.
.
.
I'm In Trouble
Disclaimer :
Naruto by Masashi Kishimoto
5-toubun no Hanayome by Negi Haruba
Pair : ?
Rate : T
Mark :
"Naruto." : Berbicara
Naruto : PoV Start / Flashback Start / Letter or Announcement Content
Naruto : Efek suara (Sfx) / Skip Time / Previous Chapter
'Naruto.' : Pikiran atau Batin
["Naruto."] : Berbicara melalui pesan atau panggilan telepon
Genre : School, Drama, Family, Hurt/Comfort, Romance, Tragedy
Warning : Semi-Canon, Alternate Universe, Alternate Fact & Reality, Original & Other Character, dan Out of Character.
.
.
Skip Time : Sunday, 14 February. Cemetery
"Itsuki-san!"
"Well. Lihat siapa yang kutemukan di sini. Kau benar-benar sangat rajin untuk datang, Itsuki …."
Mendengar suara yang ia kenal, membuat Itsuki menoleh dan berhenti berdoa. Ia seketika terkejut karena adanya kehadiran Naruto dan Naruko.
"U-Uzumaki-kun dan Naruko-chan? Mengapa kalian ada di sini?"
"Ya, aku dan Naruko hanya ingin mengunjungi makam orang tua kami."
"Kebetulan kami berdua melihat Itsuki-san yang ada di sini. Jadi, kami datang untuk menyapa ….," ucap Naruko yang menambahkan perkataan Naruto. Kemudian Naruko bertanya, "Itsuki-san, makam siapa yang ada di depanmu?"
"ini makam ibuku, Naruko-chan."
"Ah, maafkan aku. Aku tidak tahu soal itu."
Melihat Naruko yang melakukan ojigi, membuat Itsuki tersenyum dan membalas, "Tidak apa-apa, Naruko-chan."
"Oi, Naruko. Ada yang ingin kubicarakan dengan Itsuki. Ambil ini dan pergilah membeli makanan yang kau mau di sekitar sini. Setelah itu, tunggu kami di pintu keluar pemakaman ini," ucap Naruto yang memberikan sejumlah uang kepada Naruko.
Naruko kemudian menerima uang yang Naruto berikan dan menganggukan kepalanya, "Siap, Nii-chan. Arigatou …."
Dengan berakhirnya ucapan itu, Naruko pergi berjalan menjauhi mereka berdua. Meninggalkan Naruto dan Itsuki yang masih berada di sana. Naruto yang menyadari tidak ada pembicaraan mulai mengambil inisiatif terlebih dahulu.
"Apa kau sudah menemukan alasan yang tepat untuk dirimu sendiri, Itsuki?
Tanpa menoleh ke arah Naruto, Itsuki menjawab, "Ya, aku sudah menemukannya. Rencanamu juga sangat berjalan lancar untuk semua saudariku. Metode yang kau terapkan membuat diriku menemukan alasan yang kuat untuk membulatkan tekadku untuk menjadi seorang guru."
"Aku menyadari satu hal yang sangat penting selama menggunakan metode yang kau gunakan. Ketika diriku sedang mengajari seseorang, aku pun juga mendapatkan sesuatu untuk kupelajari. Hal itu membuatku senang karena aku mendapatkan sesuatu hal yang baru."
Mendengar penjelasan dari Itsuki membuat Naruto tersenyum dan mengelus kepala gadis itu dengan lembut, "Baguslah, aku senang mendengarnya. Terutama dirimu yang sudah menemukan jati diri dan impianmu sendiri. Kau sudah pasti tahu kalau aku akan selalu mendukungmu, Itsuki."
Itsuki memegang tangan Naruto yang mengelus kepalanya dan menggenggamnya dengan perlahan. Ia kemudian menatap Naruto sembari tersenyum lembut, membuat Naruto blushing.
"Sampai saat ini, aku selalu menghargai segala yang kau ajarkan dan segala hal yang sudah kau berikan untuk kami. Arigatou, Uzumaki-kun …."
"Douitashimashite, Itsuki," balas Naruto yang memalingkan wajahnya, membuat Itsuki tertawa kecil karena itu. Ya, siapa yang tidak terpesona melihat seseorang gadis cantik yang tersenyum lembut kepadamu?
"Bagaimana rasanya setelah mendengar kata terima kasih dari muridmu sendiri, Uzumaki-kun?"
"Ya, aku senang mendengarnya. Itu berarti kalau para muridku menghargai diriku sebagai guru mereka. Aku akan lebih senang lagi jika bisa melihat semua muridku sukses suatu hari nanti …."
