Title : 10 pm
Main Cast : Lu han, Oh Sehun dll
Rate : M
Author : ZeHunHanus
Warning : Typo ygy
Ini murni hasil imajinasi dari aku sendiri, dan maafkan jika masih ada kesalahan. Aku nulis juga karena gabut.
H
U
N
H
A
N
Luhan melihat jam yang menunjukkan pukul 10 malam, ini sudah malam hari tapi ia belum berniat untuk tertidur.
'seperti apa ya kota Seoul pada malam hari?' ucapnya dalam hati sambil menopang dagunya di jendela, ia memperbaiki letak kacamatanya.
Kota Seoul begitu indah pada malam hari, karena bangunan tinggi itu berkilau karena lampunya, belum lagi di jalanan orang berlalu lalang dengan santainya tak mengenal apa itu waktu tidur. Ia sering melihatnya di media sosial.
Jarak kota Seoul dari rumahnya tidaklah jauh, mungkin sekitar 15 menit tapi ia begitu takut untuk kesana. Belum lagi mamanya benar-benar melarang dirinya keluar malam. Padahal kan ia lelaki dan apa yang harus dikhawatirkan.
Luhan tersenyum kecut melihat lelaki yang lewat di depan rumahnya, lelaki itu memakai sepeda motor. Ia mengenal lelaki itu karena hampir tiap malam ia selalu lewat depan rumahnya. Apalagi ia tak pernah memakai helm jadi ia bisa melihat wajah lelaki itu dengan jelas.
'beruntungnya dia bisa kemana pun' Luhan mempoutkan bibirnya, iri yang ia rasakan setiap melihat lelaki itu.
"Luhan tidur sekarang, besok kau sekolah~" ucap mamanya. Luhan memalingkan wajahnya melihat mamanya berdiri di pintu kamarnya lalu tersenyum.
"iya aku tidur sekarang" Luhan menutup jendela kamar beserta gordennya yang berwarna putih itu.
Luhan merebahkan dirinya di ranjang ketika mamanya sudah pergi.
"ya sudahlah mending tidur saja, toh besok hari pertama sekolah, jangan sampai aku telat" Luhan menarik selimutnya mencoba tidur.
Luhan cukup gugup sekaligus bersemangat karena besok hari pertamanya sekolah, dan tak terasa ia sudah kelas 3 Senior High School. Ia berharap bisa bertemu dengan seseorang yang bisa membuat hidupnya berubah.
Luhan duduk di bangku memperhatikan pemandangan dari luar jendela, ia sudah menduganya jika tak ada perubahan di sekolahnya.
Ia masih duduk sebangku dengan Yixing, di depannya ada Baekhyun dan Kyungsoo lalu di belakangnya ada Chanyeol yang duduk sendiri.
Luhan bukannya tidak bersyukur karena ia bertemu teman-temannya lagi, ia sangat bersyukur Luhan tidak perlu menyesuaikan diri lagi bertemu dengan orang baru. Tapi ia hanya ingin sesuatu yang baru terjadi dalam hidupnya.
Sebentar lagi bel akan berbunyi tapi siswa-siswi di kelasnya masih berkeliaran layaknya anak kecil. Hufttt berisik sekali.
Luhan menelungkupkan wajahnya di meja, ia benar-benar bosan tapi untuk keluar kelas cukup malas.
Luhan mengernyitkan alisnya mendengar suasana kelas tiba-tiba senyap, padahal tadi berisik sekali.
"Kenapa sepi sekali?" batinnya bertanya.
Luhan mengangkat kepalanya dan melihat lelaki yang berjalan dengan percaya diri di tengah kerumunan siswa-siswi yang melihat dirinya.
"itukan Sehun anak nakal di kelas paling akhir, kenapa ia disini?"
"Kenapa Sehun yang brandalan di sini?"
"Sehun di kelas ini?"
sayup-sayup Luhan mendengar bisikan-bisikan siswa-siswi yang berbicara tentang Sehun.
Sehun merupakan anak kelas yang sesuai dikatakan siswa siswi jika ia adalah anak yang nakal, ia selalu bolos, bajunya tak pernah rapi, merokok dan juga kadang tawuran dengan sekolah lain.
Wajar saja kan siswa siswi yang lain heran dan bingung kenapa ia masuk ke kelas 3-3 yang merupakan kelas unggulan.
Luhan memicingkan matanya agar melihat wajah Sehun dengan jelas, sayangnya penglihatannya sangat buruk, ia tak dapat melihat wajahnya dengan jelas, ia hanya memakai kacamata jika diperlukan atau lagi ingin.
Sehun berjalan dengan percaya diri, menulikan telinganya mendengar bisikan tentang dirinya, toh yang mereka katakan adalah fakta.
Sehun langsung duduk sebangku dengan Chanyeol.
Chanyeol tertawa dengan konyolnya melihat wajah Sehun yang menampilkan ekspresi datar.
"Berhenti tertawa, bodoh" ucap Sehun yang duduk dekat jendela lalu menenggelamkan wajahnya di tangannya, ia benar-benar malas masuk sekolah.
Luhan, Yixing, Baekhyun dan Kyungsoo memalingkan wajah mereka fokus memperhatikan Sehun yang langsung duduk di samping Chanyeol.
Mereka dengan kompak berpikir kenapa Chanyeol mempersilahkan Sehun duduk di sampingnya? apakah mereka akrab?
Chanyeol yang melihat teman-temannya fokus melihat Sehun, ia langsung berdehem pelan. Dan dengan kompaknya lagi mereka langsung mengalihkan fokusnya terhadap Chanyeol.
Tak ada yang berani mengeluarkan suaranya untuk bertanya, mereka hmmm sepertinya takut kepada Sehun.
"Dia teman dekatku, kami tetangga" Kata Chanyeol yang sepertinya bisa membaca pikiran teman-temannya itu.
Mereka dengan kompak menganggukkan kepalanya mengerti lalu kembali fokus pada kegiatannya masing-masing kecuali Luhan.
Luhan memperhatikan lelaki yang duduk di belakangnya, ia sepertinya tak asing dengan lelaki itu.
Lelaki yang merasa diperhatikan itu seketika mengangkat kepalanya dan kedua mata mereka bertemu.
Luhan mengerjapkan matanya ketika menatap mata elang lelaki itu, dengan cepat ia berbalik.
Ia tahu lelaki itu, lelaki itu yang selalu lewat di depan rumahnya setiap pukul 10 malam.
Luhan sangat ingin bertanya setiap jam 10 malam dia kemana? apakah dia ke kota Seoul? bolehkah dia ikut?
Sehun menaikkan alisnya sebelah melihat punggung Luhan, apakah lelaki itu salah tingkah karena melihatnya?
'aku memang sangat tampan' batinnya percaya diri.
Sehun merasa asing dengan suasana kelasnya yang sekarang, ayolah dirinya dulu anak berandalan dan selalu bolos.
Ini semua karena guru BK itu, guru itu menyarankan untuk menempatkan Sehun di kelas unggulan agar katanya kecipratan rajin dan semua guru-guru menyetujuinya.
Ia bisa saja bolos tapi mengingat dirinya sudah kelas 3 dan ia tak ingin mengulang lagi, terpaksa ia akan jadi rajin selama 2 semester, tapi tidak perlu juga ia ditempatkan di kelas unggulan. Ia terbebani.
Ia harus menyesuaikan dirinya lagi di kelas baru ini, dan semuanya tampak nerd di matanya.
Ia masih harus bersyukur karena ada Chanyeol jadi ia tak perlu berhadapan dengan siswa-siswi nerd.
Sehun menyandarkan dirinya di dinding sambil memperhatikan guru yang menerangkan.
Ck, baru hari pertama sekolah sudah belajar, menyebalkan.
..
..
..
..
Sehun menghembuskan napasnya lega karena jam pelajaran kedua gurunya tak masuk. Sehun masih terlalu malas untuk ke kantin karena rasa ingin bolosnya akan bergejolak jika ia ke kantin.
Chanyeol dan teman-temannya-Baekhyun, Kyungsoo, dan Yixing- sudah menghilang, entah kemana.
Sehun melirik punggung siswa di depannya, kenapa ia rajin sekali? batin Sehun melihatnya sedang menulis.
Luhan langsung berbalik seketika setelah memberikan Sehun selembar kertas yang berisi tulisan.
