.

.

.

I'm In Trouble

Disclaimer :

Naruto by Masashi Kishimoto

5-toubun no Hanayome by Negi Haruba

Pair : ?

Rate : T

Mark :

"Naruto." : Berbicara

Naruto : PoV Start / Flashback Start / Letter or Announcement Content

Naruto : Efek suara (Sfx) / Skip Time / Previous Chapter

'Naruto.' : Pikiran atau Batin

["Naruto."] : Berbicara melalui pesan atau panggilan telepon

Genre : School, Drama, Family, Hurt/Comfort, Romance, Tragedy

Warning : Semi-Canon, Alternate Universe, Alternate Fact & Reality, Original & Other Character, dan Out of Character.

.

.

Skip Time : Next Day, Nakano Quintuplets Residence

"Biar aku jelaskan. Kita memiliki waktu sekitar dua bulan sebelum ujian kenaikan kelas dimulai. Maka dari itu, kita akan berjuang sekuat tenaga dan mengerahkan apa yang kita bisa. Kalian siap?"

"Kami siap!" ucap lima kembar Nakano secara bersamaan untuk menjawab perkataan Naruto yang sedang berdiri di depan mereka.

Naruto yang melihat itu tersenyum. Akan tetapi, secara mendadak ia mimisan. Hal itu membuat Yotsuba dan Itsuki terkejut. Miku terlihat biasa saja, Nino terlihat menatap Naruto dengan santai, sementara Ichika hanya tertawa kecil.

Naruto kemudian mengambil tisu yang tersedia di sana dan menggunakannya untuk menyumbat hidungnya. Setelah itu, ia menghela nafas dan berkata, "Hahh, padahal aku belum memulainya sama sekali."

"Apa kau lelah, Uzumaki?"

"Atau itu efek samping karena membaca majalah atau sesuatu yang berbau hentai?" timpal Ichika yang menimpali ucapan Nino sembari tertawa kecil.

"Lelah? Mungkin saja, aku tidak terlalu tahu. Satu lagi, aku tidak membaca sesuatu yang seperti itu," respon Naruto. Ia melanjutkan dalam pikirannya, 'Itu hanyalah kebohongan, aku sempat membaca buku Icha-Icha Paradise milik Kakashi-nii karena terlalu penasaran dengan buku laknat yang selalu ia bawa kemana pun ia pergi.'

"Sejauh ini, aku tidak pernah mengalami mimisan. Maka dari itu, aku akan mengambil asumsi lain. Kemungkinan, ini dikarenakan Miku yang akhir-akhir ini selalu memaksaku untuk memakan banyak coklat yang ia berikan."

Selesai mengatakan itu, Miku yang berada di belakang Naruto membawakan beberapa coklat batangan yang belum terbuka. "Hari ini aku membawanya lagi," ucap gadis itu tanpa ekspresi. Membuat mereka yang melihat itu langsung sweatdrop.

"Boleh aku memintanya sedikit? Kebetulan aku ingin memakan sesuatu yang manis."

"Maaf, aku tidak akan memberikannya kepadamu."

"Huh? Ayolah, jangan terlalu serakah …," balas Nino yang terlihat sedikit kesal. Akan tetapi, ia seketika tersentak ketika melihat Miku yang menatapnya sembari tersenyum dengan wajah yang sedikit memerah.

"Tidak. Ini belum saatnya …," respon Miku. Kemudian, ia kembali menatap Naruto dan melanjutkan, "Silahkan dimakan lagi, Naruto. Jangan lupa untuk memberikan pendapatmu soal coklat ini."

"Kau ingin membunuhku dengan semua coklat ini, ya?"

Miku membalas sembari berekspresi yang menunjukkan kalau dirinya tidak bersalah sama sekali, "Ya, kupikir begitu."

