhkannya.'

Merasa tidak menikmati acaranya, Nino pergi dari lapangan. Teman sekelasnya menyadarinya dan berkata, "Nino, kau mau pergi kemana?"

Tanpa berbalik, Nino menjawab, "Toilet."

.

With Ichika and Miku

Ichika menatap api unggun dengan melamun. Miku yang membawa sekaleng Matcha Soda kemudian menempelkan kaleng minuman itu di pipi Ichika. Membuat Ichika terkejut.

"Itu untukmu. Orang yang sakit harus lebih banyak minum."

"Ah, terima kasih," balas Ichika yang langsung membuka kaleng Matcha Soda dan meminumnya. Ia kemudian berkata, "Rasanya tidak enak."

"Benarkah?"

"Tapi, rasanya lumayan berguna untuk orang sakit sepertiku. Arigatou."

"Douitashimashite."

Tiba-tiba, Miku menempelkan kepalanya pada kepala Ichika. Membuat Ichika sedikit terkejut karena itu. Miku tersenyum kecil, "Syukurlah, sudah hilang."

Ichika tersenyum kecut, "Kurasa, aku yang menularkannya pada Naruto-kun."

"Aku pikir kau tidak menularkannya. Menurutku, Naruto sejak awal sudah sakit. Hanya saja, aku terlambat untuk menyadarinya karena aku terlalu sibuk dengan diriku sendiri."

"Maaf, ya. Seharusnya aku lebih menyadari soal legenda ini beserta dengan perasaan dan niatmu kepada Naruto-kun," ucap Ichika. Kemudian, ia menambahkan dalam pikirannya, 'Tentunya juga dengan perasaanku sendiri.'

Miku tidak menjawab, melainkan ia memeluk Ichika. Membuat Ichika terdiam dan menatap Miku dengan wajah yang kebingungan.

"Miku?"

"Aku selalu mengkhawatirkanmu. Aku selalu memikirkan kita semua yang memperlakukan Naruto. Aku selalu memikirkan diriku yang mendapatkan perlakuan khusus dari Naruto, aku pikir itu tidak setara namanya."

"Itu tidak benar, Miku."

Miku tersenyum dan memegang tangan Ichika dengan kedua tangannya, "Aku beritahu satu hal. Aku menyukai Naruto. Maka dari itu, aku akan melakukan sesukaku. Ichika dan yang lainnya juga bebas melakukan apapun supaya adil. Satu lagi, aku tidak akan kalah."

'Apapun yang terjadi. Aku ingin Naruto menjadi milikku. Aku tidak bisa berbohong mengenai perasaanku sendiri. Aku sudah yakin dengan keputusanku ini,' lanjut Miku dalam pikirannya.

Ichika yang mendengar itu tersenyum dan berpikir, 'Aku juga tidak akan kalah untuk mendapatkan Naruto-kun.'

Kemudian, Ichika berdiri, "Ayo kita pergi, Miku."

"Ya."

.

With Itsuki

'Seandainya aku tidak menyamar menjadi Ichika. Ini tidak akan terjadi pada Uzumaki-kun.'

Entah sadar atau tidak. Itsuki berjalan hingga sampai ke kamar Naruto yang ada di penginapan. Pintunya terbuka. Ketika ia melihat ke dalam, ia melihat Yotsuba yang sedang memegangi sesuatu.

"Yotsuba, apa barang-barang milik Uzumaki-kun sudah dipindahkan?"

Menyadari tidak adanya respon dari Yotsuba, membuat Itsuki menghampiri saudarinya itu, "Yotsuba?"

Yotsuba berucap dengan lirih, "Ini adalah buku panduan wisata sekolah milik Uzumaki-san. Lihat ini, ada banyak sekali tanda yang ia buat. Kurasa, ia sangat menantikan acara ini."

Itsuki menerima buku itu, ia dapat melihat ekspresi Yotsuba yang menunjukkan raut wajah sedih yang terlihat di wajah saudarinya itu.

