.

.

.

I'm In Trouble

Disclaimer :

Naruto by Masashi Kishimoto

5-toubun no Hanayome by Negi Haruba

Pair : ?

Rate : T

Mark :

"Naruto." : Berbicara

Naruto : PoV Start / Flashback Start / Letter or Announcement Content

Naruto : Efek suara (Sfx) / Skip Time / Previous Chapter

'Naruto.' : Pikiran atau Batin

["Naruto."] : Berbicara melalui pesan atau panggilan telepon

Genre : School, Drama, Family, Hurt/Comfort, Romance, Tragedy

Warning : Semi-Canon, Alternate Universe, Alternate Fact & Reality, Original & Other Character, dan Out of Character.

.

.

Skip Time : Next Day

"Oi, Itsuki. Berbicara soal sekolah, setahuku kau kemarin tidak membawa buku dan tasmu. Mengapa sekarang kau bisa membawanya dengan santai?"

Itsuki dengan santai menjawab, "Itu dikarenakan Yotsuba membawakannya tadi pagi. Mungkin kau sedang mandi saat itu, jadi kau tidak mengetahui kedatangannya."

"Begitu ternyata. Lalu, apa dia juga membawakan dompet milikmu?"

"Err … kalau itu sih, ia tidak membawanya," balas Itsuki dengan menatap ke arah lain. Naruto yang mendengar itu hanya bisa sweatdrop di tempatnya.

"Ngomong-ngomong, kalau Yotsuba tadi datang ke rumahku. Mengapa ia tidak menunggu kita agar kita bisa berangkat bersama?"

"Kalau itu sih, ada alasannya. Apa kau tidak diberitahu sama sekali oleh Yotsuba?"

Naruto menggelengkan kepalanya, "Tidak, aku tidak tahu sama sekali. Bisakah kau beritahu apa yang kau maksud? Aku rasa hanya diriku saja yang belum mengetahui hal itu."

"Tentu saja, Uzumaki-kun."

.

[0_0]

.

Skip Time : After School

"Jadi, kau membantu ekskul lari?"

"Itu benar, Uzumaki-san. Maaf karena aku tidak memberitahumu sebelumnya," balas Yotsuba sembari menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.

"Beruntung aku tahu hal ini dari Itsuki. Kalau tidak, mungkin aku akan kesulitan untuk mengetahui keberadaanmu."

Naruto melanjutkan, "Setidaknya, sadarilah kondisimu saat ini Yotsuba. Aku tidak akan melarang dan mengekang segala kegiatan yang ingin kau lakukan. Akan tetapi, aku ingin kau melihat dirimu kembali sebelum kau melakukan suatu hal."

"Aku mengerti, Uzumaki-san. Aku sudah selalu mencoba untuk menolaknya. Tapi, mereka selalu berkata kalau mereka tidak bisa melakukannya tanpa diriku. Aku jadi tidak tega untuk menolak permintaan mereka," balas Yotsuba dengan lesu.

Naruto yang mendengar itu tersenyum dan mengelus kepala Yotsuba dengan lembut dan berkata, "Itu karena dirimu yang sangat baik kepada semua orang. Aku hanya berharap, kau bisa menemukan dimana waktu yang tepat untuk menolak permintaan mereka demi kebaikanmu sendiri."

"Aku harap, aku bisa memenuhi harapanmu itu, Uzumaki-san. Aku minta maaf karena sudah merahasiakannya dari dirimu. Tapi, aku berjanji akan mengerjakan semua latihanmu di rumah nanti!"

Naruto yang mendengar itu kemudian menyeringai, "Aku harap ucapanmu itu benar. Aku akan meminta Ichika dan Miku untuk mengawasimu. Jika kau ketahuan tidak mengerjakannya, siap-siap saja untuk menerima tambahan latihan dariku."

"Aku mengerti, Uzumaki-san."

Tiba-tiba, suara orang lain menginterupsi mereka berdua, "Nakano-san, ayo kita lanjutkan latihannya …."

Rupanya itu adalah salah satu anggota dari ekskul lari, sosok itu menghampiri mereka berdua. Naruto yang merasa sudah waktunya pergi kemudian berkata, "Pergilah, Yotsuba. Kuharap kau menepati janji yang kau buat kepadaku."

