200%

A GojoHime Fanfiction

Jujutsu Kaisen by Akutami Gege

WARN : typo, OOC, OOT, sedikit kasar.


Wherevere you are, i always make you smile

wherever you are, i never make you cry

whatever you say, you are always on my mind

i promise you "forever" right now


7 Desember 2010, Kyoto, Jepang.

"Lama tidak bertemu, kukira Utahime jadi preman, kenapa wajahnya codet begitu?"

"Masih berani kurang ajar, ya?"

Angin dingin berhembus pada kedua insan yang berjalan di pusat pertokoan. Si pria jangkung melepaskan kabel headset yang tadinya ada di telinganya sesaat setelah ia bertemu dengan gadis mungil yang ada di sampingnya secara tidak sengaja. Kota Kyoto di awal Desember tidak ramai, juga tidak sepi. Beberapa toko sudah memasang atribut untuk hari Natal, dan yang lainnya sudah didekorasi dengan dekoran rumah kue jahe panggang. Udara dingin yang dihirup pria itu serasa mengingatkannya kembali ke masa kecilnya, maka dari itu ia melontarkan senyum lebar.

"Enak ya bisa pulang, walau di rumah aku sendirian sih. Utahime mau ikut kerumahku?"

"Untuk apa?"

"Entah, kan aku di rumah sendirian,"

Gadis yang si jangkung panggil dengan nama Utahime itu meringis kesal, "Jangan aneh-aneh," katanya. "Lagipula kenapa kau tiba-tiba ke Kyoto? Kukira rumah keluarga Gojo sudah lama tidak dihuni karena pemiliknya lebih sering ada di Tokyo," lanjutnya.

Pemuda yang bernama lengkap Gojo Satoru kemudian terkekeh, "Ada yang beresin, kok. Cuma memang tidak ditinggali. Karena ada hari libur, jadi aku pulang," katanya.

Gojo Satoru dan Iori Utahime- mereka adalah lulusan SMA Jujutsu. Setelah lulus tiga tahun yang lalu, dan berbagai macam kejadian yang dialami, mereka sudah tidak pernah bertegur sapa dan bertemu secara langsung. Utahime langsung dipindahkan ke Kyoto dan dilatih secara intens untuk menjadi guru di sana, sama halnya dengan Gojo Satoru- bedanya, pria surai putih itu ditempatkan di Tokyo. Mereka yang dikenal sebagai Tom and Jerry karena selalu bertengkar setiap hari- jadi jarang bertemu.

Apakah mereka sedekat itu? Iya. Lihat saja cara Gojo Satoru memanggil nama Utahime. Pada awalnya memang semua orang memanggilnya dengan nama keluarga- Iori. Entah itu Iori-san, Iori-senpai, atau hanya Iori. Semenjak ada Gojo Satoru yang berani memanggilnya dengan nama Utahime, semua jadi ikut-ikutan. Adik kelasnya itu memang seronok, suka meledek, kurang ajar, dan tidak sopan. Dikatakan bahwa Ieiri Shoko- teman seangkatan Gojo Satoru- adalah adik kelas favoritnya Utahime, tapi satu sekolah pun tahu kalau orang itu adalah Gojo Satoru.

"Sudah jam 7 malam, mau makan malam dulu enggak?" Kata Gojo, sambil melirik jam tangannya.

Utahime bergumam, "Hmm..."

"Apa Utahime ada janji?" Tanya Gojo.

"Tidak juga,"

"Kalau begitu temani aku ya, aku yang traktir!" Kata Gojo.

Utahime menghela nafas. Kebetulan memang ia keluar untuk mencari makan malam- dan kebetulan, ia bertemu Gojo. Bagusnya pemuda itu mau membayar makan malam mereka kali ini.

Mereka datang di sebuah resto kecil. Gojo dengan Katsudon juga Utahime dengan Nasi sup misonya. Restoran itu tidak terlalu ramai, suasananya hangat, Gojo dan Utahime duduk di sebuah sudut sambil menikmati hidangan mereka. Kapan terakhir kali mereka makan bersama? Utahime juga tidak ingat kapan pastinya. Tapi ini yang pertama kali setelah mereka berpisah beberapa tahun lalu.

Utahime tidak ingin bertanya mengapa. Ia sesekali memperhatikan pemuda di hadapannya itu yang sedang makan dengan lahap. Rambut putihnya, kacamata hitam khasnya, bulu mata lentiknya, oh iya, dia juga tambah tinggi. Utahime melanjutkan santapannya sambil memikirkan tentang Gojo Satoru yang sudah lama tak ia temui.