"Itu berarti kau sama sepertiku, Uzumaki-kun. Karena alasanku adalah menghargai perasaan senang yang mereka rasakan. Ditambah lagi, aku selalu merasa senang ketika aku berhasil mengajari orang lain. Membuat diriku menemukan alasan yang tepat untuk diriku sendiri."
"Aku senang karena kau sudah menemukan alasan untuk mengejar cita-citamu. Sekarang, yang perlu kita lakukan adalah mengembangkan pengetahuan dalam dirimu. Agar kau bisa menjadi guru yang kompeten."
Naruto menambahkan, "Tentu saja, aku juga akan memastikan agar kau bisa menjadi guru seperti dirinya. Bagiku, Kaa-san kalian sudah mengajariku banyak hal. Maka dari itu, sekarang adalah giliranku untuk membalas budinya. Aku percaya kalau diriku akan membuat kalian lulus dengan sempurna."
Sembari tersenyum, Itsuki merespon, "Aku percaya kalau kau bisa melakukannya, Uzumaki-kun. Kau tahu kalau kami semua mengandalkanmu."
"Aku tahu," balas Naruto. Kemudian, ia melihat kembali tangannya yang masih berpegangan dengan Itsuki dan berkata, "I-Itsuki, tanganmu …."
Itsuki yang baru sadar dengan apa yang sedang terjadi langsung blushing dan melepaskan tangannya dari tangan Naruto dengan cepat, "M-maafkan aku, Uzumaki-kun."
"T-tidak masalah. Ngomong-ngomong, ayo kita kembali. Aku tidak ingin Naruko terlalu lama menunggu kita."
"Baiklah, Uzumaki-kun."
Dengan berakhirnya ucapan itu, mereka berdua mulai beranjak pergi dari sana. Akan tetapi, Itsuki sesekali melihat makam ibunya dari jauh. Dirinya tersenyum kecil dan terlihat memikirkan sesuatu saat ini.
'Lihatlah aku, Kaa-san. Aku akan berusaha keras untuk menjadi guru.'
.
[0_0]
.
Skip Time : Nakano Quintuplets Residence
"Ohayou, Miku!"
"Yo, Miku. Tumben sekali kau bangun terlalu siang, apa kau kurang tidur?" tambah Naruto. Mereka berdua melihat Miku yang baru saja keluar dari kamar dan masih mengenakan piyamanya.
"Ohayou mo, Itsuki. Dan tebakanmu benar, Naruto," jawab Miku. Ia kemudian menambahkan dalam pikirannya, 'Itu semua karena aku membuat coklat sampai pagi, membuatku kekurangan waktu untuk beristirahat.'
Miku kemudian berkata, "Seharusnya kau memberi kabar kepadaku jika kau akan datang ke sini, Naruto …."
"Huh, untuk apa? Setiap minggunya, diriku sudah pasti datang ke sini beberapa kali. Maka dari itu, aku tidak perlu melakukan itu."
"Uh, baiklah. Kau menang, Naruto. Ngomong-ngomong, ada yang mau kuberikan kepadamu," ucap Miku yang pergi ke dapur, membuat Naruto dan Itsuki penasaran. Kemudian, Miku terlihat kebingungan karena suatu hal.
"Eh? Di mana coklat yang kutaruh di sini?"
"Coklat yang kau buat? Kalau itu, aku sudah memakannya. Kuakui, rasanya sangat enak," ucap Naruto yang bangun dari duduknya. Mendengar itu membuat Miku terkejut dengan wajah yang memerah.
"T-terima kasih. Soal coklat itu …."
"Miku, kuberitahu satu hal kepadamu. Kau itu benar-benar nomor satu," ucap Naruto yang menghampiri Miku. Ia juga memotong perkataan Miku, membuat gadis itu tidak melanjutkan ucapannya.
"T-tunggu dulu. N-nomor satu? Aku tidak mengerti apa maksudmu, Naruto."
"Tentu saja mengenai ujian percobaan yang kita sudah lakukan beberapa hari yang lalu, kau mendapatkan nilai terbaik!" jawab Naruto yang menunjukkan kertas ujian milik Miku dengan nilai 63 yang sudah tertera di sana.
"Begitu, ya?"
Di sisi lain, Itsuki yang mendengar itu hanya bisa sweatdrop di tempat. Ia tahu kalau Naruto itu tidak memiliki kepekaan sama sekali, terutama untuk mengetahui soal perempuan. Ia berpikir, 'Kuharap kau tidak menyerah hanya karena itu, Miku.'
Sementara itu, Miku kemudian mengambil piring yang ia gunakan untuk meletakkan coklat yang sudah ia buat. Ia tersenyum kecil.
'Lihat ini, Naruto. Aku akan selalu terus berjuang dan berusaha sekuat mungkin.'
.
