Previous Chapter

"Ini adalah solusi terbaik karena semuanya sudah terjadi. Untuk memulainya kembali, kita akan memerlukan usaha dan proses. Maka dari itu …."

Ucapan Naruto terpotong ketika ia merasakan tenggorokannya tercekat dengan sesuatu yang akan keluar dari dirinya. Miku dan Itsuki yang menyadari itu dengan cepat menghampiri Naruto. Tapi, itu sudah terlambat.

UHUK! UHUK! UHUK! UHUK! UHUK!

Sekarang, Ichika dan Yotsuba menjadi orang selanjutnya yang terkejut ketika melihat Naruto yang saat ini menutupi mulutnya yang mengeluarkan darah dengan kedua tangannya.

"Naruto-kun! Kau tidak apa-apa?!" tanya Ichika dengan wajah yang diisi ekspresi penuh kekhawatiran.

"Ada apa denganmu, Uzumaki-san?!"

Naruto menjawab, "A-aku tidak bisa menjawabnya sekarang. I-Ichika, Y-Yotsuba … maafkan aku karena sudah menyembunyikan ini dari kalian. A-aku rasa, Miku dan Itsuki bisa menjelaskannya kepada kalian berdua."

Beberapa saat kemudian. Naruto terlihat sudah tertidur di sofa setelah meminum obatnya. Sementara itu, Ichika dan Yotsuba masih penasaran dengan apa yang terjadi. Di sisi lain, Miku dan Itsuki tetap memandang Naruto dengan wajah penuh kekhawatiran.

Ichika kemudian berpikir, 'Apa ini ada kaitannya dengan kupikirkan di taman saat festival kembang api beberapa bulan yang lalu? Lebih baik kutanyakan saja sekarang.'

"Jadi, bisakah kalian menjelaskannya kepada kami?"

"Itu benar, aku juga penasaran …," ucap Yotsuba menimpali perkataan Ichika.

Mendengar itu, Miku dan Itsuki saling memandang satu sama lain yang setelahnya diakhiri dengan anggukan keduanya sebagai tanda persetujuan. Itsuki dengan suara yang lirih berkata, "Perlu kalian ketahui satu hal."

Miku menambahkan, "Bahwa, selama ini Naruto memiliki penyakit kanker paru-paru dengan stadium 4A …."

.

.

.

I'm In Trouble

Disclaimer :

Naruto by Masashi Kishimoto

5-toubun no Hanayome by Negi Haruba

Pair : ?

Rate : T

Mark :

"Naruto." : Berbicara

Naruto : PoV Start / Flashback Start / Letter or Announcement Content

Naruto : Efek suara (Sfx) / Skip Time / Previous Chapter

'Naruto.' : Pikiran atau Batin

["Naruto."] : Berbicara melalui pesan atau panggilan telepon

Genre : School, Drama, Family, Hurt/Comfort, Romance, Tragedy

Warning : Semi-Canon, Alternate Universe, Alternate Fact & Reality, Original & Other Character, dan Out of Character.

.

.

"Tunggu, apa katamu?! Naruto-kun memiliki kanker paru-paru di dalam tubuhnya?!"

Itsuki menjawab pertanyaan Ichika, "Itu benar. Ia sudah lama memiliki penyakit itu. Berdasarkan cerita yang Uzumaki-kun beritahu kepada kami berdua. Ia sudah memilikinya sejak dirinya masih duduk di bangku sekolah menengah pertama."

"Aku baru tahu soal hal itu. Jika kalian sudah mengetahuinya, mengapa kalian tidak memberitahunya kepada kami juga?"

"Naruto sudah memberitahukan kepada kami untuk tidak menceritakannya kepada siapapun sampai waktunya tiba. Bahkan, aku dan Itsuki mengetahui hal itu di waktu yang berbeda," ujar Miku yang menjawab pertanyaan dari Yotsuba.

"Itu benar. Aku tahu itu saat diriku pergi untuk makan malam di rumahnya pada saat hari pertama ia datang ke kediaman kita. Sementara Miku mengetahui hal itu saat Uzumaki-kun mencoba meyakinkan Miku untuk belajar bersamanya dan membangun kepercayaan dirinya. Kami sudah membicarakan hal itu sebelumnya setelah Miku mengetahui hal itu," jelas Itsuki.