Mendengar itu membuat Naruto menepuk dahinya sendiri karena frustasi. Yotsuba dan Itsuki justru tertawa kecil melihat itu. Di sisi lain, Ichika terlihat diam saja ketika menyaksikan itu semua. Ia terlihat memikirkan sesuatu.

'Ia sudah mulai memberanikan diri. Kapan diriku bisa seperti itu, ya?'

.

Malam harinya, terlihat Miku yang sedang berada di dapur. Ia terlihat sedang membuat sesuatu. Setelah itu, pintu kamar terbuka dan memperlihatkan Ichika yang keluar dengan menggunakan piyamanya. Ia menatap Miku sembari tersenyum.

"Ternyata kamu masih bangun, ya?"

"Begitulah. Maaf karena sudah membangunkanmu, Ichika."

Ichika kemudian menghampiri Miku. Di sana, ia dapat melihat banyak coklat batangan yang ada di meja dapur. Tidak hanya itu, ia dapat melihat Miku yang mencoba membuat coklat dalam suatu wadah.

"Hmm, kau berusaha sangat keras. Jadi, coklat ini yang akan kau berikan untuk Naruto-kun?"

"Ya, kau benar. Aku tidak terlalu suka sesuatu yang manis dan aku tidak terlalu mengerti cara membuatnya. Maka dari itu, aku membuat sebuah percobaan."

"Begitu ternyata, aku mengerti," respon Ichika. Kemudian, ia sweatdrop ketika melihat coklat yang Miku buat mengeluarkan gambar tengkorak pada bagian tengahnya, "Tapi, aku melihat sebuah gambar tengkorak yang muncul dari sana."

Tanpa menatap Ichika, Miku membalas sembari menunjukkan wajah tanpa ekspresi, "Itu adalah sebuah gambar tengkorak yang menandakan kalau ini aman."

'Aman darimana? Padahal sudah jelas itu sebuah pertanda buruk,' batin Ichika yang masih sweatdrop di tempat. Menyadari suasana yang berubah membuat Ichika berinisiatif.

"Bagaimana kalau kamu mencoba dengan cara yang lebih simpel dan sederhana? Seperti melelehkan dan mencetaknya saja?"

Menyadari Miku masih tidak merespon membuat Ichika memutar kembali otaknya. Ia seketika mendapatkan sebuah ide dan berkata, "Sayang sekali, aku juga tidak bisa memasak. Tapi, aku kenal dengan seseorang yang ahli soal memasak."

Mendengar itu membuat Miku menoleh, "Eh?"

"Aku serius, kok. Kalau begitu, bagaimana jika kamu meminta untuk diajari sama dia?"

.

[0_0]

.

Skip Time : Sunday, 14 January. Nakano Quintuplets Residence

"Huh, ada yang kurang. Dimana Itsuki? Apa kalian melihatnya?"

"Itsuki sedang mengurus sesuatu. Ini adalah hari untuk itu," balas Nino yang menjawab pertanyaan Naruto. Gadis itu menjawab sembari mengeluarkan ekspresi malasnya. Balasan dari Nino membuat ketiga kembar lainnya terkejut dengan mata yang membulat.

Naruto menyadari itu. Ia kemudian menatap mereka dengan serius, "Kurasa hanya diriku yang tidak mengetahui hal ini. Bisakah salah satu dari kalian menjelaskannya kepadaku?"

"Ya, ini adalah hari peringatan kematian ibu kami."

Mendengar balasan Ichika membuat Naruto sedikit bingung, "Aku mengerti. Lalu, mengapa kalian tidak ikut bersamanya? Bukankah Rena-sensei adalah ibu kalian semua?"

Yotsuba tertawa kecil, "Aku rasa kau belum tahu sama sekali, Uzumaki-san. Hanya saja, lebih tepatnya bukan hari ini."

Miku menambahkan, "Itu benar, Naruto. Ibu kami meninggal pada tanggal 14 Agustus. Maka dari itu, kami tidak pergi bersamanya karena kami tidak memiliki alasan yang lebih."