"Aku akan berusaha sebisaku untuk menepati janji yang aku buat. Terima kasih atas pengertianmu dan sampai jumpa besok, Uzumaki-san!"

"Sampai jumpa besok, Yotsuba."

Dengan berakhirnya ucapan itu, Naruto mulai pergi dari sana. Sekarang, ia memikirkan satu masalah yang belum terselesaikan. Apalagi kalau bukan masalah mengenai Nino. Ia merasa dirinya perlu menyelesaikan masalah yang menjadi titik utama perpecahan diantara mereka.

'Bagaimana caranya agar diriku bisa mengatasi masalah di antara mereka, ya? Aku rasa, aku perlu menemui Nino lagi.'

.

[0_0]

.

Nino PoV on

Saat ini, aku sedang berjalan sendirian menuju hotel yang kutempati. Aku sempat memikirkan apakah aku harus berbaikan dengan mereka atau aku harus mempertahankan keegoisanku dengan cara tetap menjaga jarak dari mereka.

'Hahh, aku bingung, Apa yang harus kulakukan, ya?'

Tidak lama kemudian, aku berhenti ketika aku menyadari ada seseorang yang aku kenal berada tidak jauh dari tempatku berdiri. Aku dapat melihat lelaki berambut pirang dengan style blonde spiky yang merupakan seseorang yang aku benci kehadirannya.

"Uzumaki … apa yang ia sedang lakukan di sana?"

Nino PoV end

.

Normal PoV on

With Naruto

Naruto saat ini sedang berjalan santai untuk pulang. Ia berjalan di trotoar yang ada di samping jalan raya yang tidak terlalu ramai dan tidak terlalu sepi. Akan tetapi, ia berhenti ketika melihat seorang gadis kecil yang terlepas dari gandengan tangan ibunya dan berada tidak jauh dari dirinya saat ini.

Gadis kecil itu terlihat berjalan ke arah jalan raya yang awalnya kosong tanpa adanya kendaraan yang lewat. Akan tetapi, secara tiba-tiba ada sebuah mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi. Baik pengemudi mobil ataupun pejalan kaki sekitar tidak menyadari hal itu, kecuali Naruto yang memang sudah memperhatikan semuanya sejak awal.

"Ini gawat …."

Naruto melepaskan tasnya dan berlari secepat mungkin ke arah anak kecil itu. Ia dengan cepat menangkap anak kecil itu dan melompat ke sisi jalan lain yang saat ini sedang kosong. Menjatuhkan dirinya ke permukaan aspal dan membuat dirinya terseret dengan pergerakan yang ia buat.

Ia menggunakan kedua tangannya untuk melindungi sang gadis kecil dalam dekapannya. Alhasil, ia menerima beberapa sobekan pada seragam sekolah yang ia gunakan.

Tidak hanya itu, ada juga luka fisik yang ia terima. Yaitu sobekan yang dalam pada lengan kanannya yang terus mengeluarkan darah dan merembes ke seragam yang ia gunakan. Itu dikarenakan ia mendarat di aspal dengan tidak mulus. Setelah merasa aman, Naruto kemudian bangun dan berjalan ke sisi lain trotoar bersama dengan anak anak kecil yang ia selamatkan.

"Apa kau tidak apa-apa, gadis kecil?"

"A-aku tidak apa-apa, Nii-chan."

"Syukurlah kalau begitu."

Di sisi lain, sang pengemudi mobil kemudian menghampiri Naruto beserta dengan ibu dari gadis kecil yang Naruto selamatkan. Tidak hanya itu, Naruto saat ini menjadi pusat perhatian karena aksi yang ia lakukan. Ia mendapatkan banyak applause karena aksi heroik yang ia lakukan.

" Kaa-chan …."

"Shiina, Kaa-chan kan sudah bilang kalau kamu tidak boleh menyebrang sembarangan! Beruntung ada kakak ini yang menolongmu. Kalau tidak, Kaa-chan bisa stress karena kamu!"

"Maafkan aku, Kaa-chan."

