.
.
.
I'm In Trouble
Disclaimer :
Naruto by Masashi Kishimoto
5-toubun no Hanayome by Negi Haruba
Pair : ?
Rate : T
Mark :
"Naruto." : Berbicara
Naruto : PoV Start / Flashback Start / Letter or Announcement Content
Naruto : Efek suara (Sfx) / Skip Time / Previous Chapter
'Naruto.' : Pikiran atau Batin
["Naruto."] : Berbicara melalui pesan atau panggilan telepon
Genre : School, Drama, Family, Hurt/Comfort, Romance, Tragedy
Warning : Semi-Canon, Alternate Universe, Alternate Fact & Reality, Original & Other Character, dan Out of Character.
.
.
Skip Time : Next Day, School Cafeteria
"Yo, minna …," sapa Naruto yang melihat Ichika, Miku, dan Itsuki di sebuah meja makan yang mereka tempati.
"Uzumaki-kun, bergabunglah bersama kami."
"Arigatou, Itsuki."
Naruto duduk tepat di sebelah kiri Miku. Miku yang menyadari adanya perban di lengan kanan Naruto mulai bertanya, "Naruto, apa yang terjadi pada lenganmu?"
Ichika yang baru sadar karena terlalu fokus pada makanannya mulai menimpali, "Miku benar. Apa yang terjadi, Naruto-kun?"
Naruto yang mendengar itu menjelaskan, "Kemarin, luka ini aku dapatkan karena aku menolong seorang anak kecil yang hampir tertabrak mobil. Secara kebetulan, aku bertemu dengan Nino di jalan. Ia mengobatiku dan kami berbincang sebentar di hotel yang ia tempati."
"Begitu ternyata, setidaknya kau tidak memiliki luka yang serius. Ngomong-ngomong, apa yang kau bicarakan dengan Nino?" tanya Miku.
Itsuki menambahkan, "Aku juga penasaran soal itu. Karena kau tidak memberitahunya kepadaku kemarin."
"Daripada aku memberitahukan sebuah informasi secara terpisah dan membuatku lelah. Lebih baik begini, lebih efisien," balas Naruto yang menatap Itsuki dengan malas.
Ya, bagaimana tidak? Sejak ia pulang ke rumah dan menjelaskan apa yang terjadi. Itsuki selalu meminta dirinya untuk menceritakan apa yang ia bicarakan dengan Nino. Ia sedikit menyesal karena memberitahu hal itu, karena itu membuat dirinya ada dalam situasi yang merepotkan.
Naruto melanjutkan, "Ia sudah minta maaf kepadaku, tapi ia tidak bisa memaafkan Itsuki. Itu semua berkaitan dengan perubahan yang kalian alami sejak lima tahun yang lalu. Ya, setidaknya dirinya sudah sadar dimana letak kesalahannya."
'Tunggu, perubahan? Aku rasa diriku perlu membicarakan hal ini bersama Nino,' pikir Miku.
Sementara itu, Itsuki yang mendengar itu menjadi sedih. Naruto yang melihat itu mulai berkata, "Berhentilah menunjukkan ekspresi seperti itu, Itsuki. Setidaknya kita tahu, Nino adalah orang yang cepat untuk introspeksi diri. Cepat atau lambat, dirinya akan memaafkanmu."
"Aku juga berharap hal yang sama, Uzumaki-kun …."
"Ngomong-ngomong … soal Yotsuba, apa ia mengerjakan apa yang kuminta? Aku butuh hasil dari pengawasan kalian."
"Kemarin sore, Yotsuba sudah mengerjakannya bersama kami. Walaupun begitu, ia terlihat memaksakan dirinya sendiri," balas Miku yang menanggapi pertanyaan Naruto.
Ichika menambahkan, "Itu benar, Naruto-kun. Ada satu hal lagi yang ingin kubicarakan mengenai Yotsuba."
"Begitu ternyata. Baguslah kalau Yotsuba menepati janji yang ia buat denganku. Lanjutkan, Ichika."
"Kemarin, saat tengah malam … aku melihat Yotsuba yang terlihat sedih dan memperhatikan pesan yang ia terima dari handphonenya. Aku rasa, itu ada kaitannya dengan ekskul yang ia bantu saat ini."
Mendengar itu membuat Naruto menepuk dahinya sendiri dan berpikir, 'Satu masalah belum selesai, muncul lagi masalah baru. Merepotkan ….'
"Bagaimana menurutmu, Uzumaki-kun?"
Setelah memakan sesuap ramen yang ia pesan, Naruto menjawab, "Ini hanya spekulasiku saja. Kemungkinan, ketua ekskul lari itu terdengar gila akan latihan. Waktu ujian akhir semester juga sudah semakin dekat, aku rasa Yotsuba merasa tertekan karena hal itu."
Ichika yang kebingungan pun berkata, "Apa kau memiliki cara untuk membantunya, Naruto-kun? Kita tidak bisa membiarkannya begitu saja, kan?"
"Kalau rencana awal, tentu saja aku punya. Ditambah lagi, aku merasa hanya kau saja yang cocok untuk melakukannya, Ichika."
.
[0_0]
.
Skip Time : Nakano Quintuplets Residence
Di depan wastafel, terlihat Yotsuba yang sedang melamun dan hanya menatap kaca yang tersedia di sana. Ia terlihat sedang memikirkan sesuatu sembari menyikat giginya.
'Apa yang harus kulakukan, ya?'
.
Flashback on
"Kita akan mengadakan pelatihan di akhir pekan …."
Mendengar ucapan ketua ekskul lari tersebut, membuat Yotsuba merespon, "Eh?"
Sementara itu, salah satu anggota ekskul yang berada di sebelah kiri Yotsuba mulai berkata, "Aku pikir, kita akan libur untuk sementara. Ternyata tidak."
Ketua ekskul itu tersenyum, "Begini ya … jika kalian berpikir secara naif dan suka menyia-nyiakan waktu seperti itu. Kalian tidak akan bisa menang."
Yotsuba yang mendengar itu justru menjadi bingung dengan bola mata yang berputar. Ia berpikir, 'Bagaimana ini? Aku butuh solusi ….'
Flashback off
.