'Kau selalu ke luar malam di jam 10 kan?'
Sehun mengernyitkan alisnya bingung membaca kertas yang diberikan lelaki yang belum ia tahu namanya.
"Ck, aku tidak mau menjawabnya melalui surat. Kekanakan sekali" ucap Sehun malas.
Luhan masih membelakangi Sehun, ia terlalu malu untuk mengajaknya berbicara tapi ia sangat penasaran.
Luhan berdehem pelan lalu berbalik badannya menghadap ke Sehun.
Sehun menatap Luhan malas, 'anak ini aneh sekali' batinnya.
"Kau selalu keluar malam di jam 10 kan?" tanya Luhan, persis dengan pertanyaan yang tertulis di surat.
Sehun menopang dagunya menatap Luhan.
"Aku tidak menjawab pertanyaan dari orang yang tidak aku kenal" ucapnya dengan nada datar
Luhan menghela napas kesal karena lelaki di hadapannya benar-benar memancing emosinya. Pantas saja dia dipanggil berandalan.
"namaku Luhan" ucap Luhan memasang senyumnya yang dipaksakan.
"Kau pasti sudah tahu namaku kan karena saat aku masuk ke kelas ini, semua sudah membicarakanku" jelas Sehun menyandarkan tubuhnya di dinding kelas.
Luhan hanya mengangguk kepalanya malas.
Hening, tidak ada yang memulai obrolan lagi.
'Hei dia tak menjawab pertanyaan ku' pikir Luhan kesal.
"Kau selalu keluar malam di jam 10 kan?" tanya Luhan sekali lagi, kesabarannya hampir habis.
"Kau penguntit ya? kenapa kau bisa tahu?" tuduh Sehun
Luhan menggigit bibirnya kesal, lelaki di hadapannya sekarang benar-benar mempermainkannya.
"ck untuk apa aku menguntitmu? aku selalu melihatmu lewat di depan rumahku jam 10 malam" Luhan membela dirinya atas tuduhan Sehun.
"Oh begitu ya" Luhan mengangguk mendengar ucapan Sehun. Ia hanya butuh jawaban iya atau tidak, astaga kenapa sulit sekali.
"Jadi itu kau kan?" tanya Luhan memastikan.
"Kalau iya kenapa? kalau tidak kenapa?" godanya, Sehun terkekeh pelan melihat wajah Luhan mulai memerah karena kesal. Menggodanya benar-benar menyenangkan.
"haaah~ sudahlah~" Desah Luhan kesal berbalik badan. Ia lelah berbicara dengan lelaki itu.
"Hei Lu~ Kau tidak mau tahu jawabannya?" panggil Sehun sambil mencolek bahu Luhan.
"Ck tidak mau, kau menyebalkan sekali" omel Luhan lalu menarik kursinya agak maju agar Sehun berhenti mencolek bahunya
Sehun tertawa melihat tingkah Luhan yang kesal pada dirinya.
Luhan duduk lagi dan lagi di depan jendelanya, menopang dagunya berpikir. Ini sudah seperti rutinitas malam untuknya.
Ia berencana mendekati Sehun agar bisa sekali saja ikut dia berkeliling di malam hari, tapi mengingat obrolan singkatnya dengannya, ia mengurungkan niatnya sepertinya lelaki itu menyebalkan.
"Luhaaan!!!" panggil seseorang menyadarkan lamunannya dan melihat lelaki yang memanggil dirinya, ya dia adalah Oh Sehun.
Sehun dengan sengaja menjulurkan lidahnya ke arah Luhan lalu membunyikan klakson motornya mengejeknya.
Luhan memicingkan matanya kesal lalu mengangkat jari tengahnya ke arah Sehun.
Sehun yang melihatnya hanya tertawa lalu melajukan motornya untuk berkeliling pada malam hari.
Luhan tiba di kelasnya lebih cepat, ya mungkin karena tidur cepat ia bisa bangun lebih pagi karena kesal Oh Sehun mengejeknya semalam.
Luhan mengeluarkan bekalnya, roti lapis yang dibuat oleh mamanya tadi, ia ingin merasakan sensasi baru, sarapan di kelas.
Luhan terlalu khidmat makannya tak sadar sudah ada yang duduk di belakangnya, yaitu Oh Sehun.
Sesuatu fenomena langka ia tidak terlambat, maksudnya tadi bisa tidur di kelas karena ia yakin kalau belum ada yang datang, ternyata ada yang lebih dulu darinya.
Sehun duduk di sebelah Luhan yang masih fokus memakan roti lapisnya, lelaki itu rupanya makan sambil menonton video di yo*tube, pantas saja lelaki itu tak sadar.
Sehun menopang kepalanya dengan tangannya, sikunya bersandar di meja.
Oh lihatlah lelaki ini, makannya berantakan sekali!
Sehun mengelap ujung bibir Luhan yang terdapat sedikit saus dengan ibu jarinya.
"Oomooo!!" pekiknya, ia sangat terkejut karena perlakuannya, ia tak sadar jika ia sudah tak sendiri di kelas.
Ia melihat Sehun yang memperhatikan ibu jarinya yang terdapat saus itu.
"Sejak kapan kau ada disini?"
Sehun menyodorkan ibu jarinya ke wajah Luhan, Luhan mengerjapkan matanya melihat ibu jari lelaki itu lalu melihat wajah lelaki itu, ia bingung.
"Bersihkan" titah Sehun.
"Hah?"
"bersihkan!"
Luhan refleks memasukan ibu jari ke mulutnya, pemilik ibu jari terkejut dengan perbuatan lelaki di hadapannya, ia tak bisa mengeluarkan sepatah katapun karena tindakan lelaki manis ini.
Ia dengan cepat menarik ibu jarinya lalu berlari keluar kelas meninggalkan Luhan yang masih kebingungan.
"dia kenapa?" Ia pun melanjutkan memakan roti lapisnya tak ingin ambil pusing.
"Astaga, apa maksudnya dia menghisap jariku?" monolog Sehun melihat ibu jarinya, tadi ia ingin membuatnya kesal tapi yang ada ia mendapatkan sebuah kejadian yang tak terduga.
Kejadian aslinya Luhan hanya memasukan ibu jarinya ke mulutnya, tapi yang Sehun tangkap di otaknya, lelaki manis itu menghisap jarinya saat membersihkan noda saos tadi, ia menanggapi berlebihan sepertinya.
Ia melihat pantulan dirinya di cermin, ia mendekatkan wajahnya di cermin, melihat wajah tampannya dari dekat.
Oh! Mengapa pipinya memerah? apakah dirinya salah tingkah karena lelaki manis itu?
tidak, tidak mungkin.
Ia tidak salah tingkah dengan lelaki itu, dirinya hanya terkejut, ya benar, ia hanya terkejut.
Lamunannya terhenti mendengar bel masuk sudah berbunyi. Sehun menghembuskan napasnya lemah, menjadi siswa kelas 3 sangat tidak menyenangkan.
Sehun memperhatikan punggung lelaki itu yang fokus memperhatikan guru.
Sepertinya ia lebih tertarik memperhatikan lelaki di hadapannya daripada guru yang menjelaskan itu.
Luhan menyandarkan punggungnya di dinding, ia merasakan ada seseorang yang memperhatikannya. Ia melihat dari ujung matanya, sepertinya mata tajam itu melihatnya, melihat dirinya.
Ia memegang pipinya dan jidatnya, apakah ada yang aneh?
"Apakah ada yang aneh pada wajahku Xing?" bisik Luhan
Yixing memperhatikan wajah Luhan dengan seksama, dari ujung rambut sampai ujung dagunya.
"Tidak ada Lu, wajahmu baik-baik saja"
Luhan merasa terganggu dengan Sehun yang melihatnya seperti itu, menatap dirinya tajam, sangat mengintimidasi. Membuat dirinya sedikit salah tingkah, Eh...
Luhan berdehem pelan, memperbaiki letak kacamatanya, lalu memperbaiki duduknya membelakangi Sehun lagi, lebih baik ia tidak tahu jika lelaki yang terkenal nakal itu sedang memperhatikan dirinya.
Waktu istirahat telah tiba, sebagian siswa-siswi lain ke kantin.
"Luhan, ayo ke kantin" ajak Yixing
Luhan menggeleng, Yixing mengangkat alisnya bingung.
"Kau tak lapar?"