"Aku tarik sebuah kesimpulan. Bahwa Itsuki selalu mengunjungi makam ibu kalian secara berkala pada tanggal yang sama?"

"Begitulah, Naruto-kun. Ditambah lagi, Itsuki sudah melakukan ini sejak lama. Aku pikir, ia terlalu rutin untuk dikatakan sekedar mengunjungi makam Kaa-san tepat pada tanggal 14 setiap bulannya," balas Ichika sembari tersenyum.

"Begitu ternyata. Aku mengerti sekarang," ujar Naruto sembari tersenyum tipis. Ia melanjutkan, "Kalau begitu, ayo kita mulai duluan. Nanti Itsuki akan menyusul."

"Ya!"

Mendengar respon yang semangat dari empat kembar Nakano membuat Naruto tersenyum. Akan tetapi, ia memikirkan hal yang lain.

'Aku percaya kalau kau melakukannya karena didasari suatu alasan tertentu, Itsuki. Ya, aku harap kau bisa menemukan jawabannya pada dirimu sendiri suatu saat nanti. Jika aku mengetahuinya, aku akan membantumu.'

.

[0_0]

.

With Itsuki

"Apakah aku bisa menjadi seperti Kaa-san?"

Gadis itu memejamkan mata, ia mengatakan itu sembari memanjatkan doa dan berjongkok di depan batu nisan ibunya. Akan tetapi, ia membuka matanya kembali karena mendengar langkah seseorang yang datang.

"Huh? Tumben sekali ada tamu yang datang ke sini …."

Itsuki dapat melihat seorang wanita muda dengan rambut berwarna hitam sepanjang leher yang memiliki poni yang disisir ke samping kiri. Wanita itu memiliki mata berwarna biru keabu-abuan dan memiliki sebuah tahi lalat di bawah mata kanannya.

Merasa itu adalah tamu yang datang, membuat Itsuki merespon dengan sopan, "Senang bertemu dengan anda …."

Akan tetapi, wanita itu justru sangat terkejut ketika melihat Itsuki, "S-sensei?!"

.

[0_0]

.

Skip Time : Cake Shop

"Maaf, maaf. Karena kau sangat mirip seperti guruku, aku jadi sampai salah mengira. Kalau dipikir-pikir, ia memang sudah lama meninggal. Tapi, aku sungguh terkejut karena bisa bertemu dengan putrinya!" ucap Shimoda sembari tertawa.

Itsuki yang mendengar itu hanya bisa memandangi Shimoda dengan ekspresi yang kebingungan. Ia berpikir, 'Sebenarnya, siapa dia? Bagaimana ia bisa mengenal Kaa-san?'

"Seharusnya aku tidak berkata seperti itu di depan putrinya, maafkan aku," ujar Shimoda. Ia melanjutkan, "Untuk membalas kebaikan sensei, aku akan membiarkan kau memilih apa pun yang kau suka!"

"A-apapun yang kusuka?"

Berkat itu, Itsuki menjadi senang. Bagaimana tidak? Ia sangat cepat untuk merespon sebuah traktiran yang Shimoda berikan untuknya. Lagipula, siapa yang tidak ingin mendapatkan sebuah makanan secara gratis?

Beberapa saat kemudian, kue yang mereka pesan sudah datang. Itsuki langsung memakannya secara perlahan. Rasa kue yang enak membuat dirinya tersenyum, sampai dirinya teringat suatu hal yang ingin ia tanyakan. Membuat dirinya berhenti sesaat.

"Mengingat Shimoda-san memanggil Kaa-san dengan sebutan sensei. Apakah itu berarti Shimoda-san adalah murid Kaa-san?"

"Itu benar. Lebih tepatnya, aku adalah mantan muridnya."

"Soal itu, bisakah kau menceritakan tentang Kaa-san?" pinta Itsuki, ia terlihat sangat penasaran akan hal itu.