"Baiklah, baiklah. Aku percaya. Lagipula, ini semua sudah terjadi."

Ichika melanjutkan,"Sejak awal, aku memang sudah curiga dengan Naruto-kun sejak festival kembang api. Saat di taman itu, aku juga melihatnya menahan sakit. Tapi, aku tidak bisa menanyakannya karena ia sendiri sudah berusaha sekeras untuk kita saat itu."

"Begitulah. Aku sebenarnya juga ingin memberitahu hal ini kepada kalian, tapi aku sudah berjanji kepada Uzumaki-kun. Maka dari itu, aku hanya menyimpan hal ini dengan Miku saja."

Setelah Itsuki selesai berkata, suasana berubah menjadi lebih sepi. Mereka terdiam dengan pikiran mereka sendiri-sendiri. Akan tetapi, Yotsuba memecah keheningan itu.

"Ano, urusan Nino bagaimana? Kita tidak bisa membiarkan dia pergi begitu saja, kan?

"Besok akan menjadi misi pencarian. Apa kalian memiliki acara untuk besok? Jika tidak ada, kita akan bersama-sama mencarinya," ujar Miku.

Itsuki menjawab, "Aku sepertinya tidak akan mencarinya. Aku tidak ingin memperkeruh keadaan karena akulah yang menekan Nino sampai ia bertingkah seperti itu. Aku akan pergi untuk sementara waktu dan aku akan kembali jika Nino mau untuk meminta maaf."

Miku yang mendengar itu mengangguk saja, setelah itu Ichika berkata, "Aku tidak bisa mencarinya, besok aku ada pekerjaan. Maafkan aku."

"Aku besok juga tidak bisa ikut mencarinya, aku dimintai tolong oleh teman-teman dari ekskul basket untuk membantu mereka dalam mengikuti pertandingan," tambah Yotsuba dengan tertawa gugup.

"Ya sudah, aku dan Naruto yang akan mencarinya besok. Itu tidak akan menjadi masalah. Sebisa mungkin kita harus bisa mengurus masalah Nino sebelum ujian akhir semester dimulai."

Ketiga kembar Nakano yang mendengar perkataan Miku langsung mengangguk kecil secara bersamaan sebagai bentuk persetujuan. Mereka kemudian memandang kembali Naruto yang tertidur di sofa, menatapnya dengan penuh kekhawatiran.

.

[0_0]

.

Skip Time : Next Day

"Jadi, mengapa hanya ada kita berdua di sini? Kemana yang lainnya?"

Saat ini, Naruto sedang berjalan dengan Miku yang ada di sebelahnya. Mereka berdua melakukan misi untuk mencari Nino. Miku yang mendengar perkataan Naruto menjawabnya.

"Itsuki pergi untuk sementara waktu sampai Nino mau meminta maaf kepadamu. Kalau Ichika hari ini sedang ada pekerjaan, sementara Yotsuba ada urusan dengan anak-anak dari ekskul basket," jawab Miku dengan santai.

"Begitu ternyata. Pantas saja aku tidak melihat Itsuki setelah aku bangun dari tidurku."

"Begitulah. Ngomong-ngomong, kita tidak bisa berjalan terus-terusan, kan? Secara stamina, kita yang terlemah dan aku tidak ingin penyakitmu kambuh lagi. Apa kau punya cara untuk menemukan Nino dengan mudah, Naruto?"

Mendengar itu membuat Naruto berhenti melangkah dan mulai berpikir dalam diam untuk beberapa saat. Sama halnya dengan Miku, ia juga ikut berhenti dan memilih untuk memperhatikan lelaki yang ada di sebelahnya itu. Setelah beberapa saat, Naruto menjawab.

"Aku ada ide, tapi aku tidak yakin dengan tingkat keberhasilannya."

"Sudahlah, katakan saja. Siapa tahu kau akan memerlukanku juga dalam melakukannya."