"Aku lapar, tapi aku bawa bekal hari ini" Luhan mengeluarkan kotak bekalnya yang bermotif kayu itu dengan sebotol air minum.
Yixing mengerucutkan bibirnya kesal. "harusnya kau bilang, biar kita bawa bekal juga"
Kyungsoo dan Baekhyun mengangguk setuju dengan ucapan Yixing.
"Kau tak seru Luhan" seru Baekhyun kesal.
"Besok, kita harus bawa bekal nde!!!" Lanjut Baekhyun semangat.
"nde" ucap mereka kompak.
"Kalau begitu kami ke kantin dulu ya, atau kau mau makan bekalmu di kantin saja?" tanya Kyungsoo
Luhan lagi-lagi menggeleng, ia ingin merasakan sensasi makan di kelas.
"Tidak, aku ingin makan disini saja. sudahlah kalian ke kantin sana"
Trio itu mengangguk kepalanya kompak dan meninggalkan Luhan tanpa pamit(?).
"Heei, tunggu aku!" teriak lelaki tinggi itu, mengikuti trio itu ke kantin.
Sehun yang ikut mendengar obrolan sedari tadi langsung duduk di sebelah Luhan setelah mereka pergi. Entahlah rasanya ia tak mau berjauhan dengan Luhan.
Mengabaikan Sehun, ia melanjutkan makan bekalnya. Aroma makanan menyeruak ketika kotak bekal itu terbuka menyapa hidung mereka berdua.
Kruuuk
Luhan menatap Sehun mendengar perutnya berbunyi, oh sepertinya dia kelaparan.
Luhan mengulum bibirnya berusaha menahan tawanya, ia tak ingin membuat Sehun malu walaupun dia menyebalkan.
"Kau ke kantin sana jika kelaparan" Ucap Luhan mulai makan
"shiro, aku mau makan bekalmu saja"
"Hei, jika kau makan bekalku, bagaimana denganku?"
Sehun mengabaikan perkataan Luhan dan langsung merebut kotak bekalnya, nasi goreng dan telur gulung? pasti sangat enak.
Luhan memicingkan matanya melihat tingkah Sehun, ia mengerucutkan bibirnya kesal, seperti bebek.
"Aaaa" Ucap sehun mengarahkan sesendok nasi goreng itu ke mulut Luhan.
Luhan mengangkat alisnya sebelah, menatapnya bingung. Oh sepertinya otaknya tidak berjalan lancar hari ini, lemot.
"ayo cepat makan"
Luhan dengan penurutnya menerima suapan dari Sehun, Ia membawa bekal tapi kenapa ia yang disuap?
Luhan mengunyah makanannya dengan pelan, ia memperhatikan Sehun yang sibuk memakan bekalnya.
"Kau tahu Sehun..."
Sehun menatap Luhan dengan mengangkat alisnya bertanya.
"Kau memakan bekasku" Luhan terkekeh pelan, dan berharap Sehun langsung jijik dan tidak menghabiskan bekalnya.
"Oh begitukah?" Sehun langsung makan bekal Luhan, lalu menjilat sendok itu dengan sengaja.
Luhan menatap Sehun horor, begitu ganasnya ia menjilat sendok itu.Tampak sendok itu sangat basah karena air liurnya.
Sehun menyendokkan nasi goreng itu lalu mengarahkan ke arah Luhan, menyuapinya.
"cepat makan" perintah Sehun.
Luhan menggeleng kepalanya, ia jijik. bekas air liur Sehun menempel di sendoknya.
Sehun makin mengarahkan sendok berisi nasi goreng itu ke mulut Luhan, Luhan melototkan matanya karena sendok itu tepat di depan mulutnya.
Luhan langsung menerima suapan itu karena nasi di sendok itu hampir tumpah.
Sehun tersenyum kemenangan melihat lelaki di hadapannya memakan bekasnya.
"Sekarang kau yang makan bekasku"
Luhan menggigit bibir bawahnya kesal. Sialan!!!
Luhan mengerjapkan alisnya bingung, ia menerima pesan dari seseorang dan ia tak mengenal orang itu. Darimana ia mendapatkan nomornya?
From: 82XXXXXXXXX
Luhan, kau ingin ikut?
Ikut apanya? mengenalmu saja tidak, batin Luhan jengkel.
Apakah ia tidak tahu cara mengirim pesan dengan sopan, harusnya ia perkenalkan dirinya dahulu.
Luhan tak akan membalasnya, ia kesal dengan mamanya, lagi-lagi melarangnya untuk keluar, untuk menginap saja tidak diizinkan. Mamanya mengenal teman-temannya, tapi kenapa ia tak diizinkan juga?
Luhan melihat jam di handphonenya, sudah jam setengah 10, lebih baik ia tidur sekarang berharap suasana hatinya yang sedang buruk segera pergi.
Sehun sedari tadi melihat handphonenya berharap handphonenya segera berbunyi, ia dari tadi menunggu sebuah balasan tapi kenapa dia tak membalas pesannya juga.
'ugghh Luhan sombong sekali' pikirnya kesal.
padahal 30 menit lagi ia akan keluar untuk jalan-jalan dengan sepeda motornya.
Ia tadi meminta nomor handphone Luhan ke Chanyeol, ia berniat ingin menelpon Luhan tapi kata Chanyeol, Luhan tak akan mengangkat teleponnya jika nomor baru.
Sekarang ia sudah mengirimkannya sebuah pesan tapi tidak dibalas juga.
Salah mu sendiri kenapa tidak mengenalkan diri dulu. Kau bodoh Sehun.
Cklek
Sehun menghela napas gusar, mendengar suara pintu yang terbuka. Artinya appanya sudah pulang dan sebentar lagi akan ada keributan.
"RUMAH BERANTAKAN SEKALI!!!" Teriak appanya, Sehun menggenggam handphonenya menahan emosinya.
"Kau kerjanya apa sih?!!! bereskan rumah saja tak becus"
"Hei,Tuan Oh! Aku juga bekerja dan berantakan katamu?! apanya yang berantakan hah??!"
"Kau tidak lihat, sepatu tidak tersusu- YAK SEHUN KAU MAU KEMANA LAGI?!!" Sehun berpura-pura tak mendengar panggilan appanya.
Ia lelah hampir setiap malam selalu mendengar keributan orangtuanya. Hal-hal kecil selalu dibuat besar. Ia lelah, ia muak, ia ingin segera pergi dari rumah itu.
Sehun juga sebenarnya tak mau setiap malam keluar dari rumah, keluar malam yang ia sendiri tak tahu tujuannya kemana, tapi dengan begitu ia bisa menjernihkan pikirannya.
Ia bisa merasakan angin malam yang dingin tapi membuatnya ketagihan, ia juga bisa melihat kota Seoul dengan indahnya, ia bisa bertemu orang-orang baru yang menceritakan pengalaman uniknya.
Jika sudah jam 12 malam, ia akan kembali ke rumah karena orangtuanya sudah tertidur.
Sehun mulai menjalankan sepeda motornya, ia bisa mengajak Luhan jika ia lewat di depan rumahnya.
Ia tersenyum tipis mengingat kemarin malam mengejek Luhan, ia paham pertanyaan Luhan tentang ia selalu keluar malam di jam 10, lelaki itu pasti ingin ikut.
Ia baru tahu jika setiap malam ia keluar ada yang memperhatikannya. Kenapa ia tak sadar ya padahal Luhan benar-benar terlihat jelas di jendelanya. ya mungkin karena setiap malam ia keluar dengan perasaan marah.
Sehun berhenti di depan rumah Luhan, dan ia melihat ke kamar Luhan, kamarnya berada di lantai 2.
Oh kamarnya gelap sekali, apakah ia sudah tidur? tapi baru jam 10, kenapa cepat sekali tidurnya?
Ya sudah, seperti malam lainnya ia akan mengelilingi kota Seoul seorang diri.
Luhan menikmati akhir pekannya di kamarnya lagi, Mamanya benar-benar melarangnya untuk keluar dari rumah. Astaga, ia bisa gila jika di rumah terus.
Padahal Luhan dan teman-temannya berencana menginap di rumah Baekhyun tapi mamanya tak mengizinkannya. Ia tak mengerti kenapa mamanya seperti ini.
"Hufft bosannya~" Luhan memeriksa kotak pesannya dan membaca pesannya yang ia tak balas semalam. Ia penasaran tapi ia tak berniat membalasnya, jika memang penting pasti dia akan chat lagi.
