Malam hari ini.

Sekelompok murid berandalan tampak tergeletak tak berdaya di aspal. Di sisi lain, seorang pemuda berpakaian kasual menurunkan kuda-kudanya, lalu menatap heran ke arah mereka.

"Kalian punya fisik yang bagus… cuma kurang teknik saja."

"B-Berisik kau, Uzumaki."

Dia terkekeh sebelum mengambil tas yang ada di tanah. Lelaki itu memutar badan dan menyerahkan tas itu pada seorang gadis di luar gang. Gadis itu terkejut.

"I-Ini, um, makasih banyak Uzumaki-kun."

"Sama-Sama. Omong-omong, kau pulang sendirian?"

"Enggak. Bentar lagi jemputanku tiba."

"Begitu. Kalau gitu aku pergi dulu."

Ia mengangguk dan hanya mengamati lelaki itu yang pergi ke arah lain. Detak jantung gadis itu berdetak pelan.

'Uzumaki-kun… terima kasih banyak.'

Dia tersenyum sendiri.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

N & E

Summary

Dia tidak sengaja menyelamatkan seorang siswi dari berandalan. Balasannya? Punya hubungan baik dengan cewek itu sendiri tentunya.

.

.

.

Disclaimer

Naruto dan Shokugeki no Souma dimiliki oleh pemiliknya masing-masing. Author hanya meminjam mereka demi kepentingan fanfic ini.

.

.

.

Genre

Utama: Romance

Selingan: -

.

.

Pairing

[Uzumaki Naruto x Nakiri Erina]

.

.

Bel berbunyi keras.

Jam istirahat melanda sekolah ini. Tidak sedikit jumlah murid yang berkeliaran di lingkungan akademi sekarang. Mereka antara pergi ke kantin, lapangan, berdiam diri di kelas, dan masih banyak lagi.

Sementara itu, di kelas tertentu, beberapa siswa tampak mengajak seseorang untuk pergi ke suatu tempat. Orang ini adalah murid laki-laki berambut kuning dengan iris mata biru.

"Naruto, kau mau ikut kita ke kantin?"

"Enggak dulu kayaknya. Kalian aja yang ke sana."

"Oh, ya sudah."

Mereka pada akhirnya pergi keluar kelas. Di sisi lain, Naruto merasakan getaran dari saku celananya, mengeluarkan ponsel dari sana lalu menyadari ada pesan masuk.

'Hm? Oh, dia sudah duluan di perpustakaan rupanya.'

Naruto tersenyum sendiri lalu menyelipkan ponsel ke saku celana nya lagi. Dia berdiri sebelum bergegas keluar.

'Kuharap Nakiri-san gak nunggu lama.'

Naruto berjalan di lorong bersama warga sekolah lainnya. Dia penasaran mereka akan belajar apa hari ini.

Nakiri Erina adalah seorang gadis istimewa di sekolah ini. Tidak hanya mempunyai nilai akademi bagus, tapi Erina juga menawan dan ahli dalam memasak, baik hidangan sederhana maupun bintang lima.

Singkatnya, dia adalah gadis spesial, tapi kebanyakan siswa yang mendekatinya langsung ditolak mentah-mentah karena berbagai faktor. Dua di antaranya adalah bersikap mesum dan memandang remeh kegemaran Erina dalam hal memasak.

Namun, meski begitu ada seseorang yang mengapresiasi hobi Erina itu, dan tidak memandang mesum kepadanya setiap saat.

Tak berselang lama.

Naruto memasuki perpustakaan lalu mengamati keadaan sekitar. Dia menunjukkan senyuman ketika mendekati salah satu meja di sini.

"Maaf membuatmu menunggu lama, Nakiri-san," ujar Naruto.

"Perbedaan waktu kita cuma lima menit, jadi gak perlu dipikirkan," balas Erina.

Naruto tertawa gugup.

'Wah, detail sekali, dattebayo.'

Erina mengerutkan alis.