"Niat awalku sih memang untuk menggunakan dirimu. Aku akan menggunakan asset terbaik yang kalian miliki, yaitu wajah kalian yang benar-benar sama …."

"Bagaimana caranya?"

"Baiklah, kau tunggu sebentar di sini. Aku akan segera kembali," ucap Naruto yang dibalas dengan anggukan kecil dari Miku. Tidak lama kemudian, Naruto kembali dengan membawa banyak orang ke depan Miku. Membuat Miku bingung dengan hal itu.

Seorang pria paruh baya kemudian bertanya, "Apa yang ingin kau tanyakan kepada kami, nak?"

Mendengar itu, Naruto kemudian menghampiri Miku. Ia kemudian menunjuk ke arah Miku dan menjawab, "Apa kalian pernah melihat seorang gadis remaja yang wajahnya sama seperti teman saya yang ada di sini?"

Seorang wanita paruh baya kemudian menjawab, "Sepertinya aku pernah melihatnya di hotel yang kutempati belum lama ini."

Miku yang mendengar itu hanya bisa terdiam dan menatap Naruto. Sementara Naruto yang mendengar itu berpikir, 'Gotcha, aku menemukannya dengan mudah. Tidak kusangka, kembar lima itu sangat berguna.'

"Madame-san, bisakah kau memberitahukan lokasinya kepada kami?"

.

[0_0]

.

Di suatu kamar hotel, terlihat Nino yang sedang duduk dan memainkan handphone miliknya. Akan tetapi, ia dikejutkan ketika pintu ruangan hotel miliknya terbuka dan menunjukkan dua orang yang sangat ia kenal. Siapa lagi kalau bukan Naruto dan Miku.

"B-bagaimana kalian bisa masuk ke sini?"

"Untuk itu sih sangat mudah. Iya kan, Miku?" jawab Naruto.

Miku menambahkan, "Ya, sangat mudah. Aku hanya bilang kalau aku lupa untuk membawa kunci ruangan yang kau tempati. Lalu, mereka membukakan akses untuk kami masuk."

"Keamanannya lemah sekali!" gerutu Nino dengan kesal.

Kemudian, Miku mulai maju selangkah dan berkata, "Nino, persoalan yang kemarin …."

Miku tidak melanjutkan perkataannya dikarenakan Nino yang dengan cepat berdiri dan memotong perkataannya, "Aku tidak mau mendengar itu lagi! Keluar!"

Nino kemudian menghampiri mereka berdua dan mendorong mereka secara paksa. Membuat keduanya mundur perlahan-lahan sampai melewati pintu ruangan yang Nino tempati. Setelah itu, Nino langsung saja menutup dan mengunci ulang pintu itu. Meninggalkan Naruto dan Miku yang hanya berdua saja di lorong hotel.

"Ya, pada akhirnya memang akan menjadi seperti ini. Setidaknya, kita sudah tahu di mana Nino berada. Lebih baik kita sudahi dulu untuk hari ini."

Naruto kemudian menatap Miku yang ada di sampingnya dan melanjutkan perkataannya, "Lalu, bagaimana dengan Itsuki? Apa tidak ada petunjuk?"

"Aku tidak tahu sama sekali. Tapi … yang aku ketahui adalah Itsuki tidak membawa dompetnya ketika pergi dari kediaman kami."

Mendengar itu membuat Naruto sweatdrop di tempat. Tapi itu tidak bertahan lama karena ia mengeluarkan pose berpikirnya. Mencoba menganalisa kemungkinan-kemungkinan yang ada di dalam kepalanya.

'Huh, tidak membawa dompetnya? Itu terdengar ceroboh. Akan tetapi, berkat itu kurasa aku tahu dimana Itsuki sekarang.'

.

[0_0]

.

Skip Time : Naruto House

"Tadaima …."

"Okaeri, Nii-chan …," sambut Naruko yang menghampiri Naruto yang baru saja masuk. Naruto kemudian mengelus lembut kepala adik kesayangannya itu.

"Maafkan aku karena baru pulang sekarang. Apa kau sudah lama menunggu, Imouto?"

