Aku menjadi bulan-bulanan di sekolah.
"Park Sehun sudah kau habiskan bekal buatan mamimu itu..."
Begitulah kalimat ejekan yang sering kudengar beberapa minggu terakhir. Aku tak tahu rupanya tingkah orang tuaku yang amat memanjakanku itu kini membuat aku menjadi bahan ejekan di sekolah. Orang tuaku mengantarku ke sekolah, dan pada suatu waktu ibuku mencium keningku di hadapan teman-temanku. Sial, aku tidak menolak ciuman itu, tetapi mengapa dia harus melakukannya di keramaian.
Namun ada suatu hal yang membuatku tak nyaman.
"Ibumu cantik, Sehun. Seperti aktris."
Teman-temanku mulai mengagumi ibuku, dan mereka sudah keterlaluan.
Peristiwa ini bermula ketika orang tuaku mengantarku ke sekolah. Ayah tak suka aku yang ceroboh ini mengemudi mobil, jadi kadang-kadang ayah bersikeras mengantarku dan memastikan aku tiba di sekolah dengan selamat. Terkadang ayahku membawa kekasihnya bersamanya.
Mereka memang melakukan ini sejak mereka pacaran, dan kurasa makin menjadi-jadi saja setelah menikah. Maksudku, ayah dan ibuku itu... aku tahu mereka menyayangiku namun aku tak suka mereka menunjukannya.
Baekhyun tidak menciumku di dalam mobil, tapi ketika aku sudah melangkah keluar. Dia tiba-tiba mencegatku, ikut melangkah keluar dan mencium keningku dengan manis. Ciuman hangat itu dia lakukan seraya menangkup wajahku dengan jinjitan kakinya. Tubuhnya pendek dan menggemaskan. Aku sampai harus sedikit menundukan kepalaku agar dia dapat menggapai wajahku. Aku dapat mencium aroma tubuhnya yang manis. Rasa kantuk hilang seketika dan digantikan dengan rasa berdebar-debar yang tak menentu. Aku sadar saat ini banyak orang melihat pada kami. Baekhyun memberi ciuman itu seolah-olah kami adalah sepasang kekasih yang amat mesra. Wajahku memerah dan aku malu sekali.
Baekhyun berkata sesuatu untuk menyemangatiku sekolah. Dengan suara lirih dan rendah seperti bisikan yang hanya dapat didengar oleh telingaku. Dia juga berkata sesuatu seperti mommy tak sabar menunggu kau pulang sayangku... Mataku mengerjap bingung, dan dia berbisik lagi, jangan beritahu daddy tentang kemarin malam.
Aku hanya tersenyum kecil. Sungguh, aku tak mau lagi tertipu rayuan penggoda seperti ibuku. Seharusnya dia mengatakan itu pada ayah. Ayahku dan Baekhyun masih diselimuti suasana pengantin baru yang sangat romantis. Aku melirik ayahku dan pria itu membalas senyumanku dengan tatapan hangat. Ayah terlihat masih capek. Ayahku semalam baru sampai di rumah jam dua pagi. Pria itu tumbang sesaat kakinya menapak di ruang tamu. Aku melihat ayah tertidur di sofa dan istrinya itu ikut tidur menemaninya disana. Mereka berpelukan hingga pagi.
Begitulah ceritanya. Teman-temanku mulai memanggilku dengan sebutan anak mami. Dan omong-omong, ingin sekali kukatakan pada mereka bahwa hanya ayahku dan aku yang boleh mencicipi tubuh ibuku. Karena mereka sudah mulai membicarakan sesuatu yang mengarah pada hal mesum.
Semua orang menjadi penasaran dengan sosok ibuku, dan mereka terus membicarakannya. Dia berbakat, cantik rupawan, manis dan juga seksi. Dia seperti punya genetik aura sensual yang amat memikat. Sudah kukatakan berulang-ulang. Bahkan Baekhyun dapat membangkitkan nafsu remaja tanggung seperti kami. Usia remaja akhir adalah fase usia yang sangat penasaran pada hal berbau seksual. Kuakui jawaban itu kutemukan pada sosoknya. Pada mulanya aku penasaran pada ibuku dalam konteks mesum. Aku sering mencuri pandang pada pantat dan selangkangannya. Lama kelamaan, aku jadi ketagihan melirik tubuhnya yang seksi. Ada suatu kesenangan tersendiri melihatnya. Suatu perasaan ganjil yang tak biasa, namun membuatku ketagihan.
Aku tidak mesum. Memang ibuku sendiri yang senang memamerkan tubuh seksinya. Aku tahu itu―Baekhyun sangat centil dan pandai merayu. Dia suka sekali ketika semua mata memandang dan memujanya. Dia tahu bahwa dia seksi dan banyak pria menginginkannya. Dia juga terkenal dalam industri hiburan dan dia tahu betul apa yang dia jual. Aku yakin ayahku tak pernah bisa tidur dengan tenang. Kapanpun istrinya berpakaian menggoda dan berpose centil meliuk-liukkan tubuh rampingnya dengan micnya di atas panggung membuat ayah tak tahan―termasuk aku. Baekhyun bilang itu tuntutan pekerjaan yang membuatnya harus berpakaian seksi diatas panggung dan membuat penggemarnya senang.
Well, ibuku seperti lelaki penghibur saja... tapi kurasa mungkin iya.
Siapa sangka Baekhyun pernah menerima undangan untuk menghabiskan malam yang panas bersama bos dan pejabat? Lima puluh juta won semalam hanya untuk bersenang-senang dan bergulat panas dengan ibuku. Semua pria di dunia sangat ingin mencicipi tubuhnya dan meniduri lelaki ekslusif ini. Tawaran harganya bahkan lebih mahal daripada PSK manapun. Ibuku sangat laku dan bisa menjadi milyuner hanya dengan pekerjaan sampingan di dunia malam, namun dia menolak lima puluh juta won yang siap di depan mata. Ayahku yang berhasil memenangkan hatinya.
Semakin dalam aku menyadari bahwa ibuku sempurna, semakin kusadari begitu bahayanya menunjukkan ibuku pada teman-temanku.
"Hey Sehun, bukankah menyenangkan punya ibu yang cantik, masih muda dan seksi?"
Aku mendongak, melihat Jongin sedang bertanya padaku. Wajahnya menyeringai degil. Beberapa teman yang lain―semuanya laki-laki―ikut menatapku dengan senyuman aneh. Aku menatapi mereka satu per satu.
"Biasa saja." Aku menjawab dengan dusta. Wajahku kubuat sepolos mungkin. Kutahan senyumku mati-matian.
Jongin percaya saja, "Oh, jadi ibumu tidur dengan ayahmu.. atau tidur denganmu?"
Tentu saja dengan ayahku, bodoh. Dia kan istrinya ayahku, pikirku kesal. Namun kujawab, "Memangnya kenapa?"
"Mana tahu kau masih dikelonin ibumu sebelum tidur."
Aku menggeleng dongkol. Mereka kini mulai menatapku seolah aku anak bejad. "Apa? Kenapa kalian melihatku seperti itu?"
"Apa kau pernah melihat ibumu mandi atau... mengintip dia sedang bercinta dengan ayahmu?"
Semalam, ayah dan ibuku bercinta panas dengan doggy style. Dia juga duduk diatas tubuh ayahku dengan goyangan tubuhnya yang membuatku gila sesaat. "Aku tidak pernah. Itu 'kan hal yang aneh.. kenapa kalian berpikir aku pernah?" Tsk. Aku teringat pemandangan tubuh telanjang ibuku yang berayun seksi di atas tubuh ayahku.
"Aku tidak percaya. Setidaknya kau pernah mendengar suara aneh dari dalam kamar mereka."
Aku memasang pose berpikir. Mereka memang sering bercinta tanpa menutup atau mengunci pintu. Atau di tempat yang bisa kulihat seperti di dapur atau ruang tamu. Karena itulah aku bisa melihatnya. Aku tidak mengintip. Itu salah mereka yang melakukannya di tempat terbuka. Ya kan?
"Kalau suara.. sepertinya pernah." jawabku jujur sedikit.
Mereka langsung terlihat girang.
"Kau tahu.. lebih baik menonton orang tuamu bercinta daripada menonton film porno."
"Ya.. oh.. ya?"
Aku hampir kelepasan mengangguk. Momen ketika aku menonton ayahku dan ibuku bercinta adalah peristiwa yang tak bisa hilang dari pikiranku. Aku selalu membayangkan wajah seksi itu ketika mendesah dan tubuh mungilnya yang montok. Dia memenuhi pikiranku sepanjang hari. Aku masih mengingat ketika Baekhyun duduk di pangkuanku dan menghentakkan tubuhnya dengan seksi. Aku tak bisa fokus belajar karena dia, seperti orang idiot saja. Selanjutnya ibuku sering mengajakku mandi bersama ketika ayah tidak ada, dan aku menerima permintaannya. Kata Baekhyun, tidak ada yang aneh mandi dengan ibu sendiri.
"Aku suka film dewasa yang seperti itu..."
"Kau pernah ya?"
"Aniya.. tapi aku mau lihat kalau pemerannya adalah ibunya Sehun... hehehe..."
Aku memutar bola mataku jengah. Rasanya ingin kusumpal mulut itu dengan kertas ujianku. Berani sekali mereka. Mereka mulai membicarakan film porno dengan genre step mom, bondage dan semacamnya sambil membawa-bawa nama ibuku. Mereka menjadikan Baekhyun sebagai objek seksual dan fantasi gila.
"Akan aku cari foto telanjangnya di internet.. ibunya 'kan terkenal."
"Oohhh aku rasa pernah melihat wajah yang mirip dengannya di situs film dewasa..."
"Benarkah?"
"Lebih gampang minta langsung dengan Sehun."
Aku memandang mereka datar. Bukankah.. itu sangat bejad? Mengambil foto ibuku saat mandi atau sedang bergulat panas dengan ayahku...rasanya aku berdosa sekali.
"Kita hentikan saja percakapan ini." selaku malas.
"Park Sehun, bukankah kau sangat merindukan ibumu sampai kau menulis namanya di bukumu?"
Aku menurunkan pandanganku pada coretan acak diatas lembaran buku tulisku.
"Ahh.. ooh.. ahh kurang kenceng sayang."
Tiba-tiba ada suara lain yang lewat di kepalaku. Telingaku memanas. Kepalaku kini dipenuhi sekelebat ingatan peristiwa yang lengket di otak. Sial, aku harus segera melakukan sesuatu. Aku merampas bukuku dan segera pergi tanpa menggubris panggilan teman-temanku.