"Uh, dingin sekali …," ucap Ichika yang baru saja kembali setelah bekerja. Ia kemudian melihat Miku yang berada tepat di depan pintu, seolah sedang menunggunya. Miku yang melihat Ichika kemudian menghampiri Ichika.
"Ichika, terima kasih atas segala kerja keras dan bantuan yang kau berikan kepadaku."
"Apa yang kau maksud?" tanya Ichika yang kebingungan.
"Karena kau sudah bekerja dengan sangat keras untuk menghidupi kami. Kau juga sudah membuat Nino membantuku untuk membuat coklat itu. Aku berterima kasih untuk itu."
"Begitu ternyata. Ngomong-ngomong, kau sudah memberikan coklat itu kepada Naruto-kun?"
"Sudah. Kau sendiri bagaimana? Apa kau tidak memberikan coklat untuk Naruto?"
Pertanyaan Miku membuat Ichika terkejut dengan wajah yang memerah, "M-mengapa kau bertanya seperti itu? Sebenarnya, aku merasa kasihan karena tidak ada yang memberinya coklat sama sekali. Maka dari itu, awalnya aku berniat membeli sebuah coklat untuk diberikan kepada Naruto-kun."
"Lalu?"
"Aku tidak melakukannya. Karena kau sudah memberinya coklat, aku jadi tenang."
"Apanya yang tenang?"
Respon dari Miku justru membuat Ichika terkejut. Miku kemudian melanjutkan perkataannya, "Naruto tidak pernah melihat kita sebagai perempuan. Aku sudah tahu, kalau dirinya hanya menganggap kita sebagai muridnya saja."
"Miku …."
"Maka dari itu, aku sudah memutuskan satu hal. Aku sudah bertekad untuk berusaha lebih keras lagi, agar diriku bisa menghindari kegagalan dan nilai merah di dalam ujian kenaikan kelas itu. Tidak hanya itu, aku juga memiliki tujuan untuk memiliki nilai terbaik di antara kita semua."
Miku melanjutkan, "Jika diriku sudah dapat melewati itu semua, aku akan memiliki kepercayaan diri sebagai muridnya. Selanjutnya, aku akan menyatakan perasaanku kepadanya …."
Mendengar itu tentu saja membuat Ichika terkejut, ia kemudian tersenyum dan berkata, "J-jika itu adalah bentuk tekadmu, aku yakin kau bisa melakukannya …."
"Ketahuilah satu hal. Aku tidak akan menunggumu, Ichika. Siapa yang cepat, dia yang akan mendapatkannya …."
"Aku tahu ..."
Walaupun begitu, Ichika bergetar dan mengepalkan tangannya dengan kuat. Sepertinya perkataan Miku membuat sebuah gejolak dalam dirinya. Ia merasa kalau dirinya tidak bisa diam saja dan membiarkan dirinya kalah dalam persaingan itu.
'Aku juga harus berjuang seperti Miku. Diriku tidak boleh bermalas-malasan untuk saat ini.'
.
[0_0]
.
Skip Time : 2 March, Nakano Quintuplets Residence
'Semuanya sudah mengalami perubahan, terutama Miku yang terus berkembang dan semakin jauh untuk di kejar.'
Di ruang tamu, terlihat Ichika yang sedang belajar. Padahal waktu sudah menunjukkan tengah malam. Ditambah lagi, ia terlihat mengantuk dan sudah beberapa kali menguap.
"Aku sudah tidak kuat lagi. Apa aku tidur saja dan melanjutkannya besok?" gumam Ichika. Akan tetapi, ia menepuk pipinya dengan kencang dan berkata, "Aku tidak bisa berhenti di sini, aku juga harus berusaha mengejar ketertinggalanku."
'Kami-sama, tolong kuatkan diriku sebentar lagi saja ….'
.
[0_0]
.
Skip Time : 15 March. 5 Day After Class Promotion Exam. After School
Terlihat Yotsuba yang tengah berlari mencari seseorang. Setelah menemukan orang yang ia cari, ia memanggil namanya dengan keras.
"Uzumaki-san!"
Naruto yang mendengar namanya dipanggil mulai menghentikan langkahnya dan menoleh ke asal suara. Ia dapat melihat Yotsuba yang menghampiri dirinya.
"Yo, Yotsuba!" balas Naruto. Setelah itu, ia melanjutkan, "Ngomong-ngomong, bagaimana dengan hasil ujianmu? Aku belum tahu sama sekali."
Mendengar itu, Yotsuba menundukkan kepalanya. Membuat ekspresinya tidak terlihat oleh Naruto dan membuat Naruto kebingungan karena itu. Yotsuba kemudian mengambil sesuatu dari tasnya dan menunjukkannya kepada Naruto.