"Memikirkan itu kembali membuatku pusing …."
Gadis itu menggumam sembari mengeluarkan handphone miliknya. Ia terlihat ingin mengirimkan sebuah pesan kepada Naruto. Akan tetapi, ia ragu untuk melakukannya. Walau begitu, ia sudah membuat draft pesannya.
"Mengapa kau tidak mengirimnya?"
Mendengar sebuah suara seseorang dari samping dirinya, membuat Yotsuba terkejut untuk sesaat. Ketika ia menoleh, ia melihat Ichika yang saat ini sedang bersamanya.
"Kau membuatku kaget, Ichika. Ada apa?"
"Maaf, maaf. Aku hanya ingin menyikat gigiku saja, kok."
"Kalau begitu, aku akan kumur-kumur dan pergi ke kamar," balas Yotsuba yang bersiap untuk menyalakan keran air.
Akan tetapi, Ichika menghentikannya, "Tunggu dulu, Yotsuba. Kau bahkan menyikat gigimu tanpa pasta gigi. Apa ada yang kau pikirkan saat ini sampai-sampai dirimu tidak fokus seperti itu?"
Yotsuba yang mendengar itu justru terkejut dan melihat sikat gigi yang ia gunakan sebelumnya. Ia baru sadar kalau dirinya tidak memakai pasta gigi untuk menyikat giginya sendiri.
"S-sejak kapan kau menyadarinya, Ichika?"
Ichika membalas sembari tersenyum kecil, "Sejak awal aku masuk ke kamar mandi. Aku melihatmu melamun seperti orang yang tidak tahu harus berbuat apa."
"Sejak awal rupanya …."
"Begitulah. Kalau begitu, berikan sikat gigimu. Biar aku yang melakukannya untukmu."
"Baiklah," balas Yotsuba yang memberikan sikat gigi yang ia gunakan. Ichika mengambil itu dan memberikan pasta gigi yang ia gunakan. Tanpa Yotsuba sadari, Ichika tersenyum jahil.
"Biasanya kau melakukannya sendiri, kan. Sekarang, biarkan kakakmu ini yang melakukannya. Buka mulutmu …."
Yotsuba membuka mulutnya. Sebelum Ichika memulainya, ia sempat merespon, "Tapi, aku bukan anak kecil …."
"Sudahlah, Yotsuba. Biarkan aku melakukannya."
Selesai mengatakannya, Ichika langsung saja menyikati gigi Yotsuba. Setelah beberapa saat, Yotsuba menyadari sesuatu.
"Uh, rasanya pahit …."
Ichika yang mendengar itu kemudian mengambil pasta gigi miliknya dan tersenyum jahil, "Itu adalah pasta gigiku. Pasta gigi untuk orang dewasa. Mungkin, ini terlalu cepat untukmu."
Ichika kemudian menaruh kembali pasta giginya. Di sisi lain, Yotsuba yang mendengar itu membalas, "Aku bisa melakukannya juga, kok!"
Setelah itu, Ichika melanjutkan hal yang ia tunda. Sembari menatap Yotsuba dengan lembut, ia berkata, "Dirimu sudah tumbuh besar sepertiku. Tapi, kau tidak pernah berubah sama sekali. Lihat ini, bagian dalam mulutmu sampai membengkak begitu karena kau memaksakan diri."
"A-aku tidak memaksakan …."
Belum sempat Yotsuba menyelesaikan perkataannya, Ichika sudah memotong ucapannya, "Hayo, jangan berbicara lagi."
Ia kemudian melanjutkan perkataannya dengan menatap Yotsuba dengan lembut, "Walaupun dirimu sudah sebesar ini, kau tetaplah adikku. Maka dari itu, bisakah kau menceritakan masalah yang kau miliki kepada kakakmu ini?"
Yotsuba tersentak ketika mendengar itu. Dengan ragu, ia berkata, "A-apakah aku bisa keluar dari ekskul ini?"
"Tentu saja bisa. Kau juga memiliki hak untuk berbicara kepada mereka. Apapun yang kamu inginkan, apapun yang kamu pikirkan. Katakan saja semuanya kepada mereka …."
Yotsuba menggelengkan kepalanya, "Tapi, sepertinya aku tidak bisa. Aku bisa-bisa merepotkan teman-teman ekskul karena diriku yang keluar mendadak …."
Gadis itu kemudian mengambil gelas untuk berkumur dan mulai melakukannya. Sebelum berkumur, ia berkata, "Karena kau bertindak seperti kakakku. Tanpa sadar, aku jadi mengatakan semuanya. Padahal kita ini seumuran …."
Ichika tertawa kecil, ia kemudian mengeluarkan sesuatu, "Ketahuilah, Yotsuba. Jika kau memakai celana dalam yang seperti ini, itu tandanya kamu masih anak kecil …."
Yotsuba yang melihat apa yang dikeluarkan Ichika secara tiba-tiba menyemburkan air yang ia gunakan untuk berkumur, "HEEEE … kembalikan itu, Ichika!"
"Hahahaha, nanti akan aku kembalikan. Tenang saja," balas Ichika dengan tersenyum jahil.
Yotsuba yang mendengar itu dengan cepat keluar dari kamar mandi. Sebelum pergi, ia berkata, "Tolong jangan beritahu hal itu kepada Uzumaki-san, ya."
"Baiklah …."
Setelah Yotsuba pergi, Ichika mengeluarkan handphone miliknya. Ketika handphone itu menyala, terlihat sebuah panggilan yang sedang terhubung. Ternyata, sejak awal Ichika sudah menelepon seseorang dan tidak mematikan handphonenya agar tetap tersambung dengan panggilan itu.
["Apa kau mendengar semuanya dengan jelas, Naruto-kun?"]
["Ya, sangat jelas. Walaupun ini rencanaku, aku justru tidak menyangka kalau kau akan membawa hal lain. Apalagi itu mengenai celana dalam yang ia gunakan."]
Hal itu tentu saja membuat Ichika tertawa kecil. Ia berkata, ["Jadi, bagaimana kesimpulan yang kau dapat dari informasi yang aku berikan?"]