Aku melenggang keluar dari kelas dengan terburu-buru. Salah besar jika mereka mengira aku akan menangis dan mengadu pada ibuku bahwa dia dijadikan objek mesum oleh teman-temanku. Aku tidak secengeng itu meski mereka mengataiku anak mami. Aku tidak peduli jika mereka berkata Baekhyun itu seksi dan binalnya keterlaluan dan seperti pemain film porno saja―karena itu benar.
Sepanjang perjalanan, aku melamun pada suatu hal bejad yang aku lakukan. Pembicaraan teman-temanku itu mengingatkanku pada suatu hal. Peristiwa yang persis dengan film porno bergenre step mom yang sedang mereka bicarakan. Dan pemerannya benar-benar Baekhyun. Karena itu, aku meninggalkan mereka. Agar aku tak kelepasan bercerita pada mereka bahwa ibuku binal dan sering menggodaku.
Aku mengacak-acak rambutku frustasi. Rasanya rumit dan aneh. Ibuku ini jalang yang tak sadar diri dan tak tahu malu. Aku mencoba berpikir sejenak, dan mengingat-ingat.
Saat kami mandi bersama, dia mengajakku bercinta. Aku bodoh karena mengiyakan, dan dia semakin girang. Tidak setiap hari, namun cukup sering. Terutama ketika ayah pulang hingga larut malam. Ibuku bosan sekali menunggu ayahku pulang. Dia berusaha menarik perhatianku dengan memakai pakaian seksi. Terkadang dia datang ke kamarku atau menghampiriku yang sedang bermain PS di ruang tamu. Dia berpura-pura bertanya apa yang sedang kupelajari atau bagaimana hariku di sekolah. Aku pernah mengirim pesan pada ayah agar cepat pulang. Lacurnya ini kegatalan sekali padaku. Ayahku hanya membalas dengan emoji senyum saja.
Ibuku adalah orang yang tidak pernah terpuaskan nafsunya, sementara ayahku seringkali sibuk bekerja―sehingga dia menjadikanku pelampiasan nafsunya. Namun aku tidak keberatan. Aku tidak peduli bahwa dia hanya menyayangiku sebagai anak tirinya dan tidak lebih, yang terpenting aku bisa mencicipi tubuhnya. Baik itu aku dan dia tidak keberatan sama sekali. Bahkan ketika dia memanggil ayahku ketika kami bercinta, aku tidak keberatan.
Maksudku, aku tidak mencintai ibuku sendiri. Hanya saja.. dia berhasil membuatku ketagihan. Ketagihan melakukan dosa dengannya. Dia selalu berdalih bahwa aku juga membutuhkannya.
Langkah kakiku melenggang sampai ke ujung lorong yang sepi. Lorong ini adalah daerah milik siswa tingkat kedua. Kuintip apa yang mereka lakukan. Mata pelajaran matematika. Rasanya aku semakin malas saja dengan sekolah dan belajar. Namun ayahku menaruh harapan padaku, bahwa aku dapat menggantikan posisinya suatu hari nanti.
Aku mengeluarkan ponsel layar sentuh mahal milikku. Kucari kontak seseorang yang kuberi nama "Baekhyun". Ya, itu saja. Hubungan kami yang canggung dan tak dekat pada mulanya membuatku menamai kontaknya seperti itu. Terkesan formal dan biasa saja seolah-olah dia adalah temanku. Aku malas menggantinya. Ibu sering mengirimiku pesan-pesan yang hangat dan penuh perhatian. Foto profilnya menampilkan dia sedang duduk di lounge mewah dengan gelas champagne di tangannya. Tongkrongannya adalah selebriti dan sosialita kelas atas. Baekhyun memakai gown hitam berbahan silk yang jatuh lemas dan melekat pada tubuh rampingnya. Sisi berlawanan kain itu berjarak lebar sehingga menampilkan tulang selangka dan belahan dadanya. Kulit putih nan mulusnya terekspos bebas karena bagian terbuka pada pakaiannya.
Dasar jalang, pikirku refleks. Apa ayah tidak marah melihat istrinya yang nakal seperti ini. Pakaiannya terlihat memancing sekali.
Cukup lama aku memandang tampilan profilenya, menimbang-nimbang apakah aku harus mengubah nama kontaknya. Karena dia sudah resmi menikah dengan ayah, sekarang aku harus memanggilnya mommy. Baekhyun senang sekali mendengarku memanggilnya dengan sebutan itu. Aku melakukan itu agar dia mau melakukan permintaanku, misalnya saat aku memaksa dia mengerjakan tugasku. Ibuku benar-benar menuruti permintaanku. Kata ayah, ibu sayang sekali padaku. Terserah saja.
Akhirnya kupilih tombol rename dan menggantinya "Mommy Byun" dengan emoji setan.
Selesai. Kini aku akan menelponnya. Kulihat dia tidak sedang online, tapi masa bodo. Aku memang berniat menganggunya. Baekhyun sering berkata pada ayahku bahwa aku anak nakal karena sering menelponnya karena alasan tak jelas. Aku hanya senang membuatnya kesal.
Ada beberapa jeda sebelum sambungan telepon disambut olehnya. Aku tahu jadwalnya padat. Beberapa hari belakangan, dia pergi subuh dan pulang pagi. Ayahku sangat khawatir padanya.
"Ne?"
Suara itu menyambutku. Suara yang lembut dan menenangkan. Ketika Baekhyun bernyanyi, suaranya seperti melodi dan lantunan yang membawamu seperti di surga. Aku tak bercanda. Namun kini suara itu menjawabku dengan pelan dan sedikit lirih. Mungkin dia baru bangun tidur.
"Sehunnie? Kenapa telpon sayang..."
Ketika mendengar suaranya saja sanggup membuatku terasangsang, aku tahu aku berada dalam masalah.
Karena aku tidak menjawab, Baekhyun bertanya lagi. Dia takut terjadi sesuatu padaku.
"Tidak apa-apa. Aku hanya bosan."
"Bosan? Bukannya kau di sekolah."
Tumben sekali ibu tidak mengomel karena aku iseng menelponnya.
"Iya, tapi aku sekarang di luar kelas."
Aku dapat mendengar dia bergumam tak jelas. Suaranya tak seperti biasanya.
"Apa yang mommy lakukan di rumah, kenapa suara mommy aneh?"
Terdengar kekehan kecil. Kutebak jarak ponselnya sangat dekat dengan wajahnya, sehingga aku dapat mendengar kekehan itu dengan jelas. Kekehan yang lucu namun juga dengan suara yang dalam. Aku dapat membayangkan wajahnya dan apa yang sedang dia lakukan saat ini.
"Tidak sayang..." katanya pelan.
"Hm?" gumamku.
Ada hening sejenak ketika Baekhyun mendengar gumamanku yang berat, kemudian dia terkekeh lagi. Kekehannya terdengar rendah, namun manja.
"Kenapa sekarang suaramu mirip daddymu... mommy jadi merindukan kalian berdua..."
Nada suaranya terdengar manja sekali. Dia melirih sesuatu, kemudian bersenandung lagu dengan pelan. Padahal kita serumah dan kita baru bertemu tadi pagi, pikirku.
"Meh.. tolong jangan ganggu daddy saat dia bekerja." ucapku tegas. Aku tahu dia manja sekali pada ayah. Dia juga suka iseng mengganggu ayahku saat bekerja, jadi aku membalasnya.
"Hahaha.. mommy tidak mengganggunya, sayang... justru kau sekarang yang mengganggu mommy."
"Aku hanya ingin tahu apa yang mommy lakukan sekarang."
"Mommy capek.. jadi tidur... dan bangun karena putraku menelponku. Heheheh..."
Baekhyun hanya tertawa. Suaranya mendayu manja dan sedikit erotis. Bahaya mendengarnya.
Tanpa menjawab gurauannya, aku berkata, "Aku sekarang bosan. Satu jam lagi ujian kimia dan aku tidak mengerti apapun. Bisakah mommy datang dan menyemangatiku?"
"Iya sayang .. tunggu ne." Baekhyun langsung menjawabnya. Tanpa berpikir dua atau bahkan satu kali.
Aku langsung panik. Baiklah, aku hanya bercanda. Kupikir dia tidak akan mengiyakan, karena kupikir dia sibuk.
"Aku tidak memaksa kalau mommy sibuk."
"Tidak Sehunnie sayang.. mommy sekarang di rumah. Ayahmu meminta mommy cuti beberapa hari."
"Hm, kenapa?"
"Daddy ingin mommy istirahat. Itu saja."
"Hanya karena itu? Bukan karena kalian ingin berduaan?" aku bertanya dengan intonasi menyelidik.
Baekhyun pun tertawa renyah ketika mendengar aku bertanya seperti itu. Mungkin baginya, aku terlihat cemburu. Tak aneh 'kan melihat anak cemburu ketika orang tuanya honey moon dan bermesraan, karena pastilah aku akan ditinggal sendirian.
"Bukan. Mommy dan daddy tak butuh yang seperti itu."
"Hm."
"Sehunnie sayang, kau cemburu ya?"
Baekhyun meledekku. "Padahal kan kau sering di rumah bersama mommy.. karena daddymu sibuk sekali."
Tentu saja. Baekhyun pasti senang sekali ketika ada aku di rumah. Dia jadi punya bahan pelampiasan nafsu dan kenakalannya. Aku jadi benci sekali kalau jadwal eskul diliburkan. Aku selalu merasa perasaan tak biasa ketika bersamanya.
"Mommy pasti senang kan aku pulang cepat?" tanyaku menyelidik.
"Iya sayang, artinya kau tidak ada jam tambahan karena nilaimu jelek."
Hah. Pintar juga dia mencari alasan.
"Hm."
Baekhyun melanjutkan kalimatnya. "Daddy dan mommy hanya ingin yang terbaik untukmu sayang.. tahun depan kau masuk perguruan tinggi. Daddy sudah mulai mencari pilihan untukmu.. Kami tidak peduli dengan diri kami sendiri. Daddymu bekerja keras untuk kita berdua.. daddy setiap hari berbicara tentangmu... kami hanya ingin selalu ada Sehunnie di sisi kami... apapun yang terjadi."
"Hm." gumamku cuek.
"Sekarang mommy mau bersiap-siap.. kau tunggu ya sayang jangan nakal.. jangan berkelahi dengan temanmu."
"Ne."
Aku menjawabnya dengan ekspresi wajah terpaksa dan nada yang sengaja dibuat meledeknya. Aku memang tak senang ketika dia mulai meluncurkan kalimat jangan jangan jangan seolah aku adalah bocah lima tahun yang tak bisa diam saja.
"Haha, baiklah... mommy matikan dulu telponnya sayang..."
Suaranya lembut sekali ketika berbicara padaku. Baekhyun tak pernah ambil hati dengan sikapku yang agak kurang ajar.