Luhan memandang plafon kamarnya setelah meletakkan handphonenya malas, Ia takut dijauhi oleh teman-temannya karena ia tak pernah ikut berkumpul.
Apakah aku jadi anak nakal saja seperti Sehun?, monolognya.
Hari senin telah tiba dan saatnya menyambut hari baru dengan senyuman tetapi berbeda dengan lelaki yang berwajah manis itu, wajahnya sangat suram.
Luhan menjalankan kakinya dengan malas menuju kelasnya, apa yang ia akan jelaskan dengan temannya karena ia tak ikut di akhir pekan kemarin?
Padahal pasti sangat seru berkumpul dengan teman-teman mengingat tidak lama lagi mereka akan berpisah karena mereka sudah kelas 3 Senior High School.
Luhan menaruh pantatnya di kursi yang tak empuk itu dan menenggelamkan wajahnya di lipatan kedua tangannya.
Ia benar-benar malas ke sekolah, ia benar-benar merasa bersalah dengan teman-temannya.
Ia mendengar suara gesekan kursi di sebelahnya, Oh Yixing sudah tiba? Pagi sekali ia datang. Tapi tak peduli, ia malu bertemu dengan mereka.
"Kau sakit?" Seketika Luhan mengangkat kepalanya ketika suara itu masuk ke gendang telinganya, itu bukanlah suaranya Yixing.
"Apa?" Sehun bertanya karena Luhan menatapnya terus-menerus dan tidak berniat menjawab pertanyaannya.
"Aku baik-baik saja" Suara Luhan cukup terdengar pelan, ya ia tak semangat di pagi ini.
Sehun menatap Luhan dengan khawatir, Ia menempelkan punggung tangannya di kening Luhan, suhu tubuhnya normal.
"Kau yakin baik-baik saja?" Sehun bertanya memastikan.
"Aku bilang aku baik-baik saja!" Luhan seketika menutup mulutnya karena nada suaranya meninggi.
Sehun mendelik mendengar bentakan lelaki di hadapannya, ia hanya khawatir.
Sehun berdiri dari duduknya dan ingin pergi meninggalkan lelaki ini, dia membuat moodnya buruk di pagi ini.
Grep
Sehun menunduk melihat lengannya dipegang oleh lelaki ini. ia lalu mengalihkan pandangannya menatap Luhan yang sedang menunduk.
"A-Aku minta maaf" Ucapannya terdengar gagap membuat Sehun menghela napas pelan lalu kembali duduk.
"Suasana hatiku sedang buruk dari kemarin" lanjutnya. Sehun terdiam mendengar penjelasan Luhan, ingin tahu apa yang dia katakan lebih lanjut.
Luhan melirik Sehun sekilas karena lelaki itu terdiam, ia kira Sehun mengabaikannya, rupanya ia mendengarnya.
"Aku hanya lelah dengan ibuku yang selalu melarangku kemanapun, bahkan untuk keluar dengan teman-temanku, ibuku melarang" Luhan sedikit merasa lega telah menceritakan kegundahan hatinya karena ibunya.
"Kau tinggal pergi, kenapa harus meminta izin?" Sehun menyandarkan tubuhnya lalu melipat tangan di dadanya santai setelah mengucapkan kalimat itu.
"Ck, bagaimanapun aku harus tetap minta izin karena aku tak ingin membuatnya khawatir" Luhan memicing matanya ke arah Sehun, ia makin dibuat dongkol dengan ucapan Sehun.
"tapi kau tersiksa karena tak bisa menikmati masa mudamu" Sehun merubah posisi duduknya menghadap ke Luhan, ia ingin membuka pikirannya, sesekali membantah ucapan orangtua tidak akan langsung kiamat.
Luhan terdiam mendengar perkataan Sehun, ia mencerna baik-baik perkataanya dan yang dia katakan ada benarnya juga.
"Aku bisa tebak kau tidak pernah bolos kan?" Sehun mendekatkan wajahnya ke Luhan karena dia sedari tadi diam.
"Iya" Luhan mengucap kata itu pelan. Ia malu, wajah mereka terlalu dekat
"Kau ingin mencobanya?" Sehun menarik turunkan alisnya berusaha mengajak Luhan untuk mencoba bolos, sayang sekali jika dalam hidupnya tak pernah mencoba membolos.
"a-aku takut Sehun"
Sehun menggeleng, "tidak ada yang perlu ditakutkan, ayo kita membolos selagi orang-orang belum datang"
Sehun berdiri menarik tangan Luhan, Luhan pasrah saja ditarik lelaki di hadapannya, sejujurnya ia ingin mencoba bagaimana rasanya bolos.
Luhan menaruh kedua tangannya di pundak Sehun saat dibonceng, ia mengerjap matanya takjub dengan pemandangan kota Seoul.
Sehun melirik ke kaca spion motornya lalu menyunggingkan sebuah senyuman ketika melihat Luhan yang tersenyum, ia terpesona dengan senyumannya.
Sehun membawa Luhan ke sungai Han dan ia memberhentikan motornya di parkiran.
Luhan segera turun ketika motor sudah terparkir diikuti oleh Sehun.
drrtt drrtt drrttt
Luhan merasakan handphonenya bergetar, ia merogoh handphonenya di celananya itu, ia melihat layar handphonenya, nama Yixing terpampang dengan jelasnya, dia menelponnya.
"Jangan diangkat" Sehun merebut handphonenya, lalu menyembunyikan di belakang punggungnya.
"Kenapa?" Luhan hanya membiarkan handphonenya direbut
"dia pasti mencarimu Lu, dan nikmati saja bolosmu ini. tak perlu khawatir, besok kita masuk kok" Luhan mengangguk paham mendengar penjelasan Sehun. Sudah terlanjur juga ia bolos sekolah, sebaiknya ia menikmatinya.
"Kau tunggu aku di bawah pohon itu ya" Sehun menunjuk ke arah pohon, Luhan mengikuti ke arah yang ditunjuk yang tidak jauh dari tempatnya.
"Oke" Luhan berjalan ke arah pohon yang ditunjuk oleh Sehun.
Cukup sepi, mungkin karena ini hari senin dan hari kerja jadi tak ada yang kesini, hanya orang yang cukup berumur yang berlalu lalang dengan hewan peliharaannya.
Luhan duduk di bawah pohon dan menyandarkan punggungnya di batang pohon besar itu.
Angin sepoi-sepoi menyapa kulit wajahnya, rasanya sangat sejuk. Ia merasa sangat semangat karena ini pertama kalinya membolos. Ia berharap Ibunya tak mengetahui tentang ini, jika dia tahu, ia bisa pastikan nyawanya tak akan selamat. Ibunya sangat-
"Jangan berpikir hal yang buruk Lu" Sehun memecah lamunan Luhan lalu duduk di sebelahnya sambil membawa sebotol air minum dan dua kimbab segitiga.
"Ini untuk sarapan" Luhan dengan senang hati menerimanya, ia memang lapar.
"Gomawo" Luhan memakan kimbab segitiga itu dan bibirnya menyunggingkan sebuah senyuman karena rasanya sangat enak. Sehun hanya minum belum berniat untuk makan.
"Sebenarnya aku membawa bekal, tapi aku sudah lama tidak makan kimbab" Luhan berusaha membuat suasana tidak canggung karena mereka sedari tadi diam
"Kenapa? bukannya kimbab sudah seperti makanan sehari-hari untuk warga Korea"
Luhan menggeleng, "Tidak untukku, karena aku dan ibuku orang China, dan Ibuku sangat tidak bisa membuat kimbab, sangat sulit katanya"
"Aku baru tahu kau orang China"
"Itu karena kita baru kenal" Sehun mengangguk mendengar ucapannya.
Luhan telah selesai memakan kimbabnya, Sehun dengan pekanya memberikan Luhan sebotol air. Luhan menarik bibirnya ke atas karena Sehun adalah orang yang sangat baik baginya.
"Kau ternyata baik ya, padahal orang-orang di sekolah mengenal mu sebagai anak nakal"
Sehun meluruskan punggungnya lalu menoleh melihat wajah Luhan.
"Aku hanya bolos dan berkelahi Luhan, aku tidak melakukan kriminal"
Luhan memasang wajah datarnya mendengar perkataan Sehun.