Yotsuba melanjutkan perkataannya, "Aku tidak bisa membaca situasi. Aku memaksa Uzumaki-san yang sedang sakit dan menghancurkan semuanya."

"Pada akhirnya, kita tidak mengetahui Uzumaki-kun dengan benar. Kita tidak bisa mengetahui isi hati dan pikirannya," balas Itsuki yang membuka buku panduan Naruto. Ketika membaca salah satu halaman, ia kemudian tersenyum dan menatap Yotsuba.

"Setidaknya, ini tidak akan sia-sia. Lihatlah ini, Yotsuba."

Yotsuba kemudian menatap apa yang Itsuki tunjukkan. Di buku panduan wisata sekolah Naruto, berisi catatan yang Naruto buat. Catatan itu berisikan.

Untuk wisata sekolah ini, aku tidak berharap banyak. Hanya saja, aku perlu membelikan oleh-oleh untuk Naruko-chan.

Setidaknya, datang dan bisa menghabiskan waktu bersama mereka berlima sudah membuat diriku senang. Aku menghargai usaha mereka berlima untuk menjemputku. Aku selalu berterimakasih karena mereka memikirkan diriku dan mengusahakan dengan cara apapun. Aku sangat bersyukur bisa ikut acara ini bersama dengan mereka.

"Apa ini benar?" tanya Yotsuba.

"Entahlah, aku tidak tahu. Setidaknya, Uzumaki-kun menuliskan apa yang ia pikirkan pada catatan yang ia buat di sini."

"Kalau begitu, aku akan bertanya kepadanya sekarang juga!"

"Eh, sekarang juga?"

Yotsuba berlari meninggalkan Itsuki. Sebelum meninggalkan kamar Naruto, Yotsuba membalas, "Asalkan tidak ketahuan, tidak akan ada masalah."

Itsuki yang mendengar itu berpikir, 'Ya, itu tidak ada salahnya. Aku rasa, diriku juga bisa untuk melakukannya.'

.

Beberapa saat kemudian, di kamar tempat Naruto tertidur. Terlihat Itsuki yang bersembunyi di sudut kamar yang tidak terlihat dikarenakan lampu yang dimatikan. Sebelumnya, Itsuki diam-diam menyelinap masuk ke dalam kamar itu.

Sekarang, guru yang mengawasi Naruto sudah keluar untuk membantu persiapan api unggun yang sebentar lagi akan selesai dikarenakan kekurangan orang. Hal itu membuat Itsuki bernafas dengan lega dan berpikir.

'Karena mengikuti Yotsuba. Aku sampai diam-diam menyelinap masuk saat sensei sedang tertidur. Apa ini sudah berlebihan? Kurasa tidak.'

Itsuki kemudian menatap Naruto yang tertidur di kasur yang berada dekat dengan jendela penginapan. Ia berpikir, 'Tapi, aku tidak bisa meninggalkan Uzumaki-kun begitu saja.'

Mencoba berinisiatif, Itsuki perlahan-lahan meraba-raba dinding untuk menyalakan lampu. Ketika ia mendapatkannya, ia merasa ada orang lain yang juga ikut melakukannya. Ketika lampu itu menyala, terlihat empat saudarinya yang ternyata juga berada di sana.

Hal itu membuat mereka terkejut. Orang yang pertama memecah keheningan sementara itu adalah Yotsuba, "Eh! Kalian ke sini juga?"

"Jangan terlalu keras, Yotsuba. Sensei bisa kembali," ucap Itsuki.

"Ups, maaf."

Nino berkata, "Mengapa kalian semua juga ada di sini?"

Miku dengan santai membalas, "Lalu, kau sendiri bagaimana?"

"A-aku hanya ingin melihat Uzumaki saja, kok."

Ichika tertawa kecil, "Kita semua datang ke sini karena mengkhawatirkan Naruto-kun, ya?"