"Shiina, jangan lupa untuk mengucapkan terima kasih kepada orang yang menyelamatkanmu. Kakak itu sudah mengorbankan dirinya untukmu."

Sang gadis kecil yang bernama Shiina kemudian menatap Naruto yang ada di sebelahnya dan melakukan ojigi, "Arigatou karena sudah menyelamatkanku, Nii-chan."

Naruto kemudian mengelus lembut kepala Shiina dan mensejajarkan tingginya dengan tubuh gadis kecil itu, "Douitashimashite. Lain kali, turuti perkataan ibumu, ya."

"Iya, Nii-chan. Lain kali Shiina akan mencoba untuk mendengarkan dan menuruti segala perkataan Kaa-chan …," ucap Shiina. Kemudian, ia melihat lengan kanan Naruto yang terus mengeluarkan darah dan melanjutkan perkataannya, "Nii-chan, tanganmu berdarah."

"Tidak apa-apa. Ini hanya luka kecil saja, kok. Tidak perlu khawatir," balas Naruto dengan tenang. Ia mencoba untuk tidak membuat gadis kecil itu khawatir.

Kemudian sang pengemudi mobil yang merupakan pria paruh baya berkata, "Apa kau mau pergi ke rumah sakit bersamaku, nak? Aku akan bertanggung jawab soal biayanya."

"Itu tidak perlu, Jii-san. Aku akan mengobatinya sendiri di rumah."

Merasa dirinya tidak bisa memaksa Naruto, pria itu mengeluarkan sejumlah uang dari dompetnya dan memberikannya kepada Naruto, "Setidaknya, ambillah uang yang kuberikan ini. Aku tidak ingin merasakan perasaan bersalah karena aku yang lalai dalam mengemudi."

Menyadari itu, ibu Shiina juga melakukan hal yang sama, "Ambil ini, nak. Anggap saja ini adalah ungkapan terima kasih karena sudah menyelamatkan putriku. Diriku juga merasa bersalah karena aku juga ceroboh dalam mengawasi putriku."

"Tapi …."

Naruto tidak bisa melanjutkan perkataannya dikarenakan mereka memotongnya dengan cepat, "Kami tidak menerima penolakan, nak."

Merasa tidak ada pilihan lain membuat Naruto menghela nafas berat, "Padahal aku sudah menolaknya. Karena kalian begitu bersikeras, aku akan menerimanya."

Setelah itu, Naruto mengambil uang yang mereka berikan dan membereskan dirinya sendiri yang terlihat kacau. Sekarang hanya tersisa dirinya sendiri setelah semua itu selesai dan berakhir dengan cepat.

"Tunggu sebentar, dimana tas milkku?" ujar Naruto yang kebingungan.

"Kau mencari ini?"

Naruto yang mendengar suara yang ia sangat kenal dari belakangnya kemudian berbalik. Betapa terkejutnya dirinya ketika melihat Nino yang sudah berada di belakangnya yang saat ini sedang membawa tas miliknya.

"N-Nino …."

"Uzumaki, kau ini memang tidak bisa lepas dari sebuah masalah. Kau terlihat kacau dan berantakan. Cepat ikut aku sekarang, aku tidak menerima sebuah penolakan."

"Baiklah, baiklah. Kau menang."

.

'Aku tidak menyangka kalau dia akan melakukan ini.'

Naruto tidak berekspektasi sama sekali kalau Nino akan membawa dirinya ke hotel yang gadis itu tempati. Saat ini, ia sedang duduk di sofa dengan Nino yang saat ini ada di sebelahnya. Gadis itu terlihat sedang mengobati luka yang ia dapatkan beberapa saat yang lalu.

"Aku hargai usahamu untuk mengobati diriku, Nino. Tapi, aku ingin bertanya satu hal."

"Tanyakan saja, Uzumaki."

"Mengapa kau membantuku? Bukankah dirimu membenciku karena sudah membuatmu mengambil sebuah keputusan berat untuk meninggalkan semua saudarimu?"

"Aku hanya ingin membalas budi kepadamu, mengingat kau juga menolong dan merawat luka yang kudapat saat festival kembang api beberapa bulan yang lalu," balas Nino. Setelah itu, ia melanjutkan perkataannya, "Mengapa kau bertanya seperti itu?"