"Uzumaki-kun, jika kau gak duduk sekarang, aku takut kita gak akan bisa memulai pembelajaran ini lagi."

"O-Oh, kau benar."

Naruto segera duduk berhadapan dengan Erina. Gadis itu membuka buku tertentu lalu menunjukkan itu pada Naruto.

"Bagaimana menurutmu?"

"Bukan masalah."

"Bagus. Pertama, rumus yang kau lihat sekarang…"

Naruto belajar dengan tekun sementara Erina menerangkan secara tenang. Tidak jarang sebagian siswi memandang iri terhadap Erina.

"Enaknya jadi Nakiri-san, bisa dekat dengan Uzumaki-kun seperti itu."

"Yah, pas dia hampir kena nilai merah, kenapa kau mengajaknya belajar bersama?"

"H-Habisnya, nilaiku standar, jadi rasanya aneh bila aku membantunya dalam hal belajar."

Di sisi lain, beberapa siswa memandang geram ke arah Naruto, dan merasa kesal dengan keberuntungannya.

"Sialan kau, Uzumaki. Awas kau-"

"Mau pukul dia pas pulang sekolah?"

"-k-kau gila? Yang ada kita yang habis nanti."

"O-Oh, kau benar."

Mereka merinding saat mengingat momen kala Naruto menghajar mereka karena menendang seorang nenek di dekat mini-market. Kejadian itu memang sudah lama terjadi, tapi ekspresi datar Naruto di malam hari itu masih membekas di pikiran mereka.

Tidak membutuhkan waktu lama, dia menyerahkan hasil kerjanya pada gadis itu, yang tentunya langsung diperiksa.

"…"

Erina menutup buku itu lalu tersenyum tipis.

"Hampir mendekati nilai sempurna, tapi selama di atas nilai rata-rata, ini bukan masalah sebenarnya."

Naruto mengelus dadanya.

"Lega rasanya, dattebayo."

Erina tertawa kecil. Dia penasaran dengan sesuatu.

"Uzumaki-kun."

"Ya?"

"Cuti nanti kau ada acara?"

Naruto berkedip lalu mengusap dagunya sejenak.

"Enggak ada. Kenapa emangnya?"

Erina merasa puas mendengarnya.

"Kebetulan aku ingin pergi ke suatu tempat. Tapi sejujurnya, aku agak takut pergi sendirian, jadi apa kau mau ikut?"

"Oh, aku akan menemanimu kalau begitu."

Dia bisa paham kenapa Erina berkata demikian. Mengingat kejadian beberapa bulan sebelumnya, sudah dapat dipastikan kalau Erina mempunyai trauma tersendiri, dan keinginan untuk bersama orang lain saat jalan-jalan memang bukan pilihan buruk.

Erina pura-pura batuk.

"K-Kalau begitu, sampai jumpa di kelas."

Gadis itu segera berdiri lalu bergegas pergi keluar perpustakaan. Di sisi lain, dia menggeleng, dan memperhatikan kalau buku-buku di meja ini masih berantakan.

'Huh, Nakiri-san sepertinya lupa merapikan buku-buku ini.'

Naruto tertawa kecil.

'Ada-ada saja, tapi karena sikapnya itu yang membuatku suka padanya.'

Dia segera merapikan buku-buku itu.


Fajar tiba.

Naruto berdiri di tengah taman seorang diri. Dia saat ini sedang menunggu kedatangan seseorang.

'Huh, tumben Nakiri-san datang terlambat, biasanya dia yang paling gesit kalau soal waktu.'

Naruto mengerutkan alis.

'Kalau dipikirkan lagi, Nakiri-san jarang sekali bertukar pandangan dengan siswa lain, sikapnya juga ketus dan dingin saat didekati, bahkan jika murid yang dimaksud sama populernya dengan dirinya... kecuali aku.'