"Arigatou, Uzumaki-san. Untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku merasa sangat senang sekali …."
Yotsuba mengatakan itu sembari mendongakkan kepalanya, mengeluarkan ekspresinya saat ini sembari tersenyum. Betapa terkejutnya Naruto ketika melihat gadis itu menangis. Keterkejutan itu tidak bertahan lama sampai ketika dirinya melihat hasil ujian Yotsuba.
Gadis itu mendapatkan nilai 51 dalam bahasa Jepang, 33 dalam matematika, 32 dalam biologi, 36 dalam sejarah, dan 32 dalam bahasa Inggris. Total nilainya adalah 184. Menandakan kalau gadis itu lolos ujian dan mendapatkan promosi untuk kenaikan kelas.
Setelah itu, Naruto tersenyum dan mengelus kepala Yotsuba dengan lembut, "Selamat, Yotsuba. Usahamu tidak mengkhianati hasil. Kau sudah berhasil melewati ini semua. Aku senang mendengar kabar ini …."
"Itu semua berkatmu, Uzumaki-san. Aku selalu ingin mengucapkan terima kasih kepadamu, karena sudah membuatku berkembang sejauh ini."
"Yotsuba, sebuah hasil ujian tidak hanya ditentukan dari seorang guru yang mengajarimu. Justru segala usahamu yang membuktikan segalanya. Jika kau berusaha dengan keras, kau akan mendapatkan hasil sesuai yang kau inginkan. Maka dari itu … hargailah dirimu sendiri mulai dari sekarang, ok?"
"Sepertinya tidak bisa, Uzumaki-san …," ucap Yotsuba sembari tertawa kecil.
"Baiklah, baiklah. Kau menang, aku tidak akan bisa menang melawan dirimu yang keras kepala."
Perkataan Naruto hanya dibalas dengan tawa dari Yotsuba. Naruto kemudian menambahkan, "Aku sudah meminta yang lain untuk berkumpul di toko tempatku bekerja. Ayo kita pergi ke sana, Yotsuba …."
"Ya!"
.
[0_0]
.
Skip Time : Iruka Cake Shop
"Yotsuba, kamu berhasil!
"Selamat, Yotsuba!" ucap Miku menambahkan perkataan Itsuki.
Yotsuba yang dipeluk Itsuki dan Miku pun merespon dengan tawa kecilnya. Setelah pelukan itu dilepas, ia berkata, "Ini adalah nilai tertinggi yang pernah aku dapatkan. Jumlah nilaiku hanya 184, setidaknya aku sudah lolos dari situasi ini …."
"Itu benar," balas Itsuki. Ia kemudian mengeluarkan kertas ujian miliknya dan menunjukkannya kepada yang lain. Setelah itu, ia berkata, "Total nilaiku adalah 224. Aku akan mencoba untuk mempelajari pelajaran lain yang terasa sulit untuk diriku."
Di dalam kertas hasil ujian yang Itsuki tunjukkan. Gadis itu mendapatkan nilai 47 dalam bahasa Jepang, 35 dalam matematika, 70 dalam biologi, 32 dalam sejarah, dan 40 dalam bahasa Inggris. Total nilainya adalah 224.
Miku kemudian menunjukkan kertas hasil ujian miliknya dan berkata, "Total nilaiku adalah 238 …."
Dari kertas hasil ujian yang Miku tunjukkan. Gadis itu mendapatkan nilai 43 dalam bahasa Jepang, 48 dalam matematika, 41 dalam biologi, 72 dalam sejarah, dan 34 dalam bahasa Inggris. Total nilainya adalah 238.
Itsuki menatap Miku dan berkata, "Miku memang hebat …,"
"Ichika juga sudah datang," ujar Yotsuba yang melihat kedatangan Ichika. Ichika kemudian menghampiri mereka sembari tersenyum.
"Maaf karena sudah membuat kalian menunggu lama …."
"Tidak masalah, Ichika. Ngomong-ngomong, bagaimana dengan hasil ujianmu?"
"Itu benar. Berapa nilai yang kau dapat, Ichika?" ucap Yotsuba yang menambahkan perkataan Naruto. Mendengar itu, Ichika kemudian mengeluarkan kertas hasil ujian miliknya dan menunjukkannya kepada mereka.
"Nilaiku 240."
Dari kertas hasil ujian yang Ichika tunjukkan. Gadis itu mendapatkan nilai 38 dalam bahasa Jepang, 63 dalam matematika, 52 dalam biologi, 40 dalam sejarah, dan 47 dalam bahasa Inggris. Total nilainya adalah 240.