"Bibi, aku mau pesan bir dua gelas ya!"

Gesturnya seperti sudah menganggap bibi pemilik resto tersebut layaknya ibunya. Si bibi pun menyetujui dan sedang menyiapkannya. Tapi tunggu- Bir?

"Kau minum?" Tanya Utahime.

"Iya," kata Gojo. "Eh? Utahime gak minum ya?"

Utahime menggeleng, "Aku minum. Tapi memangnya kau sudah cukup umur, ya?"

Gojo Satoru melemparkan senyum anehnya, ia berhenti melakukan aktifitasnya dan meletakkan sumpit itu di mangkuk santapannya.

"Aku hari ini 21 tahun, loh! Masa lupa?"

Utahime kesal. "Ya aku mana ingat ulang tahunmu juga... eh?" Utahime terkejut, "Hari ini ulang tahun, dong?"

Gojo tersenyum lebar, "Hehe, iya. Makanya aku pulang ke Kyoto, seenggaknya aku ingat aku lahir di mana," kata Gojo.

Oh, hari ini ulang tahun.

Utahime tersenyum kecil, "Eh.. selamat ulang tahun deh, kalau kayak gitu. Aku gak punya kado untukmu ya, haha,"

"Hm? Tentu ada dong,"

"Apa?"

Gojo tersenyum, "Ada,"

Bir pesanan Gojo pun datang. Utahime tidak melanjutkan pertanyaan. Ia menatap gelas bir itu dengan tatapan heran. Gojo Satoru ulang tahun. Pikirannya jadi melayang lagi.

Gojo Satoru merupakan penyihir terkuat di era modern saat ini- ya, Pemuda yang tengah memakan katsudon dengan lahap di hadapannya ini. Ia mewarisi Six Eyes yang teknik Limitless yang sudah lenyap selama 400 tahun lamanya. Saat ia pertama belajar hal itu, ia berandai akan seperti apa orang yang mewarisi keajaiban seperti itu. Tapi saat Utahime bertemu Gojo langsung, ternyata di matanya hanyalah anak muda tengil yang suka membuat kekacauan. Yah, mau berekspektasi apa lagi, saat itu ia baru berusia 15 tahun. Sama seperti anak sekolah pada umumnya.

Utahime jadi berandai-andai. Sepaham dirinya, Gojo tinggal sendirian. Ia tidak memiliki informasi apapun atas ayah ataupun ibu Gojo. Atau kerabat satu klannya. Saat ini, hanya ia sendiri. Hanya Gojo Satoru sendiri yang memimpin klan Gojo- salah satu dari tiga keluarga penyihir terkuat selain Zenin dan Kamo.

Ia pulang hanya untuk jadi sendiri..

"Kalau aku jadi kau," kata Utahime, membuat Gojo mengalihkan fokusnya. "Di hari ulang tahunku, aku akan bersama temanku,"

Gojo terdiam.

"Maksudku.. apa kau tidak kesepian..?" Tanya Utahime.

Gojo meneguk birnya, "Apa tuh. Kasihan padaku ya?"

"Jujur sih, iya," kata Utahime.

Pemuda itu lalu tersenyum bercanda, "Gimana kalo Utahime aja yang nemenin aku?" Katanya.

Memang sulit ya diajak serius.

Utahime menyusul untuk minum birnya. Seharusnya bir tidak memiliki kadar alkohol sebesar ini- tapi Utahime merasa sedikit pusing setelah beberapa saat.

"Aku jadi menyesal ya,"

"Hahaha maaf," katanya, "Tidak perlu khawatir padaku, aku sudah biasa kok,"

Utahime sedikit menggebrak meja- hal itu membuat Gojo sedikit terkejut.

"Yoshhh Satoru!"

"Satoru?"

"Hari ini biar aku bayar traktiranmu! Jangan habisi ulang tahunmu sendirian!"

Gojo terkejut. Ia sedikit bengong melihat gadis yang ada dihadapannya. Tapi ia langsung tertawa, melihat adrenalin Utahime yang sedikit "terdorong" malam ini.

"Boleh deh, tuan putri,"


"Hmmm.. Gojo... dingin,"

Pada akhirnya, Utahime berakhir di gendong piggy back oleh Gojo Satoru. Beruntung pemuda itu tahu komplek rumah Iori, jadi bisa mengantar si Putri Lagu yang sedang mabuk itu pulang ke rumahnya.

Jam tangannya menunjukkan pukul 11.25 malam. Jalanan sudah lumayan sepi, udaranya semakin mendingin. Gojo cuma bisa berharap agar ia tidak dibantai oleh Tuan Iori-mengetahui putrinya pulang dalam keadaan mabuk parah begini.