Ibuku mematikan sambungan telepon. Beberapa menit kemudian, notifikasi ponselku berbunyi. Dia mengirim pesan padaku. Sebuah foto dia sedang berdiri di depan cermin rias di kamarnya. Dia memakai kemeja yang belum dikancing dengan resleting dan kancing celana yang juga dibiarkan terbuka. Bagian tengah tubuhnya dan garis underwearnya dapat kulihat jelas. Posenya terlihat sensual. Seringaian kecil terukir di bibirnya. Binal sekali, pikirku. Apa dia salah mengirim foto ini padaku. Harusnya dia mengirim foto nakal ini pada ayahku. Namun, ada pesan setelah foto itu yang membuatku yakin dia memang sengaja.
[Tunggu mommy sayang. Sebentar lagi mommy datang.]
Aku langsung mematikan ponselku.
Kami berada di kelas kosong dengan suasana sekitar yang sepi. Baekhyun akhirnya benar-benar datang. Dia memakai setelan pakaian biasa dan tanpa makeup. Tanda bahwa dia memang sedang cuti dan menunda jadwalnya. Aku tahu bahwa orang ini memiliki aura yang mewah dan mahal meski dia hanya berpenampilan biasa saja. Tetap cantik dan manis dengan kulit putihnya yang lembut. Matanya terlihat lebih kecil ketika tanpa make-up. Bibir polosnya berbentuk cupid. Wajahnya yang penuh membuatnya terlihat imut.
Tubuh itu membelakangiku. Aku memandangi punggungnya yang terbalut kemeja berwarna cokelat muda. Kemeja yang berukuran tidak terlalu besar itu cocok melekat pada tubuhnya. Membuat tubuhnya tampak semakin ramping. Beberapa menit dia membaca dan memahami buku kimia milikku. Sementara aku duduk dan menatap sekaligus menggagumi semua tentangnya. Keheningan menyelimuti kami.
Tiba-tiba dia memutar tubuhnya.
"Ini tidak sulit bukan?" tanya Baekhyun pelan tanpa menatapku.
Aku mengangkat sebelah alisku, "Sulit."
"Hmm.." dia hanya bergumam dan pandangannya sangat fokus pada lembaran buku itu.
"Kupikir mommy bisa mengajariku." ujarku tersenyum tipis.
Baekhyun mendongak sehingga kini kami saling bertatapan. Wajahnya agak sedikit bingung. "Mommy bisa, sayang." jawabnya cepat. Dia agaknya tak mau membuatku kecewa.
Aku tersenyum senang. Kuakui kasih sayang dan perhatian yang dia berikan padaku mulai membuatku terbawa perasaan. Aku sadar dia sangat menyayangiku. Ketika kami mandi bersama, dia membasuh kepala dan tubuhku dengan lembut dan sayang. Dia selalu berusaha membuat makanan yang enak untukku. Aku benar-benar rindu dengan kasih sayang, dan dia kini memberi apa yang aku tak punya.
Ya, figur seorang ibu untukku.
"Kalau begitu ajarkan aku. Daddy pasti marah kalau nilaiku jelek. Katanya kalian senang kalau aku tidak remedial lagi."
Sebenarnya aku memintanya datang bukan karena aku tidak mengerti mata pelajaran kimia, tetapi hanya karena aku bosan dan aku ingin mengganggunya. Tak kusangka dia akan datang dan merelakan waktu istirahatnya.
"Iya sayang.. jangan buat daddymu marah."
"Kalau begitu ajarin aku." ulangku.
Baekhyun mengangkat buku itu di depan dadanya, menunjukkan halaman buku yang terbuka itu padaku. Aku tak bisa memutuskan apakah aku harus memandang buku itu atau wajah cantik dari orang yang memegangnya.
"Kau tidak mengerti?" tanyanya retoris.
"Ne. Sama sekali tidak."
Aku pun memutuskan untuk memandang wajahnya. Kupelajari wajah itu selama beberapa saat. Tatapan kami bertemu dengan sorot mata yang lurus dan tanpa ekspresi. Kulihat tidak ada ekspresi berarti pada wajah manisnya. Aku tidak bisa menebak apa yang akan dia lakukan.
Baekhyun berjalan beberapa langkah maju ke hadapanku. Aku mencoba tetap duduk tenang. Aku refleks memundurkan kepalaku ketika dia terus mendekat hingga tepat di hadapanku tanpa jarak. Aku hanya tersenyum kikuk. Kurasa dia menafsirkan permintaanku dengan makna lain. Bahwa aku tidak mengerti, dan sepertinya dia senang. Baekhyun senang ketika aku bertingkah polos dan dia bisa mendominasiku―lalu memintaku melakukan apa yang dia inginkan.
Namun sejujurnya aku tidak keberatan.
Dia menjatuhkan tubuhnya di atas pangkuanku, lalu menjatuhkan buku itu ke lantai. Artinya, dia tidak berminat lagi pada buku itu. Aku merasa deja vu dalam keadaan ini. Kami saling berpangkuan dengan mesra dan intim. Wajah Baekhyun menatapku dengan amat terpesona. Aku bingung mengapa dia melakukannya, sementara harusnya akulah yang sangat terpesona padanya. Rasanya aku akan memuja orang ini sampai mati.
"Mommy akan mengajarimu tapi―"
Dia menggantungkan kalimatnya. Aku diam menunggu.
Suasana siang ini tidak begitu terik. Angin segar berhembus masuk melalui beberapa jendela yang terbuka. Beruntungnya, salah satu jendela tertutup sehingga tidak ada yang melihat bahwa ada orang disini.
"Tapi―" sambungku menagih jawaban. Aku mengangkat sebelah alisku.
"Jangan bilang pada daddymu kalau mommy ada disini." Baekhyun tersenyum.
Senyuman itu, kurasa terlihat seperti mengancam.
Aku mengernyit, "Oh, baiklah." kataku kemudian. Ayahku pasti tak akan senang jika tahu Baekhyun mengunjungiku ke sekolah, padahal ayah meminta dia mengambil cuti agar bisa beristirahat. Ibuku memang terlihat kelelahan beberapa hari belakangan.
"Mommy akan mengajari apapun yang kau tidak mengerti. Matematika, kimia, bahasa inggris.. atau apa?" tanyanya lagi seraya tersenyum hangat.
Aku mengagumi ibuku dalam dua sisi. Sisi Baekhyun yang keibuan dan lembut, atau Baekhyun yang binal dan murahan. Namun sisi keibuan itu terkadang akan membawanya berubah pada sisi binalnya dalam sekejap saja.
Kami saling bertatapan cukup lama. Tatapan yang dia berikan padaku terkadang membuatku ragu apakah dia memang menganggap aku sebagai anaknya. Dia terlihat seperti bermain api di belakang ayahku, tapi ayahku mengetahuinya. Aku tidak mengerti.
Hubunganku dengannya terlihat seperti ibu tapi mesra.
"Aku tidak mengerti semuanya."
"Daddymu minta mommy mengajarimu sayang.. nilaimu jelek sekali." ucapnya.
"Iya... aku memang bodoh." aku menggaruk kepalaku yang tak gatal. Rasanya agak malu. Aku tampan, tapi tidak pintar.
"Tapi tidak apa-apa..." jawabnya lembut. Dia ingin aku tak merasa kecil hati hanya karena kemampuan otakku tak sehebat yang lainnya.
Namun aku tahu Baekhyun sesungguhnya lebih menyukai aku yang bodoh. Dia tahu bahwa aku sebenarnya polos dan tidak terlalu pintar. Dia paham dan memanfaatkan situasi itu. Dalam semua hal, aku memang bodoh. Karena kepolosanku itulah dia bisa memanipulasiku. Dia tahu remaja sepertiku sangat penasaran akan hal-hal berbau seksual.
Aku tidak mengerti percintaan dan hal-hal romantis. Kata Jongin, aku terlalu kaku dan cuek. Aku tidak mengerti hubungan seks dan hal dewasa meski aku pernah beberapa kali menonton porno bersama teman-temanku. Aku hanya belum mengerti sampai aku melakukannya dan ibuku mengajariku.
Aku tidak mengerti apa yang harus kulakukan. Ibuku yang mengajariku cara melakukannya ketika kami bercinta di kamar mandi. Bisa kuhitung di tempat itulah kami sering bercinta, karena dia sering mengajakku mandi bersama dengan alasan aku membutuhkan bantuannya. Ketika di sekolah dasar, aku memang mandi bersama ayah, dan diusiaku sekarang rasanya tak pantas lagi. Baekhyun dengan tulus memujiku tampan dan hebat, tapi kurasa dia hanya teringat pada sosok ayahku saja. Namun aku merasakan perasaan ganjil ketika dia berkata bahwa ukuran penisku besar. Dia seperti punya maksud lain dengan tatapannya. Senyuman centil tak luput dari bibirnya. Berapa kalipun dia melihat penisku, dia selalu saja nakal dan sifat binalnya keluar.
Ayah tidak tahu bahwa ibu terlihat begitu seksi dan menggoda ketika hanya berdua denganku di rumah. Ibuku merayuku dan menanggalkan seluruh pakaiannya di hadapanku. Gerakan tangannya saat menurunkan underwear-nya terlihat seksi dengan tatapan seduktif. Dia duduk di pinggiran bathtub dengan kaki jenjangnya yang diluruskan. Baekhyun membuatku menonton dia sedang melulur tubuhnya, sekaligus memanjakan dirinya sendiri dengan gerakan tangannya yang sensual. Aku pura-pura tidak tahu saja. Ibuku bermaksud menggodaku dan memancing nafsuku. Matanya tidak menatap padaku. Namun senyuman nakalnya mengembang tertahan begitu menyadari aku mencuri lirikan padanya.
Baekhyun terlalu centil dan kegatalan. Murahan sekali. Berbeda dengan image yang dia tampilkan saat di panggung. Aku harap tidak ada yang terjadi setelah dia telanjang dan mandi bersamaku. Tetapi seperti yang kukatakan, peristiwa ini persis seperti film porno bergenre step mom yang diceritakan teman-temanku. Ibuku masih muda dan libidonya tinggi. Sampai kupikir lubangnya itu bisa kepanasan kalau sehari saja tak disundul.
Ibuku mengajariku banyak hal dan memberi surga untukku. Kurasa itulah definisi rasanya berada di surga yang sesungguhnya ketika tubuh kami menyatu. Saat bercinta, dia membuat pergulatan yang adil. Begitu aku memuaskannya, dia juga akan memuaskanku. Aku semakin ketagihan bercinta dengannya dan memikirkan sosoknya sepanjang hari. Dia juga bersikap lembut dan sabar melihatku yang bodoh dan masih takut-takut melakukannya.
Aku terkadang lupa bahwa dia adalah ibu tiriku, dan kami seharusnya tak melakukan ini.
