July 17 2014
Draco dan Carina tidak datang besok atau lusa tapi mereka datang satu minggu kemudian. Sesuatu terjadi di Gringgots Inggris. Draco sebagai salah satu Pemecah Kutukan harus berada di sana. Sayangnya, Hermione tidak tahu apa yang terjadi. Ia mencoba mencari tahu dari koran tapi tidak ada apa pun tertulis di sana. Draco juga tidak memberitahunya. Ia tentunya bertanya pada Draco tapi dia berucap dengan nada yang menyebalkan, "Ini Top Secret, Granger. Jadi, aku tidak bisa memberitahumu." Hanya itu yang dia katakan.
Namun, mereka kini sudah berada di Spanyol. Mereka tiba tadi siang setelah menempuh perjalanan udara selama kurang lebih 2 jam dari London ke Barcelona. Hermione tidak terkejut begitu tapi mereka memilih perjalanan ala muggle ketimbang menggunakan portkey. "Aku melakukan itu demi Carina." Itu alasan yang Draco berikan saat tadi ia bertanya kenapa tidak menggunakan portkey saja. Meskipun dia melakukannya demi Carina, Draco sepertinya tidak menikmati perjalanannya tadi. Dia tidur sepanjang hari karena merasa kepalanya tidak berada di tempatnya. Aneh sekali, pikir Hermione. Dia adalah pemain quidditch. Terbang dengan sapu lebih mengerikan daripada naik pesawat, tapi kenapa dia malah pusing bepergian dengan pesawat?
Hal menarik dari kedatangan Draco dan Carina adalah reuni antara Carina dan Scorpius sangat menggemaskan. Keduanya bagai teman lama yang tidak bertemu bertahun-tahun. Rasanya seperti saat Hermione kembali bersama Harry dan Ron ketika ia menjadi beku karena melihat bayangan mata Basilisk. Hermione saat itu tidak ragu memeluk Harry. Begitu juga yang Carina lakukan, anak cantik itu tidak ragu memeluk Scorpius dan kerap kali mengatakan kalau dia merindukannya.
Scorpius pun juga menunjukkan perasaan yang sama. Dia tidak malu mengekspresikan rasa rindunya pada Carina.
Pemandangan itu membuat hati Hermione terasa hangat.
Mereka berempat akhirnya bertemu lagi. Berkumpul di tempat dan waktu yang sama. Jika tidak ada Blaise tadi, suasana akan menjadi sangat canggung. Blaise menjadi penengah antara Hermione dan Draco yang begitu kaku dan jembatan bagi Scorpius dan Carina saling berbagi perasaan bahagia mereka.
Malam hari adalah waktu yang dinantikan oleh Hermione. Kini akhirnya ia akan melakukan percakapan dengan Draco, Scorpius, dan Carina. Ia sangat menunggu saat ini sejak satu minggu yang lalu. Ada banyak pertanyaan yang ingin ia tanyakan sebanyak pernyataan yang ingin ia nyatakan ke ketiga orang yang saat ini, mau tidak mau Hermione akui, menjadi sosok paling penting dalam hidupnya.
Tadinya ia ragu ketika memberikan ide pada Draco. Di luar dugaan, dia menyetujuinya.
"Kau bisa memulai jika kau mau," ucap Draco santai.
Keempatnya duduk santai di ruang tamu Blaise. Mereka duduk di atas permadani hias yang menutupi hampir seluruh lantai ruang tamu. Hermione duduk di sudut sofa berwarna abu-abu, bersandar pada sofa tersebut, mengesampingkan fakta kalau Draco duduk di seberangnya, punggungnya lurus, tegak, dan tampak kaku. Scorpius dan Carina duduk berdampingan di ujung sofa.
Hermione merapatkan bibirnya, berdehem lalu memberikan perhatiannya pada Scorpius dan Carina. Ia tersenyum pada kedua anak kecil itu sebelum bertanya, "Apa kalian senang bisa bertemu lagi?"
Scorpius mengangguk sembari tersenyum, bergantian menatap ibunya dan Carina.
Di lain sisi, Carina tidak memberikan respons yang Hermione harapkan. Yang ia tahu, Carina adalah anak yang penuh semangat versi sopan. Dalam artian, dia bisa leluasa mengekspresikan dirinya tapi tahu batasannya. Alih-alih menunjukkan ekspresi, Carina menahannya, tidak yakin harus bereaksi seperti apa.
"Bagaimana denganmu, Carina?"
Carina kini tersenyum. Dia menoleh pada ayahnya, dan ketika ayahnya mengangguk, dia menjawab, "Aku senang sekali."
Jawaban Carina cukup membuat Hermione puas. Ekspresinya juga lebih baik. "I, mengingat kalian akhirnya sudah berada di sini," perhatiannya kini terbagi untuk Carina dan Draco, "Aku yakin kalau Carina, dan juga kau, Scorpius, kalian tahu alasan kenapa Kita berada di sini sekarang."
Kedua anak kecil berambut pirang pun mengangguk. "Apa salah satu di antara kalian ada yang ingin berbagi apa yang kalian pikiran?"