Kronologinya adalah- malam itu, mereka bersenang-senang. Bermain di arena permainan arkade, membeli makanan ringan, karaoke, dan yang terakhir minum sake di angkringan kecil. Gojo paham batasan alkoholnya sangat kecil, jadi ia tidak minum. Utahime sudah mabuk saat botol kedua sudah habis. Lagipula kalau ia dan Utahime sama-sama mabuk, tidak akan ada yang bisa mengantar cewek gila satu ini pulang ke rumah.

"Satoru.."

"Apa?"

"Kau..."

Gojo mendengarkan Utahime yang sedang mengigau.

"Hm, apa?"

"Sialan.."

Gojo terkekeh.

"Satoru, ya? Boleh tuh, panggil aku Satoru,"

"Kenapa...?"

"Rasanya kita akan lebih dekat kalau begitu," kata Gojo.

"Hmm.. Satoru ya.."

"Btw, Utahime,"

...

"Utahime?"

... tidak ada balasan.

"Utahime-senpai?"

Utahime menyenderkan kepalanya di bahu Gojo dan tertidur lelap. Sesaat setelah Gojo tahu kalau gadis itu tidur, ia menghela nafasnya perlahan dan terkekeh kecil.

"Enak banget sih, digendong, tidur pula,"


"Maafkan putri kami ya, nak. Namamu siapa?"

Selepas Gojo meletakkan Utahime tidur di kamarnya, pemuda surai salju itu disambut hangat oleh keluarga yang sudah menunggu kepulangan Utahime. Rumah keluarga Iori sederhana, namun hangat. Model rumahnya mirip dengan rumah keluarga Gojo- model rumah Jepang tradisional. Ia dipersilahkan duduk di kotatsu yang sudah dihangatkan. Dihadapannya terdapat pria paruh baya yang ia percaya sebagai orang tuanya Utahime- Tuan Iori.

"Tidak apa-apa, Tuan. Namaku Gojo Satoru,"

"Gojo...?"

Ah ya, nama Gojo memang sangat terkenal dimana-mana. Berbeda dengan keluarga Iori, seperti yang sudah disebutkan, keluarga Gojo merupakan salah satu dari tiga keluarga penyihir terkuat. Tidak heran apabila Tuan Iori terkejut akan hadirnya Gojo, apalagi si kepala klan itu sendiri yang mengantar anak gadisnya pulang.

"Maafkan anakku ya, dia sudah lancang," kata Tuan Iori.

"Tidak, tidak apa-apa. Dia sudah seperti saudara, kami berteman sejak di sekolah Jujutsu," kata Gojo.

Suasana ruang keluarga yang hangat itu menjadi agak canggung. Gojo Satoru duduk dengan santai sambil melirik sekelilingnya. Ruang keluarga ini terhubung langsung dengan taman belakang- karena masuk musim dingin, pintu geser khusus musim dingin agar menghalau udara ekstrim masuk ke rumah terlihat baru diganti. Terdapat TV LCD yang menyala dengan volumenya yang kecil, menghiasi keheningan diantara Tuan Iori dan Gojo.

Tak lama kemudian, seorang wanita masuk membawa nampan dengan teh dan cangkir di atasnya. Wanita itu meletakkannya di atas kotatsu- satu untuk suaminya, satu untuk Gojo.

"Apa kau suka manis? Aku bawakan gula untukmu," katanya.

Gojo tersenyum, "Ah, Terimakasih banyak, Nyonya. Anda tahu betul, saya kebetulan suka manis," lanjutnya, sembari meletakkan beberapa buah balok gula ke dalam cangkir sebelum dituang teh hangat.

Wanita itu tersenyum lebar. Ia ikut duduk di samping tuan Iori.

"Apa kau berkenan istirahat sebentar disini? Sudah sangat larut, di luar juga mulai hujan,"

Sebuah tumpangan, ya.

Gojo mendengar rintik hujan yang mulai turun deras, membuat bising dari atap keramik rumah Iori. Rumahnya memang tidak terlalu jauh, tapi berjarak sekitar empat kilometer dari tempatnya berada sekarang. Kalau ia paksakan pulang sekarang, mungkin akan sedikit repot.

"Jika kehadiran saya tidak mengganggu..." Gojo membungkukkan tubuhnya sedikit, "Dengan senang hati saya menerima tawaran Nyonya dan Tuan,"

"Ah ya, sekalian," Nyonya Iori bangkit lagi dari duduknya. Ya, tipikal ibu rumah tangga yang tidak bisa diam, apalagi kedatangan tamu- apalagi, tamunya adalah teman cowok dari anak semata wayangnya. Sudah gitu, teman cowoknya adalah ketua keluarga Gojo.