Kami melakukannya di ranjang orang tuaku. Kata ibuku tidak apa-apa asalkan ayah tidak tahu. Ibuku berbaring dan melebarkan kakinya. Dengan posisi ini akan membuatku mudah memasukkannya. Wajahnya agak cemas melihatku yang terlihat takut, namun dia tidak berkata apapun. Kemudian ibuku bertanya apa aku bisa, jika tidak, dia akan ganti posisi duduk di atas tubuhku. Aku menempelkan kepala penisku di lubangnya yang merah, licin dan berkedut-kedut. Dia ingin menuntun tanganku, namun kutolak. Aku ingin mencoba sendiri menanamkan penisku dalam lubangnya.
"Setelah kau masuk, ikutin mommy mendesah... tidak apa-apa sayang.. keluarkan saja suaramu."
Aku kesulitan memasukkannya, meski penisku sudah sangat tegak dan keras, lubang ibuku itu sempit.
Baekhyun merintih pelan dengan suara yang membuatku ikutan tak sabaran. "Pelan-pelan saja sayang..." gumamnya. Dia terus memperhatikanku.
Namun, aku mendorongnya dengan kuat sampai ibuku menjerit. Dia merengek perih. Wajahnya nampak menahan sakit. "Kau kasar sekali.. seperti daddymu." keluhnya meringis.
Aku mengerang saat batang penisku tertanam masuk. Sempit, tapi licin. Benar kata ayahku, dia seperti perawan saja.
"Sudah." kataku tak peduli. "Aku mau bergerak." Aku mulai bergerak pelan.
"Iya sayang..." dia menjawab dengan lembut.
Baekhyun memperhatikan gerak-gerikku dengan tatapan sayunya yang membuatku gugup, namun aku mencoba tak peduli. Dia memang cantik, memang seksi, memang nakal, kami sedang bercinta dan dia ibuku. Oh, saat ini pikiranku kalang kabut. Aku takut tiba-tiba ayahku sudah ada di depan pintu kamar dan melihat kami.
Dia menahan bibirnya dan mendesah pelan yang beruntun. Terkadang matanya terpejam, terkadang terbuka dan melihat padaku dengan wajah yang tak sabaran, dan dia terlihat menggairahkan. Tatapan matanya amat binal dan penuh hasrat. Dia tidak berkata apapun selain mendesah. Kadang dia menahan desahannya dengan bibir ranumnya yang terkatup. Namun tatapan matanya seolah berkata dia sangat membutuhkan kepuasan dan saat ini dia menginginkan aku. Ya, ketika ayahku sedang tidak berada di rumah.
Pinggulnya sedikit kuangkat dan kutahan agar aku bisa bergerak dengan mudah. Namun aku berhenti sebentar karena ragu. Aku merasa gerakanku tidak seluwes ayahku. Baekhyun melihatku tanpa berkata apapun. Dia mengigit bibirnya dengan sensual. Aku tahu dia sangat horny, tapi dia sabar menungguku. Dia bergumam meminta aku jangan berhenti. Lalu aku bergerak lagi.
"Begini?"
Aku menyodoknya seperti yang ayahku lakukan. Tubuhnya terhentak kecil karenaku. Aku ketagihan mendengar suara rintihan ibuku yang amat erotis di telingaku. Guncangan kecil pada tubuh seksinya membuatku tak sanggup memalingkan mata darinya.
"Mnnh ahh nggh nggh iya begitu sayang..."
Baekhyun menikmati gesekan organ intim kami yang saling beradu. Rektumnya mengerat dan menjepit penisku kuat. Tubuh dan kakinya bergeliat karena rasa nikmat yang tak tertahankan. Wajah cantik itu terkulai ke samping menahan sensasi nikmatnya. Dia menggigit bibirnya sambil meringis. Menurutku ibuku terlihat seksi sekali ketika dia sedang terangsang dan tak tahan. Wajahnya amat sensual dan berkali-kali lipat erotis saat dia menahan bibirnya. Adrenalinku memacu cepat saat memandang wajahnya.
"Ohh..ohh.. kau pintar sayang... mommy suka.."
Aku ingin coba-coba lagi. Lalu aku coba menghentaknya lebih kencang sampai tubuh kecilnya ikut terhentak. Masa bodo kalau ibuku kesakitan. Dia hanya mencengkram selimut dan mengerang.
"Hnggh sempit." kataku agak kesal.
Baekhyun menyadari aku yang tak sabaran. "Mommy begini biar kau mudah dorongnya sayang... angkat kaki mommy." ujarnya.
Baekhyun sedikit mengangkat pantat sintalnya, dan aku mengangkat pahanya. Aku mulai bergerak lagi. Ibuku menengadahkan kepalanya. Dari pinggang hingga kakinya bergetar kecil penuh nikmat. Aku meletakkan tanganku di pinggang rampingnya. Dia melihatku dengan tatapan memohon. Aku mengusap paha putihnya yang terlihat empuk dan padat. Enak sekali memegangnya. Pahanya terbuka lebar dengan kakinya yang diangkat.
"Mnghh ohh ohh... genjot yang kuat sayang~"
Clap!―Clap!―Clap!―bunyi sodokan kasar pada lubangnya yang becek dan licin terdengar kencang. Suara itu dan desahannya mendominasi aktivitas senggama kami. Tubuh kami bergoyang mengikuti irama hentakan. Baekhyun membuka pahanya. Dia merasa seksi sekali saat ini. Aku menahan kakinya yang terbuka lebar. Pemandangan pahanya yang dilebarkan itu terlihat sangat erotis bagiku. Pinggul dan pahanya padat dengan kulit seputih susu. Lembut dan halus. Aku tak tahu mengapa. Ibuku selalu terlihat menggairahkan.
Kupikirkan terus mengapa ibuku terlihat seksi sekali dan sempurna dalam hal apapun. Bayanganku terlempar pada saat dia sedang memasak di dapur. Dia membuatkan kami makanan yang lezat. Ayahku beruntung sekali... dan aku juga. Aku memejamkan mataku sebentar.
"Mommy... kau jalang sekali." ucapku padanya. Dia berani dan nakal sekali mengajak aku melakukan ini. Aku memandangi wajahnya terus. Dasar artis porno, batinku.
"Ohh ..ohh.. ahh.. lagi sayang~"
Baekhyun tak peduli dengan ucapanku. Wajahnya terlihat sangat bergairah. Aku meremas dadanya yang empuk dengan putingnya yang tegang dan mencuat. Tubuhnya yang terhentak kecil terlihat seksi. Dia pakai kalung yang cantik dan terlihat berkilau pada kulitnya. Getaran pada tubuhnya menunjukkan betapa dalamnya dia hanyut dalam kenikmatan. Nafasnya terengah-engah dengan tubuhnya yang mengencang. Aku hanya ingin memandangi wajah dan tubuhnya terus.
"Sini wajahmu nak..."
Baekhyun mengangkat punggungnya dengan tumpuan siku tangannya. Dia ingin meraih wajahku. Aku menunduk dan dia langsung menyambar bibirku. Sebelah lengannya digantungkan ke leherku. Kami bercumbu dan saling melumat kasar. Ibuku terlihat nafsu dan terburu-buru sekali. Suara lumatan basah terdengar kencang. Aku dapat merasakan bibir kenyalnya dalam mulutku. Setelah bibir kami terlepas, dia melihat ke penisku yang menggesek maju mundur pada lubangnya. Selangkangan kami berdempetan dengan penisku yang tertancap di lubangnya. Aku menyodoknya terus, dan dia memandangnya sambil memegang pahanya. Wajahnya terlihat meringis dengan nikmat. Dia nafsu sekali.
"Mnnhh nghh.. nggh.. lihat penismu sayang ohh.. ahh di dalam mommy.." ucapnya jorok. Jemari lentiknya membelai buah zakarku. Dia mengusap paha dalamnya. Merasa seksi dan bergairah sekali. Pangkal penisnya yang memerah terlihat sangat basah dan berdenyut-denyut hebat.
Untuk saat ini aku tidak berminat menggubris ucapannya. Aku memperhatikannya dan menyadari dia terlihat seksi saat melakukan apapun―apalagi bercinta. Dia model profesional yang tahu cara menunjukkan area paling memikat dari tubuhnya namun juga titik terlemahnya―seolah mengundang untuk disentuh. Tangannya menelusuri pada dada montok dan paha padatnya. Dia terlihat senang dan menikmatinya sekaligus. Melihat ibuku bermain-main pada tubuhnya sendiri membuatku hilang kewarasan. Seolah dia belum cukup puas denganku. Seolah dia ingin aku juga memainkan bagian tubuhnya.
"Mom, aku 'kan bisa lakukan itu untuk mommy." ucapku tanpa sadar.
Ibuku diam. Bola matanya yang diselimuti gairah itu menatapku tanpa isyarat perintah. Aku tahu tidak ada orang yang paling membuatnya senang selain ayahku yang bermain-main dengan dada montoknya. Dia memalingkan wajahhnya ke samping. Tubuhnya bergetar kecil. Desahannya semakin kencang.
Baekhyun memang berisik sekali saat bercinta. Aku sekarang hanya fokus pada sensasi nikmat yang kurasakan saja. Namun semakin dia menjerit nikmat, semakin aku yakin kalau aku sudah bisa.
"Aku sudah seperti daddy belum?"
Aku menggengam batang penisnya yang bengkak kemerahan. Tetesan air maninya merembes dan sedikit mengenai tubuhku. Baekhyun yang menggenggam dan meremas batang penisnya, merasakan sensasi luar biasa yang akan datang.
"Nghh.. nghh..ahh.. iya enak sayang seperti daddymu.. masuk yang dalam... oohh.. ohh.."
Aku belajar dari ayahku juga. Gerakannya terlihat kasar dan tak sabaran. Dan aku memperhatikan ayahku sering mengecup dan membelai sayang kepala, wajah dan tubuh ibuku setiap menitnya. Kontak mata mereka tidak pernah lepas. Aku ingin meniru ayahku.
Ibuku berbaring lagi dan mengulurkan tangannya mau berpegangan tangan denganku seraya aku bergerak. Aku menyambut uluran tangannya. Penisku dapat merasakan lubangnya yang berkedut-kedut. Aku refleks mempercepat tempo sodokan. Aku mulai tak sabaran. Tubuhku mengencang dan jantungku berdebar hebat. Kami akan orgasme sebentar lagi. Baekhyun meremas sprei. Perut dan jemari kakinya mengerat kencang. Wajahnya terlihat menahan sesuatu yang bergejolak.