"Tidak ada alasan khusus. Hanya saja, aku selalu merasa bersalah kepadamu. Karena diriku, kau harus bertindak sejauh ini," balas Naruto dengan suara yang lirih. Tatapannya saat ini benar-benar menunjukkan rasa menyesal.

Mendengar dan melihat itu membuat Nino menghentikan dirinya dalam membalut perban pada lengan Naruto yang terluka. Naruto kemudian melanjutkan perkataannya setelah sadar kalau Nino sudah mulai memperhatikan dirinya.

"Aku akan melakukan apa yang kau sangat harapkan. Mungkin seminggu lagi. Satu lagi, aku merasa sudah waktunya diriku untuk memberitahu sebuah rahasia yang kusembunyikan sejak awal. Walaupun saat ini semua saudarimu sudah mengetahuinya, kecuali dirimu."

"Tunggu, rahasia? Apa yang kau maksud, Uzumaki?"

"Itu …."

Naruto tidak bisa melanjutkan perkataannya ketika ia merasakan tenggorokannya tercekat dengan sesuatu yang ia sangat benci. Hal itu membuatnya berpikir, 'Sial, mengapa harus sekarang?'

UHUK! UHUK! UHUK! UHUK!

Nino pun sangat terkejut dengan apa yang dilihatnya saat ini. Ia dapat melihat Naruto menutupi mulutnya dengan tangan kirinya. Tapi, satu hal yang menjadi perhatiannya adalah darah yang keluar dari mulutnya.

"K-kurasa, aku memang tidak bisa menyembunyikannya lebih jauh lagi."

"Sebenarnya apa yang terjadi denganmu, Uzumaki?!"

"A-aku akan menceritakannya setelah kau mengobati lenganku. I-itu semua berkaitan juga dengan rasa penasaranmu, mengenai bagaimana aku bisa mengenal Ebata-san dan ayahmu."

Mendengar itu, Nino tidak merespon. Melainkan ia melanjutkan kegiatannya semula yaitu mengobati lengan Naruto. Setelah selesai, ia kemudian menatap Naruto dengan lekat.

"Sudah selesai, bisakah kau menjelaskan semuanya kepadaku?"

"Tentu saja. Pertama-tama, cari sebuah tabung berisi obat beserta dengan dompet milikku. Itu semua ada di dalam tasku."

Tanpa berlama-lama, Nino langsung saja melakukan apa yang Naruto minta. Setelah itu, ia kembali dengan membawa barang yang sudah di sebutkan.

"Sebenarnya obat apa ini, Uzumaki? Kau bukan seorang pengguna narkoba, kan?"

"Oi, oi … aku tidak akan pernah melakukan hal semacam itu. Kau dengan pendapat liarmu," ucap Naruto dengan santai tapi ia menatap Nino dengan ekspresi malas.

"Tidak ada yang tahu jika tidak dicurigai dan belum ada bukti yang jelas," balas Nino sembari menjulurkan lidahnya.

"Ya, terserahmu saja. Selanjutnya, carilah sebuah kertas yang kulipat di dalam dompetku. Setelah ketemu, bacalah semuanya."

Tidak butuh waktu lama untuk Nino mencari apa yang Naruto minta. Setelah ia membacanya, ia sangat terkejut dengan bola mata yang membulat ketika melihat apa yang tertulis di kertas itu.

"A-apa ini benar? Kau menderita kanker paru-paru stadium 4A sejak dirimu berada di sekolah menengah pertama?! Dari semua ini, hanya aku saja yang belum mengetahuinya?!"

"Dari semua saudarimu, kau menjadi orang terakhir untuk mengetahui ini semua. Ichika dan Yotsuba baru saja mengetahuinya kemarin tepat setelah kau pergi. Mereka tahu karena aku sempat kambuh seperti tadi, itu juga karena aku terlalu lelah dan kurang tidur. Itu terjadi karena aku mengorbankan waktu istirahatku demi membuat semua soal itu untuk kalian."