Keluarga Iori sudah turun temurun merawat kuil-kuil yang ada di Kyoto, khususnya. Terutama kuil dari Sugawara no Michizane- atau lebih akrab dipanggil Kitano Tenman-gu. Belakangan ini apalagi, banyak anak sekolah dari seluruh penjuru Jepang berkunjung ke kuil tersebut dalam darmawisata sekolahnya. Sugawara no Michizane lebih dikenal sebagai Dewa Pembelajaran, maka dari itu banyak siswa siswi yang meminta berkah dan berdoa dengan menulis harapan pada ema di kuil tersebut.

Mengetahui bahwa keluarga Gojo merupakan keturunan dari Sugawara no Michizane itu sendiri membuat Tuan Iori sangat segan terhadap pemuda yang terlihat santai di hadapannya itu. Terlebih ini pertama kalinya bertemu dengan Gojo itu sendiri. Tuan Iori tahu bahwa pemuda yang tengah meneguk teh hangatnya itu merupakan seorang pewaris Six Eyes dan Limitless- Teknik Kutukan yang telah lama hilang semenjak 400 tahun lalu. Ia juga ingat betul ketika kelahirannya menggemparkan dunia Jujutsu. Dialah penyihir terkuat di era modern saat ini.

Siapa sangka ia dapat bertemu langsung, di rumahnya, selepas mengantar anak tunggalnya yang mabuk itu?

Nyonya Iori kembali membawa kimono tidur berwarna abu muda untuk dipakai si Tuan Muda Gojo ini.

"Untuk tidur malam ini, ya. Bajumu yang sekarang akan dikeringkan besok pagi. Tadi kena gerimis, kan?" Kata Nyonya Iori.

"Anda baik sekali, Nyonya. Terimakasih banyak,"

"Sama-sama," kata Nyonya Iori. "Selepas ini, segera istirahat ya. Gunakan kamar di sebelah kamar Utahime, sudah dibersihkan dan digelar futon. Aku permisi dulu, sepertinya Utahime bangun," Nyonya Iori langsung pergi lagi setelah bertitip pesan pada Gojo layaknya ibu kandung. Gojo mengangguk dan melihat Nyonya Iori pergi.

Sementara itu, Tuan Iori tidak berkata apapun. Tidak mengizinkan Gojo pergi, juga tidak menyuruhnya untuk beristirahat. Gojo Satoru pun sama segannya- siapa yang gak grogi didiemin sama bapak dari teman cewek!

"Gojo Satoru, ya?"

"Iya, Tuan,"

"Ah, ya. Bagaimana putriku di sekolah? Apa dia baik-baik saja selama di Tokyo?"

Gojo tersenyum kecil, "Dia sangat hebat, dan teknik kutukannya sangat membantu banyak orang,"

Iori Utahime lahir di kalangan miko- gadis kuil. Kesehariannya dihabiskan dengan kegiatan miko dengan anggota kuil lainnya. Ia melalui banyak pelatihan sebagai gadis kuil- juga kelebihannya akan melihat roh kutukan, turun dari Ibunya. Oleh karena itu, ia memutuskan untuk masuk SMA Jujutsu, untuk mengetahui potensi teknik kutukannya.

Solo Forbidden Zone merupakan teknik kutukan milik Utahime yang dapat mengenhance energi kutukan orang lain di area yang sudah ditetapkannya. Hal ini dapat menimbulkan hasil output yang dikeluarkan pengguna teknik yang energinya telah terenhance menjadi dua kali lipat lebih besar. Jujur, Gojo belum pernah mencoba kolaborasi dengan Utahime. Mungkin suatu saat nanti ia akan menemukan momennya.

"Saya juga berteman baik dengannya. Ia kakak kelas yang baik,"

"Kau lebih muda darinya?"

"Ah, ya. Kebetulan saya adik kelasnya. Kak Utahime banyak membantu saya-"

Tuan Iori tersenyum, "Mungkin anakku lebih banyak dibantu olehmu, ya," katanya.

Gojo tersenyum, "Tidak juga, Tuan. Kami sering membantu satu sama lain," katanya. Kok jadi kayak diinterograsi sama bapak mertua, ya? Pikirnya. Tapi Gojo kesampingkan pernyataan itu.

"Gojo Satoru,"

Gojo terdiam. Tuan Iori menghela nafas. "Aku punya satu permintaan padamu,"


TBC