["Ya, ia bimbang dan penuh keraguan. Aku juga tidak terlalu yakin kalau Yotsuba bisa mengatasi ini semua sendirian. Kita harus turun tangan secara langsung untuk membantunya. Kalau begitu, kita akan mengikutinya akhir pekan nanti. Itu adalah hari sabtu, bagaimana denganmu?"]
["Kesimpulan dan ide yang bagus, Naruto-kun. Soal itu, aku bisa ikut dengan kalian. Kebetulan tidak ada pekerjaan untuk diriku."]
["Baguslah kalau begitu, aku akan ajak yang lain untuk ikut membantu. Ayo kita bebaskan dia sebelum ujian akhir semester dimulai. Aku tutup … sampai jumpa besok, Ichika."]
["Baiklah, Naruto-kun. Sampai jumpa …."]
.
[0_0]
.
Skip Time : Saturday
"Apa semuanya sudah siap?"
"Ya! Kami siap," ucap anggota ekskul lari secara serentak. Mereka semua memakai pakaian training berwarna merah. Yotsuba saat ini terlihat benar-benar kebingungan. Tanpa mereka sadari, ada beberapa pasang mata yang mengawasi mereka dari kejauhan.
Ya, siapa lagi kalau bukan orang yang membuntuti mereka sejak awal. Terlihat Naruto, Ichika, dan Itsuki yang berada di jembatan penyebrangan yang tertutup dengan atap dan pagar yang lebih tinggi. Membuat mereka tidak terdeteksi oleh orang yang mereka sedang awasi.
"Sudah kuduga, ketua ekskul itu benar-benar gila akan latihan. Sampai-sampai mengajak mereka untuk mengabaikan ujian dengan cara seperti ini," ucap Naruto yang bersidekap dada. Walaupun begitu, ia terlihat kesal.
Setelah itu, Naruto menatap Ichika, "Sampai saat ini, apa Miku masih belum bisa untuk dihubungi?"
Mendengar itu, Ichika menggelengkan kepalanya, "Aku sudah berkali-kali menghubunginya. Tapi, tidak ada jawaban. Mungkin baterai handphonenya habis saat ini."
"Hahh, padahal dia adalah kartu utamaku untuk melakukan rencana ini."
"Tenang saja, aku tahu dimana dia berada. Aku akan segera kembali," ucap Ichika yang dengan cepat pergi dari sana. Meninggalkan Naruto dan Itsuki yang saat ini hanya berdua saja.
"Jadi … apa rencanamu, Uzumaki-kun?"
"Ini simpel, tapi tidak mungkin aku yang melakukannya. Kita harus menahan mereka agar mereka tidak pergi ke stasiun. Kita akan coba untuk menghalanginya dengan segala cara."
"Caranya bagaimana?" tanya Itsuki yang kebingungan.
"Baiklah, begini rencananya …."
.
[0_0]
.
With Nino
Saat ini, Nino sedang bersantai duduk di sofa hotel dan menonton televisi. Tiba-tiba, pintu ruangannya terbuka dan masuknya seseorang membuat dirinya terdiam. Di sana, ia dapat melihat Miku yang berpenampilan seperti dirinya.
Dari aksesoris dan style rambut yang ia gunakan, itu terlihat sangat sama. Walaupun rambutnya hanya sebatas bahu, itu sudah sangat cukup untuk menipu keamanan. Apalagi karena wajah mereka yang benar-benar sama.
"Permisi …."
Mendengar itu membuat Nino menatap Miku dengan kesal, "Aku rasa, diriku sudah tidak memiliki privasi di sini …."
"Memang itu tujuanku datang ke sini. Ngomong-ngomong, apa kau tidak akan menjamu tamu yang datang?" balas Miku sembari mendudukan dirinya di sofa.
"Kau ini ketularan Uzumaki, ya? Aku merasa kau tambah menyebalkan," ucap Nino yang bangun dari acara duduknya dan mulai pergi ke dapur hotelnya. Tidak lama kemudian, ia kembali dengan membawa dua cangkir teh. Teh hijau untuk Miku, dan teh hitam untuk dirinya sendiri.
Setelah meletakkannya di meja, ia mengeluarkan gula batangan dan memasukkannya dengan sangat banyak. Hal itu tentu saja menjadi perhatian Miku yang duduk di sebelahnya.
"Jika kau memasukkannya sebanyak itu, kau bisa sakit …."
"Aku rasa itu bukan urusanmu. Orang yang minum teh khusus orang tua sepertimu tidak akan paham dengan seleraku, kau tahu?" balas Nino yang mengaduk teh miliknya.
Miku menyesap sedikit teh yang Nino buat. Setelah itu, ia berkata, "Kau tidak akan mengerti ciri khas teh yang aku minum, karena kau masih kecil untuk memahami itu."
"Aku tidak peduli. Setelah kau minum itu, pulanglah. Aku tidak ingin berurusan dengan kalian lagi, kau tahu?" balas Nino yang mulai meminum teh miliknya.
"Ya, ya. Lagipula, orang yang sangat mempedulikan pola makan kami dan selalu khawatir dengan kami secara over seharusnya tidak berhak untuk mengatakan itu."
"U-urusai yo ...," balas Nino yang membuang muka dengan wajah yang memerah. Ia merasa malu karena memang dirinya yang melakukan itu.
"Walaupun begitu, kami tetap berharap agar dirimu kembali bersama kami."
"Apa ada alasan yang kuat untukku kembali ke sana?"
Miku menjawab sembari tersenyum kecil, "Tentu saja. Karena kita adalah keluarga …."
Nino yang mendengar itu langsung terdiam, ia seolah tidak menyangka dengan jawaban yang akan keluar dari saudarinya itu. Merasa perlu mengganti topik pembicaraan, ia berkata, "Selain itu, apa alasan yang membuatmu datang secara tiba-tiba begini?"
"Kudengar dari Naruto, alasan kau pergi meninggalkan kami itu karena perubahan kami sejak lima tahun yang lalu?" tanya Miku tanpa menatap Nino dengan serius.
"Ternyata kau sudah mendengarnya. Itu benar, mengapa kau bertanya seperti itu? Apa kau hanya ingin memastikan sesuatu?"
"Ya, kurang lebih begitu. Di luar diri kami yang berubah, menurutku kau juga sudah melakukannya tanpa kau sadari."