Mendengar dan melihat itu tentu saja membuat Miku terkejut, karena ia tidak menyangka kalau Ichika akan mengalahkan dirinya. Di sisi lain, Yotsuba dan Itsuki terlihat senang.
"Kau hebat, Ichika!"
"Bukankah itu berarti kau mendapatkan hasil yang terbaik di antara kita semua?" ujar Itsuki yang menambahkan perkataan Yotsuba.
"Ah, begitukah? Itu berarti aku sudah berhasil," ucap Ichika sembari tersenyum kecil. Kemudian, Iruka dan Shizune datang menghampiri mereka.
"Minna, selamat atas keberhasilan kalian!" ucap Shizune.
"Kurasa, kita harus merayakannya. Aku akan biarkan kalian memesan menu apapun secara gratis untuk saat ini. Tentu saja dengan potongan gaji dari Naruto …."
DUAK!
"U-untuk apa itu, Shizune-chan?" ucap Iruka yang kesakitan karena kepalanya dipukul oleh Shizune. Sang pelaku pemukulan hanya tersenyum lembut tapi auranya berkata lain, membuat Iruka menelan ludahnya sendiri karena itu.
"Iruka-kun, bukankah tadi aku sudah bilang kalau kita akan memberikannya secara gratis?"
"A-aku hanya bercanda, maafkan aku."
Naruto yang melihat itu langsung tertawa terbahak-bahak, sedangkan yang lain hanya tertawa kecil melihatnya. Kemudian, Naruto teringat akan satu hal, "Ngomong-ngomong, di mana Nino? Aku belum melihatnya sama sekali."
"Gadis berambut pink itu, ya?"
"Ia sudah datang terlebih dahulu dan memberikan ini sebelum pergi. Ia meminta kepada kami untuk diberikan kepadamu, Naruto-kun," ucap Shizune yang memberikan sebuah kertas kepada Naruto. Naruto mengambil kertas itu dan melihat isinya.
Ternyata, itu adalah kertas hasil ujian milik Nino. Dari kertas hasil ujian yang Nino berikan. Gadis itu mendapatkan nilai 32 dalam bahasa Jepang, 33 dalam matematika, 40 dalam biologi, 48 dalam sejarah, dan 56 dalam bahasa Inggris. Total nilainya adalah 209.
Setelah melihat itu, Naruto memberikan kertas hasil ujian Nino kepada Itsuki. Membiarkan mereka untuk mengetahui nilai yang Nino dapatkan. Kemudian, Naruto menghampiri Iruka dan Shizune lalu berkata, "Apa ada yang Nino sampaikan kepadaku?"
"Ada, dia bilang seperti ini. Selamat, kurasa kau sudah tidak dibutuhkan lagi …," jawab Shizune dengan santai. Naruto yang mendengarnya justru sweatdrop, ia kemudian menatap Iruka.
"Iruka-nii, bolehkah aku pinjam motormu?"
"Untuk apa?"
"Aku ingin mencari Nino. Ia adalah salah satu muridku dan kami berhak untuk merayakan hasil ini bersama-sama. Aku tidak ingin ada yang tertinggal di antara kami semua. Satu lagi, tolong jangan memulai acaranya sebelum kami berdua datang."
"Aku mengerti. Ambil ini, Naruto …," ucap Iruka yang memberikan kunci motornya kepada Naruto.
"Arigatou, Iruka-nii. Kalau begitu, aku pergi dulu …," ucap Naruto yang mulai berjalan ke arah pintu keluar. Akan tetapi, sebuah suara menghentikan dirinya untuk melangkah lebih jauh lagi.
"Kau mau pergi ke mana, Uzumaki-kun?"
Naruto menjawab pertanyaan Itsuki dengan santai, "Mencari Nino, kita harus merayakan ini bersama-sama. Aku juga sudah bilang kepada Iruka-nii dan Shizune-nee untuk tidak memulai perayaan ini sebelum aku dan Nino datang."
"Begitu ternyata. Baiklah, kami akan menunggu sampai kalian datang. Berhati-hatilah, Naruto-kun …."
Perkataan Ichika di balas dengan anggukan kepala dari Naruto tepat sebelum lelaki itu pergi. Di luar toko, terlihat Naruto yang tersenyum dan menatap langit. Ia senang karena mengetahui lima kembar Nakano yang mendapatkan promosi kenaikan kelas dan berkembang sangat pesat.
'Yang tersisa hanya tahun ajaran ketiga, ya? Itu berarti kalau kita harus berjuang lebih keras lagi ….'
.
[0_0]
.
With Nino
Saat ini, Nino berada di kediaman lama mereka. Ia berdiri sendirian di sana dan tengah memikirkan sesuatu.