Naruto melanjutkan, "Kalau Miku dan Itsuki, mereka sudah mengetahuinya sejak awal. Detailnya bisa kau tanyakan kepada mereka jika kau sudah kembali. Ditambah lagi, Naruko juga belum mengetahui hal ini."

Mendengar segala penjelasan Naruto membuat Nino berpikir, 'Itu berarti … Uzumaki sudah menjalani hari-harinya dengan kesulitan dikarenakan penyakit yang ada dalam dirinya. Dengan kondisinya yang seperti itu, ia masih bisa melakukan segalanya dan memprioritaskan kami.'

"Lalu, bagaimana dirimu bisa mengenal papa dan Ebata-san?"

"Dulunya, ayahku dan Nakano-sensei adalah sahabat dekat. Sejak orang tua kami tidak ada, aku terus bekerja sampai mendapatkan penyakit itu dan berakhir diobati oleh Nakano-sensei."

Naruto melanjutkan, "Walaupun sudah seperti itu, aku tetap bekerja untuk menghidupi diriku dan Naruko. Soal Ebata-san, aku sudah menganggapnya seperti kakekku sendiri. Kami menghormati satu sama lain."

'Begitu ternyata, berarti ini semua masuk akal. Sejak awal, aku memang tidak menyangka kalau Uzumaki akan mengenal mereka. Terutama dari cara Uzumaki memanggil papa. Itu selalu terdengar mencurigakan bagiku,' pikir Nino yang mendengar penjelasan Naruto.

"Tapi, mengapa kau merahasiakannya dari kami? Bukannya kau tahu sendiri kalau saudariku itu sangat menghargai dirimu?"

Naruto tersenyum kecil dan berkata, "Sejak awal, aku memang tidak ingin memberitahu kalian sampai waktunya tiba. Aku tidak ingin merasa bersimpati kepadaku karena keadaanku yang seperti ini. Ditambah lagi, aku tidak ingin menambah beban pikiran kalian hanya karena diriku."

"Aku mengerti, Uzumaki. Kau ini benar-benar penuh kejutan rupanya."

"Kurang lebih seperti itu. Ngomong-ngomong, apa yang terjatuh di sana?" tanya Naruto yang melihat sebuah paper bag yang terjatuh tidak jauh dari dirinya, mengeluarkan isi sejumlah kertas yang bisa dikatakan cukup banyak. Naruto yang penasaran langsung aja melihat isinya.

"E-eh, itu …."

"Huh, kau mengerjakan semua yang aku buat ternyata. Bukannya kau merasa ini adalah sampah, Nino?" tanya Naruto dengan menunjukkan isi kertas itu dengan salah satu tangannya.

Ternyata, itu adalah soal dan materi yang ia buat. Ia sama sekali tidak menyangka kalau Nino akan mengerjakannya. Bahkan ia sendiri bingung, bagaimana caranya Nino mengambilnya kembali. Tapi, ia tidak ambil pusing untuk itu dan memilih untuk mengabaikannya.

"S-sebenarnya aku juga merasa bersalah atas masalah kemarin. A-aku juga tidak bisa mengontrol diriku sendiri. Aku minta maaf untuk itu," balas Nino dengan wajah yang memerah dan menatap ke arah lain. Mencoba menghindari kontak mata dengan Naruto.

"Aku memaafkanmu, aku sudah terbiasa juga dengan apa yang kau lakukan. Selama kau bisa sadar dan berubah, aku akan selalu mendukungmu. Ngomong-ngomong, apa kau tidak akan meminta maaf kepada Itsuki? Kau juga menamparnya, kan?"

"Terima kasih untuk itu. Soal Itsuki, kurasa aku tidak akan minta maaf kepadanya."

"Mengapa kau tidak bisa minta maaf kepadanya? Apa karena dirinya yang berubah seperti itu untuk menggantikan ibu kalian?"

"Tunggu, bagaimana kau bisa tahu apa yang kupikirkan? Aku bahkan belum berkata apapun soal itu," ucap Nino yang kebingungan.

"Ya, aku bisa tahu dari Itsuki sendiri. Kemarin malam, ia menjelaskan semuanya kepadaku. Mengapa dirinya melakukan itu dan alasan mengapa ia bertindak seperti ibu kalian."