Setelah dia orgasme, aku membiarkannya terkulai di atas ranjang. Dia terlihat lemas dan kelelahan. Tubuhnya bergetar setelah orgasme. Spermanya bercucuran mengotori ranjang. Aku tak peduli jika ayahku nanti melihatnya. Aku mengambil pakaianku. Baekhyun tidak sadar ponselnya ada panggilan masuk dari ayahku beberapa menit lalu. Saat aku mau beranjak keluar dari kamar, ibuku mengajakku mandi dan kami melakukannya lagi. Sekali atau dua kali tidak cukup baginya.
Baekhyun menempelkan tangannya pada dinding. Pantat sintalnya menungging padaku, dan aku mencengkram pinggulnya. Dia mendesah seraya sesekali melakukan dirty talk. Aku mabuk kepayang karenanya. Garis lurus terlihat jelas pada punggung telanjangnya yang bergetar kecil. Kubelai sebentar kepalanya sebelum aku bergerak lagi. Pemandangan ini seksi sekali. Ibuku menyodorkan pantatnya dengan erotis dan mendesah nikmat.
"Ahhh ohhh.. enak sayangku.. mommy mau dengar suaramu juga..."
Aku menyukai posisi seperti ini ketika dia membelakangiku sehingga aku bisa menarik rambutnya. Saat itu kami bercinta sambil berdiri setelah shower mengguyur tubuh telanjang kami. Peluh dan air menetes jatuh dari kening. Nafas yang terengah-engah dan membara terdengar menembus kesunyian. Pintu kamar mandi tidak dikunci. Ayahku pergi bertemu klien, dan Baekhyun malah mengajak aku bercinta. Dinginnya air shower tidak cukup menyentuh tubuh kami yang panas dan bergairah. Tubuh rampingnya terlihat semakin seksi ketika dalam keadaan basah.
"Ahh.. ooh.. ahh kurang kenceng sayang."
Baekhyun menahan tubuhnya agar tak merosot. Jemari itu hampir mencakar dinding. Dia bebas mendesah kencang karena tidak ada ayahku yang akan mendengar. Bagi ibuku, ada sensasi tersendiri saat bercinta dengan remaja baru puber sepertiku. Masih segar, belum berpengalaman dan senang mengeksplorasi hal baru.
"Ikutin gerakan penismu dengan tubuh mommy sayang .. mommy mau keluar dan kau juga..."
"Sekarang?"
Aku masih saja sempat bertanya.
"Iya... keluarkan di dalam lubang mommy nak.."
Baekhyun terlihat tak tahan. Dia ingin aku mendesah bersamanya. Tubuhnya terhentak maju mundur selagi aku menyodok lubangnya. Tubuh rampingnya bergoyang dan menukik seksi sekali. Aku menahan pinggang rampingnya. Tubuh kami bergerak mengikuti ritme hentakan dan tenggelam dalam desahan masing-masing. Aku refleks sedikit mengangkat pantatnya dan mendorong masuk penisku saat aku orgasme. Dia menjerit nikmat. Aku diam sebentar menanam penisku yang baru saja ejakulasi sampai aku lega. Spermaku berhamburan di dalam lubang hangatnya. Puas sekali rasanya. Aku mengusap-usap pantat bayinya. Kenyal dan bulat.
Baekhyun berdiri saat aku mencabut penisku, dan sperma hangat meleleh turun dari lubangnya. Spermanya sendiri juga terciprat ke dinding.
"Lihat sayang.. banyak.. mommy suka."
Baekhyun berkomentar tentang spermaku yang menyembur dalam lubangnya yang kini terlihat merah dan berkedut. Ibuku mengusapnya, kemudian menggabungkan spermanya dengan spermaku. Dia bilang rasanya hangat dan licin. Seperti krim kental. Karena itu dia suka ayah dan aku mengeluarkannya di dalam. Dia bernafsu sekali mau dibuahi.
Aku tak munafik bahwa aku sangat menikmatinya. Dia juga tak munafik bahwa dia membutuhkan aku selagi ayahku tidak ada.
Baekhyun ingin aku menggendongnya. Aku mengangkat pantatnya dan punggungnya menempel pada dinding. Dia memeluk dan mencium leherku. Kakinya menjepit pinggangku. Suara itu memanggil namaku dengan desahan yang membuatku luluh lantah. Mata kecilnya terus melakukan kontak mata padaku selama aktivitas seksual kami yang panas, meski aku memaksa wajahku dipalingkan ke arah mana saja. Asalkan tidak menatap wajah ibuku.
Setelah kami selesai melakukannya, Baekhyun selalu bertindak seperti tidak pernah terjadi apa-apa. Terutama di hadapan ayahku. Ayah bisa dibilang antara tahu dan tidak tahu. Aku mau ayah menghukumnya sesekali. Ibuku masuk dan merapikan kamarku dengan wajah biasa saja. Dia benar-benar seorang ibu pengganti yang baik untukku. Dia selalu tersenyum hangat seolah tidak ada yang terjadi. Seolah kami tidak pernah berbuat dosa saja.
Kadang-kadang, aku merasa aneh saja.
Baekhyun ingin aku melihat dirinya dan ayahku bercinta agar aku mempelajarinya. Aku tidak sehebat ayahku. Dia ingin aku perkasa dan hebat seperti ayah saat bergulat di ranjang. Kupikir dia jujur sekali bahwa aku memang newbie dalam urusan ranjang. Jika aku kesulitan memahaminya, Baekhyun memintaku agar tak menonton porno. Ibuku ingin aku menonton lagi saat dia dan ayahku bercinta. Dia mulai mengajakku bercinta dengan berbagai posisi, seperti yang dia lakukan dengan ayahku. Karena itu egoku bisa muncul hanya karena dia bilang aku tidak sehebat ayahku.
Kurasa memang tidak ada orang gila selain Baekhyun, dan ayahku juga sama anehnya. Ayah tak keberatan ketika ada aku yang melihat pergulatan panas mereka. Baekhyun masih suka mencuri lirikan padaku ketika mereka bercinta, selagi dia mendesahkan nama ayahku dan ayahku juga menatap padanya seolah hei jalang aku suamimu.
Di suatu waktu, ayahku yang kesal benar-benar menampar wajah dan pantatnya. Itu terjadi karena Baekhyun ketahuan banyak mencuri lirikan padaku. Ayahku tidak mau istrinya menatap orang lain disaat sesi bercinta mereka sedang panas-panasnya. Seperti yang kuduga, dia senang ditampar.
Sekarang aku sedang menatap wajah cantiknya.
"Kau bisa belajar dengan mommy, kalau kau mau.. mommy bisa bantu sedikit-sedikit."
Suara itu berkata padaku. Senyuman tipis terukir di bibirnya. Ibuku memakai lip gloss berwarna transparan.
"Aku mau."
"Anak pintar."
Kini aku terus memandangi Baekhyun yang mulai membuka kancing kemejanya satu persatu. Dia mau aku harus menyusu dulu padanya sebelum belajar. Dia tidak membuka seluruh kancingnya, hanya beberapa kancing sehingga dapat memperlihatkan dada gemuknya. Aku mulai senang dengan drama ibu dan anak yang dia buat. Dia adalah ibu, dan aku sebagai bayi kecil. Aku tak keberatan kembali menjadi bayi lagi.
Baekhyun bilang aku boleh curi-curi waktu untuk menyusu padanya, asalkan ayahku tak lihat. Padahal aku sering lihat dia juga menyusui ayahku. Aku melihat dia duduk di pinggiran ranjang, dan ayahku berjongkok seraya melumat dadanya. Aku dan ayah sama-sama menyusu padanya. Rasanya canggung sekali.
Baekhyun menyibak kemejanya itu di hadapanku.
Aku tak pernah berpikir bahwa laki-laki bisa mempunyai dada semontok itu. Tidak besar, tapi terlihat berisi dan penuh dengan puting gembul kemerahan yang mencuat. Dadanya bulat dan gemuk. Pantas saja dia suka memamerkannya dengan memakai pakaian yang bagian dadanya terbuka. Aku pernah berpikir sepertinya dadanya jadi bengkak seperti itu karena sering diremas ayahku. Aku suka sekali melihat dadanya. Andai aku memang bayi, aku akan menyusu padanya setiap hari.
Aku menggenggam bongkahan dadanya dengan telapak tanganku. Seperti yang sudah-sudah, aku senang meremas, mencubit dan memainkan dadanya layaknya mainan squishy. Baekhyun merasa tergelitik karena aku mencium-cium dadanya yang empuk. Ada bercak merah pada kulit putihnya yang kurasa adalah ulah barbar ayahku. Ibuku senyum-senyum saja melihatku. Dia merapikan dan menyisir rambutku dengan jemarinya. Dia melihat wajahku dengan kekaguman. Ibu suka dengan wajahku. Tampan dengan garis wajah yang tegas seperti ayah.
"Geli sayang.. kau suka sekali ya." komentarnya memperhatikanku.
"Iya, mainan daddy itu mainanku juga." jawabku tanpa dosa.
Aku remaja berusia 17 tahun yang ketagihan menyusu pada ibuku.
"Kau sayang mommy kan?" tanya Baekhyun penasaran. Ibuku tampak kurang belaian dan kurang kasih sayang. Dia ingin sekali aku menganggapnya sebagai ibunya.
Aku menjawab polos. "Sayang kok... karena mommy sering membantuku membuat tugas."
"Ohhh.. nanti mommy bantu lagi ne kalau sempat.. bilang saja tidak apa-apa."
Wajahku lempeng. Baekhyun terlihat polos dan baik hati sekali. Ibuku selalu berusaha menyempatkan waktu untuk mengajari dan membantu aku mengerjakan tugas. Padahal aku memanfaatkan dia karena aku malas saja.
Baekhyun memajukan tubuhnya pada wajahku. Jaraknya dekat sekali. Dia meletakkan tangannya pada kepalaku dengan sayang. Aku menempelkan kepalaku pada dadanya dan melumat putingnya. Dia memeluk leherku, meletakkan dagunya diatas kepalaku. Aku dapat menghirup aroma sabun mandinya yang masih tersisa pada tubuhnya. Baekhyun menghembuskan nafasnya pelan dan bergumam lirih. Dia mendesah nyaman diatas pangkuanku. Aku bisa mendengar suara detak jantungnya.
Saat ini aku hanya berharap tidak ada orang yang mencoba masuk ke kelas dan melihat Park Sehun si anak mami sedang menyusu pada ibunya.
"Nghh geli..." Baekhyun menggeliat kecil.
Suara gumaman dan desahan nyamannya terus terdengar. Baekhyun tampak hanyut selagi dia memeluk leherku. Dia memejamkan matanya. Raut wajahnya seperti meringis seraya menahan bibirnya. Aku menahan pinggangnya selagi mengulum dadanya. Ibuku terpancing karena gundukan selakangannya menempel pada selangkanganku. Tubuh kami berdempetan sekali.