"Okey bolos memang bukan hal kriminal tapi berkelahi? kau bisa menyakiti orang lain dan juga menyakiti dirimu sendiri" Luhan ikut meluruskan punggungnya berbicara dengan serius.
"aku berkelahi jika ada yang mengangguku lebih dulu"
"Tapi semuanya bisa diselesaikan dengan baik-baik Sehun"
"Kau tidak mengerti Luhan, jika ada orang yang memukulmu duluan apakah kau akan diam saja?" Sehun mendecak kesal dengan perdebatannya, kenapa ia yang disalahkan?
"a-aku akan melawan" Luhan mengucap itu dengan nada tak yakin, ia belum pernah berkelahi.
Sehun terkekeh mendengarnya. "Ah sudahlah Lu, aku juga sudah tidak ingin membuat masalah, karena selalu membuat masalah aku sampai masuk ke kelas unggulan" Sehun menghela napas kembali menyandarkan punggungnya di pohon besar itu.
"Bukannya bagus kau di kelas unggulan, kau jadi bisa bertemu denganku" Luhan mengucap itu dengan spontan membuat Sehun yang mendengarnya jadi salah tingkah.
Sehun tertawa pelan mendengarnya, "jadi kau senang bertemu denganku?" Sehun mendekatkan wajahnya ke wajah Luhan. sangat dekat.
"te-tentu saja" Luhan mengalihkan pandangannya saat berkata seperti itu, mengalihkan pandangannya agar mata mereka tak bertemu.
Sehun tersenyum tipis melihat Luhan salah tingkah, ia melihat bibir merah Luhan, ia salah fokus dengan bibir itu. Bibir itu seakan menggodanya untuk dicicipi.
"Aahh begitu rupanya" Sehun menegakkan badannya, menjauhkan wajahnya dari wajah Luhan, jika seperti itu ia akan berbuat nekat dan Luhan akan marah padanya.
Luhan menghembuskan napas lega, terlalu dekat dengannya membuat jantungnya tak bisa memompa dengan benar.
Hening, tak ada yang mulai obrolan lagi. Mereka sibuk mengatur jantungnya yang mulai berdetak dengan gilanya.
"Luhan, kenapa kau tak membalas pesanku?" Sehun akhirnya memecah keheningan, berusaha melupakan kejadian tadi.
"Pesan? maksudmu apa?" Luhan bertanya bingung.
"Dua hari lalu aku mengirimkan pesan, yang i-"
"Oohhh yang bilang ingin ikut?" Luhan memotong perkataan Sehun dan balik bertanya.
"Iya Luhan, kenapa tak membalasnya?"
"Salahmu sendiri kenapa tak perkenalkan diri dahulu" Luhan memutar matanya malas, ternyata pesan itu dari Sehun.
"aku kira kau akan membalasnya, simpan nomorku di kontakmu"
"Hei, handphoneku ada padamu" Luhan memutar matanya malas lagi, Sehun hanya terkekeh lalu mengambil handphone Luhan di kantong celananya.
"Apa passwordnya?" tanya Sehun.
Luhan menyebutkan passwordnya dan Sehun mulai memeriksa isi handphone lelaki rusa itu.
Sehun memeriksa semua pesan masuknya, ia sangat tidak sopan karena memeriksa privasi Luhan, tapi Luhan tak masalah dengan hal itu.
Sehun menarik bibirnya, tersenyum. Ia benar-benar senang karena Luhan tak memiliki kekasih jadi ia bisa mendekati Luhan dengan bebas.
mendekatinya? Sehun mengerjapkan matanya atas pemikirannya sendiri. Sejak kapan ia tertarik dengan lelaki?
Sehun melirik Luhan yang sibuk melihat pemandangan di hadapannya, melihat wajahnya dari samping, siapa yang tak tertarik dengan Luhan? lelaki itu sangat tampan, di satu sisi ia juga sangat manis. Semua orang juga pasti akan terpesona dengan paras Luhan yang indah.
Luhan mengalihkan pandangannya merasa ada yang melihatnya, Sehun langsung mengalihkan pandangannya melihat pergerakan Luhan, ia menunduk melihat handphone Luhan. Sangat malu telah ketahuan memperhatikan lelaki di depannya.
Luhan memiringkan kepalanya mengerjapkan matanya melihat gelagat Sehun.
"Sehun?"
"hmm?"
"ahh aniya" Luhan langsung mengalihkan pandangannya ke arah depan, melihat pemandangan di depannya.
Dahi Sehun mengkerut melihat Luhan, ia penasaran mengapa lelaki di hadapannya memanggilnya?
"Luhan, ayo nanti malam kita keluar?"
"malam?"
"Iya, jam 10 malam"
Luhan terlihat berpikir dengan ajakan Sehun, ia sangat ingin tetapi ia yakin, sangat yakin ibunya tak akan mengizinkannya.
"Ibuku tak akan mengizinkanku" Lirih Luhan pelan. Sehun tersenyum tipis, dia benar-benar anak penurut.
"Kau tak perlu minta izin padanya Lu, kau keluar diam-diam"
Luhan mendelik mendengar saran dari Sehun, bagaimana ia bisa keluar secara diam-diam, ibunya saja tidurnya selalu larut.
Sehun yang melihat Luhan berpikir lagi, membuka suaranya lagi-
"Kau keluar lewat jendela Lu, kapan lagi aku mengajakmu kan? jadi ayolah ikut" bujuk Sehun.
Luhan menghembuskan napasnya, ia benar-benar sangat ingin ikut, tapi benar perkataannya, ia harus mengambil resiko.
Sehun menyunggingkan senyumannya melihat Luhan mengangguk menyetujui ucapannya.
Sehun sudah menunggu di depan rumah Luhan, Sehun terkekeh melihat Luhan yang berjalan mengendap-endap seperti pencuri, ternyata dia tak nekat lewat jendela.
Luhan segera naik di motor sehun, dan menepuk bahu lelaki di depannya cepat.
Luhan menghembuskan napasnya lega ketika motor sudah berjalan menjauhi rumahnya, seketika bebannya terangkat. Untung saja ibunya tidur cepat jadi ia tak akan membuang kesempatan ini untuk keluar malam dan mengelilingi kota Seoul. Ia sudah lama mendambakan momen ini.
Luhan memejamkan matanya ketika angin malam menerpa kulit wajahnya, menikmati angin dingin itu tapi ia sangat suka.
Sehun tersenyum melihat pantulan wajah Luhan melalui kaca spion motornya. Oh Luhan kau sangat indah.
Luhan menatap antusias bangunan tinggi-tinggi, ia benar-benar sangat suka dengan cahaya lampu dari bangunan-bangunan yang mereka lewati.
"Sehun, kau beruntung sekali bisa menikmati ini setiap malam"
Sehun tertawa mendengar ucapan Luhan yang terdengar sangat semangat.
Sehun membawa Luhan ke sungai Han lagi, Luhan turun dengan semangat dari motor Sehun, dan ia benar-benar sangat bahagia bisa merasakan momen ini, ia sudah memimpikan ini sejak lama.
Sehun tersenyum lagi dan lagi karena Luhan, Sehun mengejar Luhan yang agak berlari karena lelaki manis itu sangat bersemangat, mungkin karena senangnya.
grep
Luhan menunduk melihat tangannya digenggam oleh Sehun, ia membalas genggaman itu dan menarik Sehun menuju jembatan banpo.
Luhan melepaskan genggamannya dan langsung berdiri di sisi jembatan itu, ia melihat pemandangan sungai yang benar-benar menyejukkan matanya.
"Indah sekali" ucap Luhan sangat antusias, Sehun berdiri di sisi Luhan dan sibuk melihat wajah itu, mata rusa itu berbinar-binar melihat pemandangan di hadapannya.
Sehun mengelus kepala Luhan lembut, "Ya sangat indah" katanya sambil menatap Luhan, ia tak bosan melihat wajah itu.
Aliran darah Luhan berdesir membuat kedua pipi Luhan memerah, pipinya bersemu merah bukan karena pujiannya tapi tatapan Sehun, ia salah tingkah.
Setelah berjalan di jembatan Banpo dengan puas, mereka langsung duduk di bawah pohon, cukup jauh dari keramaian.
ya sudah pukul 10 lewat dan sudah tak terlalu banyak orang yang berkunjung ke jembatan ini.
Sehun menyandarkan punggungnya di batang pohon besar itu, menengok ke arah Luhan yang sedang sibuk mengatur napasnya, sepertinya dia kelelahan.