Miku mengangguk untuk merespon perkataan Ichika. Sementara Yotsuba terkekeh, "Aku senang karena kita memiliki pemikiran yang sama."

Mendengar percakapan mereka membuat Itsuki tersenyum. Kemudian, Itsuki berjalan ke arah ke samping Naruto yang tertidur. Hal itu menjadi perhatian bagi empat kembar lainnya dan mulai mengikuti Itsuki secara bersamaan.

Selain itu, dari luar juga terdengar pengumuman mengenai acara api unggun yang berakhir. Acara itu diakhiri dengan banyak kembang api yang dinyalakan. Hal itu membuat Naruto perlahan-lahan membuka matanya.

Ketika ia melihat ke samping, ia dapat melihat lima kembar Nakano yang memegang masng-masing satu jari tangan kirinya, "M-minna, m-mengapa kalian a-ada di sini?"

Ichika membalas, "Tentu saja menemanimu. Kau sudah menahan rasa sakit itu sejak awal, kan? Maaf karena aku tidak menyadarinya."

Nino merona dan menatap ke arah lain. Dia berkata, "Jangan berkata yang aneh-aneh dan cepatlah sembuh."

Miku menimpali, "Kami berlima tidak akan meninggalkanmu. Kami berlima akan selalu ada di sisimu, Naruto."

Yotsuba menambahkan, "Kami akan memberikan kekuatan kami untuk menyembuhkanmu."

Terakhir adalah Itsuki, ia tersenyum dengan lembut dan menatap Naruto dengan dalam. Itsuki mengakhiri dengan berkata, "Kau tahu, Uzumaki-kun? Aku masih belum mengetahui banyak tentang dirimu. Jadi, biarkan aku mengetahui dirimu melalui apa yang kau rasakan selama mengikuti wisata sekolah ini."

Naruto tersenyum tipis, ia membalas, "Y-ya, a-aku sangat s-senang dan sangat menikmatinya. D-dikarenakan aku bisa m-melakukannya bersama kalian, t-teman-temanku yang berharga. T-terima kasih karena s-sudah mengkhawatirkan diriku. A-aku hargai itu."

Mendengar respon Naruto, membuat lima kembar Nakano tersenyum. Mereka juga ikut senang dikarenakan Naruto juga menikmati acara wisata sekolah ini dengan alasan mereka yang menjadi sumber kebahagiaan bagi Naruto sendiri.

'Jujur, walaupun harus berakhir seperti ini. Aku bersyukur karena bisa melakukan acara wisata sekolah ini bersama dengan mereka.'

.

Skip Time : 4 Days Later, Overpass

Di pagi hari, Naruto terlihat berjalan sendirian di tangga penyebrangan. Ia sedang membaca memo miliknya sambil berjalan.

Hal yang ia lakukan terhenti ketika ia mendengar beberapa suara memanggilnya dari belakang dengan panggilan yang berbeda-beda. Ketika ia menengok ke belakang, ternyata sudah ada lima kembar Nakano di sana.

"Ohayou!" ucap mereka bersamaan.

Naruto tersenyum kecil dan membalas, "Ohayou mo, minna."

Yotsuba menjadi orang pertama yang menghampiri Naruto, diikuti dengan Miku di belakangnya. Sementara yang lain menghampiri mereka yang sudah duluan.

"Apa tubuhmu sudah membaik, Naruto?" tanya Miku.

"Ya, aku sudah membaik. Aku berterima kasih kepada kalian yang repot-repot mau mengurus biaya pengobatanku selama tiga hari di rumah sakit."

"Tidak masalah, kami juga sudah membicarakan hal itu bersama-sama," respon Yotsuba yang ditambah dengan anggukan empat kembar Nakano lainnya.

"Ya, setidaknya kau sudah kembali," ucap Nino. Kemudian, ia melihat Itsuki yang memakan sebuah roti yang sempat ia beli sebelumnya, "Berhenti makan, Itsuki."