Lima bulan yang lalu, Naruto pernah tidak sengaja menyelamatkan Erina dari kawanan berandalan, kejadiannya terjadi pada malam hari. Waktu itu, dia berniat mencari udara segar, karena entah mengapa dirinya merasa bosan di rumah selalu.

Namun, saat dia melihat keadaan Erina, dirinya tanpa pikir panjang langsung menghampiri gadis itu. Sisanya adalah rahasia di antara mereka berdua.

'Nah, sudahlah, gak perlu dipikirkan juga. Mending fokus pada yang sedang terjadi sekarang saja.'

"Uzumaki Naruto-sama, benar?"

"Huh? Ya?"

Naruto kebingungan saat seorang wanita berpenampilan formal berada di hadapannya. Wanita itu mengangguk pelan.

"Erina-sama sudah menunggu anda di mobil. Tolong ikuti saya."

"O-Oh, baiklah."

Keduanya berjalan ke suatu arah. Di tepi jalan, dia melihat sebuah mobil limosin terparkir, dan seorang pria berpenampilan formal berdiri di samping pintu mobil tersebut.

Pria itu membuka pintu sambil tersenyum ramah. Naruto ikut tersenyum dan menyadari kehadiran Erina di kursi penumpang.

"Masuklah, Uzumaki-kun."

Naruto masuk ke dalam dan duduk di samping gadis itu. Mobil itu melaju dengan tenang.

"Aku berani bertaruh kau terkejut sekarang, Uzumaki-kun," ujar Erina.

Lelaki itu menggaruk pipinya.

"Jika yang kau maksud adalah naik mobil limosin, maka sudah pasti jawabannya; iya," sahut Naruto.

Erina tertawa kecil.

"Sudah kuduga."

Naruto terkekeh sebelum terdiam sebentar. Itu karena dia mengamati penampilan Erina yang mengenakan gaun putih dilengkapi make up sederhana di wajahnya.

"…"

Erina merasa canggung.

"Err, Uzumaki-kun, kenapa kau melihatku seperti itu?"

"Oh, enggak, kau keliatan… cantik, gitu."

Wajah gadis itu merah.

"T-Tunggu bentar, kau harusnya bilang gitu pas di awal kencan kita, bukan pas masih di mobil." (Erina).

"Itu yang kau khawatirkan?!' (Naruto).

Naruto berkedip.

"Huh? Kencan?"

Erina gelagapan.

"L-Lupakan yang kukatakan sebelumnya."

"Eh? Tapi-"

"Lupakan."

"Baik!"

Dua orang di kursi depan menahan senyumnya ketika melihat kebersamaan mereka berdua.

.

.

.

"Tempat ini sepi juga. Hari cuti padahal."

Setelah turun dari mobil, keduanya memasuki wahana hiburan, tapi anehnya tak ada pengunjung lain selain mereka di sini.

"O-Oh, aku pun berpikir sama."

Walau bilang demikian, kenyataannya Erina merasa gugup, itu karena ayah dan ibunya sendiri yang menyewa wahana hiburan ini selama sehari untuk dirinya dan Naruto.

"Semoga kencan kalian sukses, sayang."

"Hoho, indahnya masa muda."

Erina menggeleng pelan. Naruto menyadari tingkah laku gadis itu.

"Nakiri-san, kau baik-baik saja?"

"Eh? O-Oh, aku baik-baik saja, gak ada yang perlu dikhawatirkan."

"Hm, baiklah."

Naruto tidak menanyakan apapun lagi setelah itu.

Mereka mendekati salah satu wahana hiburan dengan nama [Ghost Place]. Tempat ini adalah rumah hantu untuk lebih jelasnya.

Lelaki itu menelan ludah.

'Sial, rumah hantu lagi.'

Dia memiliki kenangan buruk dengan bangunan semacam ini. Namun, saat melihat Erina yang santai saja, hal tersebut membuat Naruto memberanikan dirinya.

'Nah, kencangkan sabukmu, Uzumaki Naruto. Kau laki-laki. Kau pasti bisa melewati ini.'