Luhan ikut menyandarkan tubuhnya ke batang pohon lalu menengok ke arah Sehun sambil tersenyum.
"Aku sangat-sangat senang Sehun, aku sudah memimpikan ini sejak lama. Kau tahu, aku selalu iri saat melihatmu lewat di depan rumahku dan aku sangat bersyukur kau pindah di kelasku" Jelas Luhan, ia bercerita dengan sangat semangat. Tampak bahagia terpancar dari wajahnya.
"Terimakasih Sehun" Lanjut Luhan masih menatap kedua mata Sehun lalu tersenyum.
Sehun merasakan jantungnya berdegup dengan kencang melihat senyuman manis itu.
Sehun memajukan wajahnya mengikuti instingnya untuk mencium Luhan. Ia sudah tak bisa mengontrol dirinya lagi. Ia sudah terjatuh terlalu dalam pesona lelaki manis ini.
Luhan meremas celana trainingnya ketika wajah Sehun mendekat, ketika hidung mereka bersentuhan, Luhan memejamkan matanya cepat.
Luhan makin meremas celana trainingnya, jantungnya berdegup dengan kencang ketika ia bisa merasakan bibir kenyal itu menyentuh bibirnya, lembut.
Sehun hanya menempelkan bibirnya, ia hanya ingin merasakan bibir kenyal itu, ia ingin merasakan bibir merah muda itu, sedari tadi siang bibir itu sangat menggodanya.
Sehun segera menjauhkan wajahnya, ia tak ingin bertindak terlalu jauh karena lelaki di hadapannya akan marah.
Luhan membuka matanya perlahan merasakan Sehun menjauhkan wajahnya, Luhan menyukai bibir lelaki itu tapi kenapa dia hanya menempelkannya?
Di drama yang sering ia tonton, mereka selalu menggerakkan bibirnya ketika berciuman, tapi Luhan terlalu gengsi untuk memintanya.
Sehun berdehem pelan agar suasana canggung itu segera pergi dari mereka berdua. Lelaki tinggi itu merasa panik ketika Luhan hanya terdiam, apakah dia marah?
"A-Aku menganggap itu terima kasih darimu Lu" Sehun menggaruk lengannya tak gatal dan melihat ke sembarang arah tak ingin melihat wajah Luhan.
"Kenapa kau hanya menempelkannya?" Akhirnya Luhan memberanikan diri untuk mengatakan ini, Sehun suka berbuat seenaknya tapi kenapa dia sangat lemah dalam menciumnya. Luhan kesal.
"Maksudmu Lu?" Sehun tak mengerti maksudnya, Ia berusaha menahan dirinya agar tak melakukan yang lebih karena ia tak mau dijauhi lelaki rusa ini.
Luhan menarik tengkuk Sehun dan menempelkan bibirnya ke bibir lelaki itu, Sehun membelalakkan matanya melihat Luhan yang sangat berani.
Sehun memejamkan matanya ketika bibir Luhan mulai bergerak, menyesap bibir bawahnya lembut. Sehun tersenyum tipis lalu mulai membalas menghisap bibir atasnya, sangat manis.
Luhan menangkup pipi Sehun lalu mulai menggerakkan bibirnya, bermodal drama yang ia nonton, ia mulai mengeluarkan lidahnya dan menjilat benda kenyal itu.
Sehun merasakan bibirnya basah karena lidah Luhan, lelaki manis itu masih sibuk menjilat bibirnya, ia langsung memasukkan lidah itu dan menghisapnya.
Cukup lama lidah mereka bergulat, Luhan langsung melepaskan tautannya karena pasokan oksigen mulai menipis.
Luhan mendongak berusaha mengumpulkan oksigen sebanyak-banyaknya, Sehun menghapus jejak air liur di dagu Luhan menggunakan ibu jarinya sambil memperhatikan paras Luhan.
"Aku tidak percaya aku melakukan ini" Luhan mengucapkan itu masih berusaha mengatur napasnya, berciuman dengan Sehun benar-benar sangat nikmat. Andai saja ia tak kehabisan napas, ia bisa berciuman dengannya dalam waktu yang lama.
"Kau menyesal?" Tanya Sehun, Entahlah kemana sifat Sehun yang suka seenaknya, ia hanya tak ingin Luhan menjauhinya.
"Hei~ mana mungkin aku menyesal, ini sangat nikmat" Sehun mengerjapkan matanya ketika Luhan mengecup bibirnya sekilas.
Ia baru tahu Luhan yang memiliki wajah manis tapi aslinya dia sangat agresif, Luhan bisa berpikir jika ia adalah seseorang yang payah dalam hal dewasa.
Sehun tanpa ragu, langsung mencium bibir Luhan lagi. Toh Luhan menyukainya, ia seharusnya tidak menahan dirinya dari tadi, jika lelaki yang lebih pendek darinya itu sangat suka dengan hal seperti ini.
Luhan dengan senang hati menerima ciuman dari Sehun, bibir mereka kembali bertautan dengan panas.
Luhan membuka matanya ketika Sehun memasukkan tangannya ke hoodie-nya dan mengelus perut ratanya. Rasa geli dan nikmat ia rasakan.
Luhan memegang lengan Sehun ketika tangan Sehun mulai naik mengelus hal yang sensitif dari tubuhnya, tubuhnya langsung merinding merasakan putingnya dielus oleh Sehun.
Sehun menjauhkan wajahnya, melepaskan tautan mereka. Ia menyeringai melihat wajah Luhan yang menikmatinya, napasnya juga sudah memberat, berarti dia sudah bergairah seperti dirinya.
Sehun menyelusupkan kedua tangannya, mengelus kedua puting Luhan.
"Aahhh~" Desahan Luhan lolos dari bibir mungilnya, ia menatap Sehun dengan tatapan sayunya. Ini benar-benar nikmat.
"Kau suka Lu?" bisik Sehun di telinganya, ia sangat menyukai aroma tubuh Luhan.
Luhan dapat mendengar napas Sehun yang berat, membuat gairahnya makin naik. Ia ingin lebih tapi ia tak tahu, apalagi mereka berdua lelaki.
"Ke-kenapa kau berhenti?"
Sehun berdiri di hadapan Luhan, Luhan memiringkan kepalanya bingung.
"berdiri Lu" titah Sehun
Seperti anak penurut, Luhan langsung berdiri sesuai perintah Sehun.
Sehun langsung mencium Luhan lagi dengan napas yang memburu dan berat, Ia benar-benar tak tahan. Sehun benar-benar mencium Luhan dengan sangat agresif.
"mmhhh~" Desah tertahan Luhan ketika Sehun mengelus pahanya, ia merasakan kakinya akan lemas karena sentuhan Sehun.
"Yaakk! apa yang kau lakukan?" Luhan memekik dan matanya membelalak melihat Sehun menurunkan celananya tiba-tiba.
"sstttt~ jangan berisik Lu" bisik Sehun,
Luhan merasakan pipinya panas karena ia sangat malu, Sehun melihat kemaluannya, ini pertama kalinya ada yang melihat 'miliknya'
Sehun melihat ke arah Luhan, Luhan menutup wajahnya saat mata mereka bertemu, dia sangat menggemaskan saat malu.
Sehun memijit pelan kejantanan Luhan yang sudah menegang itu sambil memperhatikan wajah Luhan.
Luhan menggigit bibirnya menahan desahannya keluar, ini lebih nikmat dari ciuman tadi.
Sehun memasukkan kejantanan Luhan ke dalam mulutnya.
"Ja-jangan Sehun, itu- Ahhh"
Sehun menghisap milik Luhan, Ia mulai memaju mundurkan kejantanan Luhan sedikit cepat di dalam mulutnya.
Luhan menyandarkan tubuhnya di batang pohon itu sambil melihat sekitar, takut ada yang melihatnya.
Sehun benar-benar menghisap miliknya, ia tak percaya ini
Ia memegang dan meremas rambut Sehun melampiaskan kenikmatan ini.
"Aahhh, nikmathh Hun" Desah Luhan lalu menutup mulutnya dengan punggung tangannya, ia sangat ingin mendesah.
Sehun tersenyum mendengar desahan Luhan, andai saja mereka bukan di tempat umum, ia bisa mendengar desahan Luhan yang sangat seksi itu.