"Puting mommy sakit.. bisa berdarah sayang... hhh jangan digigit."
Aku mengulum dan menghisap puting bengkaknya yang terasa kenyal. Aku juga menggigitnya. Aku tak peduli meski dia protes. Aku mengigitnya kuat sampai dia terlonjak kecil, dan aku senang membuatnya kesakitan. Baekhyun seringkali bilang aku nakal dan itu memang. Ibuku mulai meremas kepalaku seraya mendesis pelan. Nakal-nakal begini, dia tetap membiarkanku menyiksanya. Dia terlihat pasrah asalkan aku senang saja.
"Kalau ada temanmu lihat, mommy mau bilang ke mereka kalau kau masih bayi... kau anak mommy yang nakal." Baekhyun berkata sambil melihat ke jendela. Dia mengawasi apa ada orang yang mengintip apa yang kami lakukan.
"Iya, tapi mommy yang mau aku menyusu..." Aku mendongak padanya.
"Kau terlihat suka kan sayang.. daddymu juga.. kalian berdua yang buat puting mommy jadi perih..." Baekhyun sedikit protes, namun dengan senyuman kecil.
Aku menghisap putingnya dengan kuat meski tidak akan ada air susu yang keluar dari sana. Aku hanya menyukai sensasinya, seperti menyesap dot bayi. Baekhyun senang ketika aku menyusu padanya layaknya bayi kecil yang kelaparan, meski dia mengeluh putingnya lecet. Dia mengeratkan pelukannya pada kepalaku. Dia pasti menahan rasa geli pada putingnya. Aku bertengger cukup lama pada dadanya. Putingnya terasa tegang dan lembab di dalam mulutku.
"Lagi sayang.. sampai kau tidur."
Aku menggeleng. Aku dapat merasakan nafasnya yang terengah-engah. Baekhyun pasti mulai horny, dan aku sepertinya juga. Aku tidak peduli apakah saat ini dia sedang memikirkan ayahkh atau aku. Selangkanganku mulai mengeras. Tapi aku tidak mau melakukannya. Aku menjauhkan kepalaku, dan dia melihatku dengan bingung. Wajah cantiknya merona merah. Baekhyun mengusap putingnya yang basah karena salivaku. Dia merasa gatal dan tingling.
"Kenapa kau berhenti?" tanyanya padaku.
Wajah Baekhyun kali ini terlihat polos dan lucu. Bukan wajah yang seksi dan binal yang dia tunjukkan ketika dia sedang bergairah. Aku menyadari betapa kontrasnya perbedaan wajahnya saat kondisi normal dan terangsang. Ibuku mungkin kecewa karena aku tidak tertarik lagi menyusu padanya.
"Kau tidak mau lagi..?" tanyanya lagi.
Aku menggeleng datar.
"Sakit ya ..? Maafkan aku.. aku tidak bermaksud membuat mommy kesakitan." ucapku tulus. Padahal aslinya aku berbohong. Aku mengecup dadanya dengan sayang sebagai tanda maaf.
Ibuku hanya mengangguk saja. Dia memaafkanku. Lebih brutal aku atau ayahku, mungkin menurutnya sama saja.
"Aku mengantuk.. bisakah mommy terus memelukku hingga aku tertidur. Setidaknya lima menit saja." aku mengeluh manja padanya. Seperti bayi yang kenyang seusai menyusu, aku tiba-tiba merasa ngantuk. Dekapan hangatnya membuatku merasa tenang dan nyaman. Aku ingin dia tetap duduk di pangkuanku dan memelukku sehingga aku dapat menenggelamkan kepalaku pada dadanya.
Baekhyun hanya tersenyum. Kelopak matanya terlihat sayu dan turun. Dia terlihat letih. Jadi kupikir kami tidak akan melakukan apapun selain berpelukan saja. Tapi aku berubah pikiran dalam sekejap. Dia terlihat lemas dengan wajahnya yang capek, dan niat jahilku muncul. Aku teringat adegan yang diceritakan temanku.
"Jongkok."
Aku meminta padanya. Kupegang lembut pinggang itu dan mengarahkannya turun dari pangkuanku. Wajah Baekhyun terlihat bingung, namun dia menurut. Dia perlahan turun dari pangkuanku. Ketika dia sudah berjongkok di hadapanku, aku tersenyum penuh makna. Aku ingin membalasnya.
"Aku ingin keluar di dalam mulut mommy."
Senang rasanya mengingat Baekhyun pernah berkata bahwa dia menyayangiku, jadi dia akan menuruti semua permintaanku.
"Mommy lakukan jika itu bisa buat kau semangat belajar." jawabnya tanpa pikir dua kali.
"Heh.. aku tahu kau malah senang melakukannya tanpa kuminta mommy Byun."
Baekhyun hanya senyum-senyum saja, yang kuanggap itu sebuah senyuman mengiyakan dan juga menggoda. Dia menjulurkan lidahnya sekilas. Kerlingan matanya terlihat nakal. "Apa kau senang memanggilku mommy?" tanyanya centil.
Ibuku punya naluriah ngeslut yang natural sekali. Dia suka menggoda aku dan ayah. Dia selalu siap melayani kami kapanpun.
"Iya, aku suka. Mommy Byun."
Baiklah, kujawab itu biar dia girang. Dia sekarang terlihat tak sabaran.
"Ayo sayang.. mommy mau yang panjang dan besar punyamu itu.."
Aku melebarkan kakiku dan Baekhyun menyelinap diantaranya. Dia diam menunggu seraya aku membuka tali pinggang dan resleting celanaku. Aku menengadah ketika dia mulai mengulum penisku. Syaraf wajahku mengencang. Sesekali saja aku mendesah, namun rasanya nikmat sekali. Dia sesekali melirik padaku dengan mulutnya yang penuh dengan penisku. Wajahnya yang lelah dengan kelopak matanya yang turun membuat tatapannya semakin seduktif. Lirikan matanya menyiratkan rasa penasaran padaku. Dia ingin mendengar aku mendesah, atau setidaknya wajahku menunjukkan kenikmatan karena servisnya. Aku hanya menggeram pelan agar tak ada orang lain yang mendengar.
"Mommy Byun seperti lacur saja..." ucapku saat memandanginya. Wajahnya yang binal dan nakal saat horny itu membuatku tak tahan.
Batang penisku mengeras. Sedikit kuremas bahunya menahan sensasi surgawi yang dia berikan. Baekhyun punya ketertarikan tersendiri dengan anak remaja baru puber. Sebelah tangannya menggenggam batang penisku, dan satunya lagi membelai area selangkanganku. Dia juga menemukan kegairahan pada kejantananku yang maskulin dan seksi, sama seperti milik ayahku. Besar, padat dan urat-urat mengembang ketika ereksi. Roman wajahnya terlihat amat nakal dan bernafsu saat melihat penisku. Aku masih fresh, dan mungkin itulah ketertarikan sendiri baginya. Dan baginya tak cukup mencicipi penis ayahku saja. Ibuku juga menginginkan aku.
Aku menahan kakiku. Rasanya sekujur tubuhku menegang. Baekhyun mengeluarkan kulumannya, kemudian mengecup batang penisku yang tegak. Dia menjilat-jilat pangkal penis hingga batang penisku. Dia tersenyum melihatku. Dengan anggun dia menyelipkan helaian poninya di belakang telinganya. Sesekali kerlingan nakal mata kecilnya ditujukan padaku. Dia memang pintar sekali menggoda. Rayuan nakalnya selalu saja berhasil. Ibuku perlahan mulai mengurut penisku dengan genggaman tangannya. Setiap tekanan dan gesekan jemarinya terasa nikmat. Aku memperhatikan cincin pernikahan yang melingkar di jari manisnya. Dia ini sudah punya suami, tapi masih saja nakal. Kapan-kapan aku akan meminta ayah menghukumnya.
Baekhyun meremas pangkal penisku yang basah dan precum merembes keluar. Aku hampir mengerang kencang ketika dia melakukannya. Lidahnya dengan cepat menjilatnya. Genggaman tangan cantiknya pada batang penisku terlihat sangat erotis dan membuat gairahku bergejolak naik. Jemari lentiknya yang indah melingkar pada batang penisku.
Benar kata teman-temanku, ibuku cocok menjadi pemeran film dewasa. Dia seksi dan binal sekali.
"Enak? Kau suka?"
Baekhyun mendongak dan melihat padaku. Aku mengangguk kecil. Aku bersumpah wajahnya itu terlihat binal sekali.
"Panggil mommy sayang..."
"Hmm..."
"Ayo nak biar mommy bisa lanjutkan sayang... kau pasti sudah tak tahan..."
"Hmm..."
Baekhyun dengan sengaja mengeratkan genggamannya pada batang penisku. Rasanya aku ingin menjerit.
"I-iya.. enak mommy... tolong hisap lagi.."
Baekhyun kegirangan. "Oke sayang..."
Lalu aku dengan kasar menekan kepalanya. Dia tersentak kecil dan memejamkan matanya. Suara tercekiknya tertahan. Aku mengusap-usap kepalanya agak kencang, dan rambutnya jadi berantakan karena aku. Wajah Baekhyun terlihat tersiksa selagi mulutnya menelan batang penisku yang tak muat di mulutnya. Dia berusaha mencari posisi wajahnya yang nyaman. Aku melihat wajahnya yang bergerak maju mundur perlahan pada penisku. Dia mulai menyesuaikan ritme kulumannya. Bahkan dia hanya berjongkok saja terlihat sensual. Suara lumatan terdengar mengaduk-aduk salivanya dengan penisku. Bibir kenyal itu membentuk bundaran yang menenggelamkan batang kejantananku. Aku melihat wajah seksi itu dengan jarak dekat.
"Enak mom.. mommy juga pintar." kataku memujinya. Supaya dia makin senang.
Hingga beberapa detik ke depan, aku hanya menengadah ke langit-langit. Aku mencoba hanyut dalam sensasi nikmat pada organ kejantananku. Kepala dengan rambut kecokelatan itu tenggelam pada selangkanganku. Aku ingin setidaknya juga menyemburkan spermaku di wajah cantiknya. Aku pernah melihat ayahku melakukannya. Karena keseringan disuruh melihat orang tuaku bercinta, aku jadi ingin mengikuti apa yang ayahku lakukan padanya.
Aku mengeluarkan ponselku, mengambil fotonya selagi dia tidak menatapku. Kulihat ayahku sedang online dan kukirimkan foto itu padanya. Aku tak peduli. Ayahku pun sudah tahu bahwa istrinya ini binal dan murahan. Biar ayahku saja yang akan memarahinya.
Ayahku membalas pesanku,
[Bilang padanya, hari ini daddy pulang cepat.]