Shimoda justru terlihat bingung, "Apa kamu tidak ingat sama sekali? Saat itu, umurmu lima tahun. Seharusnya kau sudah besar, bukan?"

"Kurasa tidak, Shimoda-san. Saat itu, aku masih terlalu kecil dan belum mengetahui segalanya tentang Kaa-san sampai dia pergi meninggalkan kami semua. Di samping itu, aku hanya mengetahuinya sebagai ibu di rumah. Maka dari itu, aku ingin mengetahui semua tentang Kaa-san saat ia masih menjadi guru."

Itsuki mengatakannya sembari menunjukkan ekspresi yang penuh akan determinasi, seolah-olah ia tidak akan menyerah untuk mendapatkan jawaban yang ia inginkan. Shimoda yang mendengar penjelasan dari Itsuki pun tersenyum.

"Baiklah, biar kuceritakan sedikit tentang ibumu. Perlu kau ketahui, dia itu tidak pernah bersikap baik pada muridnya. Aku rasa, diriku tidak pernah melihatnya tersenyum sekali pun di sekolah."

"Begitukah? Uhm, kalau begitu … apa para murid justru takut dengan Kaa-san?"

"Tidak sama sekali …."

"Eh? Mengapa bisa begitu?" tanya Itsuki yang sangat penasaran.

"Meskipun ia menyeramkan, mengerikan, dan di cap sebagai guru killer dari kami sebagai para muridnya. Semua hal itu kami bisa mengabaikannya, itu karena kami semua mencintainya. Ia sangat dicintai karena dirinya itu sangatlah cantik."

"S-sangat cantik?" ucap Itsuki yang melongo. Walaupun begitu, ia masih bisa menyantap kue miliknya karena merasa kalau makanan itu tidak boleh dibiarkan begitu saja.

"Itu benar. Bahkan, ia sampai memiliki klub penggemar. Banyak anak laki-laki yang tergila-gila dengan dirinya …."

"S-sebesar itu efek dari kecantikan Kaa-san?"

"Begitulah. Karena kau sangat mirip dengannya, bukankah seharusnya kamu juga bisa melakukannya?" goda Shimoda.

Dengan wajah yang memerah, Itsuki dengan cepat menggelengkan kepala dan menyilangkan kedua tangannya, "A-aku tidak bisa seperti itu …."

"Intinya, kecantikannya itu selalu membuat diriku terkagum-kagum atas dirinya sebagai sesama perempuan. Tatapan tanpa ekspresi yang selalu ia tunjukkan, kedisiplinan, bahkan kepribadian kerasnya itu membuatku semakin menghormatinya."

"Di samping semua hal itu, aku bisa merasakan keyakinan yang ia tunjukkan secara tidak langsung. Berkat itu, kami sebagai muridnya makin jatuh hati dengannya karena sesuatu yang lain. Karena itu, aku hanya bisa mengingat segala bentuk ketegasan dan kemarahan yang ia tunjukkan. Tanpa adanya itu semua, aku tidak akan menjadi seorang guru sekolah seperti sekarang ini."

Mendengar penjelasan Shimoda membuat Itsuki terkagum. Ia kemudian mengeluarkan sebuah kertas dan membuka isinya. Ternyata, itu adalah sebuah formulir cita-cita untuk tahun ajaran ke-2. Shimoda yang melihat itu hanya terdiam sembari memegang garpu.

"Setelah mendengar ceritamu, aku menjadi lebih yakin kalau diriku bisa menjadi seperti ibuku …."

Baru saja Itsuki ingin mengisi formulir itu dengan pulpen yang ada ditangannya. Akan tetapi, Shimoda menggunakan bagian pemegang garpu untuk menghentikan aksi Itsuki.

"Tunggu sebentar …."

"Mengapa kau menghentikanku, Shimoda-san?"