Sehun dapat merasakan kejantanan Luhan makin mengeras, menandakan ia sebentar lagi akan keluar. Sehun menghisap ujung kejantanan Luhan dengan kuat.
Napas Luhan makin memburu dan berat, sedikit lagi ia akan keluar.
"Sehunn Ahhhh~" Sehun merasakan cairan hangat di dalam mulutnya. Sehun langsung menjauhkan wajahnya dari kejantanan Luhan.
Seketika Luhan terduduk, ia tak kuat menopang tubuhnya setelah keluar. Tubuhnya lemas.
Sehun langsung mencium bibir Luhan, mengirim cairan milik Luhan ke mulutnya.
Luhan mengernyit ketika cairan aneh masuk ke mulutnya.
"Astaga, rasanya aneh sekali"
Sehun terkekeh mendengarnya membersihkan jejak cairan di bibirnya "Itu cairan mu Lu"
Luhan memperbaiki celananya, lalu menyandarkan kepalanya di bahu lebar Sehun ketika Sehun duduk di dekatnya.
"Sehun, tadi sangat nikmat" bisik Luhan, ia melingkarkan tangannya di perut Sehun, memeluknya erat.
"Kau menyukainya?"
Luhan mengangguk mengecup leher Sehun.
drrtt drrtt drrtt
Sehun merogoh kantongnya mengambil handphonenya, mematikan alarmnya karena sudah jam 12.
"ayo kita pulang Lu" Sehun berdiri, diikuti oleh Luhan, ia tak rela untuk pulang. ia masih ingin bersama lelaki ini.
Luhan tersenyum lalu berguling-guling di ranjangnya, ia masih mengingat kejadian tadi dan ia tak bisa tidur karenanya. Ia berciuman dengan Sehun tadi.
Ia sangat suka ketika Sehun menyentuh miliknya, dan Sehun tak jijik padanya.
Luhan harus menceritakan ini kepada Baekhyun melalui telfon, ia tahu ini sudah jam setengah 2 tapi ia benar-benar sangat semangat untuk menceritakan kejadian tadi. Baekhyun adalah orang yang tepat karena Baekhyun lebih berpengalaman darinya.
Tak ada yang tahu jika Baekhyun dan Chanyeol berpacaran, ia juga bisa tahu karena tak sengaja ia melihat mereka keluar dari toilet yang sama dengan penampilan yang agak berantakan, tentu saja Baekhyun meminta ini untuk merahasiakannya.
Luhan tersenyum lalu mulai menelpon Baekhyun
"Ada apa Luhan?"
"Kau tidak tidur kan?"
"Tidak Lu, dan tadi kenapa kau tak ke sekolah?"
"Aku tadi tak enak badan" Bohongnya, ia tak mungkin menceritakan kalau ia tadi bolos.
"Ohh begitu, jadi ada apa kau menelpon ku?"
"Datanglah besok di sekolah lebih cepat oke. Aku ingin menceritakan sesuatu yang sangat penting"
"Kau menelpon ku hanya untuk itu? Yaaakkk Lu-"
beeepp
Luhan mematikan telponnya tak ingin mendengar amukan Baekhyun. Ia bisa menebak lelaki itu pasti makin kesal karenanya.
"Astaga Luhan, aku benar-benar masuk pagi hanya untuk mendengarkan ceritamu. Jika ini benar-benar tidak menarik kau harus mentraktir ku 1 bulan" Omel Baekhyun, masuk ke kelas dengan menghentakkan kakinya kesal.
Luhan tersenyum mendengar omelan Baekhyun, ia sudah terbiasa lelaki ini marah karenanya. Dan ia sudah yakin jika Baekhyun benar-benar akan datang sesuai permintaannya karena jika si cerewet itu sudah penasaran ia akan melakukannya.
Baekhyun langsung duduk di samping Luhan.
"cepat cerita!" pekik Baekhyun
Luhan langsung mengulum bibirnya menahan senyumannya. Ia menarik napas pelan.
"Aku kemarin tak masuk bukan karena tak enak badan, tapi kemarin aku bolos"
"Ahaaa!!! Aku sudah tahu kau itu bolos kemarin, pasti kau kemarin bolos dengan Sehun kan?" selidik Baekhyun memicingkan matanya agar lelaki di hadapannya segera jujur.
Luhan tersenyum lebar lalu menganggukkan kepalanya dengan rona merah menghiasi pipinya.
"Ck aku sudah mencurigai kalian berdua, apalagi Chanyeol bilang Sehun meminta nomor handphone mu" Baekhyun melipat tangannya di dada, lalu menggelengkan kepalanya seperti mama yang lelah dengan tingkah anaknya
"Jadi Luhan kau menyuruhku ke sekolah di pagi buta begini untuk bilang kau bolos?" pekik Baekhyun mulai kesal, ia bisa tidur lebih lama daripada ke sekolah di pagi buta begini.
"bukan Baek, mendekatlah. karena ini benar-benar sangat penting"
Baekhyun mendekatkan kursinya ke arah Luhan, Luhan memajukan wajahnya, mulai berbicara pelan takut tiba-tiba ada yang datang dan mendengar ceritanya.
"Aku semalam berkeliling dengan Sehun di kota Seoul"
"Oke, terus Lu?" tanya Baekhyun mulai penasaran.
"Saat kita duduk di bawah pohon, kami berciuman"
"APAA? BERCI-" Luhan langsung menutup mulut Baekhyun karena ia sudah menyangka si cerewet Baekhyun akan teriak.
"jangan berisik isshh" Baekhyun menganggukkan kepalanya dengan mulut yang masih dibekap oleh Luhan.
Luhan melepaskan bekapannya,
"Bagaimana bisa kalian berciuman?" tanya Baekhyun berbisik tak ingin mulutnya dibekap oleh Luhan lagi.
"Aku juga tak tahu Baekhyun, dia yang menciumku lebih dulu. karena rasanya sangat nikmat, aku pasrah saja"
Baekhyun terkekeh mendengar perkataan Luhan yang cukup polos di telinganya.
"berciuman memang sangat nikmat Lu, aku dan Yeol juga sering melakukannya" Luhan mengangguk menyetujui ucapan Baekhyun.
"Tapi Baek, sebenarnya aku tidak ciuman saja dengan Sehun"
"apa itu Lu?"
"Sehun menghisap milikku"
Baekhyun membuka mulutnya, mengerjapkan matanya tak percaya dengan perkataan Luhan, Sehun berani sekali melakukan itu.
"Lalu kau menghisap milik Sehun juga?" tanya Baekhyun, makin penasaran dengan hubungan sahabatnya dengan Sehun.
Luhan menggeleng, "apakah harus?" Baekhyun mendelik melihat Luhan.
"Yaak Luhan, kau egois sekali, kenapa kau yang enak sendiri?"
"Huh? aku juga harus melakukan itu?" Luhan bertanya dengan tatapan polosnya
"Astaga, Sehun kasihan sekali, pasti ia sangat tersiksa karena kau tak memanjakan miliknya, begini Luhan jika kita berbuat dewasa, kita berdua harus sama-sama merasakan nikmat" jelas Baekhyun menekan kata dewasa agar lelaki rusa paham maksudnya.
"tapi Baek, aku tidak tahu caranya"
"Gampang Lu, caranya seperti kau memakan ice cream" Luhan mengangguk mendengar saran dari Baekhyun. Mencoba mencerna perkataannya, bagaimanapun ia benar-benar tidak tahu dan menonton film dewasa juga ia tak pernah.
Jam pelajaran telah dimulai, tentu saja pertanyaan kenapa ia tak hadir kemarin menyambutnya, Luhan hanya menjawab ia tak enak badan.
Luhan duduk dengan gelisah, beberapa kali ia menghembuskan napasnya. Ia benar-benar kebingungan dan perkataan Baekhyun tadi pagi terngiang-ngiang di otaknya.
Ia memikirkan Sehun, pasti lelaki itu sangat-sangat menderita karena ia tak memuaskan seperti yang Sehun lakukan padanya semalam, pantas saja ekspresinya semalam sangat aneh dan dia kebanyakan diam saat mengantarnya pulang. Ia sedikit merasa bersalah.
Ia menarik napasnya pelan lalu menulis di secarik kertas, memberikannya pada Sehun.
Sehun menaikkan alisnya bingung mendapat pesan dari Luhan.