"Tidak, aku baru kelar memasak untuk makan malam kita. Kebetulan sekali Nii-chan pulang setelah aku selesai. Kalau begitu, kami makan duluan ya!" ucap Naruko yang mulai berlari kecil ke dalam. Setelah itu, Naruto bisa mendengar suara orang lain yang ia kenali.

"Naruko-chan, apa aku boleh nambah lagi?"

"Tentu saja boleh, Itsuki-san!"

Di sisi lain, Naruto menepuk kepalanya sendiri ketika melihat Itsuki yang ada di sana. Ia kemudian berpikir, 'Sudah kuduga kalau Itsuki ada di sini. Untung saja aku tidak mengkhawatirkan dirinya secara berlebihan.'

Itsuki yang melihat Naruto kemudian merona dan menutupi wajahnya dengan piring yang ada ditangannya, "P-permisi …."

.

Beberapa waktu berlalu, sekarang mereka sudah berada di futon masing-masing. Dengan urutan dari kiri yaitu Naruto, Naruko, dan terakhir Itsuki. Naruko terlihat sudah tertidur, sementara Naruto dan Itsuki hanya terlihat menghadap ke arah yang berlawanan dengan Naruto yang masih terjaga.

Akan tetapi, bisikan kecil Itsuki memecah keheningan itu, "Uzumaki-kun, apakah kau masih bangun?"

"Begitulah, ada apa?"

"Maaf, aku tidak mengatakannya terlebih dahulu kalau aku akan menginap di sini untuk sementara waktu hingga suasana kembali normal."

"Itu tidak masalah, Itsuki. Aku tidak mempermasalahkan itu sama sekali. Lagipula dengan adanya kau di sini, Naruko bisa punya teman tambahan selain diriku."

"Terima kasih untuk pengertiannya, Uzumaki-kun. Tapi, ada hal yang ingin kubicarakan denganmu."

Tepat setelah Itsuki menyelesaikan perkataannya, Naruko yang sedang tertidur kemudian mengerang dan tentunya dapat didengar oleh keduanya. Hal itu tentunya membuat Naruto dan Itsuki menatap Naruko yang tertidur.

Setelah itu, Itsuki bangun dan berkata, "Uzumaki-kun, bisakah kita berbicara di luar?"

.

Saat ini, Naruto dan Itsuki berjalan bersampingan di pinggir sungai yang tidak jauh dari rumah Naruto. Ya, mereka memutuskan pergi untuk berbicara di sana karena Itsuki tidak ingin membuat Naruko terbangun dari tidurnya.

"Ya, setidaknya berjalan-jalan di luar saat malam hari terasa menyenangkan. Pemandangannya juga bagus, bulannya pun juga terlihat sangat indah."

"Kau benar, Uzumaki-kun. Hmm, kau sangat perhatian dengan sekitarmu ternyata."

Naruto yang mendengar itu kemudian tersenyum jahil dan berkata, "Mau bagaimana lagi? Jika aku tidak perhatian sih, bisa saja aku mengatakannya dengan spontan tanpa perlu memikirkan hal lainnya. Seperti kau ini … orang yang tadi makan kari dengan jumlah yang sangat banyak tidak perlu berkata seperti itu, kau tahu?"

"Apa boleh buat, kan?! Aku belum makan seharian ini, jadinya aku sangat lapar."

"Aku mengerti dan aku tidak akan mempermasalahkan hal itu. Aku akan bertanya terlebih dahulu."

"Katakan saja, Uzumaki-kun."

"Aku tahu kau akan menginap di rumah kami sampai Nino mau untuk meminta maaf dengan serius, tapi waktunya masih tidak bisa diperkirakan. Apakah kau bisa menjalani kehidupan seperti kami sekarang ini?"

Itsuki dengan santai menjawab, "Maksudmu, apakah aku bisa hidup secara sederhana seperti kau dan Naruko-chan? Soal itu … jujur saja, aku bukanlah anak orang kaya."