"Dengarkan aku sebentar. Bukannya aku ingin menghentikan dirimu. Hanya saja, aku melakukan ini dengan tujuan agar kau tidak jatuh ke dalam jurang karena tidak punya alasan yang jelas."

'Tunggu, apa maksudnya itu?' pikir Itsuki yang kebingungan.

"Biar kujelaskan. Kau pasti tahu kalau dirimu boleh mengagumi siapapun, termasuk ibumu sendiri. Aku juga tahu kalau keinginan seseorang untuk menjadi orang yang ia kagumi itu tidaklah salah, karena itu juga berlaku untuk diriku."

Kemudian, Shimoda melanjutkan dengan menunjukkan ekspresi yang serius, "Tapi, apa kau tidak berpikir kalau dirimu yang seperti itu hanya ingin menjadi seperti ibumu saja?"

Mendengar semua itu membuat Itsuki terkejut dengan bola mata yang membulat. Shimoda menyadari itu dan tersenyum menatap Itsuki.

"Ketahuilah, ada banyak cara dan jalan untuk dirimu berkembang tanpa mengikuti jejak ibumu. Walaupun begitu, aku tidak memiliki hak untuk mengatur mimpi orang lain. Ini yang terakhir … kau bisa melakukannya seperti ibumu, asalkan kau memiliki alasan yang tepat untuk menjadi seorang guru."

"Aku mengerti, Shimoda-san. Arigatou …."

"Douitashimashite …."

Mereka kemudian memakan kue mereka kembali. Setelah selesai, Shimoda membayarnya dan mereka pun pergi dari sana. Setelah berpisah dengan Shimoda, Itsuki berjalan sendirian hingga ia menemukan sebuah taman dan duduk di salah satu kursi yang tersedia di sana.

'Kurasa ucapan Shimoda-san ada benarnya. Aku perlu memikirkan ini kembali.'

.

[0_0]

.

Skip Time : 2 February, Nakano Quintuplets Residence

Di dapur, terlihat Miku yang murung. Ia melihat coklat yang ia buat mengeluarkan sebuah animasi tengkorak yang menandakan kalau itu adalah sesuatu yang berbahaya. Mendengar pintu yang dibuka oleh seseorang membuat dirinya menoleh.

"Kau sedang apa sendirian di sini?"

"Ternyata kau, Nino. Kukira dirimu sedang kerja kelompok di sekolah. Mengapa kau pulang terlalu awal?"

Nino membalas pertanyaan Miku setelah meletakkan tasnya, "Aku pulang lebih awal karena Ichika memanggilku."

Mendengar itu membuat Miku sweatdrop di tempat dan menunjukkan ekspresi seolah ia tidak percaya akan hal ini, "J-jadi, orang yang dimaksud Ichika adalah kau …."

.

With Ichika

Tanpa mereka sadari. Saat ini, ia sedang mengintip Nino dan Miku dari celah jendela yang terpasang di kediaman mereka.

'Semangat, Miku! Dengan ini, kau bisa memberikan coklat valentine untuk Naruto-kun …,' pikir Ichika. Ia kemudian menggumam sembari tersenyum, "Walaupun Naruto-kun tidak terlalu peka untuk hal ini. Ia pasti akan terkejut."

Ia kemudian menghela nafas, "Mengapa aku juga menyukai Naruto-kun?"

"Ada apa sampai kau menyebut namaku? Apa kau ingin mengatakan sesuatu kepadaku, Ichika?"

"N-Naruto-kun?!"

Ya, suara Naruto dari arah belakang membuat Ichika sangat terkejut. Tanpa sadar, ia dengan cepat berbalik menatap Naruto. Tidak hanya itu, tangan kanannya terbentur dengan jendela karena keterkejutan yang ia dapatkan.

Hal itu membuat Nino dan Miku yang ada di dalam menjadi terkejut dan memeluk satu sama lain. Sementara itu, Naruto menghampiri Ichika yang sedang meringis kesakitan sembari memegangi tangan kanannya.

