Salam kenal para pembaca dan para author yang notabene semuanya senior Hime...
Ini fanfic pertama Hime, agak amburadul dan tolong dimaklumin kalau gak nyambung ya...
(author's note (2020): chapter 1-5 ditulis di tahun 2010, and the remaining chapters are written in 2020. Pardon the writing style and the content of my 2010's chapters. I wrote it when I was 12. Bear with me.)
(Dan bukan berarti chapters yang ditulis di 2020 lebih baik dari yang sebelum-sebelumnya, sih...)
Way to Love You
Rated: T
Disclaimer: Bleach belongs to Tite Kubo
Warning: Intronya kependekan dan gaje, perubahan sifat dan kapasitas otak Ichigo -.-
Prolog: Breaking Up
Orihime, kita makan malam bersama hari ini.
Jam 8 malam, aku menjemputmu.
Sekali lagi Orihime membaca pesan singkat yang dikirimkan ke telepon genggamnya oleh kekasihnya, Ichigo Kurosaki. Mereka sudah menjalin hubungan selama lima bulan, lebih tepatnya lima bulan dan tiga hari. Seperti remaja pada umumnya yang menghitung hari jadi dari bulan dan bukan tahun ketika baru saja menjalin hubungan, Orihime menghitung berapa lama mereka sudah berpacaran. Gadis itu berpikir mungkin Ichigo mengajaknya makan malam untuk turut merayakan hubungan mereka yang sudah hampir setengah tahun dijalin.
Entah mengapa perasaan Orihime terasa tidak enak. Terasa seperti ada sebuah beban berat di dalam dadanya yang membuatnya sesak, seperti merasa cemas padahal tidak ada yang harus dicemaskan. Saat Orihime melihat Ichigo menjemputnya di depan pintu apartemennya, dia merasa sangat tidak suka melihatnya. Memang, mereka sudah tidak bertemu hampir satu minggu karena Ichigo harus pergi mengikuti lomba di Tokyo, namun ada sesuatu di dalam hatinya yang menyuruh lelaki berambut oranye itu untuk pergi saja dan membatalkan kencan mereka malam ini.
Orihime bukan cenayang, psikiater, atau psikolog; namun dia dapat melihat dari gerak-gerik Ichigo, raut wajahnya, dan tatapan matanya bahwa kekasihnya sedang memendam sesuatu.
"Er-Orihime, ayo," katanya, tersenyum pada Orihime. Beberapa tahun mengenal Ichigo, Orihime dapat melihat bahwa senyum Ichigo bukanlah senyum yang berasal dari hatinya; senyuman palsu. Dia mencoba mengabaikannya, berpikir mungkin saja Ichigo kedinginan menunggunya di luar. Membalas senyuman itu dengan riang, mereka berjalan bersama.
Namun, perasaan tidak enak di dalam perut dan dada Orihime terus berlanjut. Mereka makan di sebuah restoran kecil yang biasa mereka datangi saat berkencan, karena harganya yang murah dan tempatnya yang cenderung tenang dan cukup representatif. Saat mereka menyelesaikan makanannya masing-masing, Ichigo terdiam dan menatap Orihime dengan mata light brownnya. Biasanya menatap mata itu membuat Orihime lebih tenang, namun entah mengapa pandangan mata kekasihnya sekarang membuat beban di dadanya yang sejak tadi berat mengganggu menjadi semakin berat, membuatnya sulit bernapas dengan benar.
"Orihime," kata Ichigo pelan, tangannya menggenggam tangan Orihime perlahan. "Kau tahu kan, sebentar lagi mid-term dan ujian semester?"
Orihime mengangguk, tidak memutuskan kontak mata dengan Ichigo. Kehangatan tangan Ichigo yang biasanya sangat disukainya kini terasa panas dan tidak nyaman, namun ia tidak melepaskanya.
"Ada apa dengan mid-term, Ichigo-kun?"
"Uh, apa kau menyadari performaku akhir-akhir ini, Orihime?" lanjutnya, sedikit mengelus pungung tangan Orihime.
"Iya. Bagus sekali kok, Ichigo-kun!" jawab Orihime resah, mencoba tersenyum riang.
"Bagaimana dengan nilaimu? Performa kita berkejaran, ya. Tapi nilai-nilaiku dan kau selalu ada di bawah Ishida dan Kunieda. Selalu." katanya lagi, kali ini dengan sedikit tekanan dan pengulangan pada kata 'selalu'.
"Yah, mungkin aku sedang lebih mood belajar, Ichigo-kun! Dan Ichigo-kun menghabiskan beberapa minggu untuk persiapan lomba, jadi tidak terlalu fokus di kelas," kataku mencoba ceria, namun mulai menangkap maksud perkataannya. "Kita bisa belajar bersama lebih banyak, untuk mengejar ketinggalan Ichigo-kun, kalau begitu."
"Maaf, Orihime. Bisakah kita lebih berkonsentrasi ke mid-term dan ujian semester ini?" kata Ichigo, membuat senyum yang pada awalnya dipaksakan muncul oleh Orihime, lenyap seketika. Mata gadis itu melebar, dan mencoba berpikir positif.
"Maksudnya, Ichigo-kun ingin belajar bersama ke apartemenku lebih sering?"
"Bukan. Sekali lagi maafkan aku, Orihime. Aku harus belajar... sendiri. Aku masih kalah dengan Kunieda dan Ishida. Kita harus... mengakhiri ini," kata Ichigo, memutuskan kontak mata mereka, memandang piring kosong di depannya.
Kali ini senyum Orihime benar-benar telah hilang.
Ichigo-kun, kau yang memulai ini! Dan kau juga yang mengakhirinya, sungguh ironis.
-To Be Continued-