Hal itu tentu saja membuat Naruto terkejut, "Benarkah? Aku baru tahu soal itu. Mengingat Nakano-sensei yang memiliki pekerjaan sebagai kepala rumah sakit tertentu setahuku sudah pasti memiliki banyak harta. Hal itu yang membuatku bertanya seperti itu."

"Sayangnya spekulasimu itu salah, Uzumaki-kun. Kami juga mengalami kehidupan yang kau jalani saat ini, tepatnya beberapa tahun yang lalu."

Itsuki kemudian memandang arah yang lain dengan wajahnya yang menunjukkan sebuah senyuman, "Sebelum ibu kami menikah dengan ayah kami yang sekarang. Hidup kami saat itu serba kekurangan dan sangat sederhana seperti kalian. Itu dikarenakan ibu yang mengurus kami berlima sendirian."

"Ibu selalu melakukan segalanya untuk kami. Melihat itu, dari dalam diriku tergerak suatu keinginan untuk menggantikan peran ibuku. Agar aku juga bisa memberikan contoh yang baik kepada saudariku. Padahal aku sudah memutuskannya sejak awal. Tapi, itu tidak berjalan sesuai rencana," lanjut Itsuki dengan ekspresi murung yang ia tunjukkan.

Naruto bahkan bisa melihat style rambut ahoge gadis itu yang terlihat lesu sesuai dengan ekspresi yang gadis itu berikan. Mendengar itu membuat Naruto berpikir, 'Jadi, ia melakukan itu semua karena ingin mengikuti jejak yang Kaa-san lakukan. Ya, setidaknya peran Kaa-san membuahkan hasil yang positif bagi perubahan Itsuki.'

Naruto kemudian menghampiri Itsuki dan mengelus kepalanya dengan lembut. Membuat gadis itu terkejut dan menatap dirinya dalam diam.

"Kalau kau ingin menggantikan peran ibu kalian. Kurasa, diriku juga bisa menggantikan peran ayah kalian untuk sekarang ini."

Perkataan Naruto tentu saja membuat Itsuki terkejut untuk kedua kalinya. Ia tidak mengira sama sekali mengenai apa yang Naruto katakan. Karena ia tahu benar, bahwa peran seorang ayah sedang sangat dibutuhkan mengingat situasi mereka sekarang yang seperti ini.

"Tunggu, Uzumaki-kun. Apa maksudnya itu?"

"Ketahuilah, Itsuki. Uang bisa dicari, tetapi tanggung jawab itu tidak semua orang bisa memenuhinya. Peran orang tua sangatlah besar untuk kalian sebagai anaknya. Aku rasa diriku sudah memenuhi persyaratan itu karena aku juga orang yang merawat Naruko sejak orang tua kami tiada. Menjadikan diriku sebagai orang tua pengganti untuk Naruko."

Naruto melanjutkan perkataannya sembari tersenyum kecil, "Kesulitan dan kesenangan pun sudah kami lalui bersama-sama. Setidaknya aku tahu apa yang harus dilakukan jika terjadi situasi seperti ini. Lagipula, kalian adalah teman dan tanggung jawabku. Aku tidak bisa diam saja dan hanya menyaksikan kalian tanpa melakukan sesuatu, kan?"

"Aku mengerti, Uzumaki-kun. Kau ini memang tidak bisa untuk tidak ikut campur masalah yang dimiliki orang lain ya," respon Itsuki dengan ekspresi mengejek yang ia tunjukkan.

"Urusai, Itsuki. Itu sudah menjadi sifatku, kau tidak bisa menghalangiku untuk itu."

"Iya, iya. Aku tahu, kok."

Meski begitu, ia awalnya benar-benar terdiam ketika mendengar penjelasan Naruto dan tidak bisa melepaskan pandangannya dari lelaki yang ia sukai saat ini. Ia sangat tahu bahwa Naruto itu tidak akan berhenti sebelum tujuannya tercapai.

Satu hal yang ia sukai dari dirinya adalah sifatnya yang sangat peduli kepada temannya. Ia bahkan rela mempertaruhkan dirinya sendiri demi membantu orang-orang yang sangat ia hargai. Walaupun dirinya sendiri sedang mengalami kesulitan karena penyakit yang ada pada tubuhnya, ia tetap melakukan semua itu tanpa memikirkan dirinya sendiri.