"Sebenarnya, apa yang sedang kau lakukan di sini? Dari gerak-gerikmu, kau terlihat seperti pencuri."

"Urusai, Naruto-kun! Daripada itu, apa yang membuatmu datang ke sini?"

"Yotsuba berkata padaku kalau buku catatanku tertinggal di sini. Jadi, aku datang untuk mengambilnya kembali," ucap Naruto dengan santai.

"I-itu, sepertinya aku sudah membuangnya," balas Ichika dengan ragu-ragu. Ia melanjutkan dalam pikirannya, 'Maafkan aku karena sudah membohongi dirimu, Naruto-kun. Tapi, untuk sekali ini saja. Aku butuh sebuah pengalihan untuk membawa Naruto-kun pergi ….'

"Huh?" respon Naruto yang kebingungan.

"S-sudahlah, lupakan saja. Lagipula, kau bisa mengambilnya di lain hari."

"Kurasa kau benar, Ichika."

"Daripada begitu, bagaimana jika aku traktir ramen kesukaanmu?"

"Ayo kita pergi! Kebetulan aku sedang lapar …," ucap Naruto dengan semangat, ia sudah berjalan menuruni tangga. Ichika yang mendengar itu hanya bisa sweatdrop di tempat dan mulai mengikuti Naruto.

'Tiba-tiba suasananya berubah. Apa ini karena faktor ramen?'

.

With Nino and Miku

"Huh, apa ini? Bentuk yang aneh dan rasanya tidak enak. Apakah ada seseorang yang akan senang jika diberi sesuatu hidangan yang seperti ini?"

Mendengar ucapan Nino membuat Miku menunduk dan mengepalkan kedua tangannya. Nino kemudian melanjutkan perkataannya sembari tersenyum mengejek.

"Dirimu itu terlalu kaku dalam memasak. Bahkan kau tidak bisa membedakan sebuah rasa. Kusarankan, lebih baik kau menyerah dan membeli coklat di toko saja …."

"URUSAI!"

Teriakan Miku tidaklah terlalu keras. Akan tetapi, itu cukup untuk membuat Nino terkejut. Tidak hanya itu, Nino lebih dikejutkan lagi ketika melihat Miku yang mulai menangis. Hal itu membuat Nino berinisiatif untuk menghibur Miku.

"Ketahuilah, bahwa ada cinta dalam setiap masakan. Itulah kelebihan dari masakan buatan sendiri. Meskipun ini agak hancur, kuakui ini lumayan bagus …."

"Aku sangat sadar kalau diriku tidak pandai memasak seperti dirimu, Nino," balas Miku sembari menunjukkan ekspresi kesedihan. Kemudian, ia melanjutkan, "Tapi, aku ingin membuatnya. Membuat sebuah coklat yang tidak mungkin ditolak oleh dirinya …."

Mendengar itu membuat Nino tersentak untuk sesaat. Kemudian, Miku membungkuk sampai ekspresinya tidak terlihat karena tertutup oleh rambutnya, "Maka dari itu, tolong ajari aku. Aku mohon …."

"Kelembabannya kurang, sepertinya ini terjadi dikarenakan suhu yang terlalu tinggi," ucap Nino yang menyentuh tekstur coklat yang Miku buat. Ia melanjutkan, "Tidak hanya itu, kau juga menggunakan krim tanpa memanaskannya terlebih dahulu, kan? Hal itu yang membuat teksturnya menjadi buruk."

Nino kemudian menatap Miku sembari tersenyum kecil, "Astaga, merepotkan saja. Baiklah … kalau begitu, aku tidak akan tanggung-tanggung. Bersiaplah, Miku …."

Mendengar itu membuat Miku mendongakkan kepalanya kembali. Dengan ekspresi yang senang, ia menghampiri Nino dan merespon, "Ummu …."