"Apa maksudmu?" balas Nino yang kebingungan. Miku yang mendengar itu kemudian menunjuk teh hitam yang Nino buat.
"Dulunya, kau tidak pernah minum teh hitam. Sekarang, kau menyukainya …."
"Apa hanya itu saja?" tanya Nino yang menatap Miku dengan malas.
"Tidak hanya itu, kau dulu tidak suka memasak. Karena terinspirasi oleh Kaa-san, kau mulai mencobanya. Sekarang, itu menjadi hobi dan salah satu keunggulan dari dirimu."
Mendengar itu tentu saja membuat Nino terkejut dengan mata yang membulat. Miku kemudian melanjutkan, "Sebuah perubahan akan bisa ditemui dari diri seseorang, Nino. Kurasa, kau pasti tahu akan hal itu. Hanya saja, kau masih tidak bisa untuk menerima perubahan yang kami lakukan."
"Kurasa Uzumaki itu juga memikirkan hal yang seperti kau ucapkan ketika mendengarkan ceritaku. Dia itu benar-benar berniat menyadarkanku dari keegoisan yang kumiliki," ucap Nino dengan senyum kecil yang ia tunjukkan.
"Memangnya, apa lagi yang Naruto katakan kepadamu?"
"Lumayan banyak. Ia bahkan tidak memintaku untuk pulang, mungkin ia menghargai keputusan yang kuambil untuk sekarang."
Mendengar itu membuat Miku tersenyum kecil, "Ya, ia memang tidak pernah mencoba untuk memaksakan sesuatu yang bukan kehendaknya."
"Hal itu selalu ia lakukan. Ditambah lagi, ia memintaku untuk berubah dan mencoba untuk menerima semua perubahan ini. Hanya saja, aku belum siap untuk melakukannya saat itu."
Miku yang mendengar itu langsung bertanya untuk kedua kalinya, "Lalu, bagaimana untuk sekarang?"
Nino tidak menjawab, melainkan ia berjalan ke salah satu meja dan mengambil sesuatu. Hal itu tentu saja membuat Miku kebingungan. Setelah itu, Nino kembali dengan tatapan tajam ia tunjukkan. Di tangannya, ia membawa sebuah gunting dan memainkannya dengan santai.
Melihat itu, Miku terlihat gemetaran dengan bola mata yang bergetar. Seolah-olah ia sedang bertemu dengan sesuatu yang sangat menakutkan baginya.
"Sekarang, aku sudah membulatkan tekad untuk melakukannya. Miku, persiapkan dirimu."
.
[0_0]
.
With Naruto and Itsuki
"T-tolong izinkan aku untuk keluar dari ekskul ini …."
Itsuki berkata itu ragu. Ia menggunakan seragam yang sama seperti anak ekskul lari kenakan saat ini. Hanya saja, ia memakai sebuah tambahan yaitu pita milik Yotsuba.
"Oi, Itsuki. Apa kau tidak bisa melakukannya lebih baik lagi?" tanya Naruto dengan tatapan yang malas.
Walaupun begitu, ini adalah rencananya. Naruto juga menyuruh Itsuki untuk menggunakan seragam yang sama. Ia menyusun rencana cadangan seperti ini jika rencana utamanya tidak bisa ia lakukan. Setidaknya, ia sekarang berniat untuk mengulur waktu.
"Ini terlihat bodoh, aku tidak ingin melakukannya!"
"Oi, oi. Bukankah kau sudah berjanji untuk membantu Yotsuba dengan cara apapun? Setidaknya, kau tidak akan menelan ucapanmu sendiri, kan?"
"I-itu benar, sih. Tapi, apakah ini akan berhasil?"
"Kita tidak akan tahu jika kita tidak mencobanya. Lagipula, belum tentu mereka akan mudah untuk mengenali kalian. Itu semua karena wajah kalian yang sama."
"Kurasa kau benar, Uzumaki-kun."
Tanpa aba-aba, Naruto melangkah sedikit dari bawah tangga. Kemudian, ia berteriak dengan keras dengan merubah suaranya menjadi lebih feminim, "Tolong! Ada orang mesum di sini!"
Itsuki yang mendengar itu berpikir, 'S-sejak kapan Uzumaki-kun bisa merubah suaranya seperti itu?
Tepat setelah berkata seperti itu, Naruto dengan cepat berlari naik ke jembatan penyebrangan yang awalnya mereka gunakan untuk bersembunyi pada bagian pilarnya. Di sisi lain, ekskul lari yang mendengar itu langsung menatap ke arah suara.
"Hentai?"
"Di sana! Ada yang berlari ke atas!"
Yotsuba yang melihat itu setelah mendengar perkataan salah satu temannya mulai meletakkan tasnya dan berlari mengejar orang yang dimaksud, "Kamu yang di sana, berhenti!"
Sementara itu, Itsuki yang melihat Yotsuba sudah terpancing oleh Naruto mulai keluar dari tempat persembunyiannya, ia berpikir, 'Kuharap Uzumaki-kun tidak memaksakan dirinya lagi. Kalau sudah begini, apa boleh buat. Aku harus bisa melakukannya."
Itsuki kemudian berlari menuju tempat di mana ekskul lari berkumpul. Setelah sampai, ia mengatur nafasnya. Ya, staminanya itu sangat terbatas. Berbeda seperti Yotsuba yang memang memiliki stamina yang sangat besar.
"M-maaf, orangnya berhasil lolos. Selain itu, aku perlu mengatakan sesuatu kepada kalian."
"Katakan saja, Nakano-san," ucap sang ketua ekskul lari.
"Sebenarnya, aku tidak bisa ikut pelatihan. Aku juga ingin keluar dari ekskul ini."
"Apa alasanmu?"
"Karena ujian akhir semester akan dimulai beberapa hari lagi."
"Tidak, bukan hal itu yang aku maksud," ucap ketua ekskul lari dengan menggelengkan kepala sembari menutup matanya. Setelah itu, ia membuka matanya dan menatap 'Yotsuba' dengan senyum yang menghiasi wajahnya.
"Mengapa kau berpura-pura menjadi Nakano-san?"