Mereka akhirnya masuk ke dalam.

Namun, tak lama kemudian…

"KYAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!"

…jeritan maskulin terdengar sangat keras.

.

.

.

Menjelang sore hari.

Naruto dan Erina duduk santai di kursi umum. Keduanya mengamati langit jingga dengan tenang.

"Hey, Uzumaki-kun."

"Ya?"

Erina mengamati lelaki itu dalam diam.

"Kenapa kau gak bilang takut sama hantu?"

Naruto langsung membela diri.

"Y-Ya, kau gak bisa mukul hantu, dan wajah mereka juga nyeremin, dattebayo."

"Pfft!"

Erina menahan tawa sambil menutup mulutnya. Naruto tertawa gugup sambil menggaruk pipinya.

Keheningan menyelimuti keduanya.

"…"

"…"

"Uzumaki-kun."

"Y-Ya?"

Ini mungkin firasat Naruto saja, tapi saat melihat raut aneh Erina, entah mengapa dirinya merasa gugup sendiri.

"Aku, err… apa pendapatmu tentangku?"

Naruto refleks bicara.

"Kau tampak manis hari ini."

Wajah gadis itu memerah. Namun, dengan keberanian yang menipis, dia bertanya lagi.

"D-Dan?"

Naruto berpikir keras, kali ini berbicara secara hati-hati, dan disertai perasaan.

"Dan… apa kau keberatan, kalau aku mengajakmu ke tempat lain nanti? Cuma kita berdua?"

"…"

Erina perlahan tersenyum lebar.

"Ya."

Naruto ikut tersenyum lebar.


Siang hari tiba.

Seorang anak perempuan tampak mengamati oven dengan serius. Saat ini, dia bersama ibunya tengah membuat kue di ruang dapur, dan itu ditujukan untuk ayahnya nanti.

"Ne, ma, papa apakah akan senang kalau dikasih kue ini ntar?" tanya anak itu.

Sang ibu hanya tersenyum.

"Tentu saja. Apalagi ini buatan kamu, pastinya papa bakal senang banget pas bangun," jelas wanita dewasa itu.

"Oh, gitu ya, hehe."

Setelah matang, keduanya menata kue itu dengan hati-hati, lalu tidak lupa menaruh lilin di atasnya.

Tak berselang lama.

Seorang pria dewasa memasuki ruang dapur. Dia tampak baru bangun tidur jika diamati dari ekspresinya.

Anak perempuan itu berseri.

"Selamat ulang tahun, Papa!"

"Eh?"

Dia terkejut saat melihat kue ulang tahun itu. Ia juga memperhatikan ada motif kartun lucu yang dibentuk lewat krim di atas kue tersebut. Beralih ke arah lain, dia hanya melihat cengiran geli dari istrinya itu, lalu kembali pada putrinya ini.

"Oh… sepertinya papa lupa kalau hari ini adalah hari ulang tahun papa."

Putri mereka tertawa geli.

"Hehe, dasar papa pikun."

Naruto terkekeh sedangkan Erina tertawa.

END

A/N: waduh, jarang ngetik di ffn rasanya kaku sekali, tapi dah lah, wkwk

Ehem, khusus yang request ini pairing, sepertinya ide author mentok di sini, jadi minta maaf ui ga bisa 2 part, dan ke depannya sepertinya author ga akan terima request lain, karena jujur aja, minat ngetik di situs ffn berkurang ui, dan yeah, cuma lebih suka di wattpad aja untuk saat ini, fuehe :D

Untuk yg nanya akun wattpad dari author, ada di bio akun ffn, dan jika ada yg tanya fic utama author di akun ffn ini, penjelasannya ada di bio akun.

Sisa 2 chapter lagi sih, tapi biar lebih klop, up nya nunggu pas DaL V tayang lah, mwehehe :)

Terakhir, walau sedikit lebih cepat, selamat tahun baru reader-san sekalian :D

Dah itu saja.

Ciao, amigo~