"Well, aku rasa diriku harus membuka kursus belajar memasak hanya untuk dirimu …."

[0_0]

.

Skip Time : Ichiraku Ramen Stall

"Selamat datang, Naruto-kun!"

"Yo, Ayame-nee. Tumben sekali kau ada di depan, kukira kau ada di dapur."

"Ya, kali ini adalah giliran Tou-san untuk bekerja di dapur," balas Ayame dengan santai. Kemudian, ia melihat Ichika yang ada di sebelah Naruto dan berkata, "Ngomong-ngomong, tumben kau membawa seorang gadis cantik ke sini. Apa dia kekasihmu, Naruto-kun?"

Mendengar itu membuat Ichika blushing, Ayame yang melihat itu justru tersenyum seolah sudah mengerti situasinya. Sementara itu, Naruto menggelengkan kepalanya.

"Dia bukanlah kekasihku, Ayame-nee. Perlu kau ketahui, sepanjang aku bersekolah ataupun bekerja. Belum ada satu pun gadis yang memiliki perasaan terhadap diriku."

'Dasar tidak peka. Padahal gadis yang ada di sebelahnya sudah memiliki respon yang sangat positif untuk dirimu, Naruto-kun,' pikir Ayame. Ia kemudian berkata, "Baiklah, kalian mau memesan apa?"

"Aku tiga ramen jumbo versi spesial. Bagaimana denganmu, Ichika?"

"Pesananku sama sepertimu, Naruto-kun. Tapi, cukup satu porsi saja."

"Baiklah, sudah kucatat. Cari saja dulu tempat untuk kalian, nanti akan kami antarkan pesanan kalian."

Perkataan Ayame direspon dengan anggukan kepala dari Naruto dan Ichika. Mereka juga tidak membutuhkan waktu yang lama untuk mendapatkan tempat. Setelah beberapa saat, pesanan mereka datang.

"Itadakimasu …."

Naruto makan dengan sangat cepat, ia bahkan tidak membutuhkan satu menit lebih untuk menghabiskan dua mangkuk ramen. Ichika makan secara perlahan. Akan tetapi, ia sweatdrop di tempatnya ketika melihat kejadian yang tidak masuk akal dari Naruto.

"Apakah ramen adalah makanan favoritmu, Naruto-kun?"

"Yap, karena ini adalah makanan para dewa!" balas Naruto dengan semangat. Ia menambahkan, "Bagaimana dengan rasanya, Ichika?"

"Kuakui ini adalah ramen terenak yang pernah aku makan. Lain kali, aku akan mengajak yang lain untuk datang dan makan bersama-sama."

"Ide yang bagus …."

Kemudian, mereka menyelesaikan kegiatan makan mereka dan Ichika membayar semuanya. Setelah itu, mereka berdua pergi dari sana.

.

Setelah beberapa saat berjalan, Naruto berhenti. Membuat Ichika yang ada di sebelahnya juga ikut berhenti. Gadis itu menatap Naruto dengan ekspresi kebingungan yang ia tunjukkan.

"Ada apa, Naruto-kun?"

"Tidak ada apa-apa. Kau tunggu sebentar di sini, aku akan segera kembali," ucap Naruto yang berjalan pergi meninggalkan Ichika.

"Baiklah …."

Tidak membutuhkan waktu yang lama, Naruto sudah kembali menghampiri Ichika. Ia menatap Ichika dengan serius, "Ichika, perlihatkan tangan kananmu kepadaku."

Melihat Naruto yang tidak ingin dibantah membuat Ichika melakukan apa yang ia perintahkan. Naruto kemudian menghela nafas ketika melihat luka memar yang terdapat pada punggung tangan kanan Ichika.

"Sudah kuduga, tanganmu terluka."

"E-eh? Sejak kapan kau mengetahuinya, Naruto-kun?"