Mata mereka bertatapan ketika Luhan berdiri hendak ke toilet, 'Baca itu' ucap Luhan tanpa mengeluarkan suaranya.
"Permisi Saem, aku ingin ke toilet" pamit Luhan yang dibalas anggukan oleh seonsaengnim.
Sehun menundukkan kepalanya ketika Luhan menghilang di balik pintu, ia membaca pesan yang diberikan Luhan.
'temui aku di toilet setelah aku keluar'
Sehun menuju toilet sesuai permintaan Luhan, sepertinya ini sangat penting sehingga dia menyuruhnya bertemu di toilet padahal mereka sekelas.
Sehun masuk ke toilet, tampak Luhan menyandarkan tubuhnya di bilik toilet yang paling ujung.
Luhan meneguk ludahnya ketika melihat Sehun menghampirinya, ia akan membahas tentang kejadian semalam.
"ada apa Lu?" tanya Sehun, Luhan hanya masuk ke dalam bilik toilet, ia membalikkan badannya melihat Sehun hanya diam mematung.
"kau juga ikut masuk Sehun"
Sehun melakukan perintah Luhan dan Luhan segera mengunci pintu toilet itu.
"Sebenarnya ada apa sih Lu?" tanya Sehun makin penasaran, kenapa ia harus berdua dengannya di toilet.
Ia dapat mencium aroma tubuh Luhan, oh dia memakai parfum capuccino. sangat unik tapi membuatnya candu dengan aroma tubuhnya.
"Kenapa kau tidak memintaku semalam melakukannya juga?"
Kening Sehun berkerut "Maksudmu Luhan?"
"Kau tidak memintaku-" Luhan menggigit bibir bawahnya, ia ragu mengatakannya tapi ia harus.
"menghisap milikmu" lirihnya, takut ada yang mendengar obrolan mereka.
Sehun bungkam mendengar ucapannya, ia tak menyangka Luhan akan membahas ini.
Sehun menunduk lalu berbisik di telinga Luhan "Aku tidak memintamu karena aku tak yakin kau mau melakukannya"
Tubuh Luhan menegang mendengar bisikan Sehun, sangat seksi di telinganya.
Luhan mengerjapkan matanya, mengatur napasnya yang tiba-tiba memberat. Luhan menyandarkan keningnya di bahu Sehun yang lebar itu.
"Aku mau Sehun" Luhan ikut membisik.
Sehun menangkup wajah Luhan lalu mencium bibir ranum itu, Lelaki yang dicium itu mengalungkan tangannya di leher Sehun dan sedikit berjinjit agar ciuman mereka semakin dalam.
Sehun benar-benar candu dengan bibir itu, rasanya sangat manis di bibirnya.
Luhan mulai membuka ikat pinggang Sehun dan menurunkan resleting celananya. Sehun melepaskan tautan mereka karena sedikit terkejut dengan tindakannya.
"Kau yakin Lu? ini di sekolah" Sehun memberi peringatan kepada Luhan,
Luhan hanya mengangguk dan mulai berjongkok di hadapan Sehun mensejajarkan wajahnya dengan "milik" Sehun.
Luhan menegup ludahnya ketika ia menarik turun pelan celana Sehun, milik Sehun masih tertidur.
Luhan mendongak dan menatap Sehun yang juga menatapnya. pandangan mereka bertemu.
Sehun mengelus poni Luhan, "Kau tidak perlu melakukannya ngghh~" Desahannya seketika lolos dari bibirnya ketika Luhan memasukkan milik Sehun ke dalam mulutnya.
Sehun menumpukan kedua tangannya di dinding toilet ketika Luhan mulai menghisap miliknya.
Ia dapat merasakan Luhan begitu kaku dan canggung menghisap miliknya tapi rasanya tetap nikmat.
Luhan berusaha mengingat cara Sehun mengulum miliknya semalam dan juga mengingat bagaimana caranya menjilat ice cream.
Luhan mengeluarkan milik Sehun dari mulutnya dan menggenggam milik Sehun yang mulai menegang.
'miliknya besar sekali, bahkan dalam genggamanku saja tidak cukup'
Luhan mengecup ujung milik Sehun kemudian menghisap ujung milik Sehun.
"Oh Luhan, ini benar-benar nikmat hmm" lirihnya pelan dengan desahan yang ia tahan sekuat mungkin.
Sehun menarik tubuh Luhan agar berdiri lalu memeluk tubuhnya dengan erat, Luhan membelalakkan matanya merasakan milik Sehun yang menegang itu di selangkangannya.
'ugh keras sekali'
Sehun mulai menggesek-gesekkan miliknya dengan milik Luhan yang masih tertutup oleh celananya.
Sehun dan Luhan tak dapat berpikir jernih, gairah sudah membutakan mereka, mereka tak sadar jika mereka melakukannya di toilet sekolah.
Milik Luhan mulai menegang, Ia merasa gila melakukan ini di sekolah, Sehun yang sibuk menjilat lehernya dan yang bisa ia lakukan hanya mendongak menikmati tindakan gila mereka.
Ini sangat nikmat, Sehun benar-benar tahu cara membuat dirinya mabuk kepayang.
Ia sampai tak sadar miliknya sudah digenggam oleh tangan Sehun, dan Sehun mempertemukan miliknya dengan milik Sehun. Menyatukan kejantanan mereka berdua.
Ada rasa iri melihat milik Sehun yang lebih besar dari miliknya.
"Ugh Luhan punyamu imut sekali" ucap Sehun mengejeknya.
"Cepat lakukan Sehun, nanti seonsaengnim mencari kita" Luhan meremas bahu Sehun, membuat seragam Sehun sedikit berantakan.
Sehun mulai menggerakkan tangannya cepat mengocok milik mereka berdua.
Bibir mereka bertemu dan mulai memainkan lidah mereka, saling melumat dan menggigit bibir dengan nafsu yang sudah di ubun-ubun.
Luhan melepaskan tautan mereka ketika merasakan sebentar lagi ia akan mencapai puncak kenikmatannya.
"Sehun aku mau keluar" bisiknya,
Sehun mengangguk dengan keringat yang menghiasi keningnya membuatnya makin seksi. "bersama lu~"
Sehun makin mempercepat tangannya mengocok milik mereka berdua, mereka dapat merasakan milik mereka sudah makin menegang menandakan milik mereka sebentar lagi mencapai puncaknya.
"Aahhh~" Desahan mereka setelah mencapai puncaknya.
Cairan putih mereka bercampur, Sehun dengan sigapnya mengambil tissue untuk mengelap jejak cairan mereka.
Luhan tersenyum tipis mendapat perlakuan Sehun, dia benar-benar bisa membuatnya terpesona karena tindakannya yang begitu gentleman.
Sehun mengecup bibir Luhan sekilas.
"Ayo kita kembali ke kelas, ini sudah hampir pergantian jam"
Baekhyun tersenyum mesum melihat Sehun dan Luhan yang masuk ke kelas bersama dengan penampilan yang sedikit berantakan. Baekhyun juga menyadari bibir Luhan yang sedikit bengkak. Ia sudah tahu mereka pasti melakukan yang 'iya-iya'
"Kenapa kalian lama sekali?" tanya Seonsaengnim begitu mereka berdua masuk ke kelas.
Luhan menunduk mendapatkan pertanyaan seperti ini, berbeda dengan Sehun yang memasang wajah datar andalannya. Ia sudah terbiasa dengan situasi seperti ini.
Luhan dan Sehun hanya terdiam, tidak mendapatkan jawaban, Seonsaengnim menghela napas. "Ya sudah sana duduk"
"nde saem" Luhan dan Sehun membungkukkan badannya lalu menuju tempat duduk mereka masing-masing.
Luhan menggigit bibir bawahnya masih tak menyangka ia melakukan hal seperti ini di sekolah. Ia merasa doanya dikabulkan karena hidupnya benar-benar berubah karena lelaki itu, dia adalah Oh Sehun.
END
Aku balik lagi dengan FF gaje ini, semoga ada yang baca, aku sadar sih ffn udah sedikit banget yang baca tapi ya aku gabut aja jdi coba nulis FF Hunhan.
Aku sangat menantikan review dari kalian, bisa kritik dan sarannya asal jangan bash ya.
Tolong ya direview ff aku TT)
SEMANGAT SEHUNNIE UNTUK WAMILNYA
Saranghae~
HUNHAN JAYA~ JAYA~ JAYA~