Naruto dapat melihat Nino yang benar-benar memperhatikan dirinya. Ia kemudian melanjutkan, "Ia melakukan itu karena dirinya ingin menjadi contoh bagi kalian. Ditambah lagi, ibu kalian menjadi sebuah dorongan tersendiri bagi Itsuki untuk berubah seperti itu. Ya, sepertinya ia tidak bisa melupakan masa lalu yang sudah terlewati bersama kalian."

Mendengar itu membuat Nino mengepalkan tangannya, "Masa lalu, ya …."

"Ada apa dengan itu, Nino? Apa ada sesuatu yang salah?"

"Ya, kupikir begitu. Semua hal yang berkaitan dengan masa lalu, penampilan dan perasaan kami. Itu semua adalah hal yang sama. Karena kesamaan itu, aku selalu merasa kalau kami semua memandang hal yang sama dan itu membuatku senang. Akan tetapi, itu semua berubah sejak lima tahun yang lalu."

Nino melanjutkan, "Mereka mulai berubah dan menjauh. Hanya aku saja yang tersisa dan tidak merubah apapun dari diriku. Secara garis besar, aku tidak bisa melupakan masa lalu. Dengan alasan itu, aku memaksakan diri untuk keluar dari sana. Mencoba mencari tantangan untuk diriku."

'Hmm, ini terlihat lebih rumit dari apa yang kubayangkan. Ia ingin mempertahankan masa lalu dan kesamaan pandangan mereka. Hanya saja, waktu yang berjalan selama itu dan empat orang yang lain sudah sangat berubah. Kurasa, aku punya ide untuk menyadarkannya,' pikir Naruto yang mendengar penjelasan Nino.

"Ya, aku bisa memahami penjelasanmu. Itu terlihat dari dirimu yang mencoba selalu mempertahankan saudarimu sejak awal agar kalian tidak memihakku. Yang kedua adalah penampilan, terutama rambutmu. Jika dilihat di album foto yang kau tunjukkan saat itu, kau tidak pernah sekalipun mengubahnya sampai sekarang. Apa aku salah, Nino?"

"Tidak, kau tidak salah sama sekali. Justru kau sangat tepat sasaran dalam menemukan apa yang aku maksud."

"Sebagai teman, bisakah aku memberikan sebuah saran kepadamu? Walaupun aku tahu dirimu adalah seseorang yang keras kepala dan tidak akan mengubah pandanganmu terhadap suatu hal. Aku rasa, diriku perlu melakukan itu."

"Katakan saja, Uzumaki. Aku mendengarkan."

"Aku tidak akan mengatakan kalau kau salah atau benar. Tapi, bukankah seharusnya kau sadar kalau setiap orang akan melakukan sebuah perubahan selama waktu terus berjalan? Apalagi sudah lima tahun sejak semuanya berubah. Itu bukanlah waktu yang sebentar, kau tahu?"

"Aku tahu, Uzumaki. Mungkin ini terdengar konyol. Tapi, aku memang ingin mempertahankan mereka seperti dulu. Walaupun itu hanyalah sekedar harapanku saja, aku sangat ingin melakukannya," balas Nino dengan ekspresi yang sedih.

"Kau tidak bisa memaksa mereka. Mereka sudah mengambil keputusan yang mereka pilih sebagai bentuk perubahan mereka. Daripada begitu, bagaimana jika kau ikut berubah dan mencoba meninggalkan masa lalu seperti mereka? Tidak ada salahnya untuk dirimu mencoba. Walaupun prosesnya itu sulit bagimu, akan selalu ada hal baik yang menunggumu."

"Apa kau mencoba untuk mengubur harapanku, Uzumaki?" tanya Nino yang menatap Naruto dengan serius. Naruto yang mendengar itu justru tersenyum kecil.

"Tidak, itu merupakan pilihan untukmu saja. Aku hanya bisa memberikan saran. Akan tetapi, orang yang melakukan hal itu adalah dirimu. Jadi … itu di luar batasanku untuk dirimu melakukannya atau tidak. Karena itu adalah hak yang kau punya dalam menentukan keputusan yang kau buat."