Kakiku terhenti tepat di depan pintu kamar ayahku yang setengah terbuka. Aku ingin mencari ayahku, namun saat ini Baekhyun sedang bersamanya. Orang tuaku sedang berada di dalam kamar. Aku berhenti untuk melihat mereka sejenak.
Hari ini berbeda dari biasanya.
Suasana pengantin baru masih kental terasa diantara mereka. Ranjang king size milik ayahku dibalut bed cover bernuansa glamour nan mewah. Lampu chandelier gantung dan kain gorden berwarna emas menambah kesan royal seperti istana kerajaan. Aku tidak bercanda saat berkata ayah akan mengabulkan semua permintaan Baekhyun. Kamar mewah ini adalah keinginannya.
Di hari yang penting ini, aku dan ayah memakai setelan tuksedo yang sama. Kami tinggi, tampan dan terlihat seperti saudara daripada ayah dan anak. Ayahku terlihat awet muda di usianya yang berkepala empat―dan orang bilang aku cepat dewasa sebelum waktunya. Tampan dan tajir melintir, kurasa karena itulah Baekhyun tergila-gila pada ayah dan aku. Dia menginginkan ayahku dan aku sekaligus.
Aku melihat Baekhyun sedang memakaikan dasi ayahku dan merapikan jas serta kemejanya. Tangan dengan jemari lentik itu diletakkan pada dada bidang ayahku. Mereka terlihat sangat bahagia pada malam ini. Senyuman lebar terukir di wajah keduanya. Ayahku menunduk, sedangkan Baekhyun mendongak. Mereka saling berpandangan dengan tatapan yang amat terpesona satu sama lain.
Sesekali ayahku mencuri kecupan di wajah cantik itu dan leher jenjangnya, membuatnya terkikik geli. Baekhyun tertawa lepas dan ayahku tersenyum tulus. Pandangan mereka tak lepas sedetik pun. Seolah tak pernah bosan saling memandangi setiap harinya. Setiap kali Baekhyun tersenyum, ayahku juga tersenyum. Ayahku tampan, dan Baekhyun sangat cantik. Mereka sangat serasi.
"Tetaplah kita seperti ini.. aku tidak bisa mengalihkan pandanganku darimu." ucap ayahku padanya.
Aku tanpa sadar tersenyum melihat kemesraan mereka. Aku sudah terbiasa melihat orang tuaku berpacaran. Sembunyi-sembunyi atau terang-terangan di hadapanku. Namun yang kali ini terasa berbeda.
Jemari manis keduanya menggunakan cincin yang sama. Tangan itu saling menyentuh. Ayahku meraih pinggangnya, dan dia mengalungkan tangannya pada leher ayahku. Mereka berdansa kecil seraya mengikuti alunan musik jazz yang samar-samar mengiringi gerakan kaki mereka. Baekhyun sangat mencintai musik seperti dia mencintai ayahku. Selama beberapa menit, mereka saling bertatapan sambil tersenyum. Ayahku memandang lurus pada bola matanya, menggagumi semua keindahan makhluk indah di hadapannya. Tatapan penuh arti itu tampak seolah mereka berbicara lewat mata dan hati, tanpa perlu kata-kata. Semburat merah merangkak naik pada pipi ibuku.
Aku hanya bisa melihatnya, menyadari betapa mereka sangat saling mencintai. Aku dapat mendengar Baekhyun berkata bahwa dia ingin seperti ini terus dengan ayahku sampai mati. Aku tersenyum mendengarnya. Betapa bodohnya aku baru menyadari bahwa seseorang yang dia sangat cintai hanyalah ayahku.
Ayahku menggendong bidadarinya dengan bridal style yang sangat romantis. Baekhyun tidak meminta digendong, tapi ayahku sendiri yang ingin menggendongnya. Dikecupnya lagi kening istrinya. Sedangkan dia membenamkan kepalanya pada dada bidang ayahku. Dia amat senang. Kaki ayahku berpindah menuju jendela yang mengarah langsung pada pemandangan malam hari yang indah. Selagi masih menggendongnya, mereka memandang ke luar jendela dengan senyuman yang tak lepas dari bibir. Ini pemandangan paling romantis yang pernah kulihat.
Aku sadar bahwa Baekhyun tidak pernah bertingkah semanis dan semanja ini di hadapanku. Dia hanya melakukan itu pada ayahku.
"I just want you baby..."
Aku dapat mendengar ayahku berbisik itu padanya. Mereka saling membisikkan kalimat cinta satu sama lain. Karena Baekhyun berbisik, suaranya terdengar rendah dan dalam sehingga terdengar berkali-kali lipat lebih seksi dari yang biasanya. Ayahku tertawa mengangkat sudut bibirnya. Sangat mempesona.
"Kumohon malam ini saja." kata Baekhyun pada ayahku.
Kemudian ayahku menjawab dengan bergumam, yang tak kudengar jelas. Namun yang kutahu, ayahku akan selalu mengabulkan permintaan istrinya.
Hari ini adalah hari bersejarah dan penuh kenangan untuk mereka berdua. Malam ini adalah hari peresmian perusahaan raksasa milik ayahku sekaligus pengumuman go public hubungan mereka. Karena itulah ayah dan aku memakai tuksedo dengan tema formal. Kami terlihat sangat rapi dengan rambut yang disisir keatas. Tak biasanya aku berpakaian rapi seperti ini, biasanya aku serampangan. Kata ibuku, dia dan ayah bangga sekali memiliki aku sebagai anak mereka.
Sedangkan Baekhyun memakai blouse ruffle yang mewah dengan warna merah maroon yang memancarkan kecantikannya. Dia selalu terlihat cocok memakai pakaian apapun dengan tubuh bagusnya. Leher blouse yang berbentuk v rendah menampilkan belahan dadanya. Tampaknya dia suka sekali memakai pakaian yang dapat mengundang nafsu. Make-up yang dipoles pada wajahnya terlihat sangat menawan. Aku sangat suka melihat eyeshadow berwarna gelap pada kelopak matanya. Hiasan itu membuat matanya terlihat tajam dan menambah aura dewasanya yang tegas. Bracelet dan liontin yang menjuntai di leher jenjangnya membuat dia semakin mempesona. Cocok dengan kulitnya yang putih. Seperti kata ayah, aku juga tidak bisa mengalihkan pandanganku darinya.
Acara penting ini diadakan di hotel bintang lima dan banyak tamu penting yang akan hadir. Aku sebenarnya tak mau ikut, namun Baekhyun memaksa, sebab mereka akan mengumumkan hubungan mereka dan mengenalkan aku sebagai anggota keluarga kecil mereka. Aku, Park Sehun, adalah anak mereka.
Ayahku dan Baekhyun sudah menikah secara privat empat bulan yang lalu. Mereka tinggal bersama dan tidak ada yang tahu selain aku. Ayahku berpikir seluruh dunia harus tahu bahwa bidadari cantik bernama Byun Baekhyun sekarang adalah miliknya.
Mereka sudah mantap memutuskan untuk go public. Aku juga satu-satunya orang yang tahu rencana itu.
Ayahku mengecup bibir ranumnya. Baekhyun mengalungkan lengannya pada bahu ayahku. Bibir mereka menempel cukup lama. Aku tidak pernah berpikir bahwa ayah bisa bersikap romantis, lembut dan gentleman seperti ini. Ayah selama ini terlihat seperti pria dingin dan super sibuk yang jarang menghabiskan waktu di rumah.
Dan di setiap kesempatan, mereka selalu membahas tentang aku.
"Aku merasa bersalah pada Sehun.. aku jarang ada di rumah. Sampai aku rasa dia tidak menganggap aku sebagai ayahnya."
Ayahku mulai bercerita. Suaranya pelan dengan nada datar, tapi wajahnya terlihat risau. Aku pikir harusnya akulah yang merasa bersalah pada ayah. Ayah mungkin merasa lelah dan hanya ingin hidup tenang setelah menikah. Tapi ayah masih dihantui rasa bersalah hanya karena ayah merasa tak merawatku dengan baik.
"Aku takut Sehun diejek oleh temannya di sekolah... karena dia tidak punya ibu.. aku frustasi sekali memikirkannya."
Sejak lahir, aku tidak pernah merasakan sosok ibu. Ayah berusaha mencarinya untukku, dan baru menemukannya ketika aku sudah remaja. Waktu yang telah terlewat sia-sia selama tujuh belas tahun membuat ayahku merasa gagal. Ayahku selalu menganggap aku tak pernah dapat kasih sayang dari seorang ibu. Mungkin karena itu, aku tumbuh menjadi anak yang bandel.
"Aku beruntung punya kau, Baekhyun."
Rasanya.. ini pertama kalinya aku mendengar ayahku menyebut ibuku dengan namanya.
"Jika Sehun sudah dewasa, kita bisa pindah ke rumah yang kecil.. aku tak begitu suka rumah yang besar. Kita hanya berdua nantinya."
Ayahku mulai memikirkan masa depanku dan juga masa tuanya nanti. Suatu hari nanti, ayah hanya ingin pensiun, mewariskannya padaku dan hidup tenang berdua bersama istrinya di rumah yang tak begitu luas.
"Kau masih perlu mengajarinya banyak hal darling..."
Baekhyun menasehati ayahku. Wajahnya terlihat khawatir.
"Kau sudah mengajarinya?" tanya ayahku menatapnya. Sorot mata ayahku lurus dan dalam sekali.
"Mengajari apa?" Ibuku bertanya balik.
"Semua hal yang seharusnya Sehun dapatkan dari ibunya." Kasih sayang, cinta, perhatian. Ayahku ingin Baekhyun menjadi sosok ibu pengganti untukku.
Tatapan mereka bertemu cukup lama.
"Ya.. banyak hal."
Baekhyun tersenyum pada ayahku.
Suatu hal yang ayahku tak tahu adalah Baekhyun sebelumnya sudah datang ke kamarku dan memakaikan dasiku. Dia berkata bahwa aku harus hadir dalam acara, karena ayah akan mengenalkan keluarganya pada koleganya. Istrinya, Park Baekhyun, dan aku sebagai putra tunggal ayahku sekaligus pewarisnya. Dia bilang aku harus bekerja keras mulai detik ini, bahwa ayah selama ini menjadi single parents dan membesarkanku sendirian. Aku mengerti betapa dia mengkhawatirkan dan menyayangi ayah dan juga aku. Baekhyun membagi kasih sayang yang sama untuk kami. Dia juga mencium keningku dengan sayang, dan berbisik bahwa dia juga mencintai Park kecil. Bisikan itu terdengar amat romantis di telingaku. Aku merasa terlena dengan sikapnya.