Karena itu, Itsuki benar-benar menaruh respect kepadanya. Tidak hanya itu, ia sampai memiliki perasaan khusus kepada Naruto. Akan tetapi, ia sadar dengan persaingan yang akan ia hadapi nantinya. Dirinya juga menyadari kalau ada saudarinya yang juga memiliki perasaan kepada Naruto.

"Mengapa kau diam saja, Itsuki? Apa kau kedinginan?"

"T-tidak, bukan apa-apa," balas Itsuki dengan wajah yang memerah. Akan tetapi, Naruto menyadari hal itu.

"Kau berkata seperti itu, tapi wajahmu berkata sebaliknya. Ada-ada saja kau, Itsuki," ucap Naruto yang tiba-tiba melepas jaket yang ia gunakan dan memakaikannya kepada Itsuki. Membuat wajah gadis itu makin memerah seperti tomat rebus.

'Padahal aku tidak kedinginan. Uzumaki-kun hanya salah paham dengan apa yang dilihatnya. Tapi … aku senang karena dia perhatian kepadaku,' pikir Itsuki.

"A-arigatou, Uzumaki-kun …."

"Douitashimashite, Itsuki. Daripada berlama-lama, bagaimana jika kita kembali ke rumah? Aku tidak ingin meninggalkan Naruko terlalu lama sendirian."

"I-ide bagus, Uzumaki-kun. Kalau begitu, ayo kita kembali."

Dengan selesainya perkataan itu, mereka berdua mulai pergi dari sana. Naruto berada di depan dengan Itsuki yang mengikuti dari belakang. Akan tetapi, pandangan Itsuki tidak bisa lepas dari punggung Naruto. Ia menatap Naruto dengan senyum yang terlihat jelas di wajah cantiknya.

'Aku sangat menyesal karena sempat meragukan dirimu, Uzumaki-kun. Dengan segala sifat dan ketulusan yang kau tunjukkan, kuakui kau sangat berbeda dari apa yang kupikirkan selama ini. Kau juga selalu hadir untuk kami. Arigatou ….'

.

.

.

To Be Continued

.

.

Notes : Fic ini terinspirasi oleh beberapa fanfic tertentu dengan crossover Naruto x Quintessential Quintuplets. Hmm, ini project kedua gua dengan tipe fic yang multichapter. Gua bikin alurnya semi-canon tapi dengan banyak perubahan. Chapter 26 Up, jadi tolong buat reader gausah banyak protes dan Stay tune aja ye. Cukup doain gua biar banyak ide + sehat, secara perlahan nanti gua coba sebisa mungkin buat tamatin fic ini. Soalnya gua tim begadang buat ngelarin ini fic.

Next, gue gak bisa ngejawab review kalian satu per satu karena terlalu malas. Gua minimal baca review dari kalian, dan maksimal berakhir dengan baca PM dari reader or whoever else. Next. Jika fic ini diplagiat oleh oknum sampah yang nggak bertanggung jawab + tidak mendapat perizinan dari gua, bahkan gak naruh nama gua di tempat di mana dia ngepost cerita ini. Tolong bantu report / PM ke gua. Biar gua tinggal ikutan jadi tim report. Sebagai catatan, gua hanya memiliki akun FFN. Tidak ada yang di luar platform yang gua sebutkan.

Lagi dan lagi, gue ingin mempromosikan sesuatu di sini. Gue telah bergabung dengan sebuah Group Chat WhatsApp yang bernama Fanfic Community Indonesia, yang berisikan banyak author dan reader fanfiksi, bahkan platform lain. Di grup tersebut terdapat cukup banyak author senior, ataupun author baru seperti gue. Kepada siapapun yang berminat untuk bergabung, silahkan PM gue baik melalui web, ataupun aplikasi. Join with us! Feel like home! Let's move together!

Sepertinya hanya itu saja pesan gue kepada kalian. Sampai jumpa lagi. Jaa na!

FCI. Cursed-Eternal Out