Nino yang mendengar itu justru kebingungan, "Tapi, bagaimana caranya? Bahkan diriku masih belum membulatkan tekad untuk melakukan itu, kau tahu?"

"Aku tahu itu akan membutuhkan waktu. Soal cara yang lebih mudah, kau hanya perlu mengubah saja salah satu bagian dari penampilanmu. Terserah dirimu untuk memilih apa yang harus kau ubah. Jika aku disuruh memilih, aku akan memilih untuk mengubah gaya rambutku."

"Apa kau gila?! Aku tidak ingin mengubah sesuatu yang menghubungkanku dengan masa lalu kami!"

"Dari semua hal yang kuperhatikan, empat saudarimu hanya mengubah penampilan mereka. Terutama pada bagian rambut. Selain itu, aku tidak tahu sama sekali. Urusan perubahan kesukaan atau kebiasaan kalian masing-masing, hanya kalian yang mengetahuinya," ucap Naruto dengan santai, walaupun ia saat ini sedang ditatap oleh Nino yang terlihat kesal.

'Kalau dipikir-pikir, itu benar juga. Tapi, aku masih ragu untuk melakukannya …,' pikir Nino setelah mendengarkan penjelasan Naruto.

Sementara itu, Naruto melihat jam dinding yang tersedia di ruangan hotel Nino. Menunjukkan waktu yang sudah sore. Ia kemudian membereskan semua barang yang ia sempat minta untuk dikeluarkan sebelumnya dan bersiap-siap untuk pergi.

"Ini sudah sore, aku harus pulang ke rumah. Aku tidak ingin melewatkan makan malam dengan adikku. Arigatou karena sudah mengobatiku, Nino. Sampai jumpa besok …."

"Douitashimashite, Uzumaki. Ya, sampai jumpa …."

Setelah perkataan Nino berakhir, Naruto kemudian pergi dari sana. Merasa tidak memiliki suatu kegiatan, Nino mendudukkan dirinya di kasur. Ia terlihat sedang memikirkan sesuatu.

'Aku butuh waktu untuk mempertimbangkan semua saran yang ia berikan. Walaupun Uzumaki itu ada benarnya, aku masih belum siap untuk melakukannya.'

.

.

.

To Be Continued

.

.

Notes : Fic ini terinspirasi oleh beberapa fanfic tertentu dengan crossover Naruto x Quintessential Quintuplets. Hmm, ini project kedua gua dengan tipe fic yang multichapter. Gua bikin alurnya semi-canon tapi dengan banyak perubahan. Chapter 27 Up, jadi tolong buat reader gausah banyak protes dan Stay tune aja ye. Cukup doain gua biar banyak ide + sehat, secara perlahan nanti gua coba sebisa mungkin buat tamatin fic ini. Soalnya gua tim begadang buat ngelarin ini fic.

Next, gue gak bisa ngejawab review kalian satu per satu karena terlalu malas. Gua minimal baca review dari kalian, dan maksimal berakhir dengan baca PM dari reader or whoever else. Next. Jika fic ini diplagiat oleh oknum sampah yang nggak bertanggung jawab + tidak mendapat perizinan dari gua, bahkan gak naruh nama gua di tempat di mana dia ngepost cerita ini. Tolong bantu report / PM ke gua. Biar gua tinggal ikutan jadi tim report. Sebagai catatan, gua hanya memiliki akun FFN. Tidak ada yang di luar platform yang gua sebutkan.

Lagi dan lagi, gue ingin mempromosikan sesuatu di sini. Gue telah bergabung dengan sebuah Group Chat WhatsApp yang bernama Fanfic Community Indonesia, yang berisikan banyak author dan reader fanfiksi, bahkan platform lain. Di grup tersebut terdapat cukup banyak author senior, ataupun author baru seperti gue. Kepada siapapun yang berminat untuk bergabung, silahkan PM gue baik melalui web, ataupun aplikasi. Join with us! Feel like home! Let's move together!

Sepertinya hanya itu saja pesan gue kepada kalian. Sampai jumpa lagi. Jaa na!

FCI. Cursed-Eternal Out