.
With Naruto
'Wah, lihat dia. Dia sangat luar biasa dengan staminanya. Hanya dengan waktu yang sesingkat ini, ia bisa menyusulku.'
Naruto berpikir seperti itu ketika ia mendengar suara derap langkah yang cepat dan semakin mendekat kepada dirinya. Naruto kemudian melambatkan dirinya, menyadari batasan dirinya agar tidak membebani dirinya sendiri dengan penyakit yang ia punya.
GREP!
Hal itu dimanfaatkan Yotsuba dengan mendorong Naruto sampai jatuh terjerembab ke depan, "Aku menangkapnya!"
Setelah itu, Yotsuba membalikkan sosok yang ia tangkap dan membuka hoodie dan topi yang orang itu kenakan. Betapa terkejutnya dirinya ketika melihat sosok asli yang ia kira sebagai pelaku dengan kemesuman yang akut.
"Uzumaki-san! Mengapa?"
"Apanya?"
"Mengapa kau melakukan sesuatu yang mesum?" tanya Yotsuba dengan wajah yang kecewa. Naruto yang mendengar itu seketika tertohok dengan perkataan gadis itu. Walaupun itu rencananya, ia merasa malu karena melakukan rencana bodoh seperti itu.
Naruto kemudian menyentil dahi Yotsuba, membuat gadis itu meringis, "Dengarkan penjelasanku dulu sebelum kau menyimpulkan dengan liar."
"Baiklah. Tapi, kau tidak perlu menyentilku seperti itu kan, Uzumaki-san? Itu sakit tahu," balas Yotsuba dengan cemberut. Mendengar itu membuat Naruto tertawa kecil.
"Maaf, maaf. Kurasa, aku memang perlu melakukannya. Dari semua kembaranmu, hanya kau yang mengingatkanku pada Naruko."
"Mou, aku bukan anak kecil lagi tahu!"
"Iya, iya. Aku tahu, kok. Ngomong-ngomong, bisakah kita berdiri terlebih dahulu. Aku tidak ingin membuat orang lain salah paham karena posisi kita yang seperti ini."
Mendengar itu, Yotsuba mulai sadar dengan apa yang ia lakukan. Ia dengan cepat berdiri dan membantu Naruto untuk bangun. Tidak hanya itu, wajahnya juga memerah, "M-maafkan aku, Uzumaki-san. Aku tidak bermaksud seperti itu."
"Tenanglah, Yotsuba. Aku tahu."
"Jadi, bisakah kau menjelaskan kepadaku? Mengapa kau melakukan ini?" ujar Yotsuba dengan ekspresi kebingungan yang ia tunjukkan.
"Singkatnya, kami semua mencoba untuk membantumu saat ini. Kami tahu kalau kau sangat tertekan dengan ekskul itu."
"Tunggu dulu, apa yang kau maksud? Aku tidak mengerti."
"Lihatlah di sana. Kau sudah pasti tahu siapa dia, bukan?" balas Naruto sembari menunjuk tempat dimana ekskul lari berkumpul dengan tambahan seseorang.
Yotsuba yang melihat itu langsung terkejut, "Tunggu, mengapa Itsuki ada di sana?"
"Itsuki saat ini berusaha menggantikanmu. Agar dirimu bisa mengundurkan diri dan keluar dari ekskul itu."
Mendengar itu membuat Yotsuba mulai berlari. Akan tetapi, suara Naruto menghentikannya, "Berhentilah berpikir untuk kembali ke sana, kami semua melakukan ini demi dirimu!"
"Aku tidak bisa, Uzumaki-san."
Naruto kemudian dengan cepat meraih Yotsuba. Ia meraih gadis itu dengan menahan dan membekap mulutnya. Ia kemudian melihat suasana yang sepertinya sedang serius.
"Kurasa, suasana di sana juga mulai berubah. Maafkan aku, Yotsuba. Kami melakukan ini semua demi dirimu sendiri."
.
With Itsuki
"Aku ini Yotsuba, loh. Lihatlah pita yang aku pakai saat ini."
Itsuki mengatakan itu sembari mengangkat kedua tangannya. Walaupun begitu, ia mencoba agar tidak gugup. Bertujuan agar tidak ketahuan lebih cepat dan bisa mengulur waktu lebih lama.
"Ya, aku akui kau memang mirip. Tapi, kau bukanlah dirinya. Rambutmu saja sudah jelas berbeda dengannya," respon ketua ekskul lari yang terlihat menatap 'Yotsuba' dengan santai. Mendengar itu membuat Itsuki berpikir.
'Itu tidak salah sama sekali. Bagaimana ini? Apa yang harus kulakukan?'
.
With Naruto and Yotsuba
"Huh, ketua ekskul itu punya pengamatan yang bagus ternyata. Kukira mereka bisa dibodohi, ternyata tidak."
Naruto berkata seperti itu sembari mendengarkan percakapan mereka melalui panggilan telepon yang terhubung dengan loudspeaker yang aktif. Membuat dirinya mudah untuk menguping segala pembicaraan mereka dari jauh tanpa perlu bersusah payah.
Tanpa diduga oleh Naruto, Yotsuba secara mengejutkan menginjak kakinya dengan kuat. Membuatnya meringis kesakitan dan melepaskan bekapannya terhadap gadis itu.
"Maafkan aku untuk itu, Uzumaki-san."
"Tidak masalah, aku mengerti karena kau mau kembali kepada mereka, kan?"
"Begitulah. Lagipula, hal seperti ini juga pernah terjadi di lain waktu. Setidaknya, pikirkan juga perasaan orang lain, dong!"
"Aku memikirkannya. Lagipula, kami semua melakukan ini karena khawatir padamu. Kau sangat tertekan, kami tidak bisa membiarkan hal itu."
"Aku tahu, Uzumaki-san. Terima kasih karena sudah mengkhawatirkan diriku. Tapi, aku harus pergi," balas Yotsuba yang mulai berlari meninggalkan Naruto.
Naruto yang melihat Yotsuba berlari menjauhi dirinya justru tidak menghentikannya, ia justru menatap ke arah Itsuki yang terlihat kesulitan saat ini.
"Kuharap bala bantuan akan datang untukmu, Itsuki."