'Pada akhirnya, aku ada di sini untuk menghindari dirinya. Aku bahkan tidak mengerti mengenai apa yang kurasakan saat ini. Lagipula, dia juga tidak memiliki perasaan kepadaku.'
Ya, Nino selalu bertanya-tanya mengenai perasaan yang ada dalam dirinya. Terutama ketika keberadaan Naruto hadir di antara mereka, ia seakan-akan tidak bisa melepas momen itu dan justru tertarik ke dalamnya.
"Akhirnya kau kembali, Nino-kun …."
Mendengar suara yang ia kenal, membuat Nino menoleh ke asal suara. Ia dapat melihat ayahnya yang baru saja datang.
"Siapa yang kembali? Aku hanya ingin berjalan-jalan saja di daerah ini," balas Nino. Ia kemudian melanjutkan, "Satu lagi. Jangan menambahkan suffiks itu ketika memanggil namaku, Papa. Itu membuatku merinding."
Maruo merespon sembari menghampiri Nino, "Maaf tentang itu, Nino. Ngomong-ngomong, kudengar kalian semua dapat menghindari kegagalan ujian dan mendapatkan promosi kenaikan kelas. Pada akhirnya, kalian bisa melewati itu semua. Selamat …."
"A-arigatou …."
"Dengan hasil yang sudah kalian lalui dan capai, mau tidak mau papa harus mengakui kemampuan mengajar Uzumaki-kun. Setelah itu, kembalilah ke sini bersama yang lainnya."
Nino kemudian menggelengkan kepalanya, "Maaf, tapi aku tidak ingin kembali."
"Apa katamu?"
"Kami semua tidak ingin kembali dan kami hanya ingin tinggal bersama-sama di rumah kami yang baru. Itu adalah keinginan kami. Selain itu, kami semua juga sudah bertekad untuk tidak terlalu membebani Ichika. Maka dari itu, aku akan memutuskan untuk ikut bekerja."
Nino melanjutkan, "Pada awalnya, kami tidak berniat untuk bersikap mandiri. Kami bahkan tahu kalau melawan perintah papa bukanlah hal yang benar. Akan tetapi, keinginan kami yang kuat membuat kami bersedia untuk melakukan semua ini. Ditambah lagi, diriku merasa kalau semua yang kami sudah lakukan sejauh ini justru membawa perubahan dan kemajuan pada diri kami secara perlahan."
"Kemajuan? Sepertinya, itu terdengar kurang meyakinkan. Ayah sudah melihat rumah baru kalian. Menurut ayah, itu adalah sebuah kemunduran belaka yang kalian lalui."
Maruo kemudian melanjutkan perkataannya sembari menatap Nino dengan tajam, "Seharusnya, kalian mengingat keadaan kalian lima tahun yang lalu. Kalian tidak ingin hidup dengan situasi seperti itu lagi, bukan? Maka dari itu, berhentilah bersikap egois dan kembalilah bersama yang lain."
Mendengar itu membuat Nino tersentak. Dikarenakan ucapan ayahnya itu sangatlah frontal sesuai dengan kenyataannya. Akan tetapi, sebuah sinar cahaya datang dari arah jalanan dan semakin mendekati mereka. Membuat mereka kesilauan karena itu.
Di sana, Nino melihat Naruto yang datang mengendarai sebuah motor sport bertipe Kawasaki Ninja ZX-25R. Naruto berhenti tepat di depan mereka, turun dari motor dan melepas helmnya dengan santai.
"Yo, Nino. Aku mencarimu kemana-mana, tahu! Ayo kita kembali, yang lain sudah menunggumu …."
"Ah, ada tamu yang tidak diundang ternyata. Konbanwa, Nakano-sensei ...," tambah Naruto yang melihat Maruo, tentu saja ia menggunakan sedikit penekanan pada ucapannya. Maruo justru tidak merespon sama sekali.
Sementara itu, Nino justru menepuk dahinya sendiri karena situasinya menjadi seperti ini. Ia berpikir, 'Mengapa harus muncul situasi seperti ini? Apa yang harus kulakukan? Aku tidak bisa berdiam diri saja seperti ini, kan?'
"Nino, jalan yang kalian lalui adalah jalur yang penuh kesulitan. Kalian tidak akan sanggup untuk menyesali pilihan kalian. Maka dari itu, ikutlah denganku …."
"Apa ini? Seorang ayah tidak mempercayai usaha anak-anaknya sendiri? Pathetic," ucap Naruto yang bersidekap dada dan menyeringai untuk membalas ucapan dari Maruo. Ia melanjutkan perkataannya dengan santai dan naik kembali ke motor yang ia gunakan, "Pilihlah, Nino. Aku tidak akan memaksamu."
"Lihatlah kami, papa …," ucap Nino dengan tegas, ia tidak membutuhkan waktu yang lama untuk memikirkannya. Lalu, gadis itu berjalan ke arah Naruto. Ia mengambil satu helm yang memang sudah di siapkan Naruto dan memakainya. Setelah itu, ia naik ke motor yang Naruto kendarai.
"Pilihan yang bijak, Nino …."
"Aku tahu itu melebihi dirimu, Uzumaki. Jadi, lebih baik kau diam dan jalankan saja motornya …," balas Nino yang memalingkan wajahnya yang memerah, Naruto yang melihat itu hanya merespon dengan tawa kecil yang ia keluarkan.
Naruto kemudian menatap Maruo yang masih berada di sana sembari menyeringai, "Tenang saja, Nakano-sensei. Semua putrimu akan selalu aman bersamaku karena mereka selalu aku jaga dengan sangat baik. Kalau begitu, kami pergi dulu …."
Setelah itu, Naruto mulai menyalakan kembali motornya dan mulai mengendarainya dengan cepat untuk pergi dari sana.
.
[0_0]
.
With Naruto and Nino
"Bukankah aku sudah bilang kalau aku sudah tidak membutuhkanmu lagi?"
Naruto yang mendengar itu tertawa kecil dan berkata, "Ya, aku tahu. Tapi, kami semua ingin merayakan keberhasilan ini bersama-sama. Kami tidak akan memulainya jika tidak ada dirimu, Nino."
"Aku mengerti," balas Nino. Ia kemudian melihat motor sport yang Naruto kendarai sekarang dan berkata, "Ngomong-ngomong, motor siapa ini? Bagaimana kau bisa mengendarai motor sebesar ini, Uzumaki?"
Menyadari lampu lalu lintas menyala dengan warna merah, Naruto menghentikan motornya untuk mengikuti aturan yang berlaku. Setelah itu, ia menjawab, "Ini motor milik Iruka-nii, aku meminjamnya."
Naruto melanjutkan, "Soal itu, itu semua karena diriku sudah melakukan banyak pekerjaan. Bekerja sebagai salah satu kurir pengantar paket juga termasuk salah satu pekerjaan yang sudah kulalui. Pekerjaan itu juga yang memaksaku untuk membuat surat izin mengemudi …."
"Begitu ternyata, setidaknya alasanmu sangat jelas," ucap Nino. Gadis itu melihat sebuah kertas dari kantong celana Naruto, ia kemudian mengambilnya dan berkata, "Kertas apa ini? Apa ini kertas hasil ujianmu?"
"Oi, oi. Jangan main ambil sembarangan dan jangan dilihat isinya …."
"Tidak perlu takut, Uzumaki. Aku yakin kalau nilaimu itu seratus semua …," ucap Nino yang menyeringai dan membuka kertas itu.
Akan tetapi, ia seketika terkejut ketika melihat kertas hasil ujian milik Naruto. Dari kertas hasil ujian Naruto, ia melihat lelaki itu mendapatkan nilai 89 dalam bahasa Jepang, 97 dalam matematika, 94 dalam biologi, 91 dalam sejarah, dan 88 dalam bahasa Inggris. Total nilainya adalah 459.
"U-Uzumaki, kau …."
"Ada apa?"
"Ini semua pasti karena kami, kan?
Naruto tidak menjawab, ia kemudian melepas jaket yang ia gunakan dan memberikannya kepada Nino. Berhubung sistem lampu lalu lintas memakai sistem countdown timer, membuat Naruto merasa kalau hal itu masih bisa ia lakukan.
Nino pun dibuat bingung dengan hal itu, "Untuk apa ini, Uzumaki?"
"Pakai saja jaketku, angin malam tidak baik untukmu."
"Kau ini. Jangan mengalihkan pembicaraan kita, Uzumaki!"
"Siapa yang mengalihkan? Aku hanya mengatakan kenyataannya saja. Setelah itu, aku akan menjawabnya …."
Mendengar itu, Nino kemudian memakai jaket milik Naruto. Naruto yang melihat itu dari spion hanya tersenyum kecil. Setelah Nino selesai, ia berkata, "Aku tanya sekali lagi, apa nilaimu yang baru saja kulihat itu semua karena kami?"
"Tidak, aku tidak berpikir seperti itu. Aku tahu kalau manusia sepertiku sudah pasti akan mengalami kegagalan. Ditambah lagi, tidak ada manusia yang sempurna. Aku bukanlah diri-Nya yang memiliki kuasa untuk mengatur segala hal yang terjadi dalam kehidupan ini."
Naruto melanjutkan, "Lagipula, sebuah kegagalan itu bisa dibenahi. Aku bisa mengembangkan diriku sendiri setelah mengalami kegagalan yang kurasakan. Kalian juga begitu … jika kalian memiliki kemauan yang kuat dalam diri kalian sendiri, aku yakin kalau kalian juga bisa melakukannya suatu saat nanti …."
Mendengar penjelasan Naruto membuat Nino tersenyum kecil, ia tidak menyangka kalau responnya akan berbeda seperti yang ia ekspektasikan. Ia awalnya mengira kalau Naruto akan diam saja dan memilih untuk tidak menjawab.
Akan tetapi, ia justru mendengar lelaki itu yang menjawab dengan jelas tanpa ada kata-kata yang dapat menyinggung dirinya dan para saudarinya yang notabene adalah penghambat Naruto. Bahkan, Naruto masih saja memotivasi dirinya.
Terlepas dari itu semua, Nino sangat mengetahui beban yang Naruto pikul. Lelaki itu menghidupi adiknya dan mengajari mereka setiap minggunya, itu bukanlah hal yang mudah. Bahkan ia mengajari mereka tanpa di bayar, itulah yang sangat mengejutkan.
Usaha keras yang ditambah dengan sikap tulus dari dirinya membuat Nino sangat mengapresiasi dan membuat dirinya memberikan respect secara penuh kepada lelaki bermarga Uzumaki itu.
"Ngomong-ngomong. apa kau pernah naik motor dengan kecepatan tinggi, Nino?"
"T-tidak, memangnya ada apa?"
"Kau tahu kalau motor ini adalah motor sport, kan?"
Nino yang mendengar itu pun tersentak, "Jangan katakan padaku kalau kau ingin mengendarainya seperti yang kau ucapkan?"
"Bingo! Tumben kau menggunakan otakmu, Nino …."
"Kau menyindirku?"
Nino kemudian mencubit pinggang Naruto. Membuat Naruto mengaduh kesakitan, "Ittai, ittai! Kumohon hentikan itu, Nino! Maafkan aku …."
"Baiklah, baiklah. Aku memaafkanmu …," balas Nino yang melepaskan cubitannya. Setelah itu, ia memegang Naruto dengan erat.
Tepat setelah ucapan itu selesai, lampu lalu lintas menunjukkan pergantian menjadi hijau. Naruto yang melihat itu langsung menarik pedal gas motornya dan mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi.
Untuk Nino sendiri, ia tidak merasa takut. Ia merasa aman dikarenakan dirinya mempercayai kemampuan berkendara Naruto. Nino juga sekarang mengerti dengan apa yang terjadi pada dirinya, terutama mengenai perasaan yang ia rasakan saat bersama Naruto.
"Uzumaki, aku menyukaimu …."
.
.
.
To Be Continued
.
.
Notes : Fic ini terinspirasi oleh beberapa fanfic tertentu dengan crossover Naruto x Quintessential Quintuplets. Hmm, ini project kedua gua dengan tipe fic yang multichapter. Gua bikin alurnya semi-canon tapi dengan banyak perubahan.
Chapter 35 Up, untung gak telat sebulan karena nggak terlalu sibuk (Walaupun pertengahan oktober udah mau UTS, tetap jalan lah mayan.). Buat para reader semoga kalian tetap stay tune aja ye. Cukup doain gua biar banyak ide + sehat, secara perlahan nanti gua coba sebisa mungkin buat tamatin fic ini. Soalnya gua tim begadang buat ngelarin ini fic.
Next, gue gak bisa ngejawab review kalian satu per satu karena terlalu malas. Gua minimal baca review dari kalian, dan maksimal berakhir dengan baca PM dari reader or whoever else. Next. Jika fic ini diplagiat oleh oknum sampah yang nggak bertanggung jawab + tidak mendapat perizinan dari gua, bahkan gak naruh nama gua di tempat di mana dia ngepost cerita ini. Tolong bantu report / PM ke gua. Biar gua tinggal ikutan jadi tim report. Sebagai catatan, gua hanya memiliki akun FFN. Tidak ada yang di luar platform yang gua sebutkan.
Lagi dan lagi, gue ingin mempromosikan sesuatu di sini. Gue telah bergabung dengan sebuah Group Chat WhatsApp yang bernama Fanfic Community Indonesia, yang berisikan banyak author dan reader fanfiksi, bahkan platform lain. Di grup tersebut terdapat cukup banyak author senior, ataupun author baru seperti gue. Kepada siapapun yang berminat untuk bergabung, silahkan PM gue baik melalui web, ataupun aplikasi. Join with us! Feel like home! Let's move together!
Sepertinya hanya itu saja pesan gue kepada kalian. Sampai jumpa lagi. Jaa na!
FCI. Cursed-Eternal Out