Keduanya diam.
"Carina?"
Anak kecil yang cantik itu kembali menoleh pada ayahnya, dan setelah kali dua ayahnya mengangguk, Carina memberikan jawabannya.
"Aku pikir Aku akan senang jika Aku memang bersaudara dengan Scorpius."
Hermione pun tersenyum. Meskipun ada sedikit harapan ia juga menjadi alasan gadis itu senang, tapi jawaban Carina sudah lebih dari cukup.
"Kalian berspekulasi cukup lama dan sepertinya spekulasi kalian benar," ucap Hermione tanpa maksud menakuti kedua anak di depannya tapi mereka tampaknya tidak menangkap maksud Hermione. "Aku tidak marah pada kalian, Aku pikir Mr Malfoy juga," Ia mendelik pada Draco yang ternyata sejak tadi memperhatikan dirinya.
"Aku dan Scorpius tidak hanya berspekulasi," ucap Carina. "Pertemuan kami memang sebentar tapi setiap pertemuan itu, sebisa mungkin Kami membahasnya. Kami senang dengan spekulasi yang kami buat."
"Mum, apakah sebelum ini, Mum atau Mr Malfoy tidak berpikir seperti yang Aku dan Carina pikirkan?" tanya Scorpius tanpa ragu.
"Aku tidak tahu soal ibu kalian tapi Aku berspekulasi sama seperti kalian."
Ibu kalian. Draco sepertinya tidak sadar ucapannya barusan membuat Hermione bergeming. Dia menjawab pertanyaan Scorpius. Ekspresinya lembut begitu dia melihat Scorpius tersenyum dan terlihat puas akan jawaban Draco.
"Kenapa Dad diam saja?" tanya Carina curiga.
Draco menaikkan kedua bahunya. "Ayah pikir ayah takut kalau ternyata mereka ada orang yang berbeda."
"Tapi Kami adalah orang yang sama," sambung Hermione percaya diri. Ia percaya akan ingatannya meskipun bisa saja seseorang yang melakukan ini padanya tidak hanya menghapus memorinya tapi juga memanipulasi pikirannya. "Aku yakin Aku adalah Hermione Granger." Kepercayaan dirinya meningkat juga karena Draco.
"Dan alasan Kita semua berada di sini karena besok Kita akan melakukan tes. Di rumah sakit muggle juga di St. Archangel."
St. Archangel adalah rumah sakit penyihir di Spanyol, satu-satunya dan terbesar.
"Apa ada kekhawatiran pada kalian untuk tes besok?"
Baik Scorpius dan Carina menggeleng.
"Tapi, Aku berpikir satu hal, Dad," ucap Carina tampak ragu. Lagi-lagi dia menunggu persetujuan Draco untuk berbicara. "Bagaimana jika hasilnya negatif? Bagaimana jika Scorpius bukan saudaraku dan Miss Hermione bukan Miss Hermione?"
Hermione tersenyum tipis akan pertanyaan Carina. Sebelumnya, anak perempuan cantik itu memanggilnya Miss Mia. Ia tidak merasa sedih atau aneh tapi mendengar Carina menyebutnya Miss Hermione tadi, rasanya sedih sekali. Rasa yang sama jika Scorpius memanggilnya Miss Hermione karena ternyata ia bukan ibu dari Scorpius. Di satu sisi, Carina mungkin bingung harus memanggil dan menyebut Hermione dengan panggilan apa? Mungkin itu juga alasan kenapa Carina tidak berinteraksi dengannya sejak mereka datang tadi siang.
"Aku sudah memikirkan itu," jawab Hermione. Draco mengerutkan dahinya sebagai respons atas jawaban Hermione terhadap jawaban Carina. "Jika hasilnya negatif, maka Aku dan Scorpius akan tetap di sini, menjalani hidup seperti biasa. Aku juga mungkin akan meminta sedikit bantuan dari ayahmu untuk mencari tahu siapa Kami sebenarnya."
"Aku tidak ingin hasilnya negatif," seru Scorpius. Suaranya tinggi, terdengar marah dan kecewa. Dia ingin memotong ucapan ibunya dan mencegah ibunya untuk membuka mulut. "Bagaimana mungkin Mum berpikir kalau tesnya akan negatif? Apa Mum tidak percaya dengan pikiran Mum sendiri? Mum bilang padaku kalau sebagian memori yang Mum ingat adalah memori Mum sejak Mum kecil sampai setelah perang. Mum adalah Hermione Granger. Dan setelah itu Hermione Granger menikah dengan Draco Malfoy dan mereka mempunyai anak kembar. Apa itu tidak cukup untuk membuat Mum yakin akan pikiran Mum sendiri?"
Baru saja Hermione ingin menjawab pertanyaan Scorpius, Draco memberi isyarat untuknya agar diam. Hermione menurut saja tanpa protes.
Ini pertama kalinya Scorpius meninggikan suaranya.
"Pertama-tama" ucap Draco pada Scorpius juga Carina. Suaranya berat, terdengar marah tapi tetap tenang. Meskipun tampak marah, dia terlihat rileks. "Mari kita sepakat untuk tidak meninggikan suara kita masing-masing, setuju? Kau boleh marah, Scorpius. Kau juga boleh, Carina. Tapi, kalian tidak boleh meninggikan suara di depan kami. Di depan ibu kalian. Kalian mengerti?"
Hermione kembali bereaksi akan perkataan Draco. Di depan ibu kalian. Ibu kalian. Ia menatap lurus Draco, menginginkan pria itu menjelaskan saat itu juga maksud dari ucapannya tapi Draco lagi-lagi tidak menyadarinya. Dia masih memberikan perhatiannya kepada kedua anak kecil di depannya. Kedua anak itu menunduk. Diam. Reaksi yang diberikan keduanya sama, bahasa tubuhnya pun demikian. Mereka berdua tidak menyangka Draco akan bereaksi cukup keras akan pertanyaan Scorpius. Sepertinya, bukan karena pertanyaannya, tapi karena suara Scorpius meninggi saat melontarkan pertanyaan.
"Kami tidak marah pada kalian," tambah Draco. Kali ini suaranya lebih lembut. "Tidak padamu, Scorpius." Perlahan Scorpius dan Carina mengangkat kepalanya. Ketakutan pada wajah keduanya perlahan menghilang. "Percakapan malam ini akan berhenti jika salah satu dari kalian meninggikan suara kepada Kami lagi. Dan kalian akan menerima apa pun yang putusan kami. Kalian paham?"
Keduanya mengangguk tanpa membantah.
Hermione merasa terenyuh atas sikap Draco. Mungkin ini yang terjadi jika 8 tahun kehidupan mereka tidak terengut. Ia sudah pernah melihat Draco tegas pada Carina tapi tidak pada Scorpius. Beberapa kali mereka menghabiskan waktu bersama sebelum ini, Scorpius beberapa kali menunjukkan sikap yang tidak baik, Draco tidak melakukan apa pun seperti memberikan nasihat atau semacamnya pada Scorpius. Mungkin dia tahu bukan posisinya untuk memberikan nasihat pada Scorpius. Tapi, sikap Draco tadi membuat Hermione takjub.
"Maafkan Aku, Mum," kata Scorpius. "Aku tidak bermaksud meninggikan suaraku."
Hermione mengangguk dan tersenyum pada anaknya.
"Sekarang," kata Draco sebelum Hermione dapat berbicara. "Aku tidak tahu apa kalian akan mengerti tapi Aku tahu kalian anak yang pintar. Yang harus kalian tahu adalah bisa saja seseorang memanipulasi memori ibu kalian. Memorinya saat ini bisa saja milik orang lain. Tes yang akan Kita lakukan besok tidak hanya untuk membuktikan apakah kami memang orangtua kalian tapi juga bisa memperlihatkan siapa Hermione dan Scorpius sebenarnya jika ternyata mereka bukan Hermione dan Scorpius."
"Apa yang ibu kalian ucapkan tadi bisa kita diskusikan lagi setelah hasilnya keluar. Hal ini tidak mudah baginya, bagiku, bagi kalian berdua. Kami mengajak kalian berbicara karena kami ingin tahu apa yang kalian pikirkan dan juga rasakan. Segala keputusan yang akan kami buat nantinya juga berdasarkan pendapat kalian. Dan keputusan tidak bisa dibuat jika salah satu dari kita marah. Aku berharap kalian mengerti."
"Aku mengerti, Dad," kata Carina pelan. "Aku sendiri tidak ingin hasilnya menjadi negatif. Seperti yang ayah katakan kemarin, hasilnya tidak mungkin negatif. Tapi Aku tidak bisa tidak berpikir seperti itu."
"Aku juga," tambah Scorpius sama sekali tidak ragu bersuara meskipun tadi sempat ditegur. "Aku tadi kecewa pada Mum karena tidak bertanya padaku dan memutuskan sendiri."
"Kami akan mengikutsertakan kalian dalam setiap pengambilan keputusan," kata Draco. "Aku ingin kalian juga paham bahwa jika seorang penyihir yang pernah dipermainkan pikirannya akan mendapat sedikit kesulitan. Seperti ibu kalian. Tapi, Aku pikir, ibu kalian melakukan segala sesuatu dengan baik sejauh ini. Mungkin efeknya belum terlihat tapi bisa jadi tidak berefek sama sekali. Dan yang paling merasa kesulitan akan semua ini adalah ibu kalian. Jadi, kalian harus bersikap baik, ok?"
Scorpius dan Carina mengangguk.
"Maafkan aku, Mum."
"Maafkan kami juga karena tidak pernah membicarakan ini dengan kalian," ucap Hermione.
"Lantas, jika hasilnya positif, apa yang akan kita lakukan?" kini Carina yang bertanya.
Hermione sudah memikirkan ini. Ada banyak skenario yang ia buat selama satu minggu jika hasilnya positif. Satu yang paling mungkin terjadi adalah ia dan Scorpius kembali ke Inggris. Tapi, mereka tidak punya tempat tinggal. Selain itu, ia tidak bisa begitu saja mengganti identitasnya dari Mia Blanco menjadi Hermione Granger. Dunia sihir Inggris tidak mengetahui kalau Hermione Granger masih hidup. Dengan pembunuh yang masih berkeliaran di luar sana, posisi Hermione dan Scorpius juga Draco dan keluarga bisa jadi tidak aman.
Skenario lain yang ia pikirkan adalah kembali ke Inggris dan tinggal di rumah Draco. Buruk sekali memang. Ia hanya pernah satu kali ke sana. Bukan kunjungan yang menyenangkan. Namun, mengingat ia menikah dengan Draco, mereka sudah pasti tinggal di rumah besar menyeramkan itu. Mereka menikah, Hermione menjadi nyonya rumah itu. Dirinya di masa lalu pasti melakukan sesuatu agar rumah besar menyeramkan itu menjadi tempat yang layak huni.
"Kita bawa ibu dan kakakmu kembali ke rumah," kata Draco lugas.
Jantungnya berdebar begitu mendengar jawaban Draco. Terlalu cepat dan tidak bertele-tele. Hermione tidak siap akan hal itu. Bukan jawaban yang ia inginkan juga. Ada kesepakatan kalau keduanya akan mendiskusikan segala sesuatu tapi sepertinya tidak untuk yang satu ini.
"Ke rumah besar yang Carina ceritakan?" tanya Scorpius pada Draco dengan mata berbinar.
Hermione tidak tahu apa yang Carina ceritakan pada Scorpius soal rumahnya tapi ia melihat Draco mengangguk, tersenyum, dan menjawab pertanyaan Scorpius, "Rumahmu. Tempat lahir kalian."
Scorpius tertawa pelan dan senang akan jawaban Draco. Hermione tidak dapat menahan diri untuk tidak tersenyum. Jadi, ia melahirkan Scorpius dan Carina di rumah.
"Apa Mum menginginkan itu juga? Pulang ke rumah?" tanya Scorpius penuh harap.
Hermione ingin menjawab tidak. Rumah Draco atau yang disebut dengan Malfoy Manor bukanlah rumahnya. Ia ingin kembali tinggal di rumah orangtuanya tapi ia sendiri tidak yakin jika rumah itu masih ada. Ia tahu rumah itu tidak dijual oleh orangtuanya ketika mereka pergi ke Australia, tapi ia tidak tahu kabar terbaru mengenai rumah masa kecilnya. Draco memang mengatakan kalau orangtuanya kerap berkunjung ke Inggris tapi Hermione tidak tahu di mana mereka tinggal. Ia tidak pernah benar-benar bertanya.
Jika memang rumah tersebut sudah tidak ada, maka ia tidak tahu di mana rumahnya. Ia tidak punya rumah saat ini. Tapi, ia tahu Scorpius selalu menginginkan ini. Anaknya selalu ingin keluarga yang utuh dan tinggal di tempat yang layak yang bisa disebut rumah olehnya. Dan, kemana pun Scorpius ingin pergi, Hermione akan mengikutinya karena Scorpius adalah rumahnya.
"Tentu saja," kata Hermione mengesampingkan kegundahan hatinya. "Mum akan senang sekali jika kita pulang ke rumah."
Setelah mengatakan itu, Hermione memberikan perhatiannya kepada Scorpius dan Carina karena ia tahu Draco Malfoy sedang menatapnya. Ia tidak bisa jika matanya bertemu dengan mata biru kelabu Draco. Tidak jika dia menatapnya penuh dengan kerinduan. Merlin! Ini terlalu berlebihan untuk hatinya saat ini. Pria itu bukan Draco Malfoy di ingatannya saat ini.
"Grand-père dan grand-mère akan senang sekali," imbuh Carina. "Apakah kita juga akan ke Australia? Miss Hermione pasti ingin bertemu Nana dan Pops"
Australia adalah tempat orangtua kini berada. Hermione terkesan pada pertanyaan Carina.
"Apa kau ingin ke Australia?" tanya Draco.
Tentu saja. Itu jawaban yang ingin Hermione berikan tapi ia tidak membuka mulutnya. Tidak jika Draco Malfoy bertanya padanya dengan suara lembut, senyuman manis, dan tatapan penuh arti.
"Kenapa kita harus ke sana?" tanya Scorpius.
"Orangtua Miss Hermione tinggal di sana," jawab Carina. "Nana dan Pops akan senang sekali bertemu denganmu. Jika kita pergi sebelum Natal maka kita bisa liburan musim panas di sana. Ide yang bagus bukan?"
Draco tertawa pelan. "Miss Hermione belum memberikan jawabannya."
Tidak boleh. Draco Malfoy tidak boleh menyebut nama depannya setenang itu.
"Mum?" Ada semangat dalam suara Scorpius.
Hermione memaksakan seulas senyuman. Ia terpaksa tersenyum bukan karena tidak ingin bertemu orangtuanya, tapi karena Draco Malfoy. "Tentu saja."
"Terima kasih atas kerja sama kalian," kata Draco pada kedua anaknya. "Sudah waktunya untuk kalian tidur. Besok akan menjadi hari yang cukup melelahkan bagi kalian."
Setelah itu, Scorpius dan Carina bangkit. Carina berjalan dan memeluk ayahnya erat. Mengucapkan kata-kata yang dapat didengar oleh Hermione, "Selamat tidur, Ayah. Aku menyayangimu."
"Buenos noches, el cariño, Carina," balas Draco dan ikuti dengan cekikan pelan Carina.
"Apa aku boleh memelukmu, Miss Hermione?" tanya Carina pada Hermione.
Hermione tersenyum sambil melebarkan kedua tangannya. Carina menyambutnya dan memeluknya erat.
Ini dia, batin Hermione.
Ia akhirnya merasakannya.
Ia pun membalas pelukan Carina dengan sama eratnya. Ia dapat mendengar dan merasakan detak jantung Carina dan hembusan nafasnya yang pelan. Ia memejamkan mata, mengelus lembut punggung Carina, mengusap kepalanya. Ia ingin Carina merasakan apa yang ia rasakan saat ini. Ia merindukan Carina berada dalam pelukannya. Ia yakin sekali. Carina memang anaknya.
"Buenos noches, Carina."
Carina tersenyum lalu memberikan giliran pada Scorpius untuk memeluk Hermione.
"Buenos noches, Mum. Que tengas un dulce sueño."
Hermione memeluk Scorpius lebih erat sampai membuat anaknya tertawa geli. Namun, setelah giliran Scorpius mengucapkan selamat malam pada Draco, dia menjadi canggung. Alih-alih memeluk pria itu, Scorpius mematung tapi memberanikan berucap, "Selamat tidur, Mr Malfoy."
Draco hanya mengangguk sebagai balasan ucapan Scorpius.
Setelah Scorpius dan Carina masuk ke kamar masing-masing, Hermione dan Draco masih berada di tempat yang sama.
"Kau sebaiknya tidur, Granger," kata Draco pelan.
"Masih ada yang ingin aku tanyakan padamu," balas Hermione. Ia tahu ia sudah lelah tapi ia sudah menunggu cukup lama. Selain itu, ada hal lain yang ingin ia tanyakan.
Draco hanya mengangguk. Pria itu juga terlihat lelah.
"Aku pikir aku tidak ingin kembali ke Inggris jika harus tinggal di rumahmu," kata Hermione. Draco menaikkan alis kanannya, tampak kecewa, dan tidak senang.
"Kau tidak punya tempat untuk tinggal, Granger. Lantas, apa yang akan dikatakan Scorpius jika kalian tidak tinggal di Manor?"
Hermione menarik napas panjang. "Scorpius bisa tinggal di sana tapi aku tidak."
"Apa kau pikir Scorpius akan mau tinggal di sana tanpa kau?"
Tidak, batin Hermione.
"Kalian akan tinggal di Manor," seru Draco. Suaranya lantang dan tegas. "Aku tidak memintamu, aku menyuruhmu tinggal di sana. Bagaimana pun juga Scorpius adalah anakku dan kau ibunya. Aku tidak akan membiarkan kalian tinggal jauh dari pengawasanku selama kita belum menangkap siapa dalang dibalik ini semua."
"Kau sangat percaya diri sekali dan yakin kalau Scorpius adalah anakmu."
"Memang."
"Kunjungan pertamaku ke sana bukanlah pengalaman yang menyenangkan."
"Aku tidak lupa, Granger," Draco mendengus, melirik Hermione tajam. "Aku juga ingin menanyakan sesuatu padamu. Kenapa tidak ada bekas luka di lenganmu?"
Hermione mengerutkan dahi. "Bekas luka?"
"Aku bertaruh kalau pasti ingat bibiku melakukan sedikit ukiran dengan pisaunya di lenganmu," Draco menantang Hermione.
Hermione memutar bola matanya. Pria itu benar. Bagaimana mungkin ia lupa. Wanita jahanam itu menjadikan lengannya sebagai model pahat alih-alih batang kayu.
"Bagaimana mungkin aku melupakannya, Malfoy!" Lengan Hermione tiba-tiba terasa panas seperti mengingat sensasi sakit dan perih ketika pedang penyihir gila itu menyentuh kulitnya dan menari-nari di atasnya.
"Lukanya berbekas, Granger," kata Draco. "Bahkan setelah kita berhasil menyembuhkanmu, luka itu tetap ada."
"Menyembuhkanku?"
Draco menghembuskan napasnya lalu memijat pelan glabellanya. "Pisau itu mengandung racun dan kutukan. Singkat cerita, kita berhasil menyembuhkanmu tapi bekas lukanya tetap ada."
Hermione tidak siap mendengar cerita lain mengenai dirinya setelah perang. Ia pikir kehidupannya baik-baik saja tapi ternyata tidak. Mendapatkan kutukan dari Bellatrix Lestrange? Namun, ia tidak ingin bertanya mengenai kutukan tersebut. Ia tidak siap. Tidak sebelum semua jelas.
Hermione mengusap-usap kedua lengannya. Tidak ada bekas luka. Kedua lengannya bersih dari luka bahkan beberapa kali ia digigit serangga pun tidak ada bekasnya sama sekali.
"Aku tidak pernah mempunyai bekas luka apa pun di kedua lenganku."
Draco menatapnya bingung. Kedua bola matanya bergerak seakan mencari sesuatu. "Orang itu pasti berhasil menghilangkan bekas lukamu."
Hermione tahu siapa yang Draco maksud. Seseorang yang menculiknya, menghapus ingatannya, dan membunuhnya pasti yang melakukan ini semua.
"Dia pasti penyihir yang kuat," suara Draco pelan, bagaikan bisikan. Dia seakan-akan berbicara dengan dirinya sendiri. "Hanya penyihir kuat yang bisa menghilangkan bekas luka yang disebabkan oleh Pelahap Maut tapi dia bukan Pelahap Maut. Tidak mungkin Bibi Bella yang melakukan itu padamu. Dia sudah menjadi abu dan tidak mempunyai horcrux, begitu dengan suami dan saudara iparnya."
Draco mengangkat kepalanya. Kelopak matanya tidak berhenti berkedip. Dadanya naik turun dan suara nafasnya terdengar cepat dan tidak beraturan. Namun perlahan dia menutup matanya, menghembuskan nafasnya pelan-pelan. Dia sedang berusaha menenangkan dirinya.
"Malfoy?"
Draco menunduk dan tersenyum tipis.
"Kau baik-baik saja?"
"Aku baik-baik saja."
"Kita tidak harus memikirkan itu sekarang," Hermione pun membalas senyumannya, sama tipisnya. Sesungguhnya ia ingin membahas itu juga. Ia tidak menghabiskan waktu satu minggunya menunggu kedatangan Draco Malfoy hanya dengan bekerja dan menjalani kehidupannya sebagai Mia, seperti biasanya. Ia melakukan banyak hal, mencari tahu tentang kehidupannya dari buku, koran, majalah. Ia mengumpulkan sebanyak mungkin bukti dan kisah tentang dirinya. Hermione Granger memang tidak terkenal di Spanyol tapi Harry Potter. Meskipun demikian, yang ia miliki saat itu sudah cukup untuk tahu apa yang terjadi padanya sebelum ia tiba di Spanyol.
"Sebaiknya kita beristirahat," tambah Hermione.
"Kau membutuhkan itu."
"Aku pikir itu kau."
"Aku masih punya beberapa perkamen yang harus aku baca," kata Draco. Hermione tahu pria itu lelah. Draco bahkan tidak menyembunyikannya sama sekali tapi sedikit yang Hermione tahu adalah Draco tidak pernah menunda pekerjaannya.
"Baiklah. Selamat malam," ucap Hermione lalu ia bangkit dan berjalan menuju tangga tanpa repot-repot menunggu Draco membalas ucapannya.
Namun, masih ada satu hal yang ingin dia tanyakan.
Draco masih berada di tempatnya. Sama sekali tidak terganggu dengan Hermione yang tidak jadi masuk ke kamar dan malah berdiri mematung di antara pintu.
"Ada lagi yang ingin kau tanyakan?"
"Kau mengatakan aku adalah ibunya anak-anak."
Draco tidak langsung menjawab dan menghindari kontak dengan mata Hermione.
"Kau bilang aku ibu mereka dan Scorpius adalah anakmu. Kita belum melakukan tes, Malfoy!"
Draco mengerang lalu berdiri, gusar, dan berjalan mendekati Hermione.
"Kau memang ibu mereka dan Scorpius adalah anakku."
"Tapi - ,"
"Dengar," Draco hampir saja menyentuh kedua pundak Hermione. Alih-alih, dia malah mengepalkan tangannya dan menggeram kesal, lebih kepada dirinya sendiri. "Aku tidak ingin berdebat denganmu. Tentang apa pun. Demi Scorpius dan Carina, berdebat denganmu adalah hal terakhir yang aku inginkan. Tidak. Aku bahkan tidak ingin sama sekali. Aku tidak ingin anak-anak melihat kita berdebat dan berpikir kalau kita saling membenci satu sama lain. Kau mungkin membenciku, Granger, tapi aku tidak. Maka dari itu aku mohon padamu, berpura-puralah baik padaku di depan anak-anak."
.
.
.
18 July 2014
Proses pengambilan sampel untuk tes DNA dilakukan di Hospital de Sant Pau, salah satu rumah sakit terbesar di Barcelona. Blaise Zabini mempunyai banyak kenalan dokter di sana, dan juga beberapa dari mereka adalah squib. Karena itu juga prosesnya tidak memakan waktu yang lama.
Scorpius dan Carina bersikap sangat baik selama proses pengambilan sampel darah. Keduanya mengikuti instruktur perawat sangat baik. Meskipun Draco memberitahu Hermione kalau Carina tidak suka dengan rumah sakit. Sedikit mirip dengan Carina, Scorpius sendiri tidak menyukai jarum suntik.
Hasil tes sendiri akan bisa mereka dapatkan sekitar siang hari. Sembari menunggu, mereka menuju St. Archangel.
Jika di Hospital de Sant Pau mereka mendapatkan akses khusus karena Blaise, kali ini keluarga Athena lah yang membantu mereka.
Hermione merasa sangat beruntung dan bersyukur sekali karena Athena dan Felipe menerima kabar ini dengan baik. Bisa dibilang mereka senang karena akhirnya Hermione mendapatkan ingatannya kembali dan mengetahui siapa sesungguhnya dirinya. Athena juga mengatakan kalau pertemuannya dengan Hermione adalah takdir. Bagaimana pun juga darah Malfoy mengalir di dalam tubuh Athena. Sihir dalam dirinya selama ini tahu kalau Hermione dan Scorpius adalah bagian dari keluarga yang harus mereka lindungi.
Proses yang dilakukan di St. Archangel tidak jauh berbeda dengan Hospital de Sant Pau. Namun, hasilnya bisa mereka dapatkan lebih cepat.
Hermione mengatakan ini pada Draco kalau ia tidak ingin melihat hasilnya secara terpisah. Ia ingin melihat keduanya secara bersamaan di rumah Blaise. Ia tidak ingin berada di tempat umum karena khawatir akan keamanan Scorpius dan Carina.
Setelah selesai, Hermione bersama kedua anaknya kembali ke rumah Blaise sedangkan Draco dan Blaise tetap di rumah sakit untuk menunggu hasilnya.
Pikirannya tidak tenang. Ia ingin bermalas-malasan untuk pertama kali dalam hidupnya. Ia teramat lelah. Kurang dari 2 minggu hidupnya sudah berubah. Hidup sebagai Mia Blanco tidaklah mudah tapi jauh lebih tenang. Meskipun begitu, ia tidak ingin menjadi Mia selamanya dan mengesampingkan fakta kalau ia adalah Hermione Granger.
Tidak adil baginya juga Scorpius. Tidak adil bagi Draco dan Carina.
Ia ingin menjadi Hermione Granger lagi. Atau Hermione Malfoy. Terserah. Ia ingin menjadi Hermione. Dan iya yakin hasil akan berpihak padanya.
Keinginannya untuk bermalas-malasan tentu tidak terwujud. Scorpius dan Carina menolak melakukan kegiatan mereka masing-masing dan memilih duduk santai, mengapit Hermione. Kedua anak itu meminta, lebih tepatnya sedikit memaksa Hermione untuk bercerita tentang masa kecilnya.
Selama 1 jam lebih, kedua anak itu menjadi pendengar yang sangat baik, mendengarkan kisah Hermione di tahun pertamanya di Hogwarts. Mudah sekali baginya menceritakan itu semua. Namun, hal itu membuatnya makin ingin bertemu dengan Harry dan Ron. Ia sangat merindukan mereka berdua.
Scorpius baru saja kembali memaksanya untuk melanjutkan ceritanya ke tahun keduanya berada di Hogwarts, saat Hermione mendengar suara dari ruang tengah, tempat perapian berada, dan diikuti oleh suara dua orang laki-laki. Draco dan Blaise sudah kembali.
Hermione buru-buru keluar begitu mendengar Draco memanggilnya — nama depannya — dan ia mendapati pria itu berhenti di harapannya dengan ekspresi yang tidak bisa ditebak. Di tangan kanannya, Hermione melihat ada sebuah amplop dengan cap rumah sakit muggle dan perkamen. Hermione kembali menatap Draco namun mata pria itu tidak fokus seperti sedang mencari sesuatu.
"Mum?"
Hermione menoleh mendengar Scorpius memanggilnya. Alih-alih menghampiri anaknya, ia malah memberikan jalan bagi Draco — setelah dia memberikan perkamen dan amplop kepada Hermione — yang berjalan agak terhuyung menghampiri Scorpius. Draco berlutut di depan Scorpius. Hermione tidak bisa melihat ekspresinya karena posisinya membelakangi Hermione. Ia menoleh ke arah Blaise tapi pria hanya tersenyum tipis.
Tidak mungkin.
Hasilnya tidak mungkin negatif .
Tapi kemudian, ia melihat Draco mengambil kedua tangan Scorpius, menciumnya, dan menarik anak itu ke dalam pelukannya. Carina di belakang Scorpius tampak bingung dengan perlakuan ayahnya.
Scorpius menatap Hermione penuh tanda tanya tapi Hermione tidak bisa memberikan jawaban. Ia tahu kalau ia harus membuka amplop dan perkamen di tangannya tapi ia tetap diam. Tangannya dingin, kaku, dan tidak bisa digerakan.
"Bagaimana hasilnya?" tanya Scorpius pada Draco. Suaranya cukup pelan.
Draco melepas pelukannya. Dia menyentuh kedua bahu Scorpius, tidak mengatakan apa-apa tapi kepalanya mengangguk. Kemudian, Hermione melihat Scorpius tersenyum. Sebulir air mata jatuh dari matanya. Dia kini yang memeluk Draco. Erat. Sangat erat dan menyandarkan kepala di bahu Draco.
"Dad?"
"Yeah, Dad. Kau bisa memanggilku Dad mulai sekarang."
Scorpius menangis sesegukan.
Hermione menutup mulutnya.
Tidak mungkin.
Tidak mungkin.
Ini hasil yang ia inginkan tapi ia tetap tidak memercayainya.
Tangannya kini mulai bergerak buka amplop dan perkamen. Ia membaca masing-masing kertas tersebut perlahan, seksama, dan hati-hati.
Hatinya terasa hangat.
Kepalanya tidak lagi pusing.
Bahunya terasa ringan.
Kedua kertas itu menunjukkan hasil yang sama.
Mia Catalina Blanco adalah Hermione Jean Malfoy.
Scorpius Helio Blanco adalah anak dari Draco Lucius Malfoy dan Hermione Jean Malfoy.
Carina Albhe Malfoy adalah anak dari Draco Lucius Malfoy dan Hermione Jean Malfoy.
Scorpius Helio Blanco dan Carina Albhe Malfoy adalah saudara kembar.
Sentuhan Blaise di bahunya menyandarkan Hermione. Ia kembali menoleh dan mendapati Blaise kini tersenyum lebar. Hermione membalas senyumannya. Ia bahkan sedikit tertawa.
Dan begitu Hermione kembali memberikan perhatiannya pada Draco, ia melihat pria itu kini dipeluk oleh kedua anaknya. Anak mereka. Carina sudah bergabung dengan ayah dan saudaranya.
Hermione tersenyum melihat pemandangan di depannya.
Scorpius mendapatkan apa yang dia inginkan selama ini: seorang ayah. Dan Draco Malfoy bukan sekedar seorang ayah. Hermione tahu itu. Ia yakin kalau Draco akan memenuhi ekspektasi Scorpius, bahkan lebih dari itu.
Hermione melihat Carina kini tersenyum padanya. Hatinya menghangat. Anak perempuan cantik itu adalah anaknya. Apa ia berhak mendapatkan ini semua? Ia tidak hanya ibu dari satu anak tapi dua. Jika Draco bisa memenuhi ekspektasi Scorpius maka ia akan berusaha memenuhi ekspektasi Carina.
Carina menjulurkan tangan kirinya yang bebas ke arah Hermione, meminta Hermione untuk mendekat sambil berkata, "Mum?"
Tanpa berpikir panjang, Hermione menyambut tangan Carina dan memeluknya. Tidak. Ia tidak hanya memeluk Carina, tapi juga Draco, dan ujung tangannya sampai ke punggung Scorpius. Ia dapat merasakan Draco terkejut dengan pelukan yang Hermione lakukan tapi pria itu tidak melakukan apa-apa seakan menerima perlakuan Hermione kepadanya.
Tidak seperti Scorpius yang menangis, Carina tertawa pelan sedikit geli tapi tidak mengganggu sama sekali. "Te amo, Mum, Dad, Scorp."
Carina kini melepaskan pelukannya dari Draco dan memeluk Hermione seorang diri. Hermione mengelus lembut rambut pirang platina anaknya, membalas pelukannya, sama erat seperti yang Carina lakukan.
"Yo también te amo, el cariño," balas Hermione yang juga ikut tertawa pelan bersama Carina.
"I love you, Dad." Hermione mendengar Scorpius mengatakan itu pada Draco dengan suara yang sengau.
Ia masih tidak dapat melihat ekspresi Draco dan tidak bisa bergeser, selain karena Carina masih memeluknya juga karena Draco tiba-tiba mengambil tangan kirinya. Dia menggenggam tangan Hermione seakan itu adalah genggaman terakhir. Tangan Draco terasa hangat dan menjalar ke sekujur tubuh Hermione dan masuk ke hatinya.
Lalu, ucapan dann perbuatan Draco selanjutnya membuat Hermione berharap ia mungkin salah dengar. Ia berpikir mungkin saja Draco mengatakan itu hanya untuk membuat kedua anaknya merasa lebih baik. Dia mengatakan itu karena dia harus membalas ucapan Scorpius dan itu adalah ucapan yang paling pantas yang bisa diucapkannya saat ini.
Namun, hati Hermione tidak bisa menerima ucapan itu dengan baik. Jantungnya pun demikian karena hampir dapat dipastikan benda itu sempat berhenti berdetak selama sepersekian detik.
Karena, saat Draco mengatakan itu, dia meremas tangan Hermione dan mengelusnya pelan. "I always love you three."
.
.
.
hi, terima kasih udah kembali ke sini lagi. gimana chapter 14? ada yang kurang? sesuai nggak sama perkiraan kalian? udah bisa nebak belum siapa pelakunya haha yang bisa nebak dengan benar nanti aku kasih hadiah gimana :D
btw, kalau ada dari kamu yang menemukan eror atau kejanggalan dari chapter 1-10 yang nggak relevan dari chapter 11-14 ini, kasih tau aku yaaa. mohon maaf sekali jika ada eror. aku akan perbaikin di chapter selanjutnya.
terima kasih.
selamat malam,
FREE PALESTINE.
el cariño = kasih sayang
cariño = sayang
dibacanya karinyo bukan karino.