.
With Itsuki
"Maaf sudah membuat kalian menunggu lama. Semuanya jadi kerepotan karena diriku, ya."
"Nakano-san, syukurlah kau kembali," balas sang ketua ekskul dengan tersenyum senang ketika melihat Yotsuba yang sudah kembali.
"Ngomong-ngomong, yang tadi itu hanyalah sebuah lelucon saja. Lelucon mengenai kembar lima."
'Setidaknya, aku selamat untuk kali ini,' pikir Itsuki tanpa melepas penyamarannya. Walaupun begitu, ia tetap memperhatikan saudarinya yang baru datang.
"Begitu ternyata. Jadi, itu hanyalah sebuah candaan saja? Itu sama sekali tidak lucu, tolong berhentilah."
Yotsuba merespon dengan tersenyum lebar, "Perlu kalian ketahui, informasi mengenai keinginanku berhenti dari ekskul ini adalah sebuah kebenaran."
Balasan Yotsuba terhadap perkataan ketua ekskul lari tentu saja membuat semuanya terkejut. Bagaimana tidak? Itu adalah sebuah jawaban yang tidak diekspektasikan sama sekali oleh gadis yang selalu semangat dalam mengikuti pelajaran olahraga dan suka membantu orang lain sepertinya.
"N-Nakano-san? Tapi, mengapa?"
"Mengapa? Biar kuperjelas sedikit, ya. Melakukan pelatihan tepat dua hari sebelum ujian adalah ide yang tidak masuk akal bagiku."
Setelah itu, Yotsuba melangkah maju ke depan dan berhenti tepat di depan ketua ekskul lari tersebut. Lalu, ia melanjutkan perkataannya sembari menatap ketua ekskul itu dengan tatapan yang tajam, "Kutekankan sekali lagi. Itu benar-benar tidak masuk akal …."
"A-aku mengerti," balas ketua ekskul tersebut dan jatuh terduduk. Ekspresinya terlihat ketakutan. Bahkan tubuhnya gemetaran karena mendapatkan respon yang tidak terduga. Itsuki yang melihat itu berpikir.
'Ini sungguh mengejutkan, aku baru tahu kalau Yotsuba bisa melakukan sesuatu yang seperti itu.'
.
With Naruto
"Tunggu dulu, suaranya terdengar sama. Tapi, auranya sangat berbeda. Itu mengingatkanku pada seseorang yang melakukan hal yang sama pada saat pertama kali aku mendatangi mereka."
"A-akhirnya datang …."
Mendengar suara dari sebelahnya, membuat Naruto menoleh. Ia dapat melihat Yotsuba yang menghampiri dirinya. Hal itu membuat Naruto berpikir, 'Sudah kuduga, itu bukanlah Yotsuba yang asli. Yotsuba yang asli mana mungkin bisa mengintimidasi orang lain dengan mudah seperti itu.'
"Oi, Yotsuba. Mengapa kau terlihat ketakutan sekali?"
Ya, tentu saja Naruto akan mengatakan itu. Wajah Yotsuba yang dilihatnya saat ini terlihat ketakutan. Seperti ada sesuatu yang benar-benar menakutinya.
"I-itu, ada doppelganger! A-aku tidak ingin mati!"
Mendengar itu membuat Naruto sweatdrop di tempat. Ia kemudian merespon, "Kau tidak perlu takut. Mungkin sebentar lagi mereka akan datang."
"Mereka?" tanya Yotsuba yang bingung.
"Sepertinya masih sempat, ya?"
Mendengar suara yang datang membuat Naruto dan Yotsuba menoleh ke asal suara. Mereka dapat melihat Ichika yang sudah datang dengan wajah yang penuh keringat dan nafas yang terengah-engah. Hal itu membuat Naruto berinisiatif.
"Ya, ini waktu yang tepat. Ngomong-ngomong, kau itu habis lari marathon? Kau terlihat kehabisan tenaga," ucap Naruto yang menghampiri Ichika dan memberikan sapu tangan miliknya. Ia kemudian melanjutkan, "Pakai ini … setidaknya, lap keringatmu itu."
"Mou, padahal aku sudah susah payah datang ke sini. Malah dijadikan lelucon untukmu," balas Ichika yang mengambil sapu tangan itu dan mulai mengelap wajahnya. Setelah itu, gadis itu melanjutkan, "Arigatou, Naruto-kun."
"Douitashimashite, Ichika. Ngomong-ngomong, aku merasa pengganti Yotsuba yang ada di sana itu bukanlah Miku. Apa Miku bersamamu?"
Secara mengejutkan, Miku muncul di belakang Ichika dan merespon, "Ya, aku di sini. Sejak awal, aku tidak melakukan apa-apa."
"Analisamu sangat bagus, Naruto-kun. Kau berarti bisa menebak siapa yang berubah sekarang, kan?"
"Kurasa begitu, kata kuncinya itu hanyalah nomor kedua. Lagipula, yang lainnya juga sudah datang," balas Naruto dengan santai sembari mematikan handphone miliknya.
Ketika ia melihat ke belakang, ia melihat Itsuki bersama dengan salah satu orang yang merasa familiar sudah hadir di sana dan menghampiri mereka. Sosok itu terlihat mengubah gaya rambutnya dengan santai.
"Saat aku berada di hotel yang di tempati Nino. Aku melihat Miku yang memegang gunting. Aku tidak tahu apa yang terjadi. Apa dirimu memerlukan suasana baru, Nino?" tepat setelah Ichika melanjutkan perkataannya, mereka semua dapat melihat sosok itu yang sudah selesai mengubah rambutnya.
Nino saat ini rambutnya dipotong pendek sebatas bahunya. Tidak hanya itu, dua pita kembar dengan bentuk kupu-kupu yang menjadi aksesoris favoritnya sudah ia gunakan di dua sisi kepalanya. Mereka semua memberikan reaksi tersendiri, kecuali Miku.
Naruto sendiri yang melihat itu hanya memandangnya dengan tanpa ekspresi, seolah-olah ia sudah tahu kalau ini akan terjadi. Ichika terlihat terkesan. Sementara Yotsuba dan Itsuki terlihat terkejut karena hal itu.