"Aku lapar, biarkan aku menghabiskannya," balas Itsuki yang kemudian memakan makanannya kembali. Sementara itu, Ichika menepuk bahu Nino.

"Untuk merayakan kesembuhan Naruto, bagaimana jika kita pergi ke toko crepe setelah pulang sekolah?"

Naruto yang mendengar itu kemudian mendekat ke Nino dan Ichika dan menatap mereka dengan senyuman yang berbeda aura dengan tatapannya yang tajam, "Aku sih tidak masalah. Tapi kita akan belajar juga, kan?"

Hal itu membuat Ichika tertawa kecil. Miku kemudian berkata, "Naruto …," mendengar itu membuat mereka semua menatap Miku. Miku melanjutkan, "Beberapa bulan lagi kita akan menghadapi ujian akhir. Maka dari itu, tolong ajari kami lagi, ya?"

Yotsuba menimpali, "Belajar bersama, ya?"

Ia kemudian melanjutkan dengan kedua tangan yang terangkat di udara dan berkata dengan semangat, "Ayo kita lakukan yang terbaik!"

Nino dengan bersidekap dada membalas, "Tunggu, aku tidak setuju!"

Dengan santainya, Miku membalas, "Kalau begitu. Semuanya akan ikut kecuali kau, Nino."

Naruto yang mendengar itu menatap Nino dengan seringai yang ia keluarkan, "Kau memang muridku, Miku. Tidak seperti seseorang yang tsundere di hadapanku saat ini."

"Urusai, kalian berdua! Lagipula, aku tidak pernah bilang kalau aku tidak akan ikut!" balas Nino yang menatap ke arah yang lain.

Setelah itu, Itsuki berkata dengan berbalik menatap Naruto dan saudarinya yang lain, "Uzumaki-kun, mohon bimbingannya, ya?"

"Tentu saja! Siapkan diri kalian, karena akan ada banyak persiapan yang kita harus lakukan. Maka dari itu, bersiap-siaplah."

.

.

.

To Be Continued

.

.

Notes : Fic ini terinspirasi oleh beberapa fanfic tertentu dengan crossover Naruto x Quintessential Quintuplets. Hmm, ini project kedua gua dengan tipe fic yang multichapter. Gua bikin alurnya semi-canon tapi dengan banyak perubahan. Season 1 Done, Chapter 23 Up, jadi tolong buat reader gausah banyak protes dan Stay tune aja ye. Cukup doain gua biar banyak ide + sehat, secara perlahan nanti gua coba sebisa mungkin buat tamatin fic ini. Soalnya gua tim begadang buat ngelarin ini fic.

Next, gue gak bisa ngejawab review kalian satu per satu karena terlalu malas. Gua minimal baca review dari kalian, dan maksimal berakhir dengan baca PM dari reader or whoever else. Next. Jika fic ini diplagiat oleh oknum sampah yang nggak bertanggung jawab + tidak mendapat perizinan dari gua, bahkan gak naruh nama gua di tempat di mana dia ngepost cerita ini. Tolong bantu report / PM ke gua. Biar gua tinggal ikutan jadi tim report. Sebagai catatan, gua hanya memiliki akun FFN. Tidak ada yang di luar platform yang gua sebutkan.

Lagi dan lagi, gue ingin mempromosikan sesuatu di sini. Gue telah bergabung dengan sebuah Group Chat WhatsApp yang bernama Fanfic Community Indonesia, yang berisikan banyak author dan reader fanfiksi, bahkan platform lain. Di grup tersebut terdapat cukup banyak author senior, ataupun author baru seperti gue. Kepada siapapun yang berminat untuk bergabung, silahkan PM gue baik melalui web, ataupun aplikasi. Join with us! Feel like home! Let's move together!

Sepertinya hanya itu saja pesan gue kepada kalian. Sampai jumpa lagi. Jaa na!

FCI. Cursed-Eternal Out