"Sejak awal. Saat aku datang, aku melihat kau meringis kesakitan sembari memegangi tangan kananmu. Ketika kita makan ramen, aku melihat luka yang masih membekas di tanganmu."

Ichika yang mendengar itu berpikir, 'Wow, sedetail itu? Pengamatan Naruto-kun tidak main-main ternyata.'

Naruto membalas perkataan Ichika sembari mengobati tangan gadis itu. Rupanya, ia tadi pergi sebentar untuk membeli perban dan obat cair khusus kulit. Tidak memerlukan waktu lama, Naruto sudah selesai mengobati tangan Ichika.

"Bagaimana, sudah lebih baik?"

"Ini sudah lebih baik daripada sebelumnya. Kuakui ini sangat membantu. Arigatou, Naruto-kun …."

"Douitashimashite …."

Setelah itu, ia menyentakkan jarinya ke dahi Ichika dengan pelan, "Dasar, kau punya sikap yang ceroboh juga ternyata. Lain kali hati-hati, karena aku tidak ingin terjadi sesuatu dengan dirimu."

Sontak, hal itu membuat Ichika blushing dan merespon, "Y-ya, akan kuusahakan. T-terima kasih atas sarannya."

"Tidak masalah. Senang bisa membantumu, Ichika …."

Setelah itu, Naruto dan Ichika berjalan untuk pulang. Mereka berjalan bersebelahan. Tanpa Naruto sadari, Ichika memandangi Naruto dengan lekat. Tidak hanya itu, gadis itu beberapa kali melihat tangan kanannya yang sudah di obati oleh Naruto.

'Padahal aku tidak boleh menyukainya. Akan tetapi, diriku tidak bisa menyangkal perasaan yang aku miliki. Kurasa, ini adalah sebuah alasan untuk diriku yang tidak bisa berhenti memikirkannya ….'

.

.

.

To Be Continued

.

.

Notes : Fic ini terinspirasi oleh beberapa fanfic tertentu dengan crossover Naruto x Quintessential Quintuplets. Hmm, ini project kedua gua dengan tipe fic yang multichapter. Gua bikin alurnya semi-canon tapi dengan banyak perubahan.

Chapter 32 Up, gua minta maaf karena terlalu lama ngulur update bahkan sampai hampir 6 minggu (Sebulan lebih). Itu semua karena kerjaan yang numpuk + ujian akhir semester yang lumayan nyita waktu dari segi persiapan sampai hari H. Dan ini gua baru dapat libur buat nerusin fic ini.

Buat para reader. Cukup doain gua biar banyak ide + sehat, secara perlahan nanti gua coba sebisa mungkin buat tamatin fic ini.

Next, gue gak bisa ngejawab review kalian satu per satu karena terlalu malas. Gua minimal baca review dari kalian, dan maksimal berakhir dengan baca PM dari reader or whoever else. Next. Jika fic ini diplagiat oleh oknum sampah yang nggak bertanggung jawab + tidak mendapat perizinan dari gua, bahkan gak naruh nama gua di tempat di mana dia ngepost cerita ini. Tolong bantu report / PM ke gua. Biar gua tinggal ikutan jadi tim report. Sebagai catatan, gua hanya memiliki akun FFN. Tidak ada yang di luar platform yang gua sebutkan.

Lagi dan lagi, gue ingin mempromosikan sesuatu di sini. Gue telah bergabung dengan sebuah Group Chat WhatsApp yang bernama Fanfic Community Indonesia, yang berisikan banyak author dan reader fanfiksi, bahkan platform lain. Di grup tersebut terdapat cukup banyak author senior, ataupun author baru seperti gue. Kepada siapapun yang berminat untuk bergabung, silahkan PM gue baik melalui web, ataupun aplikasi. Join with us! Feel like home! Let's move together!

Sepertinya hanya itu saja pesan gue kepada kalian. Sampai jumpa lagi. Jaa na!

FCI. Cursed-Eternal Out