"Ya, setelah kupikir-pikir. Aku perlu sesuatu yang baru."
"Selain itu, apa kau memotong rambutmu karena alasan tertentu? Setahuku, kau tidak pernah ingin memotongnya sama sekali."
"Kau benar, ada alasan tersendiri untukku melakukannya," balas Nino menjawab pertanyaan Ichika. Setelah itu, ia melihat Naruto yang menatapnya dengan santai. Ia kemudian menunjuk Naruto dengan wajah yang memerah, "Asal kau tahu, alasannya bukan karena dirimu!"
"Aku tahu. Lagipula, aku tidak terkejut sama sekali dengan perubahanmu yang sekarang. Bahkan kau tidak akan bisa menarik diriku ke dalam pesonamu itu," balas Naruto dengan nada yang mengejek.
"Urusai, Uzumaki …," Nino berbalik dan meninggalkan Naruto. Walaupun begitu, senyuman kecil terukir di wajah cantiknya. Selama ia melangkah, ia membayangkan diri mereka yang masih sama seperti dulu, 'Selamat tinggal dan terima kasih ….'
"Yotsuba …."
Yotsuba tersentak ketika dirinya dihampiri oleh Nino, "Y-ya?"
"Perlu kau ketahui, aku juga melakukan itu semua demi dirimu. Aku juga hanya mengikuti rencana yang Uzumaki buat khusus untukmu. Ya, walaupun Miku yang seharusnya melakukan itu."
Nino melanjutkan sembari tersenyum, "Setidaknya, kau jangan diam saja dan menerima segalanya dengan terbuka. Jika kau tidak bertindak, mereka tidak akan mengerti perasaan yang kau rasakan. Kamu juga harus berubah. Meskipun sulit, pasti ada hal baik yang menunggumu."
Hal itu membuat Yotsuba terkejut dengan mata yang bergetar, "Ya, aku mengerti. Kalau begitu, aku pergi dulu."
"Apa perlu kutemani?" tanya Ichika.
Yotsuba menggelengkan kepalanya sembari tersenyum, "Terima kasih. Tapi, sekarang aku bisa melakukannya sendiri."
Dengan berakhirnya ucapan Yotsuba, ia mulai pergi meninggalkan mereka. Mereka hanya bisa menatap kepergian Yotsuba. Naruto kemudian menghampiri Nino.
"Sepertinya ada yang mengutip sedikit perkataan yang aku ucapkan beberapa hari yang lalu?"
"Bisa diam tidak, Uzumaki?" balas Nino dengan wajah yang memerah.
"Huuu, dasar tsundere."
"Urusai!"
Hal itu tentu saja membuat ketiga kembar lainnya tertawa kecil. Naruto kemudian mengingat sesuatu, "Aku lupa, ada sesuatu yang harus diselesaikan."
"Apa itu, Uzumaki-kun?" tanya Itsuki.
Naruto tidak menjawab, melainkan ia meraih tangan Itsuki yang berada di sebelahnya. Dengan cepat, ia bertukar posisi. Saat ini, Nino dan Itsuki adalah orang yang berdiri secara berdekatan.
"Ngomong-ngomong, berhubung kalian ada di sini. Mengapa tidak sekalian saja?"
"Kau ada benarnya, Naruto," balas Miku.
"Kalau begitu … kemarilah, Naruto-kun. Kita berikan sedikit ruang untuk mereka berdua," ajak Ichika. Naruto kemudian berjalan menjauhi Nino dan Itsuki, memilih untuk berdiri di tengah-tengah Miku dan Ichika.
Mereka menatap Nino dan Itsuki dari jarak yang tidak terlalu jauh. Walaupun begitu, mereka tetap bisa untuk mendengarkan ucapan mereka. Beruntung sekali, jembatan penyebrangan itu juga sedang sepi. Sehingga tidak akan ada yang mengintervensi apa yang mereka lakukan.
Sementara itu, suasana yang canggung muncul pada diri Nino dan Itsuki. Bahkan mereka menatap arah yang berlainan, mencoba menghindari kontak mata diantara mereka. Akan tetapi, Itsuki menjadi orang yang memecah keheningan itu.
"Nino, aku …."
Perkataan Itsuki tidak berlanjut karena dipotong oleh Nino, "Tunggu. Kau tidak perlu minta maaf, karena dirimu tidak salah sama sekali."
Hal itu membuat Itsuki tersentak. Nino kemudian melanjutkan, "Aku dengar dari Uzumaki, kau juga terdorong oleh Kaa-san untuk melakukan hal itu. Setidaknya, aku merasa layak untuk mendapatkan tamparan darimu saat itu. Aku minta maaf."
"Nino ….," ucap Itsuki yang mulai memberanikan diri menatap Nino. Wajahnya terlihat berkaca-kaca, air mata sudah mengumpul di pelupuk matanya.
"Jika kau merasa bersalah, itu ada saat kau menamparku. Aku akui, itu sangat sakit."
Tidak bisa menahan rasa senangnya membuat Itsuki meneteskan air mata, "Itu benar, aku juga minta maaf untuk itu. Aku selalu menyesali perbuatanku yang sudah menampar dirimu."
"Sebagai bentuk permintaan maaf, ada sesuatu yang mau kuberikan kepadamu," lanjut Itsuki sembari merogoh saku celananya. Ia kemudian menunjukkan dua buah tiket film bioskop sembari tersenyum, "Ini adalah tiket film yang ingin kamu tonton sebelumnya, kan? Ayo kita tonton bersama."
Melihat itu membuat Nino tersentak. Kemudian, ia tersenyum, "Astaga, apa-apaan ini."
Walaupun begitu, ia juga menyiapkan hal yang sama. Dari balik tangan kanan Nino, terlihat dua buah tiket film yang ia pegang. Itsuki tidak menyadari hal itu. 'Semua ini tidak berjalan sesuai dengan apa yang kuinginkan,' lanjut Nino dalam pikirannya.
Di sisi lain, Naruto bersama Ichika dan Miku yang mendengar semuanya dari awal mulai tersenyum dan melakukan high-five satu sama lain. Mereka senang karena situasi mulai kembali seperti semula. Naruto juga terlihat lega karena itu.
'Setidaknya, satu masalahku selesai. Tersisa satu masalah lagi.'
.
[0_0]
.
Skip Time : Nakano Quintuplets Residence
"Maafkan aku karena sudah sangat merepotkan kalian. Aku sudah berbicara dengan ketua dari ekskul lari. Kami mendapatkan kesepakatan di mana diriku akan membantu mereka saat kompetisi saja."
Yotsuba mengatakan itu sembari bersujud di depan Naruto, Ichika, dan Miku. Kemudian, Naruto mengelus kepala Yotsuba dengan lembut, "Bangunlah, Yotsuba. Semuanya sudah selesai, tidak perlu dipikirkan lagi. Ayo kita masuk."
"Baik!"
Ichika dan Miku justru melihat ke arah dua orang lain yang masih setia berdiri di dekat pintu masuk ruangan mereka. Ichika berkata, "Kalian berdua, selamat datang …."
Nino dan Itsuki menatap satu sama lain dengan sedikit hawa canggung yang masih terselip diantara mereka. Kemudian, mereka berdua menjawab secara bersamaan.
"Kami pulang …."
.
"Jadi, semua yang kubuat sudah kalian selesaikan …."
Naruto mengatakan itu setelah melihat tumpukan kertas materi yang sudah ia buat dan diletakkan di meja ruang tamu. Ia bahkan sudah mengeceknya satu per satu.
"Itu benar, kami semua sudah mengerjakannya walaupun harus ditambah dengan sebuah masalah," balas Miku yang menatap Nino dengan wajah tanpa ekspresi. Nino menyadari itu.
"Urusai, Miku!"
Ichika kemudian berkata, "Dengan begini, apa kita dapat dikatakan sudah naik level?"
"Naik level dari sisi tingkat belajar, iya. Tapi, hasilnya belum tentu akan memuaskan. Maka dari itu, aku akan mengajari kalian selama dua hari dengan penuh."
Setelah berkata itu, Naruto menghampiri Nino. Membuat Nino sedikit kebingungan karena itu, "Ada apa, Uzumaki?"
"Untuk dua hari kita belajar, apa aku boleh menginap di sini lagi? Walaupun empat saudarimu akan menyetujuinya, aku akan tetap menanyakan hal ini kepadamu. Aku masih merasa tidak enak kepadamu karena masalah itu, kau tahu?"
Dengan wajah yang sedikit memerah, Nino menjawab sembari memalingkan wajahnya, "Aku mengerti, Uzumaki. Aku mengizinkannya dan mohon bantuannya."
Mendengar itu membuat empat saudarinya tersenyum karena mereka dapat melihat Nino yang mulai sedikit terbuka kepada Naruto. Berbeda dengan mereka, Naruto justru tersenyum jahil, "Hoo, sifat tsundere dari dirimu sudah aktif lagi ternyata."
"Urusai, Uzumaki!"
"Tidak mau mengaku, huh? Pantas saja tidak ada lelaki yang mau mendekatimu, Nino," ucap Naruto dengan tatapan yang mengejek.
Nino yang mendengar itu semakin kesal. Ia dengan cepat menjewer telinga Naruto dengan kuat, "Kau ini memang ahli untuk membuatku kesal ya, Uzumaki? Rasakan ini!"
"Ittai, tolong berhenti. Aku minta maaf untuk itu …."
"Tidak akan pernah!"
Mereka yang ada di ruangan itu hanya bisa tertawa karena melihat kelakuan keduanya. Setidaknya, suasana sudah kembali seperti normal. Setelah beberapa saat, mereka mulai belajar bersama. Naruto yang melihat semuanya sedang fokus pun berpikir.
'Kurasa, aku bisa melakukannya.'
Tanpa lima kembar Nakano sadari, Naruto mengeluarkan lima buah kertas yang digulung dan dimasukkan ke dalam masing-masing tempat pensil mereka. Setelah melakukannya, ia bernafas lega. Hal itu menjadi perhatian dari Miku yang melihat Naruto.
"Ada apa, Naruto?"
"Tidak ada apa-apa, Miku. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan," balas Naruto sembari tersenyum meyakinkan. Miku yang mendengar itu hanya menganggukan kepalanya sebagai respon dan mulai melanjutkan belajarnya.
'Baka, hampir saja aku ketahuan.'
.
.
.
To Be Continued
.
.
Notes : Fic ini terinspirasi oleh beberapa fanfic tertentu dengan crossover Naruto x Quintessential Quintuplets. Hmm, ini project kedua gua dengan tipe fic yang multichapter. Gua bikin alurnya semi-canon tapi dengan banyak perubahan. Chapter 28 Up, jadi tolong buat reader gausah banyak protes dan Stay tune aja ye. Cukup doain gua biar banyak ide + sehat, secara perlahan nanti gua coba sebisa mungkin buat tamatin fic ini. Soalnya gua tim begadang buat ngelarin ini fic.
Next, gue gak bisa ngejawab review kalian satu per satu karena terlalu malas. Gua minimal baca review dari kalian, dan maksimal berakhir dengan baca PM dari reader or whoever else. Next. Jika fic ini diplagiat oleh oknum sampah yang nggak bertanggung jawab + tidak mendapat perizinan dari gua, bahkan gak naruh nama gua di tempat di mana dia ngepost cerita ini. Tolong bantu report / PM ke gua. Biar gua tinggal ikutan jadi tim report. Sebagai catatan, gua hanya memiliki akun FFN. Tidak ada yang di luar platform yang gua sebutkan.
Lagi dan lagi, gue ingin mempromosikan sesuatu di sini. Gue telah bergabung dengan sebuah Group Chat WhatsApp yang bernama Fanfic Community Indonesia, yang berisikan banyak author dan reader fanfiksi, bahkan platform lain. Di grup tersebut terdapat cukup banyak author senior, ataupun author baru seperti gue. Kepada siapapun yang berminat untuk bergabung, silahkan PM gue baik melalui web, ataupun aplikasi. Join with us! Feel like home! Let's move together!
Sepertinya hanya itu saja pesan gue kepada kalian. Sampai jumpa lagi. Jaa na!
FCI. Cursed-Eternal Out