Aku membuka gulungan kertas souvenir dan melihat huruf inisial nama dia dan ayahku dalam ukiran tulisan berwarna emas. Dan juga angka yang aku tak mengerti mengapa mereka menunjukannya. Hanya mereka yang tahu makna angka itu. Kurasa itu sangatlah berarti, mungkin tanggal hari jadi mereka atau semacamnya.
Kupikir.. aku terasa seperti menghancurkan hubungan mereka. Aku merasa bersalah pada ayahku. Ibuku gila karena mencoba bermain hati juga denganku.
Kini ayahku menurunkan tubuh mungilnya. Ayahku membelakangi dan memeluk pinggang rampingnya. Hampir 10 menit berlalu sejak aku mulai melihat apa yang mereka lakukan. Ayahku menggenggam erat tangan putih nan halus milik istrinya. Tubuh tinggi memeluk dari belakang tubuh yang lebih pendek darinya. Ayahku meletakkan dagunya pada bahu istrinya. Mereka melihat pemandangan bersama. Baekhyun tersipu malu mendengar bisikan ayahku pada telinganya.
Mereka mengobrol dengan posisi ayahku memeluknya dari belakang. Baekhyun mendongak ke belakang agar dapat menatap ayahku, sementara ayahku memeluk erat pinggangnya. Aku tak begitu ingin mendengarnya. Aku hanya ingin memandangi ibuku dan menggaguminya dalam diam. Ketika wajah cantik itu berubah menjadi serius, aku mendadak kaku.
Baekhyun dapat menyadari kehadiranku melalui siluet tinggi nan tegap dibalik pintu. Siluet yang persis seperti ayahku. Instingnya sangat tajam dan peka. Padahal aku tidak mengeluarkan suara sekecil apapun.
Baekhyun mengerjapkan matanya dan tiba-tiba saja melirik padaku. Saat itu juga wajahku cemas karena dia tahu aku terus memandanginya sedari tadi. Dia kemudian menoleh sepenuhnya padaku dengan wajah tanpa ekspresi.
Ayahku awalnya heran mengapa istrinya berhenti berbicara dan menoleh. Pria itu ikut mengalihkan pandangannya padaku. Aku hanya diam saja ketika dua pasang mata itu memandangku. Wajahku datar dan aku tidak tahu harus berkata apa. Ada keheningan sejenak diantara kami bertiga.
Kini mereka tahu aku sedari tadi melihat momen mereka.
Sementara wajah Baekhyun terlihat tidak terkejut, kupikir dia sedari awal menyadari bahwa aku melihat mereka. Melihat tangan ayah yang masih melilit pinggangnya membuatku tanpa sadar meremas kertas souvenir yang telah kulihat tadi. Aku rasa.. aku ingin sekali dia ditakdirkan untukku. Aku ingin Baekhyun menjadi milikku, tetapi bukan sebagai ibuku.
Baekhyun memegang tangan ayahku, memberinya tahu bahwa ada aku di depan sana. Ayahku sedikit bingung, namun akhirnya mereka tidak lagi berpelukan. Ayahku memilih duduk di atas ranjang dan memandangi istrinya yang cantik. Kami adalah ayah dan anak yang sangat mirip. Aku dan ayah suka memandangi satu-satunya makhluk cantik di rumah ini.
"Putramu disini..." kata ibuku.
Ayahku tersenyum sekilas. "Iya, kau lupa menutup pintu baby.. sering sekali."
Dengan cepat aku mencari tahu raut wajah ayah. Hari ini adalah hari penting baginya, tapi wajah pria itu terlihat tidak ada ekspresi yang berarti. Baekhyun masih berdiri dan tersenyum seperti biasa yang mempesona. Aku melihat padanya dengan tatapan datar. Dia terlihat bermain-main dengan kuluman senyumannya. Bahkan ketika ada ayahku, Baekhyun masih berani bertingkah murahan di hadapanku.
Kami saling bertatapan cukup lama. Tanpa sepatah katapun. Ayahku sekarang ada disini dan melihat kami berdua, membuat kami bertiga seperti mendayung dalam hubungan cinta segitiga. Saat ini aku ingin berkata pada Baekhyun bahwa aku dan ayahku tidaklah sama, dan dia juga tidak boleh menginginkan kami sekaligus. Ayahku dan aku―kami adalah dua Park yang berbeda.
"Ini vest yang kau pilih untuk Sehun. Kau punya selera yang bagus baby..." Ayahku berkomentar saat melihat penampilanku. Akhirnya ada suara yang memecah keheningan kami. Baekhyun kini ikut memperhatikan tubuhku. Ayah terlihat suka dengan kostumku malam ini. Aku terlihat seperti CEO muda saja.
"Hehehe.." ibuku tertawa malu dan senyuman tulus mengembang. Suaranya lembut dan wajahnya cantik sekali. "Putramu juga bintang malam ini darling, jadi aku berusaha melakukan yang terbaik. Dia tampan sekali, seperti kau saat muda."
"Oh ya..." ayahku pun tak menyadarinya. Pria itu biasanya selalu tak punya waktu untuk menyadari perkembangan putranya sendiri. Apakah aku mirip dengannya dan apakah aku tumbuh dengan baik. Ayah sekarang mengamati wajahku dengan intens untuk mencari tahu jawabannya.
Baekhyun tersenyum senang melihatku. Senyuman yang hangat dan keibuan. Dia terlihat seperti sosok ibu tiri yang baik hati, dan aku tidak membantahnya. Dia memang manis dan sangat sayang padaku. Dia banyak belajar hal tentang pekerjaan rumah sebelum menikah dengan ayah, agar dia bisa menjadi istri dan ibu yang baik untuk kami.
"Berhenti menatapku seperti itu." ucapku pada ayah.
"Oke, baik.. jadi kau suka dengan pakaianmu?" ayah malah bertanya padaku―sesekali mencoba menunjukkan perhatian padaku.
Pertanyaannya konyol sekali.
"Hm.. aku tidak begitu suka pakai berlapis-lapis. Panas." kataku mengadu pada ayah. Tentang vest yang dipilih ibuku.
Baekhyun memahami percakapan kami tanpa komentar. Sementara ayahku terlihat agak khawatir rupanya aku tak nyaman dengan pakaianku.
Ayahku hanya terkekeh. "Itu Baekhyun yang pilih.. mommymu ingin kau terlihat seperti pangeran malam ini."
Aku memasang wajah malas. "Padahal ini acara kalian berdua."
"Tidak.. ini acara kita bertiga, Sehunnie..."
Tiba-tiba saja ibuku menjawab seperti itu.
Aku menatapnya dalam keheningan. Kurasa Baekhyun memang menanti kehadiranku disini, karena itulah dia sengaja tidak menutup pintu. Dia masih berdiri seolah menungguku untuk melangkah masuk ke dalam kamar.
Aku tidak mau masuk, sungguh. Rasa bersalahku pada ayah semakin menjadi-jadi dan membuatku merasa berdosa jika melangkahkan kaki di tempat yang seharusnya tidak ada aku.
"Malam ini acara kalian... hmm kurasa aku mau nginap di rumah Jongin setelah acara selesai."
Aku tak tahu mengapa aku tiba-tiba berkata bahwa aku ingin menginap di rumah Jongin. Hanya refleks, dan aku agak gugup.
Ayahku tersenyum kecil. "Tapi kau putraku, Park Sehun."
"Memangnya kenapa?" tanyaku mengerutkan kening.
"Tidak apa-apa... aku harap kau bisa senang dengan ini. Kau akhirnya bisa punya ibu.. sekarang ada orang yang membuatkanmu makanan enak.. ada yang menyiapkan seragam sekolahmu dan banyak lagi hal-hal indah yang ada di rumah ini. Berterima kasihlah pada Baekhyun. Ibumu."
Aku melihat ayahku dan tertegun.
"Ya.." jawabku pendek.
Pria itu tinggi sekali. Bola matanya menyorotkan kehangatan padaku. Ayah selalu merasa bersalah padaku, tapi ayah ingin aku menghargai ibuku lebih dari apapun. Lebih dari aku menghargai dirinya sendiri yang selama ini membesarkanku sendirian. Justru aku harus berterima kasih pada ayah. Aku pernah berpikir ayah akan membenciku, namun sesungguhnya dia tidak akan pernah. Ayahku kini tersenyum padaku. Ayah terlihat bangga memiliki aku sebagai putra tunggalnya. Berapapun usiaku, ayah selalu berkata bahwa aku jagoan kecilnya. Ayah selalu memberi apa yang aku inginkan.
Pria itu kemudian melirik istrinya, dan aku juga ikut melirik sosok cantik itu. Secara bersamaan aku dan ayahku memandangnya dengan tatapan yang seolah berkata stay with me. Aku dan ayah kini sama-sama tidak ingin melepaskan Baekhyun. Bidadari cantik itu milik kami berdua.
Ketika aku dan ayah sadar bahwa kami sedang menatap objek yang sama, kami langsung membuang muka. Ayah terlihat biasa saja dan tidak berkata apapun, namun jujur aku gugup. Aku gelagapan seakan-akan takut ayah mengetahui sesuatu. Baekhyun sadar betul dirinya diinginkan oleh dua orang sekaligus. Sudut bibirnya terangkat dengan kuluman senyum yang tertahan. Dasar jalang murahan. Dia yang membuat kerumitan ini.
"Baiklah, daddy dan mommy cuma punya waktu lima menit untuk bermesraan. Kurasa aku harus menunggu di mobil." ucapku memecah keheningan. Aku menatap lurus pada ayahku, dan kuabaikan tatapan dari ibuku.
"Kau masuk dulu sayang..."
Suara ibuku tiba-tiba meminta lagi. Baekhyun menatapku dengan hangat.
"Aku tidak mau."
"Mommy ingin melihat penampilanmu lebih dekat.. apa kau sudah mengancing kemejamu dengan benar?"
"Sudah, dan aku juga sudah besar."
Aku mengunci Baekhyun dengan tatapan mata yang tajam dan lurus. Aku merasa setiap kali dia berkata bahwa dia menyayangiku dan aku sebagai anak tidak boleh membuatnya sedih, dia memiliki maksud lain. Dia memang pantas disebut jalang.
"Astaga.. kau hanya akan membuat mommymu sedih, Sehun." ucap ayah melihat sikapku.
Aku melirik ayahku, dan pria itu hanya tersenyum. Ayah selalu terlihat tenang namun juga dia sangat tegas. Ayahku tak segan memarahiku jika aku nakal. Ada gurat lelah pada garis wajahnya. Ayahku selama ini bekerja keras sambil membesarkanku sendirian. Aku tidak lagi didampingi baby sitter sejak aku berusia 8 tahun. Aku menyayangi ayahku. Aku tidak ingin kami berkompetisi hanya karena Baekhyun.
.
